Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari


Mata Kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan
Dosen Pengampu: Neni Nuraeni M.Kep, Ners, Sp.Kep, Mat

Kelompok 4 KELAS 1C:


Alfiyah Nur Fatwa (C2214201008)
Amelia Tri Banowati (C2214201144)
Fasya Azkatul Zanah (C2214201025)
Rinrin Tsuroya Badriyyatin (C2214201026)
Rini Srimulyani (C2214201122)
Tira Wahyuni (C2214201104)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Falsafah dan Teori Keperawatan, dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
CALISTA ROY ”
Makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, dan penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang dengan
tulus memberikan doa, kritik dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Ibu Neni Nuraeni M.Kep, Ners, Sp.Kep. Mat selaku dosen mata kuliah yang
telah membantu penulis selama Menyusun makalah ini;
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnyah bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Tasikmalaya, 06 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Pengkajian ..................................................................................... 22


Tabel 2. Masalah Keperawatan ............................................................................. 25

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR TABEL................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
1.4. Manfaat Masalah ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Biografi Callista Roy ................................................................................. 4
2.2. Definisi Keperawatan ................................................................................ 6
2.3. Asumsi Dasar ............................................................................................ 7
2.4. Konsep Utama Teori ................................................................................. 7
2.5. Konsep Utama Keperawatan Menurut Roy............................................... 13
2.6. Analisis Model Callista Roy ..................................................................... 13
2.7. Proses Keperawatan Menurut Callista Roy ............................................... 16
2.8. Kekuatan dan Kelemahan Teori Callista Roy ........................................... 20
2.9. Asuhan Keperawatan Teori Callista Roy Pada Kasus Pasien Stroke
Iskemia Berulang....................................................................................... 22

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 28
3.2. Saran ......................................................................................................... 29

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus


dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian
perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan
dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara
lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan
dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam teori keperawatan bila kita perhatikan, kesemua teori tersebut akan
berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan, misalkan Nightingale
menyoroti masalah lingkungan, Henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan
dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi pada optimalisasi peran klien
dalam proses penyembuhanya. Semua teori tersebut bersinergi dalam membentuk
suatu sistem yang holistik dengan penjelasan masalah yang detail, sehingga
mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah asuhan.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model “adaptasi
pendekatan” yang diperkenalkan oleh Callista Roy. Callista Roy adalah seorang
perawat, guru, dan ahli teori agama yang lahir pada tahun 1939 di Amerika
Serikat. Dari keluarga yang sangat percaya, pengaruh ibunya, seorang perawat
terdaftar, sangat penting dalam kariernya nanti.Masih sangat muda, dengan hanya
14 tahun, ia pergi bekerja di rumah sakit, meskipun di departemen makanan. Dia
segera mengubah perannya, dipromosikan menjadi asisten perawat. Selama
waktu itu ia memutuskan untuk masuk sebagai biarawati di sidang Suster-suster
San José de Carondelet.Pada awal dekade ke 60, ia belajar keperawatan di
universitas. Setelah lulus, ia membuat mastel, yang akan sangat penting untuk

1
pengembangan teorinya. Salah satu gurunya memintanya untuk menguraikan
model keperawatan konseptual. Dari urutan itulah Model Adaptasi Roy lahir.
Dasar dari model ini adalah pertimbangan manusia secara keseluruhan, juga
dipengaruhi oleh lngkungan dan keadaan mereka. Roy menetapkan empat bidang
yang mempengaruhi setiap orang dan menyatakan bahwa perawatan harus
bertujuan untuk mengintegrasikan bidang-bidang ini dan merawat setiap pasien
secara global.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan
makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana biografi dari Sister Calista Roy?
b) Apa keperawatan menurut Sister Calista Roy?
c) Apa asumsi dasar Sister Calista Roy?
d) Apa konsep utama teori Sister Callista Roy?
e) Apa saja analisis model teori Sister Calista Roy ?
f) Apa saja proses keperawatan meurut Sister Calista Roy?
g) Apa aplikasi teori Sister Calista Roy dalam proses keperawatan?

1.3 Tujuan Masalah


a) Menjelaskan biografi dari Sister Calista Roy?
b) Menjelaskan teori keperawatan menurut Sister Calista Roy?
c) Menjelaskan asumsi dasar Sister Calista Roy?
d) Menjelaskan teori utama Sister Calista Roy ?
e) Menjelaskan analisis model teori Sister Calista Roy ?
f) Menjelaskan proses keperawatan menurut Sister Callista Roy?
g) Menjelaskan aplikasi teori Sister Calista Roy dalam proses keperawatan?

2
1.4 Manfaat Masalah
1.4.1 Secara teoritis
Disusunnya makalah ini untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam
melakukan penulisan makalah, serta mengenal tentang asuhan keperawatan
Callista Roy.

1.4.2 Secara praktis


Dapat menjadi referensi bacaan sehingga menambah wawasan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat, khususnya dalam pemberian
asuhan keperawatan menurut Callista Roy.
1.4.3 Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode


yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif.
Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik
studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca
berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah
dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Callista Roy


Sister Callista Roy, anggota susteran Saint Joseph, Carondelet, dilahirkan
pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Ia mendapatkan gelar
sarjana keperawatan dari Mount Saint Mary's College di Los Angeles tahun 1963
dan gelar magister dari University of California, Los Angeles, tahun 1966. Setelah
mendapatkan gelar keperawatan, Roy meng- awali pendidikannya di bidang
sosiologi, menerima gelar master sosiologi tahun 1973 dan gelar doktor sosiologi
tahun 1977 dari University of California.
Pada waktu menjalani program masternya, dalam sebuah seminar, Roy
ditantang oleh Dorothy E. Johnson untuk mengembangkan model konseptual
keperawatan. Ketika ia bekerja sebagai perawat di bagian pediatrik, Roy menyadari
bahwa anak-anak memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik dalam
menghadapi perubahan fisik dan psi- kologis yang besar. Roy terkesan dengan
"adaptasi" sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang sesuai bagi keperawatan.
Roy mengembangkan konsep dasar model ini pada saat ia menjadi mahasiswa
pascasarjana di University of California, Los Angeles, dari tahun 1964 sampai
1966. Roy mulai meng- operasionalisasikan modelnya pada tahun 1968 ketika
Mount Saint Mary's College mengadopsi kerangka kerja adaptasi sebagai landasan
filosofis pada kurikulum keperawatannya. Model Adaptasi Roy pertama kali
diterbitkan dalam bentuk artikel di jurnal Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul
“Adaptation: A Conceptual Framework For Nursing” (Roy,1970)
Roy adalah profesor asosiate dan ketua Departemen Keperawatan di Mount
Saint Mary's College sampai tahun 1982. la diangkat menjadi profer pada tahun
1983 nich Mount Saint Mary's College dan University of Portland. Roy membantu
merinta dan mengajar program magister musim panas di Universitas Portland
Tahun 1983 hingga 1985, is mengikuti program pasca doktoral di Universitas
California, San Fransisco, sebagal perawat klmis di bidang neurosains. Pada saat

4
itulah la menjalankan riset tentang intervensi keperawatan untuk pemulihan
kognitif pada kasus cedera kepala dan tentang pengaruh model keperawatan
terhadap pengam bilan keputusan klinis. Pada tahun 1987, Roy mulai menjadi
seorang teoris keperawatan di Sekolah Keperawatan Boston College.
Roy telah menerbitkan banyak buku, bab buku, dan artikel rutin serta
memberikan berbagai kuliah atau lokakarya yang berfokus pada teori adaptasi
keperawatan (Roy & Andrews, 1991). Perbaikan dan pernyataan Kembali model
Adaptasi Roy diterbitkan tahun 1999 dalam bukunya, The Roy Adaptation Model
(Roy & Andrews, 1999).
Roy merupakan anggota Sigma Theta Tau, dan pada tahun 1981 ia
menerima Penghargaan dari Pendiri Bangsa atas prestasinya dalam mengem-
bangkan standar keperawatan profesional. Pencapaian lainnya termasuk gelar
Doktor Kehormatan Humane Letters dari Alverno College (1984), Doktor Ke-
hormatan dari Eastern Michigan University (1985) dan St. Joseph's College di
Maine (1999), dan penghargaan Buku Tahun Ini dari American Journal of Nursing
untuk Essentials of the Roy Adaptation Model (Andrews & Roy, 1986). Roy pun
mendapatkan pengakuan sebagai World Who's Who of Women (1979);
Personalities of America (1978); fellow of the American Academy of Nursing
(1978); menerima Penghargaan Ilmuwan Senior Fulbright dari Yayasan
Pendidikan Australia-Amerika (1989), dan menerima penghargaan Martha Rogers
Award untuk ilmu keperawatan lanjut dari National League for Nursing
(1991).Selain itu, Roy menerima penghargaan Alumni Berprestasi dan Medali
Carondelet yang prestisius dari almamaternya, kampus Mount Saint Mary's.
American Academy of Nursing juga memberikan penghargaan bagi Roy untuk
pencapaiannya yang luar biasa dengan menganugerahi gelar Living Legend (2007).

5
2.2. Definisi Keperawatan Menurut Callista Roy
Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai "profesi pelayanan
kesehatan yang berfokus pada proses kehidupan manusia beserta polanya dan
menekankan pada promosi kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat secara ke- seluruhan" (Roy & Andrews, 1999, hal. 4). Secara spesifik,
Roy mendefinisikan keperawatan ber- dasarkan modelnya sebagai ilmu dan praktik
yang memperluas kemampuan adaptif dan meningkatkan transformasi manusia dan
lingkungan. Ia meng- identifikasi aktivitas keperawatan sebagai pengkajian
perilaku dan stimulus yang memengaruhi adaptasi. Penilaian keperawatan
didasarkan pada pengkajian ini, sedangkan intervensi keperawatan adalah
perencanaan yang disusun untuk mengelola stimulus tersebut (Roy & Andrews,
1999). Roy membedakan keperawatan sebagai ilmu dengan keperawatan sebagai
disiplin praktis. Keperawatan sebagai ilmu adalah... "suatu sistem pengembangan
ilmu mengenai manusia yang mengamati, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses di mana manusia membawa dampak positif pada status
kesehatannya" (Roy, 1984, hal. 3-4). Keperawatan sebagai disiplin praktik adalah
"batang tubuh ilmu keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
penting, yaitu untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mem- bawa
dampak pada kesehatannya secara positif" (Roy, 1984, hal. 3-4). "Keperawatan
bekerja untuk meningkatkan interaksi antara manusia dengan lingkungannya untuk
meningkatkan adaptasi" (Andrews & Roy, 1991, hal. 20).
Tujuan dari keperawatan menurut Roy yaitu "meningkatkan adaptasi
individu dan kelompok pada ke empat mode adaptif, sehingga berkontribusi pada
kesehatan, kualitas hidup, dan meninggal dengan terhormat" (Roy & Andrews,
1999, hal. 19). Kepe- rawatan mengisi peran yang unik sebagai fasilitator adaptasi
dengan mengkaji perilaku dari empat mode adaptif ini beserta faktor yang
memengaruhi adaptasi, dan juga melakukan intervensi untuk meningkatkan
kemampuan adaptif dan interaksi dengan lingkungan (Roy & Andrews, 1999).

6
2.3.Asumsi Dasar
Asumsi tentang teori sistem dan asumsi tentang teori tingkat telah
dikombinasikan menjadi se- perangkat asumsi ilmiah. Berdasarkan teori sistem,
sistem adaptif manusia dipandang sebagai bagian interaktif yang bekerja dalam
satu kesatuan untuk tujuan tertentu. Sistem adaptif manusia bersifat kompleks,
beranekaragam dan berespons terhadap berbagai stimulus lingkungan untuk
mencapai adaptasi. Kemampuan sistem manusia untuk ber- adaptasi terhadap
lingkungan membuat manusia mampu menciptakan perubahan pada
lingkungannya (Roy & Andrews, 1999). Roy menarik benang merah dari
karakteristik penciptaan spiritualitas (Swimme & Berry, 1992) dan
mengombinasikannya dengan asumsi humanisme dan veritivitas menjadi seper-
angkat asumsi filosofis. Humanisme menegaskan bahwa manusia dan pengalaman
manusia adalah penting untuk dapat mengetahui dan menghargai. Humanisme juga
menyatakan bahwa manusia dan pengalamannya sama-sama memiliki kekuatan
kreatif. Sedangkan veritivitas menegaskan tentang keyakinan tentang tujuan, nilai,
dan makna seluruh hidup manusia. Asumsi-asumsi ilmiah dan filosofis ini telah
diperbaiki dan diperhalus untuk digunakan sebagai model di abad kedua puluh satu
ini (Kotak 9-1).

2.4. Konsep Utama Teori


Pada awalnya konsep adaptasi Roy termasuk dalam kerangka konsep Harry Helson
seorang ahli fisiologis- psikologis. Teori adaptasi Roy menggunakan pendekatan
yang dinamis, dimana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam
menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Proses adaptasi Roy memandang
manusia secara holistik yang merupakan satu kesatuan. Untuk sejahtera harus
tercipta keseimbangan antara bagian-bagian atau dimensi menjadi satu kesatuan
yang utuh. Hal tersebut dapat dicapai melalui proses adaptasi. Roy menjelaskan
bahwa adaptasi merupakan suatu proses dan hasil dimana pemikiran dan perasaan
seseorang sebagai individu atau kelompok yang sadar bahwa manusia dan

7
lingkungan adalah satu kesatuan atau dengan kata lain adaptasi merupakan respon
positif terhadap perubahan lingkungan (Roy, 2009).
Menurut Roy sebagai penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai "Holistic adaptif system" dalam
segala aspek yang merupakan satu kesatuan. Sistem adalah suatu kesatuan yang
dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan un- tuk beberapa tujuan dan
adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari
proses in- put, output, kontrol dan umpan balik dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual
dan stimulus residual.
1) Stimulus fokal yaitu suatu respon stimulus yang di- berikan
langsung terhadap input yang masuk.
2) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat me- nimbulkan respon negatif pada stimulus fokal se- perti
anemia, isolasi sosial.
3) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai
pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi.

8
b. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang
digunakan. Mekanisme kon- trol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
meru- pakan subsistem.
1) Subsistem regulator Subsistem regulator mempunyai komponen-kom-
ponen: Input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau
eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau
endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan
spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
2) Subsistem kognator Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator sub- sistem dapat
menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator
kontrol proses ber- hubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau pro- ses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforce-
ment (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah
proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergu- nakan
penilaian dan kasih sayang.
c. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara
subyektif dapat dilapor- kan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku
ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan

9
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang maladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Roy memperkenalkan konsep ilmu
keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut regulator dan
kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian subsistem adaptasi.

d. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi dianta- ranya:

1) Mode adaptasi fisiologis

Mode ini berhubungan dengan proses fisik dan kimiawi yang berhubungan
dengan fungsi dan aktivitas kehidupan (Tomey & Aligood, 2010). Ada lima
kebutuhan yang berhubungan dengan ke- butuhan dasar dari mode fisiologi
yaitu:
a) Oksigenasi yang merupakan kebutuhan tubuh untuk memperoleh oksigen
dan proses dasar ke- hidupan yang meliputi vintilasi, pertukaran gas dan
transport gas.
b) Nutrisi yang merupakan kebutuhan yang ber- hubungan dengan sistem
pencernaan seperti in- gesti dan asimilasi dari metabolism dan makan- an,
penyimpanan energi, membentuk jaringan dan regulasi dari proses
metabolisme.
c) Eliminasi merupakan proses fisiologis untuk mengeksresikan pembuangan
hasil-hasil meta- bolisme melalui ginjal dan intestinal.
d) Aktivitas dan istirahat merupakan keseimbangan dalam proses dasar
kehidupan yang mencakup mobilisasi dan tidur yang memberikan fungsi
fisiologis yang optimal dari semua komponen dan periode perbaikan dan
pemulihan.
e) Proteksi merupakan perlindungan pada dua proses kehidupan dasar yaitu
proses pertahanan spesifik dan non spesifik atau imunitas.

10
Ada empat proses kompleks yang berkontribusi dalam mode fisiologis yaitu:

a) Sensasi merupakan proses sensori penglihatan,pendengaran, sentuhan, rasa,


bau yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi
nyeri adalah fokus partikuler komponen ini.
b) Cairan dan Elektrolit, keseimbangan asam basa. Keseimbangan cairan dan
elektrolit serta asam basa adalah proses yang berhubungan dengan cairan,
elektrolit dan asam basa yang diterima seluler, ekstraseluler dan intertisial serta
fungsi sistem
c) Fungsi neurologis, hubungan-hubungan neurolo- gis merupakan bagian
integral dari regulator ko- ping mekanisme seseorang, dan berfungsi untuk
mengontrol dan mengkoordinasikan proses per- pindahan, kesadaran dan
kongnitif dan sebagai regulasi aktivitas tubuh.
d) Endokrin, aksi endokrin adalah pengeluaran hormon sesuai dengan fungsi
neurologis untuk mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme.
2) Mode adaptasi konsep diri
Fokus spesifiknya adalah psikologi dan spiritual pada manusia sebagai sistem.
Konsep diri meru- pakan bentuk dari reasksi persepsi internal dan per- sepsi
lainnya. Konsep diri terdiri dari Physical Self di dalamnya terdapat Body
Sensation dan Body Image, dan Personal Self di dalamnya terdapat Self
Consistency, Self Ideal, dan moral-ethic-spiritual. Body Sensasion yaitu
bagaimana seseorang mera- sakan keadaan fisik dirinya sendiri. Body Image
yaitu bagaimana seseorang memandang fisiknya sendiri. Self Consistency yaitu
bagaimana upaya seseorang untuk memelihara dirinya sendiri dan menghindari
dari ketidakseimbangan. Self Ideal hubungannya dengan apa yang harus
dilakukan dan moral-ethic- spiritual yaitu keyakinan seseorang dan evaluasi diri
(Roy, 2009; Tomey &Aligood, 2010).

11
3) Mode fungsi peran
Adalah satu dari dua mode sosial dan fokus terhadap peran seseorang dalam
masyarakat. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial
dalam berhubungan dengan orang lain. Peran dibagi menjadi peran primer,
sekunder dan tertier. Peran primer yaitu peran yang ditentukan oleh jenis
kelamin, usia dan tahapan tumbuh kembang. Peran sekunder yaitu peran yang
harus diselesikan oleh tugas peran primer. Peran tertier merupakan cara
individu menemukan harapan dari peran mereka Fokusnya pada bagaimana
dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya (Roy, 2009; Tomey & Aligood,
2010).
4) Mode adaptasi interdependensi Adalah bagian akhir dari metode yang
dijabar- kan oleh Roy, berfokus pada hubungan seseorang dengan orang lain.
Hubungan interdependensi di dalamnya mempunyai keinginan dan
kemampuan memberi dan menerima semua aspek seperti cinta, hormat, nilai,
rasa memiliki, waktu dan bakat (Roy, 2009; Tomey &Aligood, 2010).
Dalam proses penyesuaian diri individu harus mening- katkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan
respon adaptasi.

12
2.5.Konsep Utama Keperawatan Menurut Roy
Model adaptasi Roy dikembangkan pertama kali pada ta- hun 1964-1966 oleh
Sister Calista Roy yang baru diope- rasionalkan pada tahun 1968. Christensen dan
Kenney (2009), menjelaskan tentang konsep dalam model konseptual Sister Calista
Roy yang meliputi manusia sebagai sistem adaptif, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.
Model adaptasi Roy ini berdasarkan asumsi yang ada bahwa ada empat faktor yang
akan menjelaskan adaptasi antara lain:
a. Keperawatan
Roy menjelaskan bahwa keperawatan sebagai proses interpersonal yang diawal
adanya kondisi maladap- tasi akibat perubahan lingkungan baik internal mau- pun
eksternal. Manusia sebagai sistem, berinteraksi dengan lingkungan dan mengatasi
lingkungan melalui mekanisme adaptasi bio-psikososial. Adaptasi diting- katkan
bila terjadi peningkatan atau pengurangan pe- menuhan kebutuhan. Di dalam
menghadapi perubahan atau stimulus, manusia harus menjaga integritas diri- nya
dan selalu beradaptasi secara menyeluruh (holis- Patik adaptive system). Tindakan
keperawatan diarahkan untuk mengurangi atau mengatasi dan meningkatkan
kemampuan adaptasi manusia. Peran perawat adalah memfasilitasi potensi klien
untuk mengadakan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya un-
tuk mempertahankan homeostatis atau integritasnya.

b. Manusia
Manusia dijelaskan oleh Roy adalah holistik dan meru- pakan sistem adaptasi.
Sebagai suatu sistem adaptasi, sistem manusia menggambarkan bahwa keseluruhan
bagian atau fungsinya merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan, Manusia
sebagai penerima pelayanan asuhan keperawatan mencakup individu, keluarga, ke-
lompok atau masyarakat (Roy, 2009 dalam Tomey & Alligood, 2014). Roy
menjelaskan secara filosofi ma- nusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu

13
ke- satuan yang utuh. Manusia selalu dihadapkan masalah yang kompleks,
sehingga dituntut untuk melakukan adaptasi (Tomey & Aligood, 2010).
Sebagai suatu sistem, manusia mempunyai proses in- ternal yang berperan untuk
mempertahankan kesatuan individu. Proses internal ini dikategorikan sebagai sub-
sistem regulator dan kognator. Subsistem regulator melibatkan proses fisiologi
seperti respon kimia, sistem saraf dan endokrin yang memungkinkan tubuh untuk
mengatasi perubahan lingkungan. Subsistem kognator melibatkan proses kognitif
dan emosional untuk ber- interaksi dengan lingkungan. Kedua aktivitas subsistem
tersebut dimanifestasikan dalam empat cara pada se- tiap individu pada perilaku
diindikasikan dalam fungsi fisiologi-fisik, konsep diri dan identitas kelompok,
fungsi peran dan interdependensi (Roy, 2009 dalam Tommey & Aligood, 2014).
Manusia mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingku- ngan baik eksternal maupun internal. Di mana individu akan mendapatkan
stimulus dari lingkungan dan ke- mudian berespon terhadap stimulus dan
beradaptasi (Alligood & Tomey, 2014).
c. Kesehatan
Kesehatan adalah suatu keadaan dan proses ber- fungsinya manusia karena
terjadinya adaptasi terus- menerus. Respon adaptif dalam kesehatan merupakan
respon yang meningkatkan integritas dalam masa an- tara tujuan dan sistem
individu, yang bertahan, tum- buh, reproduksi, penguasaan, personal dan
perubahan lingkunga. Digambarkan oleh Roy dari rentang kema- tian sampai pada
puncak kesehatan, dengan sehat nor- mal ada di tengah. Kesehatan rendah sebagai
hasil dari maladaptasi terhadap perubahan lingkungan.

d. Lingkungan

Menurut Roy lingkungan merupakan konsep utama dalam interaksi manusia secara
konstan. Lingkungan adalah semua kondisi, keadaan dan kondisi terten- tu yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok.
Interaksi lingku- ngan adalah input untuk individu atau kelompok yang disebut

14
sebagai sistem adaptasi. Input tersebut meliputi faktor internal dan eksternal yang
dikategorikan se- bagai stimulus fokal, konstektual dan residual.

Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhada- pan dengan manusia (saat
ini). Stimulus konstekstual; yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara obyektif di- laporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan
di mana dapat menimbulkan respons negatif pada stimu- lus fokal (presifitasi).
Stimulus residual berupa ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, meliputi kepercayaan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai dengan pengalaman masa lalu yang dapat membantu untuk
belajar toleransi terhadap sesuatu. Adanya pertimbang- an tertentu dalam stimulus
adalah tahapan adaptasi, dimana dapat menjelaskan kapasitas koping individu.
Perubahan tahapan tersebut merupakan kemampuan internal yang mempengaruhi
perilaku adaptif.
2.6.Analisis Teori Model Sr. Calista Roy
a. Clarity (Kejelasan)
Teori keperawatan Roy mampu mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus
berhubungan de- ngan hal-hal nyata dalam keperawatan.
b. Simplicity (Kesederhanaan) unit Dalam menunjang aplikasi, teori Roy sederhana
se- hingga dapat digunakan perawat untuk dapat mengkaji respon perilaku pasien
terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan
mode interdependensi, selain itu juga dapat mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, kontesktual dan residual, sehingga diagnosis yang di-
lakukan oleh perawat dapat lebih lengkap dan akurat.
c.Generality (Generalisasi/Keumuman) Teori dan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy memudahkan perawat untuk dapat digunakan pada se- tiap
tatanan. Dengan penerapan dari teori adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal- hal yang

15
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress.
d. Empirical Precision (Presisi Empiris)
Teori dan model keperawatan Roy memudahkan kita sebagai perawat untuk
mengaplikasikan dan menggu- nakannya, karena adanya definisi-definisi dan
asumsi- asumsi yang dapat digunakan dalam praktik kepe- rawatan dan berguna
dalam penelitian. Di dalam mode konsep Roy ini beberapa mode adaptasi yang
diguna- kan mulai mode adaptasi fisiologis, mode peran, kon- sep diri dan adaptasi
interdependensi.
e. Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat) Teori Keperawatan Roy
mengenai adaptasi memberi- kan kerangka berpikir yang mengarah pada
tindakan keperawatan yang berhubungan dengan mode adaptasi fisiolosi, mode
peran, konsep diri dan adaptasi interde- pendensi.
2.7.Proses keperawatan menurut Sister Calista Roy

Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat


bahwa pasien harus di pandang sebagai manusia yang utuh (pandangan menyeluruh)
baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun harus
di pandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui interaksi yang konstan
dengan lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk
mengembangkan atau melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemen
Roy meliputi :
A. Tahap Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian perilaku

Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data


dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini adalah
kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau
kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi dan
pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode.

16
Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif,
maladaptif atau potensial maladaptif.

2. Pengkajian

faktor – faktor yang berpengaruh Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli
yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,
kontekstual dan residual.

a. Identifikasi stimuli focal Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan
pengukuran dan interview.

b. Identifikasi stimuli kontekstual Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap


penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh
anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu
tidak belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa
anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentifikasi
adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah
anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui
observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Martinez, 1976 dalam Roy
1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex,
tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi,
interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik
religi, dan lingkungan fisik.

c. Identifikasi stimuli residual Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah


pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa
faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat
ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.

17
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu


hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku
klien terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam
membuat diagnosa keperawatan :

Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen

1) Physiological model

a. Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi, Ketidakadequat


pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan, Ketidakmampuan dlm proses
kompensasi pada perubahan dan kebutuhan oksigen
b. Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh, Anoreksia,
Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi koping thd penurunan dan
ingestik
c. Eliminasi: D i a r e, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine dan
Ketidakefektifan strategi koping thp penurunan fungsi eliminasi.
d. Aktifitas dan istirahat: Ketidak adequate aktifitas & istirahat, Keterbatasan
mobilitas & Koordinasi, Intoleransi aktifitas, Immobilisasi, Sleep
deprivation, Resiko gangguan pola tidur dan Kelelahan (Fatigue)
e. Proteksi
f. Sense
g. Cairan dan elektrolit
h. Fungsi neurologi
i. Fungsi endokrin

2) Self consep Mode

a. Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual, Kehilangan dan


Rape Trauma syndrome

18
b. Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan bersalah, Harga diri
rendah
3) Role Function Mode
a. Transisi Peran
b. Konflik Peran

c. Gangguan / Kehilangan Peran

I. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh kasus untuk diare
intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak elastis,
kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien tersebut dapat disimpulkan
bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit volume cairan.

II. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang terkait
dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah mode
fisiologis, konsep diri dan interdependensi. Contoh kasus ; klien mengeluh
tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg dari normal.
Dari data tersebut klien mengalami gangguan kebutuhan nutrisi : nutrisi
kurang dari kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien kekurangan nutrisi
mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal ini membuat klien mengalami
gangguan Body Image (Mode Konsep diri), kondisi ini juga mengakibatkan
klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Mode
Interdependensi)

C. Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi


keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka

19
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

D. Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau


memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskanpada
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan
kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan


sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2.8.Kelebihan dan Kekurangan Model Teori Adaptasi Calista Roy


A. Kelebihan Model Teori Adaptasi Callista Roy
Dalam model teori adaptasi Roy, kelebihan yang dimiliki terletak pada teori
praktekdan model adaptasinya dimana seorang perawat dapat melakukan suatu
pengkajiandan menegakan diagnosa lebih akurat khususnya pada pasien dengan
gangguan jiwa.Dengan teori ini, perawat dapat mengetahui faktor presipitasi dan
faktor predisposisidari masalah yang dihadapi pasien yang akan dijelaskan sebagai
berikut :
a). Perawat mampu mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus
fisiologis adaptase mode, konsep diri adaptasi mode, peran adaptasi mode
dan ketergantungan adaptasi mode
b) Perawat mampu mengkaji stressor yang dihadapi pasien baik stimulus
fokalmaupun kontekstual yang merupakan faktor presipitasi dari

20
masalah pasien danstimulus residual yang pada dasarnya merupakan faktor
predisposisi dari masalah pasien
Dalam hal tersebut, perawat mampu melakukan pengkajian hingga menegakan
suatudiagnosa yang lebih lengkap dan akurat, dimana dalam praktiknya
perawat tidakhanya mampu mengintervensi tanda dan gejala namun juga
dapat mengetahui danmemberikan intervensi pada faktor presipitasi dan
faktor predisposisi dari masalahyang dihadapi pasien. Sehingga, dalam hal ini
perawat dapat mencegah pasien dalammasalah resiko dan gangguan jiwa,
meningkatkan individu yang sehat agar tidakmengalami masalah resiko dan
gagguan jiwa. Selain itu, dengan mengaplikasikanteori adaptasi Roy ini
perawat dalam asuhannya mampu lebih memahami tentang proses adaptasi
yang terjadi pada individu yang dimulai dari adanya stimullus ataustressor yang
dapat menjadikan individu mengalami stress, proses mekanisme kopingdan
effektor sebagai upaya individu dalam mengatasi stressor, sehingga dalam
tujuannya penerapan model tersebut dapat membantu individu terhadap
perubahan baik dalam kebutuhan fisiologis konsep diri, fungsi peran,
maupun hubunganinterdependensi selama sehat-sakit.
Dalam praktik keperawatan khususnyakeperawatan jiwa, berdasarkan
penelitian penerapan assertiveness training efektifdalam meningkatkan
pencegahan perilaku kekerasan dimana pengkajian dalam penerapan tersebut
menggunakan pendekatan model adaptasi Roy.
B. Kelemahan Model Adaptasi Callista Roy
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini berfokus pada sasarannya. Model
adaptasi inihanya berfokus dalam proses adaptasi dan bagaimana pemecahan
masalah pasiendengan menggunakan proses keperawatan tanpa menjelaskan
sikap caring terhadap pasien, padahal perawat tanpa sikap caring akan
menimbulkan stressor pada pasiennya. Oleh karena itu perlunya penerapan
perilaku caring perawat untukmenunjang model adaptasi tersebut, dimana
caring akan menjadi sangat pentingdalam membina hubungan interpersonal
antara perawat dengan pasiennya (Tomey dan Alligood , 2006)

21
2.9.Aplikasi Asuhan Keperawatan Teori Callista Roy Pada Kasus Pasien
Stroke Iskemia Berulang
1. Pengkajian
Studi kasus pada seorang laki-laki, 63 tahun, dirawat dengan diagnosa
medis stroke non hemoragik. Pasien masuk RS melalui IGD pada tanggal 5
November 2021 pukul 08.00 wib, masuk di ruang perawatan pada tanggal 5
November 2021 pukul 09.00 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 5
November 2021 pukul 10.30 WIB. Penerapan teori keperawatan Adaptasi Roy
dalam asuhan keperawatan melalui proses keperawatan yaitu dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.
Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dilakukan pengkajian
perilaku dan pengkajian stimulus sebagai berikut:
a. Adaptasi Fisiologi
Tabel 1. Tabel Pengkajian
Oksigen Nutrisi Eliminasi, Aktivitas,
cairan & Istirahat,
elektrolit Proteksi ,sensori,
neuro
1. RR 26 1. TB 170 1. BAB +, 1. Kesadaran :
Pengka
x.menit, cm tidak CM, GCS 14
jian
irama 2. BB 56 teraba 2. Keluarga
Perilak
tidak kg masa di mengatakan
u
teratur. 3. IMT19. abdomen klien tidur
2. Suara 3kg.m 2 kiri terganggu
nafas 4. Diit cair bawah karena batuk
ronkhi, 6 x 200 2. Urine dan sulit
sputum ml (1.2 warna mengeluarkan
berlebih kkl/ml) kuning,ter sputum

22
3. Hasil per pasan g 3. Kulit kering,
AGD : PH NGT kateter, tampak ada
7.45 jumlah lecet di
PCO2 1200 sacrum
29.7mmH cc/hari 4. Braden scale
g PO2 121 3. Ur/Cr : 36 12, beresiko
mmHg mg/dL / tinggi
HCO3 20 1,37 mengalami
mEq/L gr/dL luka tekan
BE - 3,07 4. Turgor 5. Pupil Bulat
4. Nadi110x kulit isokor,
/menit TD elastis, ++3mm/++3
190/100 tidak ada mm
mmHg edema, 6. Kehilangan
nutrisi per sensasi di
NGT tubuh sebelah
5. Balance kiri t
cairan/24 7. Kekuatan otot
jam : - ekstremitas
350 cc kiri 2222,
6. Ur/Cr : 36 ekstremitas
mg/dL / kanan 4444
1,37 8. Ct scan
gr/dL tampak lesi
7. Na 152 hypodense di
mEq/L periventrikel
8. K 5,4 lateralis
mmol/L kanan lobus
frontalis

23
9. Cl 104 9. Kernig.lasigu
mEq/L e/babins
ki/brudzinksi
(-)
10. Nervus
kraniaslis
dalam batas
normal

b. Adaptasi Konsep Diri


Pasien kooperatif selama menjalani perawatan. Pasien menyadari
dirinya saat ini sedang sakit dan membutuhkan perawatan, pasien ingin
segera sembuh dan normal kembali serta bisa berkumpul dengan
keluarga di rumah karena pasien merasa hanya membebani keluarga
karena tidak bisa beraktivitas.
c. Adaptasi Fungsi Peran
Pasien saat ini sudah tidak aktif bekerja. Saat ini yang menafkahi
keluarga adalah anak sulungnya. Pasien kurang aktif mengikuti
kegiatan kemasyarakatan.
d. Adaptasi Interdependensi
Pasien mendapatkan dukungan penuh dari
keluarga. Keluarga (anak dan istri) sangat memperhatikan pasien,
mereka bergantian menunggu dan memenuhi kebutuhan pasien,tetapi
istri pasien yang senantiasa menunggui pasien. Keluarga terlibat aktif
dalam proses keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Pasien
menyadari dirinya saat ini sedang sakit dan membutuhkan perawatan,
pasien ingin segera sembuh, dan kembali berkumpul dengan keluarga di
rumah.
2. Masalah Keperawatan

24
Berdasarkan hasil pengkajian mode adaptif terdapat perilaku pasien
yang bersifat inefektif, diantaranya adalah :
Tabel 2. Masalah Keperawatan
Mode Adaptasi Mode Adaptasi Mode Adaptasi
Fisiologis Konsep Diri Fungsi Peran
Masalah 1. Bersihan 1. Gangguan 1. Gangguan
Keperawatan jalan nafas citra tubuh fungsi peran
tidak efektif
2. Resiko
gangguan
perfusi
jaringan
serebral
3. Gangguan
mobilitas
fisik
4. Resiko
Gangguan
integritas
kulit
5. 2. 2.
3. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, DAN
EVALUASI
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuscular. Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah untuk
merubah stimulus kea rah perilaku adaptif bersihan jalan anfas efektif
dengan mengarahkan pada aktivitas regulator dan kognator.
Aktivitas regulatornya adalah monitoring buyi nafas tambahan, sputum,
dan pola nafas. kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik,

25
ekpspektoran, penghisapan cairan lender. Aktivitas kognatornya adalah
anjurkan banyak minum air hangat, anjurkan pasien batuk efektif.
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi menunjukkan bunyi nafas tambahan ronkhi
sudah mulai menurun di hari ketiga, pola nafas teratur, produksi sputum
berkurang. Pasien pulang pada perawatn hari ke-5, dan dapat disimpulkan
pasien sudah mulai adaptif terhadap masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
infark di periventrikel lateralis kanan lobus frontalis. Intervensi
keperawatan yang direncanakan adalah untuk merubah stimulus kearah
perilaku adaptif perfusi serebral adekuat dengan mengarahkan pada
aktifitas regulator dan kognator.
Aktifitas regulatornya adalah monitoring tingkat kesadaran,
rekasi pupil, tingkat orientasi tanda vital dan peningkatan tekanan
intracranial. Aktivitas kognatornya adalah anjurkan pasien untuk
menghindari aktifitas berlebih yang bisa meningkatkan TIK.
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang
telah ditetapkan. Hasil evaluasi menunjukkan tanda vital sudah dalam
batas normal, MAP Sudah dalam batas normal. Pasien pulang pada hari
ke-5 dan dapat disimpulkan bahwa diagnose resiko gangguan perfusi
jaringan serebral terataasi. Ini menunjukkan pasien adaptif terahadap
masalaah keperawatan ini.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan deficit neurologi.
Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah untuk merubah
stimulus kearah perilaku adaptif mobilitas fisik adekuat dengan
mengarahkan pada aktifitas regulator dan kognator.
Aktifitas regulatornya adalah tempatkan pasien dalam posisi
terapeutik, rubah ;osisi pasien tiap 2 jam, hindari trauma Ketika
melakukan aktifitas, bantu pasien dalam melakukan ROM. Aktifitas

26
kognatornya adalah anjurkan pasien melakukan perubahan posisi,
anjurkan klien melakukan ROM aktif. Implementasi yang dilakukan
untuk diagnose ini sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Hasil
evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan intervensi menunjukkan
motivasi pasien untuk Latihan ROM tinggi, keluarga berpartisipasi, klien
sudah dapat berpindah kanan/kiri secara mandiri. Dapat disimpulakn
bahwa pasien adaptif terhadap masalah gangguan mobilitas fisik.
Resiko gangguan integritaskulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas. Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah aktivitas
regulator berupa ubah posisi tiap 2jam, lakukan masase pada area
penonjolan tulang, lakukan perawatan luka. Aktifitas kognatornya adalah
anjurkan menggunakan pelembab, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
anjurkan untuk menghindari tirah baring lama.
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang teah
ditetapkan. Hasil evaluasi menunjukkan kulit lembab, tidak tampak luka
lecet akibat tirah baring yang lama. Dapat disimpulkan bahwa pasien
adaptif terhadap masalah keperawatan ini.

27
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
A. Tahap Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data
dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini
adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen ,Proses Kperawatan Menurut
Callista Roy

2. Pengkajian

faktor – faktor yang berpengaruh Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli
yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,
kontekstual dan residual.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu


hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah
laku klien terhadap pengaruh lingkungan.

C. Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi


keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

D. Intervensi

28
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskanpada
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan
kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan


sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

3.2. Saran
Dengan makalah ini ,penulis berharap pembaca dapat mengetahui lebih
banyak lagi tentang Teori Keperawatan Sister Callista Roy guna menambah
wawasan untuk pelajaran.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, R. M. (2014). Nursing Theorist and Their Work . Elsevier.

Amidos, J. (2018, November ). Teori dan Adaptasi Sister Calista Roy : Pendekatan
Keperawatan. Diambil kembali dari ResarchGate:
https://www.researchgate.net

Christerison, P. J. (20009). Proses Aplikasi Model Konseptual . Jakarta : EGC.

Dinda, H. B. (t.thn.). Kelebihan dan Kekurangan Model Teori Adaptasi Calista Roy.
Diambil kembali dari Studocu : https://www.studocu.com

Roy, S. C. (20009). The Roy Adaption Model. appleton lange.

Tomey, A. ,. (2010). Nursing Theorist and Their Works . Mosby Inc.


2

Anda mungkin juga menyukai