Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster


Callista Roy (1969). Model konseptual mengacu pada ide-ide global
mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan
dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada
suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan
tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka
kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model
adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen
esensial dalam adaptasi keperawatan, yaitu : manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa

1
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara
memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia
adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu
beradaptasi.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui model konsep keperawatan yang dikemukakan
oleh Callista Roy (1969).

2
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Model Konsep Adaptasi Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi
Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-
menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik
positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia.

2.2. Teori Adaptasi Calista Roy


Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu
sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah
membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan
muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan
internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

3
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran social
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk
membantu klien beradaptasi.
Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan,
yaitu :
1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing
dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan
terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang
konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara sistem dan
lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan
dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.
Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependen.
Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:
a) Fisiologis.
- Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen
berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
- Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk
memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
- Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
- Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan,
istirahat dan tidur.
- Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.

4
- Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual
berhubungan dengan panca indera
- Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan
cairan dan elektrolit
- Fungsi neurologist: menggambarkan pola control neurologist,
pengaturan dan intelektual
- Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan
termasuk respon stress dan system reproduksi
b) Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan
dan emosi yang berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian
ditujukan pada kenyataan keadaan diri sendiri tentang fisik,
individual, dan moral-etik
c) Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social
seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
d) Interdependent
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia,
kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui
hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok.
2) Keperawatan;
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan
residual.

5
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung
terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul
releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

3) Konsep sehat;
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari
meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan
dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu
untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung
dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan,
usia, budaya dan lain-lain.

4) Konsep lingkungan;
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan
eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan
internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor

6
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu
sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan
akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah
dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar. Model adaptasi Roy
memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan
evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan
secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan
masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan
sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-
masing mode adaptasi secara sistematik dan holistik
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola
perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon
adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan
pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon
adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan,
pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan
emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :

7
1. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif. Dalam mengaplikasikan
diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah hypoxia.
2. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari
perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya.
Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya
adalah nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada
otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas
3. Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode
berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan
Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia
bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang
sesuai adalah kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan
fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan
residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat
terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi
yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli
dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona

8
adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi
meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu
asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

9
BAB III
KASUS

2.1. Pengkajian Perilaku


a. Pengkajian Tahap Pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu L
sebagai sistim adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis,
konsep diri, peran dan interdependen.
Pengkajian tahap pertama pada Ibu N didapatkan data :
Mode fisiologis
S : Menyatakan gerakan- nya terbatas
O : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu
untuk bergerak, serta tampak gelisah
Mode Konsep diri
S : Menyatakan cemas akan terjadi perubahan penampilan
O : Tampak gelisah
Mode Fungsi peran
S : Menyatakan takut terjadi kecacatan
O : Rendah diri terhadap penampilanya
Mode Interdependen
Tidak berdaya

b. Pengkajian Tahap Kedua


Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya
melakukan pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontekstual dan
residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu N didapatkan data :
1) Pengkajian stimulus
a) Stimulus fokal (etiologi)
b) Stimulus konstekstual (presipitasi)
c) Stimulus residual (predisposisi)

10
- Identifikasi stimulus yang berpengaruh: Budaya, keluarga, fase perkembangan
- Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat
proses recovery sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan
ketergantungan ADL
- Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan
post operasi discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas

Self Konsep : Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Phisical self : Rendah diri tehadap penampilannya
Personal self : Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal
dari kaki
Fungsi peran : Takut keberadaannya menjadi beban orang lain
Peran primer : Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Peran tersier : Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdependence :
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit

2. Diagnosa keperawatan

Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan


oleh Roy melalui tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi
mode, mengobservasi perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan
menyimpulkan dari perilaku dari satu atau lebih adaptif mode dengan stimulus
yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
a. Gangguan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b. Cemas berhubungan dengan penurunan konsep diri body image dan harga diri
3. Intervensi
Tanggal :
Problem aktual/resiko :

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
Hasil yang diharapkan:
Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang
dimiliki secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya

11
Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan
program perawatan

Tindakan keperawatan :
Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image
dan harga diri

Hasil yang diharapkan:


Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan
untuk mencari alternatif pemecahan
Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
membantu memecahkan permasalahan klien
Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan
perawatan dengan benar
Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
Model yang dikembangkan Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan
pelayanan RS pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien
dengan permasalahan fisiologis dan psikologis, sesuai dengan karakteristik
teori oleh George (1995) bahwa teori harus dapat diaplikasikan untuk
mengatasi masalah klien dari yang sederhana sampai yang komplek. Pada
intervensi, model adaptasi Roy dapat menghindarkan terjadinya duplikasi
pembuatan perencanaan tindakan dan lebih terarah karena penetapan masalah

12
berdasarkan berbagai respon yang sama walaupun berasal dari berbagai sistim
mode.

B. Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah
dikerjakan pada klien dengan gangguan medikal bedah seperti discectomi
dan pasca pembedahan karena observasi terhadap respon klien baik yang
adaptif maupun yang tidak efektif dapat dilakukan dengan lebih teliti dan
dalam waktu yang cukup. Aplikasi model asuhan pada contoh kasus agak
sulit untuk dilakukan karena selama ini kurangnya pengalaman dalam
aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah mencoba untuk
mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk merumuskan
diagnosa dan intervensi, pada perumusan diagnosa kita dapat melakukan
dengan berbagai macam pendekatan. Hal ini karena Roy menawarkan
berbagai alternatif yang memudahkan sesuai kasus. Pada intervensi dapat
dihindarkan terjadinya duplikasi rencana tindakan karena rencana tindakan
dapat dipadukan dari berbagai sumber pengkajian yang sangat lengkap
sehingga rencana dapat dibuat ringkas, terarah dan menjangkau cakupan
yang luas dari permasalahan klien

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok
menganalisa bahwa model keperawatan Roy lebih menekankan pada manusia
secara holistik yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu
untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku
yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

13
Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi
kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang
adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan
eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai
tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang
berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat
adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat mengenal dan memahami konsep keperawatan
Calista Roy yang banyak digunakan dalam praktek-praktek keperawatan
sehingga mampu melakukan penatalaksanaan dengan teori keperawatan Roy
pada konteks dan situasional yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika
Gaffar, La Ode Jumadi, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
http://nursing-ailiyun.blogspot.com/2009/01/bab-i-pendahuluan.html
http://hartsant.blogspot.com/2011/11/makalah-callista-roy.html
http://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/berkembangnyateori-
keperawatan-model.html

14
MAKALAH TENTANG
TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN CALLISTA ROY

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1

NAMA : 1. NILA MARLINA NIM. 1601119


2. SABARITA Br SEMBIRING NIM. 1601125
3. FAUZIAH NIM. 1601113
4. JENI MULJANI NIM. 1601127
5. HELFIDAR NIM. 1601114
6. ROSTUSI NIATI ZALUKHA NIM. 1601122
7. RAPINA NIM. 1601121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA
(STIKes SU) TA. 2016-2017

15

Anda mungkin juga menyukai