Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dankarunia-
Nya makalah yang berjudul "Gizi Seimbang Pada Balita" ini dapat diselesaikantepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk mata kuliah ilmu gizi. Keberhasilan
penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas daribantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaandan masih banyak
kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulismengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, Juni 2013

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan
ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara
psikologis muncul sebagai problema makan pada anak. Anak balita memang sudah bisa
makan apa saja seperti halnya orangdewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila
makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka.

Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harusberlaku demokratis untuk sekali-
kali menghidangkan makanan yang memangmenjadi kegemaran si anak. Intake gizi yang
baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan
pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan
masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi
anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak
kepadaanaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang
cukupatau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandungbanyak gizi.

B. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :

1. Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita

2. Menu makanan ideal untuk balita

3. Serta faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita

4. Mendidik kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar

menyukai, memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.

5. Masalah-masalah yang mempengaruhi gizi balita.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemenuhan Gizi Pada Balita

1. Mengenal Balita Secara harfiah

Balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena
faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia
diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi
berbentuk cair, yaitu air susu ibu(ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu
tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5 tahun dapat
pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai
dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus
disesuaikan dengan keadaannya.

Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5tahun dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih
besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “masa keras
kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih
besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dansosial anak.
Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan halyang sangat
penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita.

Makanan sebagai sumber zat gizi didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi,
yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi
balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1) Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif
lebih besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun Protein

Sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3) Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat
pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut
dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).

b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.

c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

4. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk


memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status
gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan
Kartu Menuju Sehat(KMS).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya
kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya
usia.

5. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah limatahun (balita) adalah
tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh darimakanan dengan kebutuhan tubuh
mereka. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang


sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja.
Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik
(cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi
kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya
makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena
kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya
kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae
menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi
kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap
sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu


masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk
makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya
dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat
memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-
kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis
makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena
diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi
yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir,
sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik. Anak yang dibawah usia 2 tahun
masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun
perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi,
maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang. Akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang
belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-
kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian
ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang
malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang


disajikan.Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan.

g. Penyakit infeksi Infeksi

Dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-
penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr.
Harsono, 1999).7.
6. Akibat Gizi yang Tidak Seimbangan.

Kekurangan Energi dan Protein (KEP) Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan
energi dan protein.

1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus
terganggu

4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi
dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan


balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus
kering yang disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit
demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.
Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya
walaupun secara sekilasanak tidak kurus. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan,
KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.

1) Marasmus

Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang
tua. Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela
sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami
pengurusan (wasting). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut
(mendadak), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh
sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya. Obesitas Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak
sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada
anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.

2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.

3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai
keinginan orangtua.

5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

6) Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :

a. Faktor penyakit organis

b. Faktor gangguan psikologi

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

 Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis

 Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran


tertentu sehingga anak menjadi tertekan

 Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan

 Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan

 Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua
orang tuanya.

c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis,
faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhkan
penyakitnya melalui dokter.

2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat
menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.

(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat
memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga
waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya
dengan makan bersama keluarga (orangtua)

(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya
dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik. Jika
penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini:

 Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-
benar lapar dan haus

 Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak
menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.

 Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya


didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan
yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.

 Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau
gizi lebih.

 Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan


anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini,
antara lain dengan pengenalan jam-jam makan danvariasi makanan. Gizi seimbang dapat
dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :

a. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri
atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

b. Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi
yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

• Pagi hari waktu sarapan.

• Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.

• Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

• Pukul 16.00 sebagai selingan


• Pukul 18.00 pada waktu makan malam.

• Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

• Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu
diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu
jauh)

• Pukul 06.00 : Susu

• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan

• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 14.00 : Susu

• Pukul 16.00 : Makanan selingan

• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim

• Pukul 20.00 : Susu.

C. Makanan Selingan Balita

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa
sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan
sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan


yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan
dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola
makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan
untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam
keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima
porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada
makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis
makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu
isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain. Fungsi makanan
selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang
dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis
dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat
yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti
hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikanterus-menerus sangat berbahaya.
Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manissaja maka kebiasaan ini akan dibawa
sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan
merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

D. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit

Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk,muntah.
Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang
tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi
dengan pengaturan makanannya.

1. Untuk balita dengan panas tinggi

Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal
ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat- zat gizi menurun dan
adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya
menurun. Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :

 Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure,


bubur dan lain-lain.

 Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.

 Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan
kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
 Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari
normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah
sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan
minuman lebih banyak dari biasanya.

 Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan
sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:

a. Infeksi.

Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare
pada anak.

b. Malabsorpsi.

Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa),
lemak dan protein.

c. Makanan.

Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.

d. Faktor psikologis.

Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi)
yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan
kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di
bawah normal. Pengaturan makanannya secara umum adalah:

 Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah
maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit
atau larutan gula garam.

 Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.

 Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau
terlalu dingin.

 Bentuk makanan lunak.


3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan

Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya


disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :

a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan
hangat.

b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.

c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain.
Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.

d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah

Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan,
infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.

Syarat makanannya:

a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan
sering.

b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan
susu campur buah supaya segar.

c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein


dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan
lain-lain.

d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan
makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat
mual.
5. Untuk balita dengan gejala batuk

Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakitbronchitis
yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dansebagainya. Pengaturan
makanan yang perlu diperhatikan :

a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.

b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang
cukup supaya kondisi tubuh membaik.

c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan
bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.

d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi
dari biasanya.

e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat,
permen, manisan dan minuman manis.

f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.

2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
sangat diperlukan bagi balita.

3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh


status gizi yang baik.

4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan
dan kecerdasan bagi otaknya.

5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan
kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta
pengaruh obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.

B. Saran

1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.

2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan untuk balita.

3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk
pertumbuhan anak.

4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk
pertumbuhan dan kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.Emawati F . ,

Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk
Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92

Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . Kompas 9 September
2002 .Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta:

Erlangga.Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya.Tumbuh


kembang anak, Fakultas Kedokteran

UI.Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT
Gramedia. Jakarta.Almasyhuri. 1998 .

Anda mungkin juga menyukai