Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti pernah mengalami

suatu masalah. Cara menyikapi masalah itupun berbeda-beda pada setiap

orang. Cara pengambilan sikap ini dipengaruhi oleh spiritual dan

kebudayaan orang tersebut. Misalnya saja seseorang yang sedang

mengidap suatu penyakit. Cara menyikapinya oleh setiap orang berbeda-

beda. Sikap itu muncul salah satunya berdasarkan keyakinan dan

kebiasaan orang tersebut . Spiritualitas, keyakinan dan agama merupakan

hal yang terpisah, walaupun seringkali diartikan sama. Pemahaman tentang

perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting bagi perawat untuk

menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan

yang digunakan perawat. Kebudayaan juga berpengaruh pada sikap pasien

dalam menyikapi masalah yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu

penting bagi perawat untuk bisa mnganalisa sikap pasien agar tidak terjadi

kesalahpahaman.

Untuk itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep tersebut

yaitu berkenaan dengan konsep spiritual dan budaya dengan tujuan agar

bisa meningkatkan pemahaman kepada calon perawat professional tentang

konsep tersebut serta bagaimana keterkaitan antara konsep spiritual dan

budaya dalam proses keperawatan dan bagaimana penerapannya dalam

1
praktik keperawatan. Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit

membutuhkan asuhan keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut

untuk mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif,

bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga spiritual dan juga

dipengaruhi oleh budaya pasien tersebut. Untuk itulah materi tentang

penerapan aspek spiritual dan budaya ini penting untuk diketahui oleh

calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan

spiritual.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan aspek spiritual dan budaya dalam keperawatan ?

2. Mengapa penerapan aspek spiritual dan budaya itu penting di Rumah

Sakit ?

3. Bagaimana keterkaitan aspek spiritual dan budaya dalam keperawatan ?

4. Bagaimana penerapan aspek spiritual dan budaya di Rumah Sakit?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan aspek spiritual dan budaya

dalam keperawatan.

2. Untuk mengetahui Mengapa penerapan spiritual dan budaya itu penting

di Rumah Sakit

3. Untuk mengetahui Bagaimana keterkaitan aspek spiritual dan budaya

dalam keperawatan.

2
4. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan aspek spiritual dan budaya

Rumah Sakit.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Spiritual dan Budaya

1. Konsep Kebudayaan

Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berfikir yang

dibangun oleh sekelompok orang dalam suatu daerah

tertentu(Martsolf,1997). Kebudayaan terdiri dari nilai, kepercayaan,

tingkah laku sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku,

peran,dan praktek keagamaan yang diwariskan turun-temurun.

Di dalam suatu kebudayaan di kaitkan dengan adanya“Kebiasaan

dan ritual yang mengatur dan menetukan hubungan sosial berdasarkan

kehidupan sehari-hari sebagaimana halnya dengan teks-teks,sastra, musik,

televisi, dan film yang melalui kebiasaan serta ritual tersebut dunia sosial

dan natural ditampilkan kembali atau ditandai-dimaknai-dengan cara

tertentu yang sesuai dengan konvensi tertentu.”

Kebudayaan mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori

keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam

memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh

wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan

perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah

seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri,

demikian juga yang dahulu budaya perawat dibawah pengawasan

4
langsung dokter,dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai

profesi mandiri maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga

peran perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan langsung akan

tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai

tim kesehatan.

a. Paradigma Keperawatan Lintas Budaya

Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara

pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan

keperawatan yang sesuai  latar belakang budaya, terhadap 4 konsep

sentral keperawatan yaitu :

1) Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki

nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk

menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger

(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan

budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and

Davidhizar, 1995).

2) Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam

mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan

merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks

budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan

seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.

5
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin

mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang

adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3) Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang

mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.

Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana

klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk

lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik

adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti

daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim

seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena

tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial

adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan

sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat

yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus

mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan

tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan

simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu

seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang

digunakan.

6
4) Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai

dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan

memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang

digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan /

mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan

mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

2. Konsep Spiritual

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai

kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan

membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat

memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual

yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau

pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat

tidak bisa terlepas dari interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya

untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari

kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan spiritual klien tersebut, walau pun perawat dan klien

mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang tidak sama.

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozier et

al (2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan.

7
Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi.

Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan

pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap

pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu

mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan

ritual tertentu.

Spiritual merupakan perubahan perilaku yang didasarkan pada

keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang

dianutnya. Dalam spiritualitas keyakinan dan agama merupakan hal yang

terpisah, walau pun seringkali diartikan sama. Pemahaman tentang

perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting bagi perawat untuk

menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan

yang digunakan perawat.

a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spritual:

1) Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan

memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.

2) Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam

memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan

emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan

sehari – hari.

8
3) Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang

berbeda – beda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual

pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

4) Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki

oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan

spiritual.

5) Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu

mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu

mendekatkan diri kepada penciptanya.

b. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian dalam kehidupan.

2) Menemukan arti dan tujuan hidup.

3) Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan

kekuatan dalam diri sendiri.

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan

dengan Yang Maha Tinggi.

c. Menurut Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zetner,

(1993) :

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau

mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,

9
penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar kekuatan

Manusia.

d. Sedangkan menurut Mickley et al (1992) :

menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu

dimensi ekstensial dan dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus

pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih

berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha

Penguasa.

e. Lalu menurut (Carson, 1989) :

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Sehingga

kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan

tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa

keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

Jadi, intinya Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang

menjelaskan hubungan spiritual dengan kebudayaan,yaitu spiritual

dipengaruhi seluruhnya oleh kebudayaan,spiritual dipengaruhi pengalaman

hidup yang tidak berhubungan dengan kebudayaan,dan spiritual dapat

dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak berhubungan

dengan kebudayaan.

10
3. Kompetensi Asuhan Spiritual Pasien

Rass (2008) mendefinisikan kompetensi sebagai komponen yang

mengandung ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk

mendorong kesuksesan dalam suatu pekerjaan atau profesi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi seseorang

menurut Zwell (2008; dalam Darwinanti, 2010) :

a. Keyakinan dan nilai-nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan

sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka

tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang

cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu

b. Ketrampilan

Ketrampilan yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu

aktivitas atau pekerjaan. Pengembangan ketrampilan secara spesifik

berkaitan dengan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya

organisasi dan kompetensi individual.

c. Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman

mengorganisasikan orang, komunikasi di hadapan kelompok,

menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Faktor pengalaman dapat

meningkatkan kecakapan dalam kompetensi.

11
d. Karakteristik kepribadian

Orang merspon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan

sekitarnya. Kepribadian dapat mempengaruhi sejumlah kompetensi

termasuk dalam penyelesaian konflik, menunjukkan kepedulian

interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan pengaruh

dan dapat membangun hubungan yang baik.

e. Motivasi

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah.

Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap suatu pekerjaan,

dengan memberikan pengakuan dan perhatian individual dapat

memberi pengaruh positif terhadap motivasi.

f. Isu emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.

Adanya rasa takut membuat kesalahan, rasa malu, merasa tidak

disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi

motivasi dan inisiatif.

g. Kemampuan intelektual

Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran

konseptual dan pemikiran analitis.

h. Budaya organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumberdaya manusia

dalam kegiatan sebagai berikut, proses rekruitmen dan seleksi

12
i. Isu emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.

Adanya rasa takut membuat kesalahan, rasa malu, merasa tidak

disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi

motivasi dan inisiatif.

j. Kemampuan intelektual

Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran

konseptual dan pemikiran analitis.

k. Budaya organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumberdaya manusia

dalam kegiatan sebagai berikut, proses rekruitmen dan seleksi.

karyawan, sistem penghargaan, praktik pengambilan keputusan,

filosofi.

Muchson (2012) menyatakan bahwa kompetensi seorang perawat

adalah sesuatu yang ditampilkan secara menyeluruh oleh seorang

perawat dalam memberikan pelayanan profesional kepada pasien,

mencakup pengetahuan, ketrampilan dan pertimbangan yang

dipersyaratkan dalam situasi praktek. Campinha-Bacote (1995; dalam

Singh, 2007) mendeskripsikan kompetensi spiritual terdiri dari tiga

komponen yaitu mendeskripsikan kompetensi spiritual terdiri dari tiga

komponen yaitu spiritual awareness, spiritual knowledge, spiritual

skill. Graham (2008) menyatakan kompetensi spiritual adalah dasar

untuk mengembangkan harapan, tujuan, dan makna hidup.

13
B. Tujuan Konsep Spiritual dan Budaya dalam Keperawatan

Konsep spiritual dan budaya ini sangat penting dalam dunia

keperawatan khususnya bagi seorang perawat untuk memahami konsep

yang mendasari kesehatan spiritual. Karena konsep spiritual ini merupakan

suatu konsep yang unik yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Seorang perawat atau ners harus memahami bahwa aspek ini adalah bagian

dari pelayanan yang komperehensif. Karena respon spiritual maupun budaya

kemungkinan akan muncul pada pasien. Kompetensi standar yang dicapai

adalah perawat mampu mengidentifikasikan aspek spiritual yang terjadi

pada pasien. Dengan kompetensi dasar sebagai berikut :

1. Perawat mampu mendefinisikan aspek spiritual pada manusia atau

pasien.

2. Perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan spiritual ataupun budaya

pada pasien yang sakit.

3. Perawat mampu memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan

spiritual dan budaya.

(Dyson,Cobb, Forman, 1997) mengamati bahwa perawat menemukan

aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri,

orang lain, dan dengan Tuhan. Dimensi spiritual ini mengintegrasi,

memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan

manusia. Konsep-konsep yang terkait dengan spiritual sebuah isi yang

sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan dalam

mebedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dari dalam diri

14
manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat

juga perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi

psikologi, dan memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual

sehingga dapat saling berhubungan. Oleh karena itu perawat diharapkan

terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum mebantu paseien

dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien.

Dengan demikian dapat diharapkan perawat dapat lebih memberikan

pelayanan keperawatan yang berkualitas. Konsep spiritual sangat penting

bagi seorang perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan

perilaku self care klien. Konsep yang perlu dipahami, menuntun kebiasaan

hidup sehari-hari, gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang mungkin mempunyai

makna keagamaan bagi klien. Sumber dukungan, spiritual sering menjadi

sumber dukungan bagi seseorang untuk menghadapi situasi stress.

Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk menerima

keadaan hidup yang harus dihadapi terutama penyakit yang dirasakan.

Sumber kekuatan dan penyembuhan, individu bisa memahami distres fisik

yang berat karena mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual

dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat pasien yang

dapat mempercepat proses penyembuhan. Sumber konflik pada situasi

tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi konflik

antara keyakinan agama dan praktik.

15
C. Hubungan Aspek Spiritual dan Budaya dalam Berbagai Aspek

Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan spiritual dan budaya penerima layanan

keperawatan, maka perawat mutlak perlu memiliki kemampuan

mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas dan budaya

sebagai berikut:

1. Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam/dan self-reliance)

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).

b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa

depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

2. Hubungan dengan alam Harmoni

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabdi

dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain

a. Harmonis/suportif

1) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.

2) Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.

3) Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dll).

b. Tidak harmonis

1) Konflik dengan orang lain.

2) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

3) Hubungan dengan ketuhanan

16
c. Agamais atau tidak agamais

1) Sembahyang/berdoa/meditasi.

2) Perlengkapan keagamaan.

3) Bersatu dengan alam.

4. Keterkaitan antara spiritualitas, kesehatan dan sakit

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat

diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan

berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk

memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat

merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang

menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan

tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan

kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi tanggung

jawab pemuka agama.

Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa

pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai

berikut:

a. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai

contoh, ada agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan tidak

boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang

17
melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi

medik atau pengobatan.

b. Sumber dukungan

Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari

keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat

menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut

memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum

pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik

keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual

yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.

c. Sumber konflik

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama

dengan praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang

penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa.

5. Empat isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dan klien adalah:

a. Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan dengan spektrum

yang luas.

b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan mengatasi situasi,

melanggar privacy klien, atau merasa tidak pasti dengan sistem

kepercayaan dan nilai diri sendiri.

c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti

dalam kehidupan , tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam

kehidupan pribadi perawat.

18
d. Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara agama dan

konsep spiritual.

6. Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini perawat akan:

a. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi

kebutuhannya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan

berhubungan serta pengampunan.

b. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari ini,

terutama ketika menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam

melakukan praktik profesional.

c. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.

d. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan Menghargai keyakinan dan

praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan

spiritual perawat.

e. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan

spiritual klien mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap

penyakit, pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan terapi/treatment.

f. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.

g. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk

membantu klien yang sedang mengalami distress spiritual.

7. Perilaku self-care:

a. Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.

b. Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual.

c. Hargai sistem kepercayaan orang lain.

19
d. Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri

sendiri dan orang lain.

e. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stress, krisis dan

kehilangan.

D. Penerapan Aspek Spiritual dan Budaya di Rumah Sakit

Table Pandangan Teoritis Tentang Spiritual

Teori Aplikasi dalam keperawatan


Filosofi Memberikan pemahaman yang luas tentang dimensi

spiritual. Dari pandangana fisiologis, perawat dapat

meneliti, esensial, asal, sifat, dan nilai keyakinan spiritual

seseorang. Fisiologis membantu seseorang meneliti

keyakinan seseorang guna memahami secara logis dan

seberapa jauh spiritualisasi merupakan cara hidup

seseorang.
Teologi Pandangan ini membantu perawat mencapai pemahaman

tentang keyakinan seseorang mengenai sifat Tuhan atau

menghargai kehidupan yang lebih tinggi. Teologi

membentuk keyakina seseorang tentang hidup dan makna

dari pengalaman ini.


Fisiologi Pandangan gisiologis tentang spiritual membantu perawat

utuk memahami interaksi yang terjadi di antara tubuh,

pikiran dan spirit dalam sehat sakit.


Psikologis Pandangan psikologis memberi perawta suatu pamahanan

tenatng proses mental seseorang pengalaman, dan emosi

20
serta peran spiritual yang dimainkan dalam ekspresinya.

Perawat harus mencerna pada apa yang memberi makna

hidup pada klien. Kemana klien mencapai pedoman, dan

dari sumber apa klien mendapat dorongan dan harapan.


Sosiologi Semua orang dipengaruhi oleh masyarakat atau kelompok

dimana mereka hidup. Pandangan ini membantu perawat

memahami pentingnya individu dalam kelompok

mendapatkan hubungan dengan seseorang yang

mempunyai keyakinan serupa. Pandangan ini juga

menunjukkan kepentingan dan makna yang dimilki ritual

dan praktik bagi individu dan kelompok.

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan men

tersebut ke dalam diagnose keperawatan yang sesuai, perawat harus

mempertimbangkan status kesehatan klien terakhir dari perspektif holistic, dengan

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan

keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk

mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar

belakang budaya. Dan Peran perawat dalam keperawatan lintas budaya

adalah menjembatini antara budaya klien dengan budaya dalam asuhan

keperawatan.

Gambar 5 : Rentang Sehat - Sakit

Sehat dan sakit adalah terdapat dalam rentang sehat sakit dimana

sehat berada dalam kutub barat dan sakit berada dikutub timur. Ketika

seseorang berhasil beradaptasi dengan lingkungan maka seseorag akan

sehat dan sebaliknya ketika seseorang tidak berhasil beradaptasi dengan

lingkungan maka seseorang akan sakit. Lingkungan disini berdasarkan

faktor budayanya. Sehingga sehat sakit adalah hasil dari adaptasi manusia

terhadap lingkungan budayanya.

22
B. Saran

Praktik keperawatan peka budaya harus menjadi bagian dari

program atau kurikulum pendidikan mulai dari jenjang diploma, sarjana

dan magister keperawatan. Sehingga aplikasinya nanti perawat dapat

melaksanakan asuhan keperawatan peka terhadap budaya klien atau

pasien, dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya inilah perawat

harus bisa menganalisis atau mengkategorikan bahwa budaya klien

tersebut sesuai tidak dangan asuhan keperawatan yang diberikan. jika

sesuai budaya yang seperti ini dapat dipertahankan

(preservation/maintenance) untuk membantu proses penyembuhan, namun

kalau budaya tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan proses

penyembuhan maka harus diperbaiki (restructuring/repatterning). Begitu

juga jika budaya yang dibawa klien ini ada pengaruh yang positif dan ada

juga yang berdampak negatif terhadap proses penyembuhan maka hal yang

seperti ini harus dipilah antara yang diakomodasi dan negosiasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2007. “ Pengantar Konsep Dasar Keperawatan”.


Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Alimul A.2004. “Pengantar Konsep Dasar Keperawatan”.Jakarta:


Salemba Medika

Murwani, Arita. 2008. “Pengantar Konsep Dasar Keparawatan”.Yogyakarta:


Fitramaya

Doenges, M E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Potter and Perry. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7. Mosby


Elsevier:  Singapore

Price, S A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses


– Proses Penyakit. Jakarta  : EGC

(2008). Teori Transkultural nursing. Retrieved from situs sumber


http://ayubth.blogspot.com/2008/11/teori-transcultural-nursing-dalam.html

(2011). Teori Keperawatan Madeleine Leininger  “Culture Care : Diversity


and Universality Theory“ Retrieved from situs sumber
http://aripristiana.blogspot.com/2011/02/madeline-leininger.html

(2012). Info Keperawatan . Retrieved from situs sumber


http://bloggersahabat-infokeperawatan.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-
false-false-in-x-none-x.html

24

Anda mungkin juga menyukai