Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MALNUTRISI

Sub pokok bahasan : Penanganan malnutrisi pada anak


Sasaran : Pasien dan orang tua di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Hari/Tanggal : Jumat, 26 April 2019
Waktu : 08.00 – 08.35 WIB
Tempat : RSUD. K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang

I. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapakan peserta bisa mengetahui dan
memahami tentang apa itu malnutrisi dan bagaimana cara penanganan pada anak
penderita malnutrisi
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang malnutrisi diharapkan peserta dapat:
a) Mengetahui pengertian malnutrisi.
b) Mengetahui penyebab penyakit malnutrisi.
c) Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit malnutrisi.
d) Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada penyakit malnutrisi.
e) Mengetahui bagaimana cara pencegahan malnutrisi.

II. Materi ( terlampir )


1. Pengertian malnutrisi.
2. Penyebab malnutrisi.
3. Tanda dan gejala malnutrisi.
4. Penatalaksanaan malnutrisi.
5. Pencegahan terjadinya malnutrisi.
III. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : memberikan penyuluhan / penjelasan tentang malnutrisi
2. Diskusi dan tanya jawab

IV. Media Penyuluhan


1. Leaflet
2. Lembar Balik

V. Proses kegiatan penyuluhan

No Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Peserta

1. Pembukaan a. Mengucap salam 5 menit a. Menjawab salam


b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menggali pengetahuan c. Mengemukakan
yang di ketahui tentang pendapat sesuai dengan
malnutrisi apa yang diketahui
d. Menjelaskan tujuan d. Menyimak dengan
penyuluhan seksama dan menerima
e. Kontrak waktu kontrak.

2. Penyajian a. Menjelaskan 20 Menit a. Mendengarkan materi


pengertian malnutrisi yang disampaikan
b. Menjelaskan penyebab dengan seksama
malnutrisi b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tanda dan demonstrasi dengan
gejala malnutrisi seksama
d. Menjelaskan
bagaimana penatalaksanaan
malnutrisi
e. Menjelaskan cara
pencegahan terjadinya
malnutrisi
3. Penutup a. Memberikan peserta 10 Menit a. Peserta bertanya
kesempatan bertanya mengenai hal-hal yang
b. Mengajukan pertanyaan belum dimengerti.
sebagai evaluasi b. Sasaran dapat menjawab
c. Memberikan umpan balik pertanyaan yang
d. Menjelaskan hal-hal yang diberikan.
belum dimengerti c. Mendengarkan.
e. Mengucapkan salam penutup. d. Merespon.
e. Menjawab salam.

VI. Evaluasi
1. Evaluasi proses
 Pasien/Keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir acara
penyuluhan
 Penyaji dapat memberikan materi dan menjawab pertanyaan pasien/keluarga dengan
baik.
 Penyuluhan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan baik dan lancar
2. Evaluasi hasil
 Pasien/Keluarga mengetahui dan memahami mengenai malnutrisi sehingga
menerapkan dalam praktiknya individu maupun kelompok seperti materi yang telah
disampaikan dalam penyuluhan
 Pasien/Keluarga akan membagikan pengetahuannya yang telah di dapat dalam
penyuluhan kepada masyarakat yang lainya.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitas. Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan
protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan
kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas
maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.
Jadi, malnutrisi adalah suatu keadaan kurang nutrisi karena kekurangan konsumsi
makanan dan ketidakseimbangan komposisi gizi makanan.

2. Etiologi
Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan
Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah
makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit
Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.
Penyebab tidak langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga
b. Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan.
c. Kualitas perawatan ibu dan anak.
d. Buruknya pelayanan kesehatan.
e. Sanitasi lingkungan yang kurang
3. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan dan kekurangan energy
b. Pusing
c. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
d. Kulit yang kering dan bersisik
e. Gusi bengkak dan berdarah
f. Gigi yang membusuk
g. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h. Berat badan kurang
i. Pertumbuhan yang lambat
j. Kelemahan pada otot
k. Perut kembung
l. Tulang yang mudah patah
m. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.

Manifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun


dapat terjadi bersama-sama.

a) Manifestasi Klinik Kwashiorkor


Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar).
1. Perkiraan Berat Badan (Kg)
a. Lahir 3,25
b. 23-12 bulan (bln + 9)/2
c. 1-6 tahun (thn x 2) + 8
d. 6-12 tahun {(thn x 7) – 5}/2 (Soetjiningsih, 1995).
2. Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
a. 1 tahun 1,5 x TB lahir
b. 4 tahun 2 x TB lahir
c. 6 tahun 1,5 x TB 1 thn
d. 13 tahun 3 x TB lahir
e. Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
3. Perubahan mental (cengeng atau apatis)
4. Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat
5. Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)
6. Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut)
7. Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy pavement
dermatosis.
8. Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan batas
yang tegas)
9. Anemia akibat gangguan eritropoesis.
10. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin
normal, kadar kolesterol serum rendah.
11. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononukleus.
12. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan
degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis dan
sebagainya).

b) Manifestasi Klinik Marasmus:


1. Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
2. Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
3. Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
4. Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah kulit.
5. Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah tampak lebih
tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
6. Vena superfisial tampak lebih jelas.
7. Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.

4. Penatalaksanaan pada pasien dengan malnutrisi


 Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin.
 Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
 Penanganan diare bila ada; cairan, antidiare, dan antibiotic.

5. Pencegahannnya
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan
dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan
meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

REFERENSI

A. A Hidayat Alimul.2006.pengantar ilmu keperawatan anak.Jakarta:Salemba Medika


Behrman E Richard.2003.ilmu kesehatan anak edisi 15.Jakarta:EGC
Nelson.1990.ilmu kesehatan anak.Jakarta:EGC
Nursalam, Susilaningrum, Rekawati, Utami, Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak (Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi,dkk.2010.asuhan keperawatan pada anak.Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai