MALNUTRISI
I. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapakan peserta bisa mengetahui dan
memahami tentang apa itu malnutrisi dan bagaimana cara penanganan pada anak
penderita malnutrisi
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang malnutrisi diharapkan peserta dapat:
a) Mengetahui pengertian malnutrisi.
b) Mengetahui penyebab penyakit malnutrisi.
c) Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit malnutrisi.
d) Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada penyakit malnutrisi.
e) Mengetahui bagaimana cara pencegahan malnutrisi.
VI. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Pasien/Keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir acara
penyuluhan
Penyaji dapat memberikan materi dan menjawab pertanyaan pasien/keluarga dengan
baik.
Penyuluhan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan baik dan lancar
2. Evaluasi hasil
Pasien/Keluarga mengetahui dan memahami mengenai malnutrisi sehingga
menerapkan dalam praktiknya individu maupun kelompok seperti materi yang telah
disampaikan dalam penyuluhan
Pasien/Keluarga akan membagikan pengetahuannya yang telah di dapat dalam
penyuluhan kepada masyarakat yang lainya.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitas. Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan
protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan
kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas
maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.
Jadi, malnutrisi adalah suatu keadaan kurang nutrisi karena kekurangan konsumsi
makanan dan ketidakseimbangan komposisi gizi makanan.
2. Etiologi
Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan
Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah
makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit
Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.
Penyebab tidak langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga
b. Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan.
c. Kualitas perawatan ibu dan anak.
d. Buruknya pelayanan kesehatan.
e. Sanitasi lingkungan yang kurang
3. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan dan kekurangan energy
b. Pusing
c. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
d. Kulit yang kering dan bersisik
e. Gusi bengkak dan berdarah
f. Gigi yang membusuk
g. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h. Berat badan kurang
i. Pertumbuhan yang lambat
j. Kelemahan pada otot
k. Perut kembung
l. Tulang yang mudah patah
m. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
5. Pencegahannnya
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan
dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan
meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.
REFERENSI