Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2. 1 Auskultasi Denyut Jantung Janin


Pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil adalah : periksa dengar pada bagian
abdomen ibu hamil menggunakan stetoskop monoaural/funduskop atau dopler
.Bunyi-bunyi yang bisa terdengar pada saat pemeriksaan auskultasi berasal dari bayi
(meliputi bunyi jantung, gerakan, dan bising tali pusat) dan dari ibu (meliputi bising
rahim, bising aorta, dan bising usus) (Mufdlilah, 2017).
Tujuan pemeriksaan :
a. Mendengarkan bunyi jantung bayi dalam kandungan , dapat diketahui bayi hidup
atau mati .
b. Mendengarkan irama dan menghitung frekuensi bunyi jantung bayi sehingga dapat
diketahui apakah bayi dalam kandungan sehat atau ada gangguan.
c. Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang paling keras
(punctum maksimum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam kandugan,
apakah yang berada dibagian bawah kepala atau bokong , atau janinnya melintang.
Di samping itu, mengetahui apakah janin didalam kandungan tunggal atau ganda.
d. Pada pemeriksaaan auskultasi akan diketahui bunyi/denyut jantung janin,
mengenali macam-macam bunyi baik dari ibu atau janin, dan dapat menghitung
denyut jantung janin.
Bunyi /denyut jantung jani dapat didengarkann dengan stetoskop monoaural atu
dopler pada akhir bulan kelima, pada daerah punggung dekat kepala. Bila janin
dengan posisi kepala dibawah dan punggung disebelah kiri, punctum maksimum akan
berada diantara pusat dan simfisis di bagian kiri ibu. Bila janin dengan kepala
dibawah dan punggung dibagian kanan, punctum maksimum berada diantara pusat
dan simfisis bagian kanan ibu. Bila janin dengan bagian bawah bokong/kaki dibawah
dan punggung disebelah kiri, punctum maksimum berada diantara pusat dan
prosessus xifoideus ibu dibagian kiri. Bila janin dengan posisi bokong dibawah dan
punggung disebelah kanan, maka punctum maksimum berada diantara pusat dan
prosesus xifodeus dibagian kanan ibu. Selanjutnya, apabila janin dengan posisi
melintang dengan kepala dibagian kiri, punctum maksimum berada diantara pusat
dibagian kiri ibu. Apabila janin dalam posisi melintang dengan kepala dibagian
kanan maka, punctum maksimum berada diantara pusat dibagian kanan ibu.
(Mufdlilah, 2017)
Bunyi yang terdengar pada pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil berasal dari
ibu dan bayi. Bunyi yang berasal dari ibu meliputi :
1. Bising rahim. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu karena
berasal dari arteri urterina.
2. Bunyi aorta. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu ,
terdengar lebih keras dari bising rahim.
3. Bising usus. Sifat bunyi tidak teratur yang disebabkan oleh udara dan cairan yang
ada diusus.
Bunyi yang berasal dari bayi meliputi :
1. Bising tali pusat. Sifat bunyi meniup. Bising tali pusat timbul karena tali pusat
tertekan oleh bagian-bagian janin. Bila posisi ibu diubah , Bising tali pusat bisa
hilang karena tali pusat sudah tidak tertekan lagi.
2. Gerakan anak. Sifat bunyi seperti gerakan dari dalam rahim.
3. Bunyi/denyut jantung janin. Sifat bunyi berdetak, dalam keadaan normal lebih
cepat dari denyut nadi, dan irama teratur. Dalam keadaan tidak normal bisa lebih
cepat atau lebih lambat dari denyut nadi dan irama nya tidak teratur.Setelah
punctum maksimum denyut jantung janin ditemukan, frekuensi denyut jantung
dihitung menggunakan arloji yang mempunyai jarum sekon.Frekuensi yang
dihitung adalah lima detik pertama, lima detik ketiga, dan lima detik kelima.
Sedangkan lima detik kedua dan lima detik keempat tidak dihitung. Tujuannya
supaya kita bisa menilai keteraturan bunyi jantung yang kita dengar. Apakah
frekuensi pada lima detik pertama, ketiga dan kelima sama, atau masih memiliki
selisih yang seimbang atau selisih sangat banyak, yang menandakan normal
tidaknya irama bunyi jantung yang kita dengarkan. Frekuensi denyut jantung janin
dihitung pada lima detik pertama, lima detik ketiga, lima detik kelima. (Mufdlilah,
2017)
Pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut jantung janin bisa
dilaksanakan mulai umur kehamilan 20 minggu. Urutan kerjanya: umur kehamilan 20
sampai 21 minggu dilakukan setelah pemeriksaan inspeksi abdomen.Pada kehamilan
normal mulai umur kehamilan 22 minggu sampai 35 minggu, sebaiknya dilakukan
setelah melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan teknik Mc.Donald, pada
umur kehamilan 36 minggu sampai menjelang lahir setelah pemeriksaan palpasi
dengan teknik Leopold. Sedangkan pada pemeriksaan kehamilan ganda, pada umur
kehamilan 28 minggu setelah pemeriksaan palpasi dengan teknik Leopold. Jangan
melakukan pemeriksaan saat uterus berkontraksi. (Mufdlilah, 2017)
CONTOH PERHITUNGAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG
5 detik I 5 detik 5 detik Kesimpulan
III V
12 11 11 Teratur,136x/mnt (baik)
11 12 13 Teratur,144x/mnt (baik), perlu
antisipasi
9 14 10 Tidak teratur,132x/mnt (tidak
teratur)
Perlu antisipasi
8 8 6 Tidak teratur,92x/menit,
(brakardia, gawat janin)
15 14 14 Teratur, 172x/mnt (trakardia,
gawat janin) perlu tindakan
segera.

Setelah diketahui jumlah frekuensin bunyi/denyut jantung janin, hasilnya perlu


dianalisis. Normal/tidaknya denyut jantung janin dalam kandungan ditentukan oleh
irama dan frekuensinya. Irama denyut jantung janin yang normal selisih frekuensi
antara perhitungan lima detik pertama, ketiga, dan kelima tidak lebih dari 2 kali.
Janin dalam keadaan sehat bunyi jantungan teratur dan frekuensinya berkisar antara
120-140x/menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160
x/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang
disebut gawat janin.

Salah satu cara melakukan pemeriksaan abdomen pada ibu hamil.


Denyut jantung janin dipengaruhi beberapa faktor diantaranya posisi ibu, aktivitas
uterus dan umur kehamilan yang di akibatkan keseimbangan kematangan saraf
simpatis dan para simpatiss, stress janin, dan kecemasan yang dirasakan oleh ibu
hamil (Siti Hodijah, 2018)
Menurut Mufdlilah tahun 2017 DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16
minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 12 minggu. Ciri-ciri
DJJ adalah ketukan lebih cepat dari denyut nadi, dengan frekuensi normalnya 120-
160 kali per menit. Janin mengalami bradycardia apabila DJJ kurang dari 120 kali per
menit selama 10 menit. Janin mengalami tachycardia, apabila DJJ lebih dari 160 kali
per menit selama 10 menit.
Cara menghitung DJJ adalah sebagai berikut :
1. Pastikan yang terdengar adalah DJJ
2. Dengarkan DJJ pada tempat yang paling jelas terdengar DJJ (punctum maximum)
3. Satu tangan memegang monoskop leanec, tangan yang lain memegang denyut
nadi radialis ibu, mata melihat jam.
4. Hitung 5 detik pertama, 5 detik ketiga, 5 detik kelima.
5. Pada 5 detik kedua dan keempat, DJJ tidak dihitung, tetapi tetap mendengarkan
dan memperhatikan karakteristik DJJ.
6. Hasilnya dijumlah dikalikan empat ditulis dengan “…..kali per menit”, dijelaskan
juga keteraturan dan kekuatannya.

Menurut Mufdlilah tahun 2017 sikap pemeriksa dalam melaksanakan


pemeriksaan auskultasi :
1. Berhati-hati . Pada saat melaksanakan pemeriksaan auskultasi pemeriksa harus
berhati-hati.Pertama dalam menetukan lokasi(punctum maksimum) terdengarnya
denyut jantung janin , sebelum pasti sebaiknya jangan menempelkan funduskop
dan Doppler diatas perut ibu , supaya ibu tidak sering merasakan geli atau
kadang-kadang juga terasa sakit.Pada saat mendengarkan denyut jantung janin
terutama kalau menggunakan funduskop , usahakan jangan menekan funduskop
terlalu keras , supaya ibu tidak kesakitan dan kesejahteraan janin tidak terganggu.
2. Cermat. Dalam mendengarkan denyut jantung janin pemeriksa harus cermat
sehingga dapat membedakan antara denyut jantung janin , bising tali pusat ,
bising rahim , dan bising usus ,.Dengan demikian , akan memperoleh hasil
pemeriksaaan dengan tepat.Pada saat menghitung frekuensi denyut jantung janin
yang diperoleh pada masing-masing periode perhitungan , yaitu dari perhitungan
pada 5 detik pertama, 5 detik ketiga, 5 detik kelima harus dengan penuh
konsentrasi, sehingga bisa mengingat hasil perhitungan dengan benar. Apabila
dari hasil yang diperoleh ada keraguan, perlu dilakukan ulang sampai 3 kali. kalau
2 kali hasilnya sama, baru bisa diyakini.
3. Tanggap. Selama melakukan pemeriksaan harus tanggap terhadap reaksi ibu
hamil yang sedang diperiksa. Amati apakah ada reaksi kesakitan, jika ada,
kurangi penekanan ,funduskop pada perut ibu. Apabila terjadi kontraksi rahim
atau gerakan janin yang kuat, tunda dulu pemeriksaan samapai kontraksi hilang,
gerakan janin normal .
4. Melindungi. Dalam pemeriksaan denyut jantung janin privasi ibu perlu
dilindungi, dengan jalan usahakan pemeriksaan jangan dilihat oleh orang lain
yang tidak berkepentingan . Upayakan untuk memberdayakan suami
mendampingi ibu saat pemeriksaan, sehingga ibu merasa mendapat perlindungan
dan kehangatan. Segera menutup tubuh ibu dengan pakaiannya setelah selesai
pemeriksaan, sehingga ibu tidak merasakan malu.
2. 2 Pemantauan Janin Elektronik

2. 3 Pemantauan Aktivitas Uterus


Menurut Safdar et al (2013) regulasi aktivitas uterus selama masa kehamilan
terbagi menjadi 4 fase :
1. Fase 0, yaitu masa dimana terjadi aktivitas inhibitor yang menyebabkan uterus
tidak berkontraksi. Inhibitor yang bekerja di antaranya progesteron,
prostacyclin, relaxin, parathyroid hormonerelated peptide Nitric Oxide,
kalsitonin, adrenomedullin, dan peptida intestinal vasoaktif.
2. Fase 1 atau masa aktivasi myometrium dimana uterus mulai aktif berkontraksi
karena pengaruh dari uterotropin seperti estrogen. Fase ini ditandai dengan
meningkatnya ekspresi dari serangkaian reseptor kontraksi seperti reseptor
oksitosin dan prostaglandin, aktivasi beberapa ion tertentu, dan peningkatan
gap junction. Adanya peningkatan gap junction adalah untuk pembentukan
kontraksi yang terkoordinasi.
3. Fase 2 atau fase stimulatorik, yaitu kelanjutan dari fase 1. Kontraksi secara
ritmis terjadi hingga menjelang partus. Hal ini diperantarai oleh agonis
uterotonik seperti prostaglandin dan oksitosin.
4. Fase 3 atau fase involusi. Pada fase ini terjadi involusi uterus setelah terjadi
partus. Mekanisme ini paling dipengaruhi oleh oksitosin.

Menurut Euliano et al (2013) penggunaan kardiotokografi (KTG) berdasar atas


beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa KTG untuk mengidentifikasi kontraksi
uterus pada persalinan mempunyai sensitivitas dan akurasi lebih rendah apabila
dibanding dengan electrohysterography dan intrauterine pressure catheter (IUPC).
Kardiotokografi atau tokodinamometer kurang efektif dipakai pada ibu bersalin
dengan obesitas (indeks massa tubuh atau IMT>35). Namun pemantauan dengan
IUPC kurang dianjurkan untuk dipergunakan karena invasif memiliki risiko
terjadinya ketuban pecah dan memengaruhi kondisi janin[ CITATION Hay12 \l
1033 ].
Kardiotokografi sebuah metode elektronik yang penggunaannya dengan cara
eksternal. Kardiotokografi secara simultan akan merekam denyut jantung janin atau
DJJ, gerakan janin, dan kontraksi uterus sebagai metode untuk menilai kesejahteraan
janin, terutama pada masa kehamilan dengan peningkatan risiko komplikasi.
Pemantauan terus menerus dengan KTG pada Intrapartum dengan manajemen yang
tepat dapat mengurangi kejadian bayi lahir dengan hipoksia. Kardiotokografi
merupakan perangkat elektronik dengan sensor strain guard yang digunakan secara
eksternal untuk mendeteksi kontraktilitas miometrium sesuai dengan perubahan
aktivitas uterus[ CITATION Eul13 \l 1033 ].
Bidan di komunitas atau pelayanan kesehatan pertama selama ini melakukan
pemeriksaan kontraksi pada uterus dengan menekan rahim di fundus uteri saat
kontraksi. Pemantauan kontraksi dengan cara sederhana (konvensional) dengan
palpasi ini hanya mampu mengukur frekuensi kontraksi, sedangkan intensitas dan
durasi kontraksi hasilnya bersifat subjektif, keadaan ini memberikan
ketidaknyamanan pada ibu. Pemeriksaan kontraksi dengan perabaan di abdomen
berdasar atas penelitian Barnea dkk (2009) diketahui bahwa pemeriksaan kontraksi
memberikan efektivitas hasil pemeriksaan yang kurang karena memerlukan
pengalaman dan keterampilan sehingga kesalahan pemeriksaan lebih besar. Selain itu,
pemantaun kontraksi secara sederhana dengan palpasi ini hanya dapat memeriksa
frekuensi kontraksi, intensitas, dan durasi kontraksi belum dapat ditentukan secara
tepat.
Pemantauan kontraksi uterus yang lebih akurat mempergunakan KTG yang
sekaligus memeriksa kondisi janin, tetapi penggunaan KTG baru di rumah sakit
tertentu karena biaya pengadaannya mahal, kurang mobile, serta perlu pelatihan
karena tidak mudah untuk pembacaan hasil KTG yang terlihat dalam bentuk grafik
pada kertas print out KTG. Oleh karena itu, telah dicoba pembuatan alat yang
noninvasif, dapat menilai kontraksi, dapat dibaca langsung, bentuknya sederhana, dan
harga terjangkau, yaitu tokodinamometer.
Tokodinamometer adalah suatu perangkat elektronik yang dikembangkan untuk
mengukur aktivitas miometrium (kontraksi uterus), menggunakan sensor tekanan
pada transduser yang dipergunakan secara eksternal untuk mendeteksi kontrakstilitas
miometrium sesuai dengan perubahan aktivitas uterus.

Gambar : Hasil Grafik Pengukuran Kontraksi Persalinan Kala I Fase Aktif (A)
Tokodinamometer dan (B) Kardiotografi (KTG)
DAFTAR PUSTAKA

Barnea, O, L., A, J., M, S., E.Fox, & Farine. (2009). Relations between fetal head
descent and cervical dilatation during individual uterine contractions in the
active stage of labor. J Obstetri Gynaecol.
Euliano, Nguyen, S, D., SP, M., N, E., & A, O. (2013). Monitoring uterine activity
during labor: a comparison of three methods. Am J Obstetri Gynecol.
Hayes, G. B., M, S., S, H., Brown, FG, M., & S, O. (2012). Accuracy and reliability
of uterine contraction identification using abdominal surface electrodes. Clin
Med Insights: Women’s Health.
Lisabet. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny.Nr Masa Hamil Sampai Dengan
Keluarga Berencana Di Pmb Siti Tiarmin Ginting Kec. Medan Johor.
Laporan Tugas Akhir Prodi D3 Kebidanan Poltekes Kemenkes Medan.
Mufdillah. (2017). Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Numed
Offset.
Safdar, A., Kia, H., & Farhadi, R. (2013). Physiology of Parturition . International
journal of Advanced Biological and Biomedical Volume 1 Issue 3.
Siti. (2018). Perbedaan Posisi Berbaring dan Miring terhadap Pungtum Maksimum
Denyut Jantung Janin (DJJ) Primigravida. Artikel Penelitian Vol 8 No 2.

Anda mungkin juga menyukai