Anda di halaman 1dari 19

Bab I

Tinjauan Teori

1.1 Konsep Teori Pneumonia


1.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru-paru
(Nursalam, 2013). Sedangkan menurut Nurarif, dkk (2013) pneumonia
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang di sebabkan
agen infeksius seperti: virus, bakteri mycoplasma (fungi), dan aspirasi
substansi asing, berupa radang paru- paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi.
Sedangkan menurun Somantri (2012) pneumonia adalah suatu
proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang yang
menyerang alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
non-mikroorganisme dan ditandai dengan batuk serta kesukaran bernafas.
1.1.2 Etiologi
Penyebab paling sering kasus pneumonia adalah respiratory
syncytial virus (RSV), parainfluenza virus, adenovirus dan influenza virus.
Sedangkan bakteri yang memiliki peran penting adalah Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus group B, Haemophillus
influenza dan kuman mikoplasma serta atipik klamidia. Pada usia
prasekolah penyebab terbanyak kasus pneumonia dan berkurang dengan
bertambahnya umur adalah Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma
pneumoniae (McIntosh, 2002).
1.1.3 Patofisiologi

Biasanya mikroorganisme penyebab terhirup masuk melalui


saluran pernapasan menuju ke paru-paru bagian perifer. Awalnya terjadi
edema akibat reaksi jaringan yang memudahkan proliferasi serta
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru-paru yang terkena
mengalami gangguan, yaitu terjadinya 5 gangguan pada sel
polymorphonuclease (PMN), cairan edema, fibrin, eritrosit dan terdapat
kuman di paru-paru bagian alveoli (Rahajoe et al, 2008).

Patogenesis pneumonia menurut Somantri (2012), secara umum


berlangsung dalam menjadi 4 stadium, yaitu:
1) Stadium kongesti
Pada stadium ini, eksudat serosa masuk kedalam alveolus dari pembuluh
darah yang bocor.
2) Stadium hepatitis merah
Pada stadium ini, paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena
sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveolus.
3) Stadium hepatitis kelabu
Pada stadium ini, paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4) Stadium resolusi
Pada stadium ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.
1.1.4 Gambaran Klinis
Menurut Ridha (2014) Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia
1 Keluhan utama berupa batuk (80 %)
2 Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat)
3 Demam tinggi pada 5 – 10 hari pertama
4 Sesak nafas (lebih – lebih bila ada komplikasi)
5 Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat
6 Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah
1.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan antibiotik yang dimulai
secara empiris dengan antibiotik berspektrum luas sambil menunggu hasil
kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, pemberian antibiotik diubah
menjadi antibiotik yang berspektrum sempit sesuai dengan patogennya
(Depkes RI, 2005).
Antibiotik yang digunakan pada pneumonia anak dibagi menjadi
dua, yaitu antibiotik injeksi intravena dan antibiotik oral. Pada bayi
berumur < 2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan pra
rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum. Bila bayi tidak bisa
minum maka diberikan dengan injeksi intra muskular (Kemenkes RI,
2011). Berdasarkan efikasi klinis untuk eradikasi mikroba atau sesuai
protokol terapi, lama pemberian antibiotik untuk infeksi pneumonia adalah
5-7 hari (Kemenkes RI, 2011).
Terapi pendukung untuk penderita pneumonia adalah :
a. Diberi oksigen pada pasien yang menunjukkan gejala sesak napas dan
hipoksemia.
b. Pengeluaran sputum dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi dada.
c. Hidrasi yang cukup bisa melalui parenteral.
d. Pasien dengan penderita demam dapat diberikan antipiretik.
e. Bronkodilator untuk pasien dengan bronkospasme.
f. Pemberian nutrisi yang cukup.
1.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1.2.1 Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata meliputi nama anak,umur anak, tanggal lahir, jenis kelamin,
status anak, anak ke berapa dan identitas ibu dan ayah
(Pudijati,2011).
b. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang


berkaitan dengan balita sakit dengan pneumonia
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Somantri (2012) adalah menggigil, demam ≤
0
40 C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti
karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi
paru.
c. Riwayat kesehatan yang lalu(Pudijati,2011).
Ditanyakan seperti riwayat pemakaian pemakaian jenis obat, jumlah
dosis dan pemakaiannya, rwayat atau pengalaman masa lalu tentang
kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat masuk
rumah sakit atau riwayat kecelakaan (Oda, 2011).
d. Riwayat kesehatan sekarang
Peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring dan saluran
nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
(Oda, 2011).
e. Riwayat imunisasi
Menurut Kemenkes (2011) imunisasi didapat pada saat berikut :
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT 1, Polio 1
3 bulan HB 3, DPT 2, Polio 2
4 bulan DPT 3, Polio 3
9 bulan Campak, Polio 4

f. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
Mual, muntah, BB menurun karena intake kurang, nyeri untuk
menela, nafas berkurang, membran mukosa kering
(Pudijati,2011).
2) Eliminasi
Warna urin kuning pekat, ureum meningkat(Iwansain, 2008).
3) Istirahat
Pasien dengan pneumonia cenderung gelisah dan menyebabkan
anak susah tidur.
4) Personal hygiene
Seperti pada orang sehat minimal mandi 2x sehari, keramas
minimal 2 hari sekali, gosok gigi 2x sehari(Oda, 2011).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Menurut Somantri (2012), biasanya pada kasus pneumonia keadaan
umum anak masih baik, jika sudah pneumonia berat keadaan umum
anak akan lemah.
Pada kasus pneumonia pasien sering mengalami penurunan
kesadaran atau somnolen (Muttaqin, 2008).
Nadi dan suhu mengalami peningkatan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Penyebaran rambut merata, bersih, tidak
mudah rontok, tidak ada kelainan
2) Muka : Tidak sembab
3) Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva
palpebra merah muda, sklera putih
4) Hidung : Adanya nafas cuping hidung pada
keadaan sesak berat.
5) Mulut : Bibir kemerahan, tidak pucat, mukosa
lembab, lidah bersih, tidak ada caries gigi,
tidak ada stomatitis, faring tidak
hiperemesis, tidak ada pembengkakan
tonsil.
6) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
sekret/serumen berlebih, tidak ada
kelainan.
7) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid atau pembendungan vena
jugularis
8) Dada : Adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi
basah atau wheezing pada pemeriksaan
9) Abdomen : Tidak buncit, tidak hernia umbilikalis,
tidak nyeri tekan
10) Kulit : Turgor baik, bersih, elastis dan tidak ada
cyanosis, teraba panas, kulit kemerahan
11) Genetalia : Tidak dikaji
12) Anus : Tidak dikaji
13) Ekstremita : Simetris, tidak ada kelainan pada
ekstremitas bawah maupun atas
3. Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai
berikut menurut Kemenkes (2011):
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah
1.2.2 Diagnosa Masalah
Anak umur ...... bulan dengan ..........,keadaan umum lemah
dengan pneumonia.
1.2.3 Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengakkan tonsil
a. Tujuan : Untuk mengurangi atau bahkan sampai hilang
b. Kriteria :
1) Mengenali serangan nyeri
2) Tindakan pertolongan non analgestik
3) Mengenali gejala nyeri
4) Menunjukan posisi atau ekspresi wajah rileks
5) TTV dalam batas normal :
Suhu : 36,5°-37,5°C
Nadi : 120-160x/menit
RR : 30-60x/menit
c. Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, perhatian lokasi, intensitas (skala
1-10), frekuensi dan waktu.
R/ Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga
tanda-tanda perkembangan atau resolusi komplikasi.
2) Dorong pengungkapan perasaan
R/ Mengurangi ansietas dan rasa takut.
3) Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan
teknik nafas dalam
R/ Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
4) Lakukan tindakan paliatif, misal : pengubahan posisi,
massase.
R/Meningkatkan relaksasi atau menurun
keteganganya
5) Berikan analgestik atau antipiretik
R/ Memberikan penurunan nyeri atau tidak nyaman.
2. Kekurangan Volume Cairan akibat mual dan muntah
a. Tujuan : Tidak terjadinya dehidrasi
b. Kriteria :
1) Mempertahankan cairan tubuh
2) Membran mukosa lembab
3) TTV dalam batas normal :
Suhu : 36,5°-37,5°C
Nadi : 120-160x/menit
RR : 30-60x/menit
c. Intervensi :
1) Catat peningkatan suhu dan durasi demam
R/ Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan
diaforesis yang berlebihan yang berhubungan dengan
demam.
2) Kaji tugor kulit, membran mukosa dan rasa haus
R/ Mengkaji tidak langsung dan status cairan.
3) Berikan cairan atau elektrolit
R/ Mendukung atau memperbesar volume sirkulasi
terutama jika pemasukan peroral tidak adekuat.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganinfeksi atau
inflamasi, rasa sakit pada jaringan tonsil
a. Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektif
b. Kriteria :
1) Tidak mengalami sesak nafas
2) Pernafassan dalam batas normal
3) Tidak terjadi batuk
c. Intervensi :
1) Askultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang
mengalami penurunan atau kehilangan ventilasi
R/Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi
atau infeksi pernafasan yang terjadi pada jaringan
tonsil.
2) Catat kecepatan atau kedalaman pernafasan sianosis,
penggunaan otot aksesori atau kerja pernafasan
muculnya dispnea.
R/ meningkatkan pengawasan atau intervensi medis.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobataN.
a. Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
b. Kriteria :
1) Ansietas berkurang
2) Menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan
prognosis
3) Memanisfestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

c. Intervensi :
1) Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan,
interaksi efek samping.
R/ meningkatkan pemahaman dan meningkatkan
kerjasama dalam penyembuhan atau profilaksis dan
mengurangi resiko kambuhnya komplikasi.
2) Identifikasi gejala-gejala yang membutuhkan yang
membutuhkan evaluasi medis.
R/Mengurangi risiko perkembangan kearah situasi
yang membahayakan pasien.
1.2.4 Penatalaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah di
susun dilakukan dalam memberikan asuhan pada anak sehat
sesuai dengan rencana yang telah disusun berdasarkan diagnosa
dan masalah yang timbul (Kemenkes, 2011)
1.2.5 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dan asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa
dan masalah. Langkah evaluasi dalam asuhan kebidanan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP menurut Kemenkes
(2011)
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melaui anamnesia
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan hasil
diagnosa lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assessment.
A : Assesment
1. Diagnosa/Masalah
2. Antisipasi diagnosa lain/maslah potensial
P : Planning menggambarkan pendokumentasian dan
perencanaan evaluasi berdsarkan assessment.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian Data
2.1.1 Data Subyektif
Tanggal MRS : 23-05-2019 Jam : 11.00 WIB
Tanggal Pengkajian: 27-05-2019 Jam : 22.00 WIB
Tempat : Ruang Anak (Bougenvile) Dr. Soeroto Ngawi
1. Biodata
Nama : By. “A”
Tanggal Lahir : 12-04-2019 Umur : 1 bulan 15 hr
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :2
Orang tua
Nama : Ny. “L” Tn “K”
Umur : 35 tahun 40 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Agama : Islam Islam
Alamat : Sirigan Paron, Ngawi
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh anaknya mengalami batuk sudah seminggu disertai
mutah dan diare
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tgl 23-05-2018 anaknya batuk sudah 4 hari disertai muntah 3x
dan diare, lalu ibu membawa anaknya ke RS tgl 23-05-2019.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga sehat tidak ada yang menderita penyakit sesak.
5. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Antenatal
Selama hamil ibu rutin periksa ke bidan. Selama hamil ibu
tidak mengalami penyulit apapun, hanya mual muntah saat
hamil muda. Dan pada usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil
ibu mendapat multivitamin dan kapsul tambah darah.
b. Riwayat Natal
Ibu mengatakan saat melahirkan usia kehamilan ibu 9 bulan.
Ibu melahirkan secara normal di RS Soeroto pada tanggal 12-
04-2019. Persalinan spontan, bayi lahir dengan normal tanpa
adanya cacat bawaan, BB lahir 2500 gram, PB 48 cm plasenta
lahir spontan, lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat
setelah melahirkan, bayi menangis kuat dan bergerak aktif.
c. Riwayat postnatal
Bayi mendapat ASI eksklusif sampai sekarang.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Sebelum Sakit :
Bayi minum ASI setiap 2 jam sekali dan secara on demand
Saat Sakit :
Bayi sulit minum ASI
2) Eliminasi
Sebelum Sakit :
BAK 8-9 x/kali, warnanya kuning jernih dan tidak ada keluhan.
BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
Saat Sakit :
BAK 5-6 x/kali, warnanya kuning jernih dan tidak ada keluhan.
BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
3) Aktifitas
Sebelum sakit : bayi bergerak aktif
Saat sakit : bayi sering menangis dan rewel
4) Istirahat/tidur
Bayi sejak semalam lemas dan hanya tidur.
5) Personal hygiene
Ibu mengatakan sibin 2x sehari, ganti baju 2x sehari/bila kotor,
ganti pakaian dalam 2x sehari atau bila kotor/basah, dan ganti
popok tiap BAK/BAB.

2.1.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, anak terlihat
lemas.
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 37,7°C
Pernafasan : 50 x/menit
BB : 3,7 kg (kurus)
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Penyebaran rambut merata, bersih, tidak
mudah rontok, tidak ada kelainan
b. Muka : Sembab
c. Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva pucat,
sklera putih
d. Hidung : Tidak ada sekret pada hidung, ada
pernapasan cuping hidung.
e. Mulut : Bibir pucat, mukosa lembab, lidah bersih,
f. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
sekret/serumen berlebih, tidak ada kelainan.
g. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid atau pembendungan vena
jugularis
h. Dada : Bentuk simetris, pernapasan cepat dangkal,
ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding
dada, bunyi jantung normal.
i. Abdomen : Kembung
j. Kulit : Turgor baik, bersih, elastis dan tidak ada
sianosis, teraba panas, kulit kemerahan
k. Genetalia : Tidak dikaji
l. Anus : Tidak dikaji
m. Ekstremitas : Simetris, tidak ada kelainan pada ekstremitas
bawah maupun atas
3. Penatalaksanaan terapi yang didapat
a. Inf Ds ¼ 12 tpm
b. Inj Ceftazidin 3 x 150 mg
c. Inj Amikasin 1 x 60 mg
d. Inj Amenophilin 1 x 24 mg
e. Nebulizer Ventinolin ½ per 4 jam
f. Per Oral :
- Vectrim 3 x ¼
2.1.3 Analisa Data
N DIAGNOSA/MASALAH DATA DASAR
O
1. By. “A” umur 1 bulan 15 Ds : Ibu mengeluh anaknya batuk
hr dengan pola nafas Do :
tidak efektif, keadaan - KU lemah
umum anak lemah. - Kesadaran composmentis
Prognosa baik. - Anak terlihat lemas
- Suhu : 37,7°C, nadi : 120x/menit,
RR : 50x/menit
- Pemeriksaan fisik
- Hidung : Tidak ada sekret
pada hidung, ada pernapasan
cuping hidung.
- Dada : Bentuk simetris,
pernapasan cepat, ada
wheezing dan ronchi, ada
tarikan dinding dada, bunyi
jantung normal.

2.2 Diagnosa
By. “A” umur 1 bulan 15 hr dengan pola nafas tidak efektif, keadaan
umum anak lemah, prognosa baik.
2.3 Perencanaan
By. “A” umur 1 bulan 15 hr dengan pola nafas tidak efektif, keadaan
umum anak lemah
Tujuan: Pola nafas menjadi efektif
Kriteria:
a. Menunjukan posisi atau ekspresi wajah rileks
b. TTV dalam batas normal :
Suhu : 36,5°-37,5°C
Nadi : 120-160x/menit
RR : 30-60x/menit
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan anaknya
R/ dengan melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan anaknya
diharapkan terjalin kerja sama dan rasa percaya diri pada anaknya.
b. Jelaskan hasil pemeriksaan pada orangtua
R/ Orangtua mengetahui keadaan anaknya sehingga kecemasan
berkurang.
c. Melakukan auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misal nya
wheezing dan ronchi.
R/ pernafasan bising menunjukkan terhentinya secret atau obstruksi
jalan nafas..
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan posisi yang nyaman pada pasien
misalnya peninggian kepala tempat tidur (posisi semi fowler).
R/ mempermudah jalan nafas
e. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
R/ Agar BB bayi dalam batas normal dan kebutuhan bayi terpenuhi.
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat atau
terapi
R/ memberikan pelayanan yang maksimal dan masalah bisa segera
teratasi
2.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 27-05-2019 pukul :22.10 WIB.
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan anaknya.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa suhu anaknya 37,7°C,
nadi 140 x/menit, RR 70 x/menit.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan posisi yang nyaman pada pasien
misalnya peninggian kepala tempat tidur (posisi semi fowler).
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
5. Melakukan pemasangan O2
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat atau
terapi seperti bronkodilatator dan mukolitik melaalui inhalasi.
R/ memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat.
2.5 Evaluasi
Tanggal : 27-05-2019 pukul : 22.20 WIB
S : Ibu mengatakan bayinya masih mengalami batuk,panas dan sesak
nafas
O : S : 36,8C, N : 120x/menit, RR : 50x/menit. Pernapasan cepat,
ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding dada.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Obs TTV dan KU
2. Melakukan nebulizer ventinolin ½ pukul 23.00 WIB
3. Memantau frekuensi atau kedalaman jalan pernafasan dan
gerakan dada
4. Melanjutkan teknik relaksasi

Evaluasi Perkembangan
Tanggal : 28-05-2019 pukul : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayinya masih mengalami batuk,panas sudah
turun dan masih sesak nafas
O : S : 37,0C, N : 120x/menit, RR : 50x/menit. Pernapasan cepat,
ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding dada.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Obs TTV dan KU
2. Melepas infus
3. Merencanakan nebulizer ventinolin ½ pukul 11.00 WIB
4. Memantau frekuensi atau kedalaman jalan pernafasan dan
gerakan dada
5. Melanjutkan teknik relaksasi

Tanggal : 28-05-2019 pukul : 17.00 WIB


S : Ibu mengatakan bayinya masih mengalami batuk dan sesak nafas
O : S : 36,6C, N : 120x/menit, RR : 50x/menit. Pernapasan cepat,
ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding dada.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Obs TTV dan KU
2. Melakukan nebulizer ventinolin ½ jam 15.00 WIB
3. Memantau frekuensi atau kedalaman jalan pernafasan dan
gerakan dada
4. Melanjutkan teknik relaksasi
Tanggal : 29-05-2019 pukul : 01.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayinya masih mengalami batuk dan sesak nafas
O : S : 36,5C, N : 120x/menit, RR : 50x/menit. Pernapasan cepat,
ada wheezing dan ronchi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Obs TTV dan KU
2. Merencanakan nebulizer ventinolin ½ jam 03.00 WIB
3. Memantau frekuensi atau kedalaman jalan pernafasan dan
gerakan dada
4. Melanjutkan teknik relaksasi

FARIHATUL MUFAIDAH
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Nuha Medika

Kepmenkes RI. (2011). Standar Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Jakarta:
Direktorat Bina Anak Sakit.

Nurarif, A.H, Kusuma, H. 2 013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda. Jilid 2. Yogyakarta

Nursalam, Susilaningrum R., Utami, S.. 2013. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak
untuk Perawat dan Bidan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Ridha, N H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Somantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai