Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH TUGAS
PEMANTAUAN DAN PENGKAJIAN
KESEJAHTERAAN JANIN

Dosen Pengampu : Ayesha Hendriana N., M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Farihatul Mufaidah (P27824420104)
2. Galih Kresmayanti A. (P27824420105)
3. Herlina Pratika A. (P27824420106)
4. Intan Tiara A. (P27824420107)
5. Karindra Alfina D. (P27824420108)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN
MAGETAN
2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Tugas Pemantauan dan Pengkajian
Kesejahteraan Janin. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:

1. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., S.ST.,M.Kes selaku Kepala Program StudiSarjana


Terapan Kebidanan Poltekkes Surabayayang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan menyusun makalah ini.
2. Ibu Ayesha Hendriana N., M.Keb., M.Kes selaku pembimbing mata kuliah
Pemantauan dan Pengkajian Kesejahteraan Janin yang telah memberikan
bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Seluruh dosen dan staff Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Surabaya yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas segala amal baik yang
telah diberikan dan semoga laporan tugas akhir ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Magetan, 10 Februari 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 Auskultasi Denyut Jantung Janin ....................................................... 3
2.2 Pemantauan Janin Elektronik ............................................................ 8
2.3 Pemantauan Aktivitas Uterus ............................................................ 15
BAB 3 PENUTUP................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah pertemuan antara sperma dan ovum yang sehat yang
berkembang menjadi fetus yang aterm. Selama kehamilan dari bulan ke bulan ibu
hamil mengalami perubahan dan perkembangan sehingga terjadi perubahan psikis
dan fisiknya. Hal ini terjadi karena hormon progesterone dan hormon estrogen yakni
hormon kewanitaan yang ada didalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan
[ CITATION Han11 \l 1057 ].

Pemantauan kesejahteraan janin merupakan pengawasan penting bagi janin pada


masa kehamilan dan persalinan, kualitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
mendukung menjadikan harapan ibu untuk melahirkan normal banyak cara dilakukan
untuk memantau kesejahteraan janin yaitu diantaranya USG, pemantauan denyut
jantung janin (DJJ) pemantauan gerak harian janin, dan pengukuran tinggi fundus
uteri dalam sentimeter[ CITATION Kem13 \l 1057 ].

Kesejahteraan janin secara umum yaitu perkembangan janin secara normal yang
ditandai dengan tidak adanya gangguan pada pemeriksaan dan atau tidak adanya
keluhan yang dirasakan oleh ibu. Faktor penyebab dari gangguan kesejahteraan janin
yaitu faktor genetik, kenaikan berat badan ibu yang tidak adekuat atau nutrisi yang
kurang memadai saat kehamilan, penyakit kronik ibu, infeksi selama kehamilan,
terpajan zat karsinogen, implantasi plasenta dan solusio plasenta. Dampak dari
gangguan kesejahteraan janin yakni (PJT) Pertumbuhan Janin Terhambat, teratoma,
sindrom patau, talasemia, hipotiroid konginetal, kraniorakiskisi, asfiksia intra partum
bahkan sampai lahir dengan (BBLR) berat badan lahir rendah (mati dalam
kandungan) [ CITATION Fir12 \l 1057 ].

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas bagaimana pemantauan serta pengkajian

1
2

kesejahteraan janin dengan pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin, pemantauan


janin elektronik, dan pemantauan aktivitas uterus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui bagaimana proses
pemantauan serta pengkajian kesejahteraan janin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin
2. Untuk mengetahui bagaimana pemantauan janin elektronik
3. Untuk mengetahui bagaimana pemantauan aktivitas uterus
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2. 1 Auskultasi Denyut Jantung Janin


Pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil adalah : periksa dengar pada bagian
abdomen ibu hamil menggunakan stetoskop monoaural/funduskop atau dopler
.Bunyi-bunyi yang bisa terdengar pada saat pemeriksaan auskultasi berasal dari bayi
(meliputi bunyi jantung, gerakan, dan bising tali pusat) dan dari ibu (meliputi bising
rahim, bising aorta, dan bising usus) (Mufdlilah, 2017).
Tujuan pemeriksaan :
1. Mendengarkan bunyi jantung bayi dalam kandungan , dapat diketahui bayi hidup
atau mati .
2. Mendengarkan irama dan menghitung frekuensi bunyi jantung bayi sehingga
dapat diketahui apakah bayi dalam kandungan sehat atau ada gangguan.
3. Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang paling keras
(punctum maksimum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam
kandugan, apakah yang berada dibagian bawah kepala atau bokong , atau
janinnya melintang. Di samping itu, mengetahui apakah janin didalam
kandungan tunggal atau ganda.
4. Pada pemeriksaaan auskultasi akan diketahui bunyi/denyut jantung janin,
mengenali macam-macam bunyi baik dari ibu atau janin, dan dapat menghitung
denyut jantung janin.
Denyut jantung janin dapat didengarkann dengan stetoskop monoaural atau
dopler pada akhir bulan kelima, pada daerah punggung dekat kepala. Bila janin
dengan posisi kepala dibawah dan punggung disebelah kiri, punctum maksimum akan
berada diantara pusat dan simfisis di bagian kiri ibu. Bila janin dengan kepala
dibawah dan punggung dibagian kanan, punctum maksimum berada diantara pusat
dan simfisis bagian kanan ibu. Bila janin dengan bagian bawah bokong/kaki dibawah

3
4

dan punggung disebelah kiri, punctum maksimum berada diantara pusat dan
prosessus xifoideus ibu dibagian kiri. Bila janin dengan posisi bokong dibawah dan
punggung disebelah kanan, maka punctum maksimum berada diantara pusat dan
prosesus xifodeus dibagian kanan ibu. Selanjutnya, apabila janin dengan posisi
melintang dengan kepala dibagian kiri, punctum maksimum berada diantara pusat
dibagian kiri ibu. Apabila janin dalam posisi melintang dengan kepala dibagian kanan
maka, punctum maksimum berada diantara pusat dibagian kanan ibu (Mufdlilah,
2017).
Bunyi yang terdengar pada pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil berasal dari
ibu dan bayi. Bunyi yang berasal dari ibu meliputi :
1. Bising rahim. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu karena
berasal dari arteri urterina.
2. Bunyi aorta. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu,
terdengar lebih keras dari bising rahim.
3. Bising usus. Sifat bunyi tidak teratur yang disebabkan oleh udara dan cairan yang
ada diusus.
Bunyi yang berasal dari bayi meliputi :
1. Bising tali pusat. Sifat bunyi meniup. Bising tali pusat timbul karena tali pusat
tertekan oleh bagian-bagian janin. Bila posisi ibu diubah, Bising tali pusat bisa
hilang karena tali pusat sudah tidak tertekan lagi.
2. Gerakan anak. Sifat bunyi seperti gerakan dari dalam rahim.
3. Bunyi/denyut jantung janin. Sifat bunyi berdetak, dalam keadaan normal lebih
cepat dari denyut nadi, dan irama teratur. Dalam keadaan tidak normal bisa lebih
cepat atau lebih lambat dari denyut nadi dan irama nya tidak teratur.Setelah
punctum maksimum denyut jantung janin ditemukan, frekuensi denyut jantung
dihitung menggunakan arloji yang mempunyai jarum sekon.Frekuensi yang
dihitung adalah lima detik pertama, lima detik ketiga, dan lima detik kelima.
Sedangkan lima detik kedua dan lima detik keempat tidak dihitung. Tujuannya
supaya kita bisa menilai keteraturan bunyi jantung yang kita dengar. Apakah
5

frekuensi pada lima detik pertama, ketiga dan kelima sama, atau masih memiliki
selisih yang seimbang atau selisih sangat banyak, yang menandakan normal
tidaknya irama bunyi jantung yang kita dengarkan. Frekuensi denyut jantung janin
dihitung pada lima detik pertama, lima detik ketiga, lima detik kelima. (Mufdlilah,
2017).
Pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut jantung janin bisa
dilaksanakan mulai umur kehamilan 20 minggu. Urutan kerjanya: umur kehamilan 20
sampai 21 minggu dilakukan setelah pemeriksaan inspeksi abdomen.Pada kehamilan
normal mulai umur kehamilan 22 minggu sampai 35 minggu, sebaiknya dilakukan
setelah melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan teknik Mc.Donald, pada
umur kehamilan 36 minggu sampai menjelang lahir setelah pemeriksaan palpasi
dengan teknik Leopold. Sedangkan pada pemeriksaan kehamilan ganda, pada umur
kehamilan 28 minggu setelah pemeriksaan palpasi dengan teknik Leopold. Jangan
melakukan pemeriksaan saat uterus berkontraksi. (Mufdlilah, 2017)
Contoh Perhitungan Frekuensi Denyut Jantung
5 detik 5 detik 5 detik Kesimpulan
I III V
12 11 11 Teratur,136x/mnt (baik)
11 12 13 Teratur,144x/mnt (baik),
perlu antisipasi
9 14 10 Tidak teratur,132x/mnt
(tidak teratur)
Perlu antisipasi
8 8 6 Tidak teratur,92x/menit,
(brakardia, gawat janin)
15 14 14 Teratur, 172x/mnt (trakardia,
gawat janin) perlu tindakan
segera.

Setelah diketahui jumlah frekuensin bunyi/denyut jantung janin, hasilnya perlu


dianalisis. Normal/tidaknya denyut jantung janin dalam kandungan ditentukan oleh
irama dan frekuensinya. Irama denyut jantung janin yang normal selisih frekuensi
antara perhitungan lima detik pertama, ketiga, dan kelima tidak lebih dari 2 kali.
6

Janin dalam keadaan sehat bunyi jantungan teratur dan frekuensinya berkisar antara
120-140x/menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160
x/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang
disebut gawat janin.

Salah satu cara melakukan pemeriksaan abdomen pada ibu hamil.


Denyut jantung janin dipengaruhi beberapa faktor diantaranya posisi ibu, aktivitas
uterus dan umur kehamilan yang di akibatkan keseimbangan kematangan saraf
simpatis dan para simpatiss, stress janin, dan kecemasan yang dirasakan oleh ibu
hamil (Siti Hodijah, 2018)
Menurut Mufdlilah tahun 2017DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16
minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 12 minggu. Ciri-ciri
DJJ adalah ketukan lebih cepat dari denyut nadi, dengan frekuensi normalnya 120-
160 kali per menit. Janin mengalami bradycardia apabila DJJ kurang dari 120 kali per
menit selama 10 menit. Janin mengalami tachycardia, apabila DJJ lebih dari 160 kali
per menit selama 10 menit.
Cara menghitung DJJ adalah sebagai berikut :
1. Pastikan yang terdengar adalah DJJ
2. Dengarkan DJJ pada tempat yang paling jelas terdengar DJJ (punctum maximum)
3. Satu tangan memegang monoskop leanec, tangan yang lain memegang denyut
nadi radialis ibu, mata melihat jam.
4. Hitung 5 detik pertama, 5 detik ketiga, 5 detik kelima.
7

5. Pada 5 detik kedua dan keempat, DJJ tidak dihitung, tetapi tetap mendengarkan
dan memperhatikan karakteristik DJJ.
6. Hasilnya dijumlah dikalikan empat ditulis dengan “…..kali per menit”, dijelaskan
juga keteraturan dan kekuatannya.
Menurut Mufdlilah tahun 2017 sikap pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan auskultasi :
1. Berhati-hati . Pada saat melaksanakan pemeriksaan auskultasi pemeriksa harus
berhati-hati.Pertama dalam menetukan lokasi(punctum maksimum) terdengarnya
denyut jantung janin , sebelum pasti sebaiknya jangan menempelkan funduskop
dan Doppler diatas perut ibu , supaya ibu tidak sering merasakan geli atau
kadang-kadang juga terasa sakit.Pada saat mendengarkan denyut jantung janin
terutama kalau menggunakan funduskop , usahakan jangan menekan funduskop
terlalu keras , supaya ibu tidak kesakitan dan kesejahteraan janin tidak terganggu.
2. Cermat. Dalam mendengarkan denyut jantung janin pemeriksa harus cermat
sehingga dapat membedakan antara denyut jantung janin , bising tali pusat ,
bising rahim , dan bising usus ,.Dengan demikian , akan memperoleh hasil
pemeriksaaan dengan tepat.Pada saat menghitung frekuensi denyut jantung janin
yang diperoleh pada masing-masing periode perhitungan , yaitu dari perhitungan
pada 5 detik pertama, 5 detik ketiga, 5 detik kelima harus dengan penuh
konsentrasi, sehingga bisa mengingat hasil perhitungan dengan benar. Apabila
dari hasil yang diperoleh ada keraguan, perlu dilakukan ulang sampai 3 kali. kalau
2 kali hasilnya sama, baru bisa diyakini.
3. Tanggap. Selama melakukan pemeriksaan harus tanggap terhadap reaksi ibu
hamil yang sedang diperiksa. Amati apakah ada reaksi kesakitan, jika ada,
kurangi penekanan funduskop pada perut ibu. Apabila terjadi kontraksi rahim atau
gerakan janin yang kuat, tunda dulu pemeriksaan samapai kontraksi hilang,
gerakan janin normal.
4. Melindungi. Dalam pemeriksaan denyut jantung janin privasi ibu perlu
dilindungi, dengan jalan usahakan pemeriksaan jangan dilihat oleh orang lain
8

yang tidak berkepentingan. Upayakan untuk memberdayakan suami mendampingi


ibu saat pemeriksaan, sehingga ibu merasa mendapat perlindungan dan
kehangatan. Segera menutup tubuh ibu dengan pakaiannya setelah selesai
pemeriksaan, sehingga ibu tidak merasakan malu.
2. 2 Pemantauan Janin Elektronik
Dalam rangka untuk meningkatkan akses dan jangkauan layanan kesehatan ibu
dan neonatal yang berkualitas maka digunakan beberapa teknologi untuk pemantauan
kesejahteraan janin. Teknologi pemantauan kesejahteraan janin dibagi menjadi dua
metode invasive dan non invasive dijelaskan seperti dibawah ini:
1. Internal Electronic Fetal Monitoring
Pemeriksaan denyut jantung janin ini dilakukan langsung dari kulit kepala janin.
Merupakan tindakan invasive dengan cara memecahkan kulit ketuban. Hasilnya
berupa grafik gambar EKG (elektrokardiografi) berupa gelombang P, QRS, dan T.
Dari grafik ini dapat dilhat kondisi denyut jantung janin normal atau abnormal.
2. Internal Electronic Contraction Monitoring
Merupakan tindakan invasive dengan cara memecahkan kulit
ketuban.Pemeriksaan tekanan intra uterin langsung didalam ketuban. Teknologi
ini digunakan apabila dokter tidak mendapatkan bacaan yang baik dari
pemeriksaan eksternal electronic monitoring biasa dikenal dengan Non Stress
Test. Dokter akan memasang elektroda kebagian tubuh bayi yang paling dekat
dengan pembukaan serviks biasanya adalah kepala bayi. Dokter juga menyisipkan
kateter tekanan kedalam rahim untuk memantau kontraksi.
3. Non Stress Test
Pemeriksaan Non Stress Test (NST). NST adalah cara pemeriksaan janin dengan
menggunakan kardiografi (CTG), pada umur kehamilan ≥ 26 minggu, Merupakan
tindakan non-invasif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat interaksi antara
perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
baik pada saat kehamilan maupun persalinan. Pemeriksaan frekuensi denyut nadi
melalui Doppler ultrasound, bersamaan dengan tekanan otot rahim.
9

Fungsi dari NST ini adalah :


a. Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung janin (djj)
dalam hubungannya dengan gerakan/ aktivitas janin. Adapun penilaian NST
dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan
timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal
Activity Determination / FAD).
b. Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia
kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
c. Yang dinilai adalah gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan atau
aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan
frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan
bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis
dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal
terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi
(oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan
akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan
mengakibatkan deselerasi.
Cara Membaca pemeriksaan NST:
1. Reaktif, bila :
a. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit.
b. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit.\
c. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau
lebih dalam 20 menit
d. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola “omega” pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian.
10

e. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari,
tipe yang lain diulang setiap minggu.
2. Tidak reaktif, bila :
a. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit.
b. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit.
c. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit.
d. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan
dari luar.
3. Sinusoidal, bila :
a. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal.
b. Tidak ada gerakan janin.
c. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan
isoimunisasi-RH.
4. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :
a. Bradikardi
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm,
yang lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah
viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable. Hasil
NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1
minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang
dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti
hipertensi/gestosis, DM, pendarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif
tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu
kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (dibawah 1 minggu).
11

Beberapa ahli percaya bahwa pemeriksaan NST tidak diperlukan pada kehamilan
beresiko rendah.Pemeriksaan NST ini mengharuskan pasien tetap diam, gerakan
akan mengganggu sinyal dan pembacaan mesin yang tidak akurat. Beberapa ahli
merasa bahwa NST mengarah kekelahiran cesar atau vakum selama persalinan
vaginal.
4. Auskultasi
Untuk teknologi auskultasi digunakan untuk pemeriksaan frekuensi denyut
jantung janin bisa menggunakan stetoskop manual ataupun stetoskop digital.
Stetoskop manual ada 2 tipe yang biasa digunakan untuk pemeriksaan janin yaitu
stetoskop pinard dan fetoscope, sedangkan untuk stetoskop digital akan
menghasilkan yang dinamakan fPCG. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menggunakan stetoskop Pinard/ Laennec atau monoaural
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung
janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-
22 minggu. Tata cara pemeriksaan:
1) Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari
suara lain.
2) Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.
3) Mencari daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan biasanya
merupakan punggung bayi. Setelah daerah ditemukan, stetoskop pinard di
pakai bagian yang berlubang luas ditempatkan ke atas tempat atau daerah
dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang luasnya sempit
ditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus
4) Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung
janin. Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastikan apakah yang
terdengar itu denyut jantung janin, detak ini harus disesuai dengan detak
nadi ibu. Bila detakkan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan
jantung janin, tetapi detak aorta abdominalis dari ibu.
5) Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin
12

maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinyadenyut


jantung janin itu.
b. Stetoskop Janin Fetoscope
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung
janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan >
28.
Cara pemeriksaan menggunakan fetoscope:
1) Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang
2) Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin
3) Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin
4) Hitung total detak jantung janin
c. Stetoskop Digital
Pemeriksaan menggunakan stetoskop digital prosedurenya sama dengan
menggunakan stetoskop konvensional tetapi hasil dari pemeriksaannya dapat
dilihat pada layar komputer yang disebut dengan fetalphonocardiogram
(fPCG). Alat ini menarik karena benar-benar pasif (tidak ada energi yang
ditransmisikan kejanin) dan biaya rendah, sehingga dapat dilakukan dalam
jangka panjang dan sering. fPCG adalah rekaman akustik detak janin jantung,
yang dihasilkan oleh kegiatan mekanik berbagai struktur jantung janin, dengan
cara meletakkan stetoskop digital pada permukaan perut ibu dan alat ini mulai
banyak digunakan pada tahun 1990 an. Dari hasil pemeriksaan ini didapatkan
sebuah gambar sinyal dimana dari gambar sinyal ini dapat diketahui lebih
detail tentang keadaan jantung janin.

Gambar: Sinyal Suara Jantung Janin (a) Normal (b) Abnormal


13

5. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki
frekuensi yang tinggi (250 kHz 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan
dalam layar monitor. Pemantauan menggunakan USG ini dapat dilakukan pada
kehamilan 12 minggu. Tetapi pemantauan menggunakan USG ini disarankan
untuk tidak dilakukan seringkali. Biasanya dianjurkan pada awal kehamilan dan
akhir kehamilan.
a. Skema cara kerja USG

1) Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh
yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar
pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang
digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh
transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang
akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk
mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat
dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2) Monitor yang digunakan dalam USG
3) Mesin USG
b. Jenis Pemeriksaan USG
1) USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan
14

janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang
dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi
statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”.
Jadi pasien dapt melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di
dalam rahim.
4) USG Doppler
USG Doppler atau Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung
janin di dalam kandungan sang ibu. Gunanya untuk memeriksa apakah sang
janin tumbuh dengan normal, dengan ditandai adanya denyut jantungnya.
Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi detak jantung janin adalah
dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).Pemeriksaan menggunakan USG
Doppler ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 12 minggu.
6. FECG
Selain ECG bisa dideteksi melalui kulit kepala janin dengan memecahkan kulit
ketuban yang disebut dengan internal electronic fetal monitoring, sinyal ECG
janin juga dapat dideteksi melalui permukaan perut ibu. Keberadaan
Elektrocardiografi (ECG) terungkap lebih dari satu abad yang lalu, namun akuisisi
dan elisitasi dari elektrokardiogram janin non-invasif (FECG) masih dalam masa
penelitian meskipun kemajuan di elektrokardiografi klinis, teknik pemrosesan
sinyal biomedical canggih dan teknologi rekayasa berkembang cepat. Akuisisi
EKG janin menjadi tugas yang menantang karena berbahaya bagi kontak langsung
atas janin. Selain itu, ECG perut non-invasif (FECG) pengukuran diperoleh diatas
permukaan perut ibu mengandung beberapa potensi bioelectric seperti aktivitas
jantung ibu, aktivitas jantung janin, aktivitas otot ibu, aktivitas gerakan janin,
yang dihasilkan potensi oleh respirasi dan aktivitas perut, dan kebisingan (noise
thermal, kebisingan yang dihasilkan dari kontak elektroda-kulit.
15

2. 3 Pemantauan Aktivitas Uterus


2.3.1 Fase aktivitas uterus
Menurut Safdar et al (2013) regulasi aktivitas uterus selama masa kehamilan
terbagi menjadi 4 fase :
1. Fase 0, yaitu masa dimana terjadi aktivitas inhibitor yang menyebabkan uterus
tidak berkontraksi. Inhibitor yang bekerja di antaranya progesteron, prostacyclin,
relaxin, parathyroid hormonerelated peptide Nitric Oxide, kalsitonin,
adrenomedullin, dan peptida intestinal vasoaktif.
2. Fase 1 atau masa aktivasi myometrium dimana uterus mulai aktif berkontraksi
karena pengaruh dari uterotropin seperti estrogen. Fase ini ditandai dengan
meningkatnya ekspresi dari serangkaian reseptor kontraksi seperti reseptor
oksitosin dan prostaglandin, aktivasi beberapa ion tertentu, dan peningkatan gap
junction. Adanya peningkatan gap junction adalah untuk pembentukan kontraksi
yang terkoordinasi.
3. Fase 2 atau fase stimulatorik, yaitu kelanjutan dari fase 1. Kontraksi secara ritmis
terjadi hingga menjelang partus. Hal ini diperantarai oleh agonis uterotonik
seperti prostaglandin dan oksitosin.
4. Fase 3 atau fase involusi. Pada fase ini terjadi involusi uterus setelah terjadi
partus. Mekanisme ini paling dipengaruhi oleh oksitosin.
2.3.2 Mekanisme Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus memiliki fungsi penting dalam sistem reproduksi wanita
meliputi transport sperma dan embrio, menstruasi, kehamilan, dan kelahiran.
Kontraksi abnormal dan irreguler dapat menyebabkan masalah infertilitas, kesalahan
implantasi, dan kelahiran prematur. Sebaliknya, jika kontraksi uterus tidak adekuat
dan terkoordinasi, bayi akan sulit dilahirkan. Lapisan yang paling berperan dalam
kontraksi uterus adalah miometrium. Pada dasarnya, uterus berkontraksi secara
spontan dan reguler walaupun tidak ada rangsangan hormonal. Selama masa
kehamilan awal, uterus cenderung dalam keadaan relaksasi. Kontraksi kuat akan
16

muncul pada masa menjelang partus di bawah pengaruh hormon oksitosin dan
prostaglandin (Rahbek, et al., 2014).
Sebagai sel eksitabel, proses kontraksi miometrium pada wanita yang hamil dan
tidak hamil melalui mekanisme yang sama, yaitu difasilitasi oleh influks kalsium.
Aktivitas listrik pada sel-sel miosit uterus terjadi karena siklus depolarisasi dan
repolarisasi yang terjadi pada membran plasma uterus dan ini disebut dengan
potensial aksi. Potensial aksi diperantarai oleh beberapa jenis jalur, seperti VGCC
(Voltage Gated Calcium Channel), SOCE (store-operated calcium entry), ROCE
(receptor- operated calcium entry), dan atau melalui penyimpanan kalsium di ruang
intrasel. Kontraksi uterus dapat terjadi karena adanya aktivitas spontan pada otot
polos uterus yang disebabkan oleh potensial aksi tersebut dan sangat bergantung pada
peningkatan ion kalsium intraseluler, elemen kontraksi, serta sistem konduksi antara
sel-sel uterus (Chin-Smith, et al., 2014).
2.3.3 Alat Pemantauan Aktivitas Uterus

Menurut Euliano et al (2013) penggunaan kardiotokografi (KTG) berdasar atas


beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa KTG untuk mengidentifikasi kontraksi
uterus pada persalinan mempunyai sensitivitas dan akurasi lebih rendah apabila
dibanding dengan electrohysterography dan intrauterine pressure catheter (IUPC).
Kardiotokografi atau tokodinamometer kurang efektif dipakai pada ibu bersalin
dengan obesitas (indeks massa tubuh atau IMT>35).Namun pemantauan dengan
IUPC kurang dianjurkan untuk dipergunakan karena invasif memiliki risiko
17

terjadinya ketuban pecah dan memengaruhi kondisi janin[ CITATION Hay12 \l


1033 ].
Kardiotokografi sebuah metode elektronik yang penggunaannya dengan cara
eksternal. Kardiotokografi secara simultan akan merekam denyut jantung janin atau
DJJ, gerakan janin, dan kontraksi uterus sebagai metode untuk menilai kesejahteraan
janin, terutama pada masa kehamilan dengan peningkatan risiko komplikasi.
Pemantauan terus menerus dengan KTG pada Intrapartum dengan manajemen
yangtepat dapat mengurangi kejadian bayi lahir dengan hipoksia. Kardiotokografi
merupakan perangkat elektronik dengan sensor strain guard yang digunakan secara
eksternal untuk mendeteksi kontraktilitas miometrium sesuai dengan perubahan
aktivitas uterus[ CITATION Eul13 \l 1033 ].
Bidan di komunitas atau pelayanan kesehatan pertama selama ini melakukan
pemeriksaan kontraksi pada uterus dengan menekan rahim di fundus uteri saat
kontraksi. Pemantauan kontraksi dengan cara sederhana (konvensional) dengan
palpasi ini hanya mampu mengukur frekuensi kontraksi, sedangkan intensitas dan
durasi kontraksi hasilnya bersifat subjektif, keadaan ini memberikan
ketidaknyamanan pada ibu. Pemeriksaan kontraksi dengan perabaan di abdomen
berdasar atas penelitian Barnea dkk (2009) diketahui bahwa pemeriksaan kontraksi
memberikan efektivitas hasil pemeriksaan yang kurang karena memerlukan
pengalaman dan keterampilan sehingga kesalahan pemeriksaan lebih besar. Selain itu,
pemantaun kontraksi secara sederhana dengan palpasi ini hanya dapat memeriksa
frekuensi kontraksi, intensitas, dan durasi kontraksi belum dapat ditentukan secara
tepat.
Pemantauan kontraksi uterus yang lebih akurat mempergunakan KTG yang
sekaligus memeriksa kondisi janin, tetapi penggunaan KTG baru di rumah sakit
tertentu karena biaya pengadaannya mahal, kurang mobile, serta perlu pelatihan
karena tidak mudah untuk pembacaan hasil KTG yang terlihat dalam bentuk grafik
pada kertas print out KTG. Oleh karena itu, telah dicoba pembuatan alat yang
18

noninvasif, dapat menilai kontraksi, dapat dibaca langsung, bentuknya sederhana, dan
harga terjangkau, yaitu tokodinamometer.
Tokodinamometer adalah suatu perangkat elektronik yang dikembangkan untuk
mengukur aktivitas miometrium (kontraksi uterus), menggunakan sensor tekanan
pada transduser yang dipergunakan secara eksternal untukmendeteksi kontrakstilitas
miometrium sesuai dengan perubahan aktivitas uterus.

Gambar :Hasil Grafik Pengukuran Kontraksi Persalinan Kala I Fase Aktif (A)
Tokodinamometer dan (B) Kardiotografi (KTG)
19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam rangka untuk meningkatkan akses dan jangkauan layanan kesehatan ibu
dan neonatal yang berkualitas maka digunakan beberapa teknologi untuk pemantauan
kesejahteraan janin. Salah satunya pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin pada
ibu hamil, adalah periksa dengar pada bagian abdomen ibu hamil menggunakan
stetoskop monoaural/funduskop atau dopler. Selain itu pemantauan janin elektronik
menggunakan metode invasive dan non invasive. Adapun pemantauan kontraksi
uterus yang akurat adalah menggunakan KTG yang sekaligus memeriksa kondisi
janin.
3.2 Saran
Pemantauan kondisi janin saat masa prenatal menjadi sebuah penentuan
bagaimana kualitas anak yang dilahirkan nantinya. Maka, perlu adanya kerja sama
antara petugas kesehatan dengan masyarakat khususnya ibu hamil untuk selalu rutin
memeriksakan kehamilannya demi menantikan si buah hati tercinta.

18
20

LAMPIRAN

Penanya/Penjawab Soal Jawaban


1. Puput/Karindra Dalam pengukuran Menurut jurnal penelitian tingkat
kesejahteraan janin dengan akurasi EKG 99,75% dan tingkat
kedua alat , berapa persen akurasi CTG 87,21% sehingga
keakurasian dari alat2 sensitivitas dan hasil pemeriksaan
tersebut, apa saja kelebihan lebih detail EKG daripada CTG
dan kekurangannya ?
2. Elmi/Farihatul Dislide dikatakan bahwa Jika kondisi kesehatan ibu hamil dan
pemantauan kontraksi uterus janin baik, biasanya CTG tidak rutin
yang lebih akurat dilakukan. Pemeriksaan detak jantung
mempergunakan janin cukup dilakukan menggunakan
Kardiotografi. Apakah harus alat yang lebih sederhana, yaitu fetal
setiap ibu hamil doppler. Bedanya dengan CTG, alat
memeriksakan dirinya ini hanya mampu mengukur denyut
dengan kardiotografi jantung janin, sehingga aktivitas janin
tersebut? dan kontraksi rahim tidak dapat
dipantau.
Pemeriksaan CTG biasanya baru
diperlukan jika ibu hamil mengalami
kondisi yang dianggap dapat
membahayakan persalinan atau janin,
misalnya diabetes, tekanan darah
tinggi, dan preeklamsia. Pemeriksaan
ini diperlukan untuk menentukan
tindakan apa yang mungkin perlu
dilakukan untuk membantu proses
persalinan.
3. Zunita/Farihatul Tadi untuk EKG dilakukan Belum menemukan sumber yang
dengan langsung dari kulit jelas. namun pemeriksaan ini
kepala janin dengan dilakukan atas indikasi apabila NST
memecahkan ketuban. Itu sulit dianalisis, dan dilakukan saat
dilakukan saat UK berapa UK >26 minggu
atau saat memasuki inpartu ?
4. Shinta/Intan Tadi di slide terakhir ada 2 Menurut jurnal penelitian
alat yg digunakan untuk Tokodinamometer :
pemantauan kontraksi yaitu direkomendasikan khususny untuk
tokodinamometer dan KTG, ibu beralin dengan IMT normal pada
lalu waktu yang tepat untuk fase aktif. sedangkan KTG :
21

menggunakan kedua alat diperlukan oleh bumil/ibu bersalin


tersebut ketika keadaan yang yang dalam keadaan bahaya
seperti apa? persalinan seperti ibu dengan PE,
DM, gerak janin menurun, gemeli,
kehamilan sungsang dan infeksi
ketuban
5. Deby/Galih Kenapa saat melakukan USG Banyak faktor yang menyebabkan
kadang berbeda dengan saat seperti keahlian dokter, akurasi alat,
inpartu, misal saat usg tidak lalu faktor lainnya seperti keteblan
ditemukan lilitan tali pusat lemak perut ibu, posisi janin sulit,
tetapi saat lahir terjadi lilitan, gerak janin terlalu aktif
mohon dijelaskan.
6. Dona/Herlina Pada pemantauan aktivitas Uterus mulai aktif berkontraksi
uterus, terdapat fase 1 masa karena pengaruh dari uterotropin
aktivitas myometrium seperti estrogen. fase ini ditandai
dimana uterus mulai aktif. dengan meningkatnya ekspresi dari
Bagaimana prosesnya tolong serangkaian reseptor kontraksi seperti
jelaskan? reseptor oksitosin dan prostaglandin,
aktivasi beberapa ion tertentu, dan
peningkatan gap junction adanya
peningkatan gap junction adalah
untuk pembentukan kontraksi yang
terkoordinasi.
7. Maharani/Farihat Apakah pada Tokodinamometer memiliki nilai
ul tokodinamometer dan KTG sensitivitas, spesifisitas dan akurasi
itu memiliki kemampuan yang mendekati KTG sebagai standar
untuk menunjukkan hasil baku emas dalam mengukur kontraksi
yang sama? Atau cenderung uterus kala I fase aktif pada ibu
KTG saja yg dapat bersalin didukung dengan harga yang
menunjukkan hasil yg lebih terjangkau
akurat? sehingga dapat dipergunakan secara
luas di kebidanan komunitas.
8. Kharisma/Karind Apakah ada indikasi tertentu Kontraindikasi/kekurangan : menurut
ra terkait pemeriksaan internal jurnal prosedur ini melewati proses
electronic fetal monitoring pemecahan ketuban sehingg memiliki
dan internal electronic resiko KPD, dan resiko 0,05%
terjadinya keguguran, bila tindakan
contraction monitoring? Dan
ini tidak dilakukan sesuai prosedur
apakah keduanya memiliki
maka akan mengakibatkan gawat
efek samping yang cukup janin.
signifikan terhadap ibu dan
janin?
22

9. Lathifa/Herlina Hal apa saja yang perlu Menjaga privasi klien, berhati-hati
diperhatikan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan,
dalam melakukan sebaiknya jangan tempelkan
pemeriksaan auskultasi? funandoskop/dopler pada perut ibu,
tanggap pada reaksi ibu hamil, jika
terjadi kontraksi maka tunggu hingga
mereda.
10. Devi/Galih Pemantauan kesejahteraan Dapat mempengaruhi hasil
janin dengan menggunakan pengukuran karena jarak antara
KTG pada ibu yang uterus dan tranduser untuk
mengalami IMT berlebih menangkap gelombang tekanan
listrik myometrium saat berkontraksi.
apakah dapat mempengaruhi
karakteristik ibu yang diperiksa juga
hasil dari KTG tersebut?
dilihat melalui IMT , jika IMT
normal maka subkutan tidak terlalu
tebal
11. Aldila/Intan Apa ada kekurangan atau Berbahaya jika kontak langsung pada
kendala dari pemeriksaan janin, pemeriksaan ini memiliki
FECG? potensi bioelektrik yaitu aktivitas
jantung janin, aktivitas jantung ibu
serta aktivitas gerak janin
23

DAFTAR PUSTAKA

Barnea, O, L., A, J., M, S., E.Fox, & Farine. (2009). Relations between fetal head
descent and cervical dilatation during individual uterine contractions in the
active stage of labor. J Obstetri Gynaecol .
Euliano, Nguyen, S, D., SP, M., N, E., & A, O. (2013). Monitoring uterine activity
during labor: a comparison of three methods. Am J Obstetri Gynecol .
Hani, d. (2011). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Hayes, G. B., M, S., S, H., Brown, FG, M., & S, O. (2012). Accuracy and reliability
of uterine contraction identification using abdominal surface electrodes. Clin
Med Insights: Women’s Health .
Kemenkes, R. I. (2013). Buku Saku Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Jakarta: Salemba Medika.
Lisabet. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny.Nr Masa Hamil Sampai Dengan
Keluarga Berencana Di Pmb Siti Tiarmin Ginting Kec. Medan Johor.
Laporan Tugas Akhir Prodi D3 Kebidanan Poltekes Kemenkes Medan .
Mufdillah. (2017). Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Numed
Offset.
Safdar, A., Kia, H., & Farhadi, R. (2013). Physiology of Parturition . International
journal of Advanced Biological and Biomedical Volume 1 Issue 3 .
Siti. (2018). Perbedaan Posisi Berbaring dan Miring terhadap Pungtum Maksimum
Denyut Jantung Janin (DJJ) Primigravida. Artikel Penelitian Vol 8 No 2 .
Wirakusumah, F. F. (2012). Pemantauan Kesejahteraan Janin. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai