BAB 1
TINJAUAN TEORI
1. Infeksi
Febris dengan infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan
metazoan.
2. Neoplasma
Febris dapat timbul pada setiap keganasan yang berkembang dengan
cepat, sebagai akibat dilepaskannya zat-zat pyrogen dari sel-sel yang
rusak atau dari suatu infeksi sekunder.
3. Reaksi – reaksi kerentanan/hipersensitifitas
Febris dapat disebkan oleh karena suatu kerentanan terhadap obat-obatan
atau protein-protein asing dan biasanya bersamaan dengan urtikaria,
gatal-gatal, muntah, rasa nyeri di persediaan dan albuminuria.
4. Penyakit-penyakit kolagen
Febris dapat merupakan gejala dari lupus erytematous sistemik dan
poliartritis nodosa.
5. Gangguan mekanisme pengaturan suhu
Mekanisme yang mengatur suhu dapat terganggu pada berbagai keadaan
dengan akibat hiperpireksia. Ini dapat terjadi pada heat stroke, dan
kerusakan pada hipotalamus.
6. Gangguan peredaran darah
Penyakit yang dapat menyebabkan febris antara lain infark moikard,
infark paru dan hemoragi subarachnoid.
7. Penyebab – penyebab lain
Seperti penyakit crohn, krisis tiroid, dan sepsis gigi.
1.1.3 Patofisiologi
Demam dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit yang
disebabkan bakteri, tumor otak dan dehidrasi (Suriadi, 2010).
Factor patofisiologi lainnya seperti:
1. Dalam 24 jam, kenaikan suhu dapat bervariasi kurang lebih 0,5 0c. suhu
dapat turun pada pagi hari dan naik pada malam hari.
3
c) Pendidikan ayah/ibu
Pendidikan orang tua meruipakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2012).
d) Pekerjaan ayah/ibu
Pekerjaan dapat mempengaruhi anak dalam mengasuhnya karena
kesibukannya atau tidak (Soetjiningsih, 2012).
e) Penghasilan ayah/ibu
Pendapatan yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 2012).
f) Alamat
Alamat untuk menyaman alamat dengan anaknya atau tidak
(Soetjiningsih, 2012)
3) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat datang. Biasanya keluhan utama
pada anak yang menderita Hipertermia biasanya suhu badan panas,
kejang demam, susah minum, menggigil, lemas.
4) Riwayat kesehatan
3. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Sumijati, 2000).
4. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita (Sumijati,
2000).
3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui penyakit keluarga, baik yang menular, menurun,
atau menahun (Sumijati, 2000).
6
b. Riwayat neonatal
1. Prenatal
Selama dalam kandungan ditanyakan berapa usia gestasinya, kehamilan
berapa, pernah ANC dimana, berapa kali, obat yang pernah didapat, ibu
pernah mendapat imunisasi apa saja (Marmi, 2012).
2. Natal
Ditanyakan riwayat persalinan, berapa umur kehamilan, jenis persalinan,
penolong penyulit selama persalinan, keadaan anak, BBL, PBL, A-S, dan
kelainan genetal (Marmi, 2012).
3. Post natal
Ditanyakan jenis kelamin laki-laki/perempuan, keadaan umum px,
kesadasaran px, mendapat ASI sampai kapan, reflek yang ada pada px
apa saja (Marmi, 2012).
c. Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang pernah didapat oleh anak seperti DPT I-III, polio I-
II, hepatitis I-III, campak & BCG (Sumijati, 2000).
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Ditanyakan kebiasaan makan dan minum anak sebelum dan saat sakit,
berapa kali anak makan biasanya, porsinya, komposisinya, berapa gelas
minumnya dan jenisnya. (Marmi, 2012).
2. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAK dan BABnya berapa kali dalam sehari, warnanya,
konsistensi dan baunya (Marmi, 2012).
3. Pola istirahat/ tidur
Bagaimana pola istirahat klien ada perubahan atau tidak, ada gangguan
tidur atau tidak (Marmi, 2012).
7
4. Pola aktivitas
Apa saja kegiatan anak sebelum dan sesudah sakit, kebanyakan saat sakit
anak banyak tidur atau minta digendong (Marmi, 2012).
5. Personal Hygiene
Bagaimana kebersihan dri px saat sakit dan sebelum sakit pada anak
penderita ...... biasanya hanya diseka selama di RS dan diganti popok dan
bajunya bila basah BAB atau BAK (Marmi, 2012).
2. Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi,
palpasi perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum
Pada anak yang menderita bronkopneumonia keadaan umum lemah
dan gelisah (Sumijati, 2000).
2. Kesadaran
Pada anak yang menderita bronkopneumonia aktivitasnya menurun dan
mengalami gangguan kesadaran. Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sumijati, 2000).
3. TTV :
N : 100 – 120 x/menit, pada pasien bronkopneumonia biasanya
kurang dari 100 x/menit
S : 36,5–372 oC, pada pasien bronkopnemonia biasanya 373–379 oC
RR : 20–30 x/menit, pada pasien bronkopneumonia biasanya lebih dari
50 x/menit
b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk kepala, warna rambut, ukuran kepala dengan tubuh proporsional
atau tidak, ada benjolan/ tidak, ada bekas caput/ tidak
8
2. Muka
Bagaimana warnanya kemerahan/ kebiruan, ikterus/ tidak
3. Mata
Simetris/ tidak, ada sekret/ tidak, sklera icterus/tidak, konjungtiva
pucat/tidak
4. Hidung
Lubang hidung simetris/tidak, ada sekret/tidak, ada pernafasan cuping
hidung/tidak, pada penderita bronkopneumonia umumnya terdapat
pernafasan cuping hidung dan terdapat sekret
5. Mulut dan gigi
Bagaimana mukosa bibirnya, apakah ada labia palato schisis, bibir
pucat/tidak, apakah ada sianosis/tidak, lidah bersih/tidak, , gigi sudah
tumbuh/belum
6. Leher
Apakah ada pembendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe
dan pembengkakan kelenjar tyroid (gondok).
7. Dada
Apakah ada kelainan tulang dada/tidak, puting susu simetris/tidak, pada
penderita bronkopneumonia biasanya terdapat interaksi interkosta,
biasanya terdengar ronchi.
8. Abdomen
Bentuk simtris/ tidak, ada luka/tidak, ada kelainan bawaan atau tidak,
kembung/ tidak, bising usus terdengar jelas/tidak
9. Punggung
Ada luka dekubitus atau tidak
10. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki/perempuan, bersih/tidak, iritasi/tidak, pada anak
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada anak laki-
laki testis sudah turun.
11. Anus
Bersih/ tidak, iritasi/ tidak
12. Ekstremitas
Simetris/tidak, ada oedem/tidak, akralnya bagaimana
9
c. Pemeriksaan penunjang
1. Foto dada AP dan internal : hiperinflasi paru, diameter antara posterior
membesar pada foto lateral, terlihat bercak konsolidasi yang tersebar
2. Analisis gas darah : hiperkarbia sebagai tanda airtraping, asidosis
metabolik, dan respiratorik
3. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV secara bedside
3. Analisa data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai berikut :
1.2.3. Perencanaan
Perencanaan dan intervensi asuhan keperawatan pada pasien Hipertermia adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria : Hipertermi dapat teratasi dan proses infeksi hilang
Intervensi :
a. Observasi Keadaan Umum Pasien
R/ Mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
b. Observasi Vital sign
R/ Mengetahui perubahan vital sign pada pasien
c. Observasi warna kulit, membran mukosa bibir
10
1.2.4. Pelaksanaan
Menurut Kepmenkes RI (2011:6), Bidan melakukan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanankan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
1.2.5. Evaluasi
Menurut Kepmenkes RI (2011:7-8) tentang Standar Asuhan Kebidanan,
bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan , sesuai perubahan
perkembangan dengan kondisi klien (Kepmenkes RI, 2011).
12
BAB 2
TINJAUAN KASUS
3) Keluhan utama
Ibu mengeluh anaknya panas
4) Riwayat penyakit sekarang
13
b) Pola eliminasi
BAK 4-5 x/kali, warnanya kuning jernih dan tidak ada keluhan.
BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
Saat Sakit :
BAK 7-8 x/kali, warnanya kuning jernih dan tidak ada keluhan.
BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
c) Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan anaknya sejak semalam lemas dan hanya tidur.
d) Aktifitas
Sebelum sakit : Anak bergerak aktif
Selama sakit : Anak rewel tidak seperti biasanya.
e) Personal hygiene
Sebelum sakit : Anak dimandikan 2 x/hari (pagi dan sore)
keramas 2 hari sekali dengan shampoo, ganti
pakaian setiap habis mandi.
Selama sakit : Anak disibin diatas tempat tidur.
2.1.2 Data obyektif
1) Kesadaran : composmentis
2) Keadaan umum : keadaan umum lemah
3) Status gizi :
BB : 14 kg
PB : 90 cm
4) Tanda-tanda vital
S : 38,0oC
N : 120 x/mnt
R : 24 x/mnt
5) Pemeriksaan fisik
Kepala
15
2.1.3Analisa data
No Diagnosa/masalah Data dasar
Inj Ranitidine 2 x 15 mg
Inj Ondan 3 x 3 mg
Santagesik 3 x 150 mg
2. Masalah I : Gangguan masalah suhu tubuh berada diatas normal
a. Memberikan terapi penurun panas dan memenuhi kebutuhan cairan
3. Masalah II : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
a. Menganjurkan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman (tidak bising dan ramai)
b. Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi anak sewaktu tidur.
c. Membatasi jumlah pengunjung saat jam tidur.
2.5 Evaluasi
1. Evaluasi sesaat
Tanggal : 29-05-2019 Pukul 21.30 WIB
S : Ibu mengatakan anaknya sudah lebih tenang tetapi masih rewel.
O : - KU lemah, kesadaran komposmentis
-Suhu 37,8 ℃
A : An. “C ” usia 2 th 9 bln 17 hr dengan masalah Febris, keadaan umum
lemah, prognosa baik.
P : Lanjutkan intervensi:
- Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
- Menjelaskan cara menjaga kehangatan anak
- Menjelaskan pemenuhan nutrisi pada anak
- Memberikan terapi dokter
a. Infuse Ring As 12 tpm
b. Inj ceftriaxone 2 x 400 mg
c. Inj Ranitidine 2 x 15 mg
d. Inj Ondan 3 x 3 mg
e. Santagesik 3 x 150 mg
- Melakukan pemeriksaan TTV dan observasi TTV
- Dokumentasi
Tanggal : 29-05-2019 Pukul : 22.00
20
FARIHATUL M
22
DAFTAR PUSTAKA
Aden.R. (2010). Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta:
Hanggar Kreator.
Matendang,dkk. (2019). Diagnosa Fisik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: PT.Sagung
Seto.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suriadi, d. Y. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagu
Seto.
Depkes RI. (2012). Pedoman Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
Depkes RI.
Kepmenkes RI. (2011). Standar Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Jakarta:
Direktorat Bina Anak Sakit.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya Dalam Buku
Ajar 1 Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagungseto.
Sulistyawati, A. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Anak Patologis. Jakarta:
Salemba Medika.
Sumijati, M. d. (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak. Surabaya: Perkani.