Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY UK

Disusun oleh :
Putri Septyasari
0504.84

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG


2007

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah kepada kami sehingga kami dapat menyusun
laporan Asuhan Kebidanan ini. Kegiatan Praktek Kebidanan ini dilaksanakan
mulai tanggal 14 Januari 10 Pebruari 2008.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bimbingan dan
pengalaman. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1.

Ibu Yuliyanik, S.KM selaku Direktur sekaligus dosen pembimbing Akademi


Kebidanan Widyagama Husada Malang.

2.

Ibu Tinuk Sunarto, selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing


dan mengarahkan kami selama praktek.

3.

Ibu Peni Indrawati, S.KM, selaku pembimbing institusi yang telah


membimbing kami selama praktek.

4.

Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan support yang sangat
besar kepada penulis.

5.

Dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah memberikan bantuan sehingga tersusun laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat. Amin.

Malang, Januari 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang.
Abortus incomplete merupakan perdarahan yang terkadang banyak
tetapi jarang sampai fatal. Seorang ibu hamil yang mengalami perdarahan
harus masuk rumah sakit untuk mengetahui tentang keadaan yang
dialaminya. Menurut obstetric William pada keadaan abortus incomplete
umumnya tidak perlu melakukan dilatasi sebelum melakukan curettage.
Angka kejadian abortus incomplete di Indonesia cukup tinggi
karena factor kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang abortus incomplete
yang bias terjadi pada ibu hamil sebelum usia kehamilan 22 minggu,
kebanyakan terjadi abortus incomplete pada usia kehamilan 2 bulan.
Sehingga apabila tanda-tanda abortus benar-benar muncul maka ibu hamil
harus sesegera mungkin memeriksakan dirinya ke bidan atau dokter agar
bisa mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dan tindakan yang cepat dan
tepat supaya tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut dari keguguran yang
dialaminya.

1.2

Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan
gemeli sehingga dapat memperluas, memperbanyak pengetahuan dan
ketrampilan mengenai asuhan kebidanan pada pasien dengan
kegawatdaruratan obstetric.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian data klien
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
berdasarkan data klien

Agar mahasiswa mampu megidentifikasi diagnosa dan masalah


ptensial
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera yang
dibutuhkan klien berdasarkan diagnsa.
Agar mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan atau
intervensi untuk mengatasi masalah klien
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah
direncanakan.
Agar mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
1.3. Metode Penulisan
1. Metode penulisan ini adalah studi kepustakaan dalam bentuk studi kasus
yaitu mencari gambaran yang lebih jelas dari proses kebidanan saat ini.
2.Teknik pengumpulan data
a. Anamnese
Pengambilan data dengan tanya jawab langsung dengan pasien
b. Pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
untuk mendapatkan data.
c. Pengkajian catatan medik dengan kepustakaan.
Mengkaji keadaan pasien dengan menggunakan catatan medik dan
kepustakaan yang berhubungan dengan kasus kebidanan.
1.4

Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Abortus Incomplete

2.2
BAB III

Konsep dasar asuhan kebidanan

: TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi.

BAB IV

: PEMBAHASAN

BAB V

: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Daftar Pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep dasar persalinan


2.1.1

Definisi Persalinan
Persalinan (Partus) adalah suatu proses mengeluarkan hasil
konsepsi (janin + urin) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998)
Persalinan adalah proses mengeluarkan hasil konsepsi (janin +
Urin) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendir) (Manuaba, 1998).

2.1.2

Penyebab persalinan

1. Teori Penurunan Progesterons


Progesterons bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan ketegangan pembulu darah sehingga timbul HIS
bila kadar progesterons turun. Progesterons dihasilkan oleh plasenta.
Mulai umur kehamilan 28 mgg plasenta mengalami penuaan 1 2 mgg
sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan
progesterons.
2. Teori Plasenta Menjadi Tua.
Penuaan plasenta menyebabkan turunnya kadar esterogen dan
Progesterons sehingga menyebabkan kekejangan pembulu darah
sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
3. Teori Disentri Rahim / Ketegangan
Otot rahim menjadi besar dan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi akibat terjadi iskemia
otot otot rahim dan tersirkulasi oterosplacenter.
4. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus Franken
Hauser). Bila ganglion ini digeser atau ditekan, misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontaksi uterus.
5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin

dihasilkan

oleh

disedua

dan

konsentrasinya

meningkat sejak UK 15 mgg. Pemberian Prostaglandin dapat


merangsang persalinan.
6. teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis.
Kahmilan dengan anensepalus sering terjadi keterlambatan
perasalinan karena tidak terbentuk hipotalamus
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan
(Linggin, 1973 dalam Manuaba, 1998).
2.1.3

Tahapan Persalinan Fisiologis

1. Kala I (pembukaan)
Adalah kala pembukaan serviks dari 0 10 cm.

Dibagi 2 fase, yaitu :


a. Fase laten

b.

Pembukaan

: 0 -3 cm

Lamanya

: 7 8 jam

Fase aktif
Pembukaan

: 3 10 cm

Lamanya

: 6 jam

Ada 3 subfase
Periode akselerasi
Pembukaan 3 cm menjadi 4 cm berlangsung 2 jam.
Periode dilatasi maksimum
Pembukaan 4 cm menjadi 9 cm berlangsung 2 jam.
Periode deselerasi
Pembukaan 9 cm menjadi 10 cm berlangsung 2 jam.

Perbedaan kala 1 pada primigravida dan multigravida

Kala 1
Lama

Primigravida
13 14 jam

6 7 jam

Multigravida

Servik

Effacement baru dilatasi

Effacement dan dilatasi terjadi


bersamaan
(Mochtar, 1998)

Penatalaksanaan kala 1 fase aktif


a. Memantauan kemajuan persalinan dengan partograf
b. Memberikan dukungan, informasi mengenai proses dan
kemajuan persalinan serta mendengarkan keluhannya dan lebih
sensitif terhadap perasaannya.
c. Menganjurkan ibu untuk berbaring di tempat tidur dengan
miring kearah posisi punggung janin dan memperbolehkan
sesekali merubah posisi sesuai dengan keinginan ibu.
d. Mengajak orang yang

menemani untuk memijat

atau

menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara


kontraksi (Saifuddin, 2004).
2. Kala II
a. HIS terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama (durasi 50 100 detik)
interval 2 -3 menit sekali.
b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan.
c. Karena tekanan pada rektum, ibu seperti merasa mau BAB dengan
tanda anus membuka.
d. Pada waktu HIS, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perinoum meregang.
e. Lama pada

Primi

: 1 - 2 jam.

Multi

: - 1 jam

f. Penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama


kala II.

Nadi ibu setiap 30 menit.

Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.

DJJ setiap selesai meneran.

Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan


abdomen setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60
menit atau kalau ada indikasi.

Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan dan pemeriksaan


dalam (Hodge).
Periksa Luar

Periksa Dalam

(5 jam)
5/5

(Hodge)
H I H II

4/5

Keterangan
Kepala diatas PAP sulit digerakkan, bagian terbesar
kepala belum masuk panggul

3/5

H II III

Bagian terbesar kepala belum masuk panggul

2/5

H III +

Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul

1/5

H III IV

0/5

H IV

Kepala didasar panggul


Di Perineum

3. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 10 manit
(Manuaba, 1998). Beberapa saat kemudian timbul HIS pelepasan dan
pengeluaran urin. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 30 manit
setelah bayi lahir (Moachtar, 1998).
4. Kala IV
Adalah pengawasan selama 1 -2 jam setelah bayi dan urin lahir
untuk mengamati adanya tanda dan gejala pendarahan yang potensial.
2.2

Konsep Dasar gemeli


2.1.1

Definisi
Abortus incomplete adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
melalui kanalis servikalis.
(Saifuddin,2000)

Hamil Kembar adalah apabila dalam rahim terdapat lebih dari satu
janin dan besar rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya
yaitu jauh lebih besar.
(Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat, Dep.Kes
RI)
2.1.2

Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan
paritas, sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi : Profertil, Clomid, dan
hormone gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik
dan kembar lebih dari dua.
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain belum diketahui.
(Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri)

2.1.3

Jenis Gemelli
1. Gemelli Dizigotik ( = kembar 2 telur, heterolog, bio ovuler, dan
fraternal), kedua telur bisa berasal dari :
o

1 ovarium dan 2 folikel de graff.

1 ovarium dan 1 folikel de graff.

1 ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

Jumlah plasenta, korion, amnion, dan tali pusat adalah dua.


Sedangkan sirkulasi darah terpisah.
2. Gemelli Monozigotik (= kembar 1 telur, homolog, uni ovuler,
identik), dapat terjadi karena :
o

Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.

Hambatan pada tingkat segmentasi

Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitive


streak.

Jumlah plasenta 1 (70%) atau 2 (30%), korion 1 (70%) atau 2


(30%), amnion 1 (70%) atau 2 (30%), tali pusat 2, dan sirkulasi
darah janin bersekutu.

3. Conjoined Twins, superfekundasi, dan superfestasi.


o

Conjoined twins atau kembar siam aadalah kembar dimana


janin

melekat

satu

dengan

yang

lainnya.

Misalnya

torakofagus (dada dengan dada), abdominofagus (perlekatan


kedua abdomen), kraniofagus (perlekatan kedua kepala), dan
sebagainya.
o

Superfekundasi

adalah

pembuahan

dua

telur

yang

dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada dua kali koitus


yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
o

Superfestasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa


minggu atau bulan setelah kehamilan pertama.
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri)

2.1.4

Pertumbuhan Janin Kembar


1.

Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000


gram lebih ringan dari janin tunggal.

2.

Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua dibawah


2500 gram, triplet (3) dibawah 2000 gram, quadruplet (4)
dibawah 1500 gram, dan quintuplet (5) dibawah 1000 gram.

3.

Berat badan masing-masing janin dari kehmilan kembar


tidak sama, umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gram,
dan karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang
satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.

4.

Pada kehamilan kembar monozigotik :


Pembuluh

darah

janin

yang

satu

beranastomosis dengan jann yang lain, karena itu setelah bayi


satu lahir tali pusat harus segera diikat untuk menghindari
perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu

pertumbuhannya.

Dapat terjadi sindroma transfuse fetal; pada


janin yang mendapat darah lebih banyak terjadi hidramnion,
polisitemia, edema, dan pertumbuhan yang baik. Sedangkan

janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi, oligohidrami, dan


mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
5.

Pada kehamilan kembar dizigotik :

Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu


tumbuh sampai cukup bulan.

Janin yang mati bisa diabsorbsi (kalau pada


kehamilan muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin
jadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau kompresus.

2.1.5

Letak pada Presentasi Janin.


Pada hamil kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan
posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah
setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi
letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak,
presentasi dan posisi bisa terjadi, yang paling sering dijumpai
adalah :
Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala

o
(44 47 %)

Letak membujur, presentasi kepala bokong (37 38

o
%)
o

Keduanya presentasi bokong (8 10 %)

Letak lintang dan presentasi kepala (5 5,3 %)

Letak lintang dan presentasi bokong (1,5 2 %)

Dua-duanya letak lintang (0,2 0,6 %)

Letak dan presentasi 69 adalah letak yang


berbahaya karena dapat terjadi kunci-mengunci (interlocking).
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri)

2.1.6

Diagnosis Kehamilan Kembar


1.

Anamnesis
-

Perut lebih buncit dari semestinya


sesuai dengan umur kehamilan.

Gerakan

janin

lebih

banyak

dirasakan ibu hamil.


-

Uterus

terasa

lebih

cepat

membesar.
-

Pernah hamil kembar atau ada


riwayat keturunan kembar.

2.

Inspeksi dan Palpasi.


-

Pada pemeriksaan pertama dan


ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat
tumbuhnya dari biasa.

Gerakan-gerakan janin terasa lebih


sering.

Bagian-bagian kecil teraba lebih


banyak.

3.

Teraba ada 3 bagian besar janin.

Teraba ada 2 ballotement.


Auskultasi

Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak


berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per
menit atau bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.
4.

Rontgen foto abdomen


Tampak gambaran 2 janin.

5.

Ultrasonografi
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah
dapat ditentukan pada triwulan I.

6.

Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.

7.

Reaksi Kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2
plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi
kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini
dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa. Kadangkala diagnosa

baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan
ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar
sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
.

(Ilmu Kebidanan, YBP-SP)


2.1.7

Pengaruh Terhadap Ibu dan Janin.


1. Terhadap Ibu
- Kebutuhan

akan

zat-zat

bertambah,

sehingga

dapat

menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.


- Kemungkinan terjadi hidramnion bertambah 10 kali lebih
besar.
- Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering.
- Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering
miksi serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva.
- Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio
plasenta sesudah anak pertama lahir.
2. Terhadap Janin
- Usia kehamilan makin singkat dengan bertambahnya jumlah
janin pada kehamilan kembar : 25 % pada gemelli, 50 % pada
triplet, dan 75 % pada quadraplet, yang akan lahir 4 minggu
sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi
premature akan tinggi.
- Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, mak
angka kematian bayi kedua tinggi.
- Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan
mempertinggi angka kematian janin.
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri)
2.1.8

Penanganan
a. Dalam Kehamilan
1.

Perawatan pre natal yang baik untuk mengenal kehamilan


kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila

diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih


sering ( 1 kali seminggu pada keamilan lebih dari 32 minggu ).
2.

Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh


sebaiknya

dihindari,

karena

akan

merangsang

gurita

yang

tdak

partus

prematurus.
3.

Pemakaian

korset

terlalu

ketat

diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.


4.

Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

b. Dalam Persalinan
1.

Bila anak pertama letaknya membujur, kala I


diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotomi
mediolateralis.

2.

Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar,


periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu,
sambil memeriksa tekanan darah, dan lain-lain.

3.

Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi.


Bila anak kedua terletak membujur, ketuban dipecahkan pelanpelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar. Tunggu
dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.

4.

Waspadalah

atas

kemungkinan

perdarahan

postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis.


5.

Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya


melintang atau tejadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta,
maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetric :
-

Pada letak lintang coba versi luar dulu,


atau lahirkan dengan cara versi dan ekstraksi.

Pada letak kepala, persalinan dipercepat


dengan ekstraksi vakum atau forceps.

Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi


bokong atau kaki.

6.

Indikasi seksio sesarea hanya pada :


-

Janin pertama letak lintang

Bila terjadi prolaps tali pusat

Plasenta previa

Terjadi interlocking pada letak janin 69,


anak pertama letak sungsang dan anak kedua letak kepala.

7.

Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya


perdarahan postpartum : berikan suntikan sintometrin yaitu 10
satuan sintosinon ditambah 0,2 mg methergin intravena.
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri

2.1.9

Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada
kehamilan tunggal, karena seringnya terjadi toksemia gravidarum,
hidramnion, anemia, pertolongan obstetric operatif, dan perdarahan
postpartum. Angka kematian perinatal tinggi terutama karena (Ilmu
Kebidanan, YBP-SP)

2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.


I. PENGKAJIAN DATA
Data Subyektif
1. Biodata
o Nama ibu dan suami, untuk mengenal, memanggil, dan menghindri
terjadinya kekeliruan.
o Umur ibu, terutama pada ibu yang hamil pertama kali bila umur > 35
tahun / primitua gravida dan bila umur < 18 tahun / primimuda gravida.
Hal ini penting untuk mengetahui apakah kehamilan ibu termasuk dalam
kehamilan resiko tinggi atau resiko rendah.
o Agama
o Pekerjaan

ibu,

untuk

mengetahui

dimana

ibu

bekerja

karena

kemungkinan pekerjaan ibu dapat mengganggu kesehatan ibu sendiri


atau mempengaruhi kesehatan janin.
o Pekerjaan suami, untuk mengetahui taraf kehidupan dan bagaimana
kebutuhan ibu selama hamil apakah sudah tercukupi.
o Pendidikan,

untuk

pendidikannya.

memberi

bimbingan

sesuai

dengan

tingkat

o Alamat, untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.


2. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan yang paling utama yang dirasakan
ibu.
3. Riwayat haid
o Amenorea, untuk memperkirakan usia kehamilan.
o Menarche, siklus, banyaknya, warna, lama haid, dan apakah ada
keluhan saat haid atau tidak.
o HPHT, perlu dikaji untuk mengetahui usia kehamilan.
o TP, untuk mengetahui taksiran tanggal persalinan.
4. Riwayat Perkawinan
Umur nikah, berapa kali menikah, dan lama menikah untuk mengetahui
status perkawinan ibu.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu sehingga
mempengaruhi kehamilannya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga sehingga
dapat mempengaruhi kehamilan ibu. Penting juga ditanyakan apakah
dalam keluarga pasien atau suami asa keturunan kembar atau tidak.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.
o Kehamilan, untuk membantu menangani perawatan kehamilan ini
(konseling khusus, tes, tindak lanjut, dan rencana persalinan) dengan
mengetahui riwayat kehamilan yang lalu.
o Persalinan, untuk mengetahui pesalinan yang lalu normal atau tidak.
o Nifas, untuk mengetahui pada nifas yang lalu apakah terjadi penyulit
pada saat nifas atau tidak dan apakah ibu menyusui bayinya atau tidak.
8. Riwayat Kehamilan yang Sekarang.
Perlu dikaji ibu sudah ANC berapa kali, suntik TT hamil, serta keluhankeluhan yang diderita ibu serta penyulit yang menyertainya.
9. Riwayat Spiritual

Kaji pengaruh spiritual terhadap kehamilan ibu, apakah ibu pernah


mengadakan upacara 7 bulanan atau upacara adat keagamaan lainnya atau
tidak.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
o

Nutrisi
Makan 3 kali sehari, dengan porsi : nasi 1 pirng, sayur, lauk pauk
(tempe, tahu, ikan atau telur), dan buah-buahan.

Eliminasi
BAB

: Perlu diusahakan agar teratur, normalnya BAB


1-2 kali sehari

BAK

: Normalnya BAK 3 4 kali sehari.

Istirahat

: Pada bumil normalnya dibutuhkan waktu tidur


atau istirahat sebanyak 9-10 jam sehari.

Aktifitas

: Pekerjaan sehari-hari di rumah, di kantor, atau


di pabrik dapat dilanjutkan asalkan tidak terlalu
melelahkan dan tidak mempengaruhi
kesejahteraan ibu dan janin.

Personal Hygiene
Mandi

: 2 kali sehari atau boleh setiap kali tidak nyaman.

Keramas

: Harus dicuci min. 2 kali seminggu.

Gigi

: Harus disikat min. 2 kali sehari dan setiap habis


makan karena pada masa hamil hormone estrogen
meningkat yang menyebabkan epulis dan sekresi
air ludah berlebihan.

Payudara

: Membersihkan putting 2 kali sehari.

Vulva / Vagina

: Harus sering dibersihkan dengan cara yang benar.

11. Pola Hubungan Sexual


Sebaiknya tidak diadakan senggama selama hamil muda sebelum
kehamilan berumur 16 minggu, demikian pula selama bulan terakhir
kehamilan.
12. Data Psikososial

Adakah gangguan psikologis pada kehamilannya. Apakah kehamilannya


diharapkan atau tidak. Hubungan dengan suami dan keluarga baik / tidak.
13. Data Spiritual dan Latar belakang Sosbud
Apakah tetap melakukan kegiatan spiritual/tidak saat hamil, hubungan ibu
dengan masyarakat sekitar, apakah ibu melakukan tradisi selamatan dan
pantangan terhadap makanan.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Baik / Cukup / Lemah

Kesadaran

: Composmentis / Somnolen / Koma

TB

: TB < 145 cm kemungkinan memiliki panggul


yg sempit dan merupakan KRT. Normal > 145 cm

BB

: Normalnya pertambahan BB bumil 0,5 1 kg


per minggu. Hingga akhir kehamilan pertambahan
BB yang normal 9 kg 13,5 kg.

2. Tanda-tanda Vital (TTV)


Tekanan Darah

: Normal / tidak (N : systole : 110-120 mmHg atau


Diastole : 80 90 mmHg)

Nadi

: Normal / tidak (N : 70 - 90 x/menit)

Pernafasan

: Normal / tidak (N : 16-24 x/ menit)

Suhu

: Normal / tidak (N : 36,5C 37C)

3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala

: bulat, rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada luka.

Muka

: tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak bengkak,

reaksi pasien gembira.


Mata

: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus (kuning).

Hidung

: tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran sekret,


tidak ada pernafasan cuping hidung.

Telinga

: tidak ada pengeluaran cairan, pendengaran bagus, bersih

Mulut

: bibir tidak pecah-pecah, tidak pucat.

Gigi

: tidak ada karang gigi maupun caries.

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan


tidak ada bendungan vena jugularis.

Dada

: simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : simetris, membesar, tegang, putting susu menonjol,


tidak ada benjolan abnormal, hiperpigmentasi areola,
hipervaskularisasi, terdapat pengeluaran kolostrum.
Perut

: perut tampak besar, terdapat strie lividae, terdapat linea


nigra, tidak terdapat luka bekas operasi.

Genetalia luar

: tidak ada varises maupun kondiloma akuminata,


terdapat lendir yang keluar dari genetalia ibu.

Ekstremitas

: tidak ada oedema maupun varises, dan bentuk


kaki sama panjang.

b. Palpasi
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid / bendungan vena


jugularis

Payudara : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, dan
terdapat pengeluaran colostrum
Perut
Leopold I

: untuk menentukan TFU sesuai dengan UK, dan


apa yang teraba pada bagian fundus uteri.

Leopold II

: untuk menentukan letak punggung anak (kanan


kiri pada letak memanjang dan letak kepala pada
letak lintang)

Leopold III

: untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian


bawah dan apakah sudah masuk PAP atau belum.

Leopold IV

: untuk menentukan seberapa bagian masuk /


turunnya bagian bawah bila sudah masuk PAP.

Ekstremitas

: tidak ada oedem

c. Auskultasi
Dada

: Reguler, adakah ronchi atau wheezing.

Perut

: DJJ normal (N : 120-160 x/menit) di kanan / kiri,


frekuensi teratur/ tidak, bagaimana kekuatannya, adakah
bunyi bising usus.

d. Perkusi
Ekstremitas

: Reflek Patella + / -, untuk mengetahui apakah ibu


Mengalami avitaminosis (vitamin B1).

4. Pemeriksaan Penunjang
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA dan MASALAH
Diagnosa

: Ny. GP. Ab UK mgg ,tunggal, hidup, let.su,


intrauterine,inpartu kala.. fase .dengan pre op.

DS

: Ibu mengatakan merasa kenceng-kencengsejak tanggal


pukul..

DO

:
Keadaan Umum

: Baik / Cukup / Lemah

Kesadaran

: Composmentis / Somnolen / Koma

Tanda-tanda Vital (TTV)


Tekanan Darah

: Normal / tidak (N : systole : 110-120 mmHg atau


Diastole : 80 90 mmHg)

Nadi

: Normal / tidak (N : 70 - 90 x/menit)

Pernafasan

: Normal / tidak (N : 16-24 x/ menit)

Suhu

: Normal / tidak (N : 36,5C 37C)

Leopold I

: untuk menentukan TFU sesuai dengan UK, dan


apa yang teraba pada bagian fundus uteri.

Leopold II

: untuk menentukan letak punggung anak (kanan


kiri pada letak memanjang dan letak kepala pada
letak lintang)

Leopold III

: untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian


bawah dan apakah sudah masuk PAP atau belum.

Leopold IV

: untuk menentukan seberapa bagian masuk /


turunnya bagian bawah bila sudah masuk PAP.

DJJ

: DJJ normal (N : 120-160 x/menit) di kanan / kiri,


frekuensi teratur/ tidak, bagaimana kekuatannya.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Hipoksi
Partus lama
Distorsia bahu
After coming head
IV. ANTISIPASI KEBUTUHAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
- Sectio sesarea.
V.

INTERVENSI
Diagnosa

: Ny. GP. Ab UK mgg,tunggal, hidup,


let.su, intrauterine, inpartu kala..fase .dengan pre op.

Tujuan : - keadaan ibu dan janin baik, dan janin dapat lahir dengan
selamat.
Kriteria hasil

: - keadaan janin baik (DJJ dalam keadaan normal)


- TTV ibu tetap dalam batas normal.
- ibu dan keluarga menyetujui dilakukan operasi.

Intervensi
1.

Jelaskan pada ibu tentang keadaannya dan janinnya


R/ Ibu dan keluarga kooperatif dalam tindakan dan memberikan
ketenangan batin dan kepercayaan pada ibu.

2.

Berikan Informed Consent


R/ Menerangkan dan menginformasikan kepada pasien dan keluarga
alasan dilakukan operasi untuk melahirkan janinnya.

3.

Mencuci tangan.
R/ Mencegah dan mengurangi penularan mikroorganisme

4.

Observasi CHPB dan TTV


R/ Dapat memantau atau deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.

5.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.


R/ Menjalankan fungsi dependen dan menjaga agar keadaan ibu dan
janin tetap baik.

6.

Lakukan persiapan pre operasi pada pasien

R/ Mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi agar tidak terjadi


komplikasi.
7.

Kolaborasi dengan tim dokter untuk pelaksanaan tindakan operasi.


R/ Menjalankan fungsi dependen

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal :
Jam
Dx

: .
: Ny. GP. Ab UK mgg ,tunggal , hidup, let.su, intra
uterine,inpartu kala.. fase

Implementasi diisi dengan tindakan yang sesuai dengan Intervensi.

VII. EVALUASI
Tanggal :
Jam

: .

Dx

: Ny. GP. Ab UK mgg ,inpartu, ganda, hidup/mati,


let.kep/let.su, intra/ekstra uterine, kala.. fase

Diisi sesuai dengan Kriteria hasil dengan metode SOAP.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN DATA
MRB tanggal : 11 September 2008
Jam

: 18.00 WIB

No. Register : 658


Tempat: Di ruang bersalin RB Karunia Sidoarjo
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu

: Ny. L

Nama Suami : Tn. A

Usia

: 26 tahun

Usia

: 29 tahun

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaaan

: Swasta

Pendidikan

: SLTP

Pendidikan

: SLTP

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Alamat

: Jenggolo II no 59

Sidoarjo.

2. Keluhan Utama.
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak jam 09.00 WIB pada
tanggal 11 September 2008, dan mengeluarkan lendir dan darah dari
kemaluannya.juga ketuban sudah merembes mulai jam 11.00 WIB
3. Riwayat Haid
Siklus haid

: teratur, 28 hari

Lama

: 5 - 6 hari

Banyaknya

: ganti pembalut 2 3 kali per hari

Menarche

: 14 tahun.

HPHT

: 01- 12- 2007

TP

: 08- 09- 2008

4. Riwayat Pernikahan
Umur nikah

: 24 tahun

Berapa kali menikah : 1 kali


Lama menikah

: 2 tahun

5. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit kronis, menular
serta menahun seperti DM, jantung, TBC, anemia, infeksi lain khususnya
saluran reproduksi, cacat bawaan atau didapat, kecelakaan, dan lain-lain.
6. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, menular serta
menahun seperti DM, jantung, TBC, anemia, infeksi lain khususnya
saluran reproduksi, cacat bawaan atau didapat, kecelakaan, dan ibu tidak
pernah dioperasi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis,
menular, menurun, menahun, seperti jantung, DM, HT, malaria, atau PMS.
Dan tdak punya riwayat keturunan kembar.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
No

Hamil

Persalinan
Jenis
Pnlg

Peny

Nifas
ASI Peny

Sex

Anak
BBL

H/M

KB

Hamil

ini

9. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Kehamilan
Trimester I

: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 1 kali


di bidan , plano test (+), keluhan mual dan pusing.
Terapi yang didapat : vitamin.

Trimester II

: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di


bidan 2 kali, tidak ada keluhan. Ibu hanya merasa
gerakan bayinya sangat aktif. Terapi yang didapat :
tablet besi, vitamin, serta TT I dan TT II lengkap.

Trimester III : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di


bidan 1 kali, keluhan sering kencing dan kadang
disertai sesak napas, ibu juga lebih banyak merasakan
gerakan janinnya. Terapi yang mendapat : tablet besi
dan vitamin.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Sebelum hamil : ibu tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam
Selama hamil

: ibu tidur siang 1-2 jam, tidur malam 8 jam

b. Pola Nutrisi
Sebelum hamil : ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan
komposisi : 1 piring nasi, sayur, lauk pauk (tempe,
tahu, telur, atau ikan), buah-buahan dan 1 gelas air
putih.
Selama hamil

: ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan


komposisi : 1 piring nasi, sayur, lauk pauk (tempe,
tahu, telur, atau ikan), buah-buahan dan 1 gelas air
putih.

c. Pola Aktifitas

Sebelum hamil :

ibu melakukan aktiftas sebagai ibu rumah tangga


seperti menyapu, memasak, serta mengurus anak.

Selama hamil

ibu melakukan aktiftas tidak sebanyak sebelum


hamil, ibu hanya mengurus anak

d. Pola Eliminasi
Sebelum hamil : BAK = 4-5 kali sehari, BAB = 1-2 kali sehari.
Selama hamil

: BAK = 6-7 kali sehari, BAB = 1 kali sehari.

11. Data Psikososial

Psikologi
Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilannya sekaligus ada
perasaan takut dan khawair menjelang persalinannya ini.

Sosial
Hubungan ibu dan suami serta keluarga tampak baik.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Composmentis

Tanda-tanda Vital (TTV)


Tekanan Darah

: 120 / 90 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 24 x/ menit)

Suhu

: 37C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala

: bulat, rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada luka

Muka

: tidak pucat, tidak oedema, tidak timbul flek hitam atau


cloasma gravidarum, ekspresi wajah ibu agak cemas..

Mata

: simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus.

Hidung

: tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernafasan


cuping hidung, tidak ada polip.

Telinga

: tidak ada pengeluaran sekret, bersih, pendengaran baik.

Mulut

: bibir lembab, tidak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada
caries gigi.

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan


tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara : simetris, bersih, membesar, tegang, putting susu menonjol


tidak ada benjolan abnormal, hiperpigmentasi areola,
hipervaskularisasi, terdapat pengeluaran kolostrum.
Perut

: terdapat strie lividae, linea nigra, perut tampak besar,


tidak terdapat luka bekas operasi.

Genetalia : bersih, tidak ada varises maupun kondiloma akuminata,


terdapat lendir yang keluar dari genetalia ibu.
Ekstremitas : simetris, tidak ada oedema maupun varises.
b. Palpasi
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid / bendungan vena


jugularis

Payudara : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, dan
terdapat pengeluaran colostrum
Perut
Leopold I

: TFU 2 jari di bawah px (34 cm), teraba kepala.

Leopold II

: PUKI.

Leopold III

: teraba bokong

Leopold IV

: sudah masuk PAP, Hodge I.

His

: 10. 3. 40

Ekstremitas

: tidak ada oedem, turgor kulit cukup baik.

c. Auskultasi
Dada

: tidak ada ronchi maupun wheezing.

Perut

: DJJ : I. 11-12-11, terdengar di atas pusat kiri (puki).

d. Perkusi

:-

4. Pemeriksaan Dalam
VT : 2 cm, effacement 25 %, ketuban (-), teraba bag terdahulu bokong,
Hodge I.

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA dan MASALAH


Diagnosa

: Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup,


let.su, intrauterine, inpartu kala I fase laten dengan pre op.

DS

: Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak jam 09.00


WIB pada tanggal 11 September 2008, dan mengeluarkan
lendir dan darah dari kemaluannya.juga ketuban sudah
merembes mulai jam 11.00 WIB.

DO

HPHT

: 01- 12- 2007

TP

: 08- 09- 2008

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Perut

: terdapat strie lividae, linea nigra, perut tampak besar,


tidak terdapat luka bekas operasi.

Genetalia : bersih, terdapat lendir dan darah juga cairan ketuban yang
keluar dari genetalia ibu.
b. Palpasi
Perut
Leopold I

: TFU 2 jari di bawah px (34 cm), teraba kepala

Leopold II

: PUKI.

Leopold III

: teraba bokong

Leopold IV

: sudah masuk PAP, Hodge I.

His

: 10. 3. 40

c. Auskultasi
Perut
d. Perkusi

: DJJ : 11-12-11, terdengar di atas pusat kiri (puki)


:-

Pemeriksaan Dalam
VT : 2 cm, efficement 25 %, ketuban (-), bag terdahulu teraba bokong,
Hodge I.
3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Hipoksi
Partus lama

Distorsia bahu
After cominghead
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
- Sectio sesarea.
3.5 INTERVENSI
Diagnosa : Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup, let.su,,
intrauterine, inpartu kala I fase laten dengan pre op.
Tujuan : - keadaan ibu dan janin baik, dan janin dapat lahir dengan
selamat.
Kriteria hasil : - keadaan janin baik (DJJ dalam keadaan normal, N : 120160 x/menit)
- TTV ibu tetap dalam batas normal.
Tekanan Darah : Normal / tidak (N : systole : 110-120
mmHg atau diastole : 80 90 mmHg)
Nadi

: Normal / tidak (N : 70 - 90 x/menit)

Pernafasan

: Normal / tidak (N : 16-24 x/ menit)

Suhu

: Normal / tidak (N : 36,5C 37C)

- ibu dan keluarga menyetujui dilakukan operasi.


Intervensi
1.

Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga serta jelaskan mengenai


keadaannya.
R/ Ibu mengerti tentang keadaanya dan lebih kooperatif tiap tindakan
yang dilakukan..

2.

Berikan Informed Consent


R/ Menerangkan dan menginformasikan kepada pasien dan keluarga
alasan dilakukan operasi.

3.

Cuci tangan.
R/ Mencegah dan mengurangi penularan mikroorganisme

4.

Observasi CHPB dan TTV


R/ Dapat memantau atau deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.

5.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

R/ Menjalankan fungsi dependen dan menjaga agar keadaan ibu dan


janin tetap baik.
6.

Lakukan persiapan pre operasi pada pasien


R/ Mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi agar tidak terjadi
komplikasi.

7.

Kolaborasi dengan tim dokter untuk pelaksanaan tindakan operasi.


R/ Menjalankan fungsi dependen.

3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 11 September 2008
Diagnosa : Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup, let.su,
intrauterine, inpartu kala I fase laten
Implementasi :
1.

Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga serta menjelaskan


mengenai keadaannya saat ini, karena akan dapat menumbuhkan rasa
percaya ibu pada petugas kesehatan dan ibu akan lebih mengerti dan
menerima keadaannya. Sehingga perasaan ibu lebih tenang dan ibu
lebih mudah bekerja sama dengan petugas dalam setiap tindakan yang
dilakukan.

2.

Memberikan Informed Consent dengan menginformasikan kepada


pasien dan keluarga alasan dilakukan operasi untuk melahirkan janin
dan memberikan pengertian serta kekuatan mental dalam menghadapi
keadaan.. Diterangkan pula bahwa operasi ini diperlukan persetujuan
dan ijin dari pasien dan keluarga.

3.

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir agar dapat mencegah
dan mengurangi penularan mikroorganisme penyebab infeksi.

4.

Melakukan observasi CHPB dan TTV :

Pk. 19.00 WIB


-

5.

TTV : Tekanan darah : 120 / 90 mm Hg


Nadi

: 84 x / menit

Suhu

: 37C

RR

: 24 x / menit

DJJ : 11-12-11, di atas pusat sebelah kiri (puki)

His : 10. 3. 40

Telah terpasang infus NaCl dengan 20 tetes / menit

Melakukan persiapan pre operasi pada pasien :


Pk. 19.15 WIB
-

Kateter menetap (folley) terpasang, infuse NaCl masih


terpasang, , dan ibu telah dianjurkan untuk tidak makan dan minum
(puasa).

Pk. 19.20 WIB


-

Mengambil sample darah ibu untuk mengetahui golongan


darahnya. Dan hasilnya golongan darah ibu O.

Pk. 19. 25 WIB


-

Membersihkan

daerah

genetalia

pasien

termasuk

mencukur rambut pubis pasien untuk persiapan operasi.


Pk. 19.30 WIB
-

Mengganti cairan infuse dengan infuse RL.

Pk. 19.35 WIB


6.

Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi.

Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG RS DKT untuk dilakukan


operasi sesaria pada malam hari ini.

3.7 EVALUASI
Tanggal : 11 September 2008
Jam

: 19.40 WIB.

Dx

: Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup, let.su,


intrauterine, inpartu kala I fase laten.

: Ibu mengatakan telah mengerti serta paham terhadap semua


penjelasan yang telah diberikan dan menyetujui untuk dilakukan
tindakan operasi.

: - Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV :

: cukup
: composmentis.

Tekanan Darah : 120 / 90 mmHg


Nadi

: 88 x/menit

Pernafasan

: 24 x/ menit)

Suhu

: 37 C

- kateter terpasang
- infuse RL (ringer laktat) terpasang.
A

: Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup, let.su,


intrauterine, inpartu kala I fase laten.dengan pre SC.

: - Rujuk Pasien Ke RS DKT Sidoarjo


- Observasi TTV & CHPB sampai tempat rujukan

BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
(Wiknjostastro, 1999 : 606)
Pada Ny. L GI P0000 Ab000 UK 38-39 minggu ,tunggal, hidup, let.su,
intrauterine, inpartu kala I fase laten. diklasifikasikan persalinan yang berbahaya
karena potensial terjadi after coming head. Maka dari itu diindikasikan untuk
dilakukan persalinan melalui sectio sesarea.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. L penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.

Dari pengkajian didapatkan diagnosa Ny. L GI P0000 Ab000 UK 3839 minggu ,tunggal, hidup, let.su, intrauterine, inpartu kala I fase laten
dengan pre op.

2.

Ibu dan keluarga telah mengerti penjelasan yang diberikan dan


menyetujui untuk dilakukan tindakan operasi demi menjaga keselamatan
ibu dan janinnya.

3.

Kriteria hasil yang dibuat tercapai yaitu keadaan ibu dan janin
masih baik, dan ibu serta keluarga menyetujui untuk dilakukan operasi.

B. SARAN

Umum
Diharapkan bagi setiap wanita yang siap hamil maupun sedang hamil,
harus memeriksakan dirinya dan kehamilannya agar dapat dideteksi lebih
awal mengenai kehamilan kembar ini sehingga tidak meningkatkan resiko
komplikasi pada persalinannya nanti.

Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana penatalaksanaan pre
op pada persalinan dengan letsu baik yang supportif maupun konservatif.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi,
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Dep. Kes RI. , 2000. Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat. Cetakan
Ketiga. Surabaya.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Cunningham, Mc Donald. 1995. William Obstetri. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998 Sinopsis Obstetri Jilid 1 Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai