Anda di halaman 1dari 18

BIOLOGI REPRODUKSI

FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

SAFA SHELOMITA SUJARWO 2115301017

SALSABILLA MAHARANI 2115301018

SINDY TRI OKTIA REGINA 2115301019

SYIFA TALIA SALSABILLA 2115301020

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG PROGRAM


STUDI D-IV KEBIDANAN TANJUNG KARANG TAHUN
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “ FISIOLOGI KEHAMILAN,
PERSALINAN,NIFAS ” .
Makalah ini di susun dengan tujuan sebagai sarana pembelajaran
terhadap masalah fisiologi kehamilan,persalinan dan nifas agar untuk
kedepannya perawat dapat mengetahui fisiologi kehamilan, persalinan
dan nifas.
Kemudian ucapan terima kasih kepada Ibu Freya Nazera
Iskandar , S,ST, M.Tr.Keb selaku dosen pembimbing mata kuliah
biologi reproduksi . Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekuranagan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah untuk
kedepannya.

Bandar Lampung ,2 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 5
1.4 Manfaat …………………………………………………………………… 5

BAB 2 PEMBAHASAN

1.1 Fisiologi Kehamilan ……………………………………………………… 6


1.2 Fisiologi Persalinan ………………………………………………………. 11
1.3 Fisiologi Nifas …………………………………………………………… 13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 18

3.2 Saran …………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan,persalinan,masa nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu yang


fisiologi yang akan terjadi pada seorang wanita dan itu semua bisa
memungkinkan untuk berubah yang mulanya bersifat fisiologis bisa saja nanti
berubah menjadi patologis, maka sebagai seorang bidan harus bisa melakukan
asuhan kepada ibu hamil yang berkesinambungan dan yang berkualitas serta
melakukan pemeriksaan secara rutin pada seorang ibu hamil atau pasiennya
(Marmi 2011:11). Dikarenakan indonesia angka kematian ibu dan angka
kematian bayi masih tingggi hal itu dikarenakan ibu hamil tidak mau melakukan
kunjungan K1 dan K4 secara rutin ke bidan karena salah satu persiapan
menghadapi persalinan, ibu hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara
continiuty of care yang berupaya untuk mencegah jika sewaktu waktu jika
terjadi komplikasi pada ibu dan cepat ditangani oleh bidan dikarenakan pada
saat ini ibu hamil yang memeriksakan diri lebih banyak pada awal kehamilan.

Menurut Dinas Kesehatan Ponorogo pada tahun 2016 salah satu penyebab
rendahnya kunjungan antenatal pada ibu hamil dikarenakan ada yang pindah
tempat tinggal, keinginan ibu yang malas untuk melakukan kunjungan antenatal
care dan juga ibu berpindah tempat periksa atau pindah bidan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu fisiologi kehamilan ?
2. Apa saja alat eksternal dan internal fisologi kehamilan ?
3. Apa itu payudara ?
4. Apa itu fisiologi persalinan ?
5. Sebutkan sebab-sebab persalinan ?
6. Bagaimana persalinan normal terjadi ?
7. Bagaimana mekanisme persalinan ?
8. Apa itu nifas ?
9. Apa itu peurperium normal dan penanganannya ?
10.Bagaimana perubahan masa nifas ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu fisiologi kehamilan
2. Mengetahui apa saja alat eksternal dan internal fisologi kehamilan
3. Mengetahui apa itu payudara
4. Mengetahui apa itu fisiologi persalinan
5. Mengetahui sebab-sebab persalinan
6. Mengetahui Bagaimana persalinan normal terjadi
7. Mengetahui Bagaimana mekanisme persalinan
8. Mengetahui Apa itu nifas
9. Mengetahui Apa itu peurperium normal dan penanganannya
10. Mengetahui Bagaimana perubahan masa nifas

1.4 Manfaat

1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan


2. Memahami materi tentang fisiologi kehamilan ,persalinan dan nifas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi kehamilan

Pada kehamilan, akan terjadi banyak perubahan pada ibu hamil yang
terjadi secara fisiologis. Hal ini terjadi sebagai efek sekunder dari progesteron
dan estrogen yang diproduksi secara dominan oleh ovarium pada 12 minggu
pertama kehamilan dan selanjutnya diproduksi oleh plasenta. Perubahan ini
memungkinkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta, serta persiapan ibu
untuk kelahiran bayi. Kehamilan merupakan suatu proses yang dinamis yang
berhubungan dengan terjadinya perubahan pada sistem kardiovaskuler secara
fisiologis.

Perubahan ini merupakan mekanisme tubuh dalam mengompensasi


kebutuhan metabolik ibu dan janin yang meningkat, serta untuk menjamin
adekuatnya sirkulasi uretroplasental yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung dapat
mengalami eksaserbasi sebagai akibat dari adaptasi fisiologis selama kehamilan.
Sehingga, kejadian tersebut membutuhkan keterampilan terapeutik yang serius
dalam memberikan penatalaksanaan pada ibu hamil dengan penyakit jantung.

2.1.1 Alat eksteranal dan internal otgan reproduksi wanita

Berikut adalah bagian-bagian dari alat reproduksi wanita di bagian luar.

1. Labia majora
Anda juga bisa menyebut salah satu organ reproduksi wanita ini sebagai bibir
besar karena fungsinya melindungi organ luar lainnya.

Pada masa puber, area kulit di labia majora akan tumbuh bulu atau rambut yang
juga mengandung kelenjar penghasil minyak.
2. Labia minora
Labia minora atau bibir kecil merupakan alat reproduksi wanita yang
mempunyai berbagai ukuran.

Letaknya tepat di dalam labia majora, mengelilingi bukaan ke vagina dan uretra
(saluran pembawa urine). Kulitnya sangat halus, mudah teriritasi, dan bengkak.
3. Kelenjar Bartholin
Kelenjar ini berada di setiap sisi sebelah lubang vagina dan bisa mengeluarkan
sekresi cairan (lendir) untuk melumasi area miss V.

4. Klitoris
Organ reproduksi wanita yang satu ini merupakan tonjolan kecil dan sensitif.
Klitoris ditutupi oleh lipatan kulit disebut sebagai preputium, mirip dengan
kulup di ujung penis.
Perlu diketahui pula bahwa klitoris sensitif terhadap rangsangan dan menjadi
area ereksi. Oleh karena itu, klitoris kerap menjadi salah satu titik rangsang
wanita saat berhubungan intim.
Alat reproduksi wanita bagian dalam

Setelah membahas bagian luar, sekarang Anda perlu tahu apa saja organ
reproduksi wanita bagian dalam.

1. Vagina
Vagina adalah saluran yang menghubungkan serviks (bagian bawah rahim)
dengan bagian luar tubuh. Letaknya di dalam tubuh, belakang kandung kemih,
lebih rendah dari rahim.
Fungsi vagina sebagai alat reproduksi wanita adalah menjadi jalan keluar darah
saat menstruasi, jalan lahir bayi, serta jalan masuk sperma menuju rahim.
2. Ovarium
Ovarium, atau indung telur, berada di sisi kanan dan kiri rongga panggul yang
bersebelahan dengan bagian rahim atas.

Alat atau organ reproduksi wanita yang satu ini bertanggung jawab untuk
memproduksi hormon seperti estrogen, progesteron dan ovum atau yang biasa
disebut sel telur.
3. Tuba falopi
Tuba falopi memiliki bentuk seperti saluran bercorong yang masing-masing
membentang dari ujung kanan dan kiri pada rahim atas ke ujung ovarium.

Organ reproduksi yang satu ini mempunyai fungsi untuk mengangkut ovum dan
membawanya ke dalam infundibulum (bagian ujung tuba falopi) menuju rahim.

Pembuahan sel telur dengan sperma juga terjadi di tuba falopi. Kemudian, telur
yang sudah dibuahi pindah dan ditanamkan pada lapisan rahim.

4. Rahim (uterus)
Rahim (uterus) adalah organ reproduksi wanita yang berongga dan bentuknya
seperti buah pir. Ini merupakan rumah bagi janin yang sedang berkembang. Ada
dua bagian rahim, yaitu sebagai berikut.

 Serviks, merupakan leher rahim yang berada di bagian bawah dan menjadi jalan
menuju vagina serta tubuh utama rahim yaitu korpus.
 Korpus, area fleksibel karena bisa mengembang sesuai perkembangan bayi. Ini
juga merupakan saluran untuk darah menstruasi dan sperma.
Selain itu, rahim menyokong embrio selama tahap perkembangan awal. Otot-
otot dinding rahim berkontraksi persalinan normal untuk mendorong janin
melewati jalan lahir.
5. Leher rahim (serviks)
Leher rahim atau serviks adalah organ berbentuk silinder atau tabung yang
menghubungkan vagina dengan rahim.

Serviks terdiri dari dua bagian, yaitu ektoserviks (dinding luar leher rahim) dan
endoserviks (bagian dalam leher rahim).

Serviks memproduksi lendir yang akan berubah selama siklus menstruasi.


Perubahan tekstur lendir serviks bertujuan untuk mencegah atau membantu
terjadi kehamilan.

2.1.1 Payudara pada masa kehamilan


Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh wanita. Salah
satunya adalah perubahan payudara ibu hamil yang kerap membuat tidak
nyaman. Namun Anda tidak perlu khawatir karena perubahan tersebut
normal terjadi.
Kondisi ini terjadi karena saat hamil tubuh melepas hormonestrogen dan
progesteron. Selain itu ada juga prolaktin, hormon yang memicu produksi ASI.
Perubahan ini menjadi tanda tubuh ibu hamil sedang mempersiapkan diri untuk
proses menyusui.
Berikut perubahan yang mungkin terjadi pada payudara ibu hamil:

Perubahan pada trimester pertama kehamilan (minggu ke-1 hingga akhir


minggu ke-12)
Perubahan pada payudara bisa menjadi salah satu tanda kehamilan yang disadari
wanita. Perubahan hormon pada trimester pertama kehamilan membuat aliran
darah meningkat dan mengubah jaringan pada payudara. Hasilnya mungkin
payudara Anda akan terasa nyeri, geli, bengkak, dan sensitif jika disentuh. Rasa
tersebut sama seperti kondisi payudara sebelum menstruasi (sindrom pra
menstruasi) yang terjadi pada beberapa wanita. Kondisi tersebut biasanya mulai
terasa sekitar empat hingga enam minggu usia kehamilan dan bertahan selama
trimester pertama kehamilan.
Payudara pun akan mulai terlihat membesar. Pada umumnya, ukuran payudara
membesar satu hingga dua cup, terutama jika ini adalah kehamilan pertama
Anda. Garis-garis stretch mark dan rasa gatal pada payudara akan muncul
seiring melebarnya kulit. Kondisi tersebut biasa terjadi sekitar enam hingga
delapan minggu usia kehamilan.

Perubahan pada trimester kedua kehamilan (minggu ke-13 hingga ke-26)


Pada trimester kedua kehamilan, payudara akan bertambah besar dan berat.
Perubahan tersebut membuat pembuluh darah yang berada di bawah kulit
menjadi tampak lebih jelas. Warna puting dan area di sekitar puting berubah
menjadi lebih gelap dan melebar. Anda mungkin juga akan mendapati benjolan-
benjolan kecil di sekitar puting.
Sekitar minggu ke-14 hingga 26 kehamilan, jangan kaget jika melihat ada cairan
berwarna kekuning-kuningan keluar dari puting Anda. Cairan penuh nutrisi itu
disebut cairan kolostrum, yaitu cairan yang dihasilkan oleh payudara sebagai
tanda tubuh sedang bersiap-siap untuk memberikan ASI.

Perubahan pada trimester ketiga kehamilan (minggu ke-27 hingga akhir


kehamilan)
Pada trimester ketiga kehamilan, terutama di minggu-minggu terakhir, puting
dan payudara terus membesar seiring meningkatnya produksi ASI.
Tidak semua ibu hamil mengalami perubahan demi perubahan seperti kondisi di
atas. Perubahan payudara ibu hamil bervariasi tergantung individu masing-
masing. Sebagai contoh, ada wanita yang mengeluarkan cairan kolostrum dari
putingnya namun ada pula yang tidak.

Tips Mengatasi Rasa Tidak Nyaman pada Payudara Ibu Hamil


Ketidaknyamanan tersebut bisa diatasi dengan memakai bra yang tepat. Saat
hamil, Anda sudah tidak bisa memakai bra yang biasa Anda kenakan sehari-hari
seiring bertambah besarnya ukuran payudara. Oleh karena itu, penting untuk
memilih bra yang bisa menopang payudara Anda dengan baik dan nyaman.
Berikut kriteria bra yang tepat untuk ibu hamil:

 Pastikan bra yang Anda kenakan tidak terlalu ketat atau longgar namun.
tetap bisa menopang payudara Anda.
 Pilih bra yang terbuat dari bahan katun atau serat alami. Bahan katun atau
bahan serat alami bisa menyejukkan sekaligus melancarkan sirkulasi
udara sehingga kulit payudara bisa bernapas.
 Jika Anda ingin berolahraga, gunakan bra khusus yang bisa menopang
payudara Anda secara pas.
 Anda bisa membeli bra baru dengan ukuran yang lebih besar seiring
membesarnya payudara.

Kenakan bra selalu pada pagi, siang bahkan saat Anda tidur guna mengurangi
ketidaknyamanan. Khusus bra yang dipakai saat tidur, pilih bra berbahan katun
lembut yang tidak membatasi ruang gerak payudara.
Anda juga bisa menaruh saputangan katun atau kain kasa ke dalam
setiap cup bra untuk menyerap cairan kolostrum yang keluar dari puting. Ganti
saputangan atau kain kasa secara rutin untuk mencegah iritasi kulit.
Hindari membersihkan payudara dengan sabun atau produk keras karena zat
yang terkandung di dalamnya bisa membuat kulit kering. Cukup gunakan air
hangat untuk membersihkan payudara ibu hamil.
2.2 Fisiologi Persalinan

2.2.1Pengertian Persalinan

1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Ari dkk, 2010:4).

2.2.2. Sebab-sebab mulanya persalinan

Mulainya Persalinan disebabkan oleh:

1)Penurunan Kadar Progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen


meninggikan kerentanan otot Rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesterone san estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan progesterone menurun sehingga timbul his.

2) Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.

3) Keregangan Otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang
oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot- otot Rahim makin rentan.

4) Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan


oleh karena pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

5) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin
F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra adan extramnial menimbulkan
kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

2.2.3 Persalinan normal

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin.

Persalinan Normal (Spontan) Adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang
Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2.1.4 Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan


ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati
panggul.mekanisme ini sangat di[erlukan mengingat diameter janin yang lebih
besar harus berada pada satu garis lurus dengan diameter paling besar dari
panggul

Adapun gerakan – gerakan dalam mekanisme persalinan adalah sebagai berikut


:
1. Engagement : janin berada setinggi spina iskiadika ibu.

2. Desent : gerakan janin ke bawah.

3. Fleksi : gerakan kepala janin yang menduduki ke depan sehingga dagunya


merapat pada dada.

4. Rotasi interna : gerakan rotasi kepala yang memudahkan pelintasan kepala


melewati spina iskiadika atau setelah melewati Hodge III (setinggi spina) atau
setelah didasar panggul.

5. Ekstensi : gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpi


langsung pada margo inferior simpisis pubis.

6. Rotasi eksterna : kepala janin melakukan gerakan rotasi dari posisi anteropos
terior kembali ke posisi diagonal atau melintang.

7. Ekspulsi : kelahiran bagian tubuh janin lainnya.

2.3 Fisiologi Nifas

2.3.1 Pengertian Puerperium (periode masa nifas)

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.

Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik.

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah


kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak
perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit
mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi. Masa
ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini

2.3.2 Tahapan masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai


dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
pendarahan karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah,
dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki
keinginan untuk merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk
melakukan perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua
sistem tubuh.

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. 2, 16
Periode immediate postpartum dan early postpartum merupakan periode yang
sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode masa nifas yang beresiko terhadap
kematian ibu terutama terjadi pada periode immediate postpartum (50%), pada
masa early postpartum (20%) dan masa late postpartum (5%). 7, 8 Resiko sering
terjadi ketika satu minggu pertama post partum (Early postpartum) karena
hampir seluruh sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.

2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. 19 Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah
melahirkan antara lain: 1. Perubahan sistem reproduksi a. Uterus Involusi
merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).

b. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea
mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),
dan mekonium.

2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,


serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

3) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung


serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7
sampai hari ke-14.

4) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal
periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder
yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,
terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea
purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.

c. Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
d. Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah


persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

3. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung,


biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung
kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “diuresis”.

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera


setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-


tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi
kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.

6. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus
dikaji antara lain :

a. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 – 380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI.
Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum.

c. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan


darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.

d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu


dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-
tanda syok.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan,persalinan,masa nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu
yang fisiologi yang akan terjadi pada seorang wanita dan itu semua bisa
memungkinkan untuk berubah yang mulanya bersifat fisiologis bisa saja
nanti berubah menjadi patologis, maka sebagai seorang bidan harus bisa
melakukan asuhan kepada ibu hamil yang berkesinambungan dan yang
berkualitas serta melakukan pemeriksaan secara rutin pada seorang ibu
hamil atau pasiennya . Dikarenakan indonesia angka kematian ibu dan
angka kematian bayi masih tingggi hal itu dikarenakan ibu hamil tidak mau
melakukan kunjungan K1 dan K4 secara rutin ke bidan karena salah satu
persiapan menghadapi persalinan, ibu hamil perlu dilakukan pelayanan
antenatal secara continiuty of care yang berupaya untuk mencegah jika
sewaktu waktu jika terjadi komplikasi pada ibu dan cepat ditangani oleh
bidan dikarenakan pada saat ini ibu hamil yang memeriksakan diri lebih
banyak pada awal kehamilan.

3.2 Saran

1. Kepada pihak bidan puskesmas sebaiknya lebih memperhatikan faktor


risiko yang terdapat pada klien sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan
sedini mungkin dan lebih melengkapi dokumentasi asuhan kebidanan yang
telah dilakukan. Dalam memberikan asuhan telah sesuai dengan teori dan
diharapkan dapat mempertahankan asuhan yang diberikan.

2. Kepada klien dan masyarakat diharapkan lebih terbuka sehingga segala


permasalahan yang ada dapat segera teratasi dengan baik. Mengenal tanda-
tanda abnormal sehingga bila ibu mengalami akan segera datang ke
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan tindakan segera.

3. Kepada mahasiswa diharapkan untuk dapat memperbaiki dan


mempertahankan asuhan berkesinambungan pada ibu hamil agar setiap
pasien terlayani sesuai dengan teori dan kebijakan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai