Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS

“Sistem Reproduksi”

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed

OLEH:

KELOMPOK 4

1. Zaky El-Karim 2111311050


2. Khofifah Gustina 2111312029
3. Nabila Abia Putri 2111312059
4. Rahma Indriani Putri 2111312041
5. Siti Yudifa Husna 2111313017

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “Sistem Reproduksi”

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep.,
M.Biomed selaku dosen pengampu di mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah
membimbing penulis dalam pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan
doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari
segi materi maupun kalimatnya. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik dari teman-
teman maupun dosen. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan.

Padang, 25 September 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 .Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

2.1 Organ reproduksi perempuan dan pria.............................................................................2

2.2.1 Alat-alat Reproduksi pada Wanita...........................................................................2

2.2.2 Proses Pembentukan Sel Telur (Oogenesis) ............................................................5

2.2.3 Alat-Alat Reproduksi pada Laki-laki.......................................................................7

2.2 Perubahan organ reproduksi saat pubertas.....................................................................11

2.2.1 Tahapan-tahapan masa pubertas yaitu....................................................................11

2.2.2 Perubahan fisik pada Laki-laki...............................................................................12

2.2.3 Perubahan fisi pada Perempuan ............................................................................13

2.3 Proses Menstruasi ...........................................................................................................14

2.3.1 Fisiologi Haid.........................................................................................................14

2.3.2 Mekanisme Terjadinya Menstruasi........................................................................16

2.3.3 Kegiatan dan Pembagian dalam Sistem Rujukan...................................................18

BAB III PENUTUP...................................................................................................................21


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sisterm reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
wanita terdiri dari ovarium, uterus dan bagian alat kelamin lainnya. Sedangkan sistem reproduksi
laki-laki terdiri testis, vas deferens, dan penis. Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan
bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan
individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat
bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan tubektomi pada organ reproduksinya
atau mencapai menopause tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung
setelah manusia tersebut mencapa masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.

Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital
artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat
dihasilkan keturunan yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.

Pada makalah ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi wanita yang meliputi struktur
organ reproduksi wanita dan sistem organ reproduksi laki-laki, perubahan organ reproduksi saat
pubertas, dan proses menstruasi pada perempuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja organ Reproduksi perempuan dan laki-laki ?
2. Bagaimana perubahan organ reproduksi saat pubertas ?
3. Bagaimana proses menstruasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja organ reproduksi perempuan dan laki-laki ?
2. Untuk mengetahui perubahan organ reproduksi saat pubertas ?
3. Untuk mengetahui bagaimana proses menstruasi ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organ reproduksi Perempuan dan Pria

2.1.1 Alat-alat Reproduksi pada Wanita

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ yang terdapat dalam ( ovarium, tuba
fallopi, (tuba uterine/oviduk), uterus dan vagina. Organ yang terletak di luar tubuh
terdiri dari vulva (pudendum)

a. Alat Reproduksi dalam Wanita

1) Ovarium

Ovarium atau indung telur, berbentuk seperti telur dan berjumlah sepasang.
Ovarium terlindungi kapsul keras dan terdapat folikel-folikel. Setiap folikel
mengandung satu sel telur, berfungsi memberikan makanan dan melindungi sel
telur yang sedang berkembang hingga matang. Setelah sel telur matang, folikel
akan mengeluarkannya dari ovarium (ovulasi).

2) Uterus (rahim)

2
Uterus adalah organ tebal dan berotot yang dapat mengembang selama masa
kehamilan. Bentuknya seperti buah pir. berfungsi sebagai tempat pertumbuhan
dan perkembangan janin Pada bagian bawah uterus terdapat struktur yang
mengecil. Bagian ini disebut serviks atau leher rahim. Lapisan penyusun
uterus, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan tengah yang berotot
(miometrium), dan selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan
endometrium mengandung banyak pembuluh darah dan lendir.

3) Vagina

Vagina merupakan saluran dengan dinding dalam berlipatlipat dan memanjang


dari leher rahim ke arah vulva ( 7-10 cm). Bagian luar vagina berupa selaput
yang menghasilkan lendir dari kelenjar Bartholini. Vagina berfungsi sebagai
saluran kelahiran yang dilalui bayi saat lahir juga berfungsi sebagai tempat
kopulasi.

b. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi wanita yang berfungsi sebagai jalur sel telur menuju uterus
(rahim) dinamakan saluran telur (oviduk) atau tuba Fallopi. Pada bagian
pangkalnya terdapat bagian mirip corong yang dinamakan infundulum, yang
berjumbai-jumbai (fimbrae). Fungsinya penangkap sel telur (ovum) yang lepas
dari ovarium. melalui gerakan peristaltik, lalu disalurkan melalui oviduk menuju
uterus.

3
Gambar 6. Struktur Alat reproduksi perempuan

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid

c. Alat Reproduksi Luar Wanita

1) Vulva bagian paling luar organ kelamin wanita yang bentuknya berupa celah.
2) Pubic bone (Mons pubis) bagian atas dan terluar vulva yang tersusun atas
jaringan lemak . Saat masa pubertas, bagian ini banyak ditumbuhi oleh rambut.
3) Bibir besar (Labia mayora) lipatan yang jumlahnya sepasang dibawah mons
pubis.
4) Bibir Kecil (Labia minora) bagian dalam labia mayora terdapat lipatan
berkelenjar, tipis, tidak berlemak, dan berjumlah sepasang. Fungsi kedua bagian
ini adalah sebagai pelindung vagina.
5) Klitoris tonjolan kecil yang mengandung banyak ujung-ujung saraf perasa
sehingga sangat sensitive. Seperti halnya penis laki-laki, klitoris akan bereaksi
bila ada rangsangan (mengandung banyak jaringan erektil).
6) Orificium erethrae, muara saluran kencing.

selaput dara atau hymen bagian yang mengelilingi tepi ujung vagina, yang
berselaput mukosa dan mengandung banyak pembuluh darah.

d. Hormon pada Sistem Reproduksi Wanita

4
Hipotalamus akan menyekresikan hormon gonadotropin. Hormon gonadotropin
merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH. Hormon FSH
merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium.
Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium mensekresikan hormon
estrogen.

Hormon estrogen berfungsi membantu pembentukan kelamin sekunder seperti


tumbuhnya payudara, panggul membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen
juga membantu pertumbuhan lapisan endometrium pada dinding ovarium.
Pertumbuhan endometrium memberikan tanda pada kelenjar pituitari agar
menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi hormon LH.
(Dianal, 2020)

Oleh stimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang pecah menjadi korpus
luteum. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel dan ovarium menuju
uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum yang terbentuk segera menyekresikan
hormon progesteron.

Progesteron berfungsi menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran


pembuluh darah dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang menyekresikan
cairan bernutrisi. Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan
berhenti. Berikutnya, sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitari juga berhenti.
Akibatnya, korpus luteum tidak bisa melangsungkan sekresi hormon progesteron.
Oleh karena hormon progesteron tidak ada, dinding rahim sedikit demi sedikit
meluruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan kita biasa
menamakannya dengan siklus menstruasi

2.1.2 Proses Pembentukan Sel Telur (Oogenesis)

Oogenesis merupakan proses pembentukan sel telur di dalam ovarium. Sebelum sel telur
(ovum) terbentuk, di dalam ovarium terlebih dahulu terdapat sel indung telur atau
oogonium (oogonia = jamak) yang bersifat diploid (2n = 23 pasang kromosom). Melalui
pembelahan mitosis, oogonium menggandakan diri membentuk oosit primer. Menginjak

5
masa pubertas, oosit primer melanjutkan fase pembelahan meiosis I. Pada fase ini, oosit
primer membelah menjadi dua sel yang berbeda ukuran dan masing-masing bersifat
haploid. Satu sel yang berukuran besar dinamakan oosit sekunder, sedangkan sel yang
lain dengan ukuran lebih kecil dinamakan badan kutub primer. Pada fase berikutnya,
oosit sekunder akan melanjutkan pada fase meiosis II. Fase ini dilakukan apabila ada
fertilisasi. Apabila tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder mengalami degenerasi. Namun,
apabila ada fertilisasi, fase meiosis II dilanjutkan. Indikasi nya, oosit sekunder membelah
menjadi dua sel, yakni satu berukuran besar dan satu berukuran lebih kecil. Sel yang
berukuran besar di namakan ootid, sementara sel berukuran kecil dinamakan badan
kutub sekunder. Secara bersamaan, badan kutub primer juga membelah menjadi dua.
Oleh karenanya, fase meiosis II menghasilkan satu ootid dan tiga badan kutub sekunder.
Kemudian, satu ootid yang dihasilkan tersebut berkembang menjadi sel telur (ovum)
yang matang. Sementara itu, badan kutub hancur atau polosit (mengalami kematian).
(Purnamasari, 2020)

Gambar 7. Proses Oogenesis


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/oogenesis

Supaya oosit dalam oogonium tumbuh dengan baik, pada permukaannya diselubungi oleh
lapisan yang disebut folikel. Di dalam folikel terdapat cairan yang memberikan makanan

6
untuk perkembangan oosit. Folikel ini akan terus berubah hingga masa ovulasi. Awalnya
oosit primer diselubungi oleh folikel primer. Selanjutnya, folikel primer berubah menjadi
folikel sekunder yang membungkus oosit sekunder (fase meiosis I). Setelah itu, folikel
sekunder berubah menjadi folikel tersier hingga folikel de Graff (folikel matang). Folikel de
Graff terbentuk saat masa ovulasi. Kemudian, oosit sekunder lepas dari folikel, dan segera
folikel menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan menjadi korpus albikan, jika sel telur
tidak ada yang membuahi.

1. Perubahan Fisik pada Perempuan


Sama halnya seperti pada laki-laki, perempuan juga mengalami perubahan primer
maupun juga sekunder. Adapaun cirinya adalah sebagai berikut.
a. Ciri-Ciri Kelamin Primer
Ciri primer pada perempuan adalah menstruasi. Dimana pada awalnya mulai
diproduksinya sel telur. Sel ini dihasilkan oleh organ kelamin yang disebut indung
telur atau ovarium. Alat reproduksi pada perempuan terdiri atas ovarium, tuba falopi,
uterus, dan lubang kemaluan (vagina). Menstruasi merupa kan hasil peluruhan yang
disertai dengan pendarahan yang dikeluarkan melalui vagina. Hal itu juga sebagai
hasil dari sel telur yang tidak bertemu sperma dan tidak mengalami pembuahan.

b. Ciri-Ciri Kelamin Sekunder


Adapun ciri-ciri sekunder pada perempuan adalah sebagai berikut.
1. Tumbuh rambut-rambut halus di ketiak dan organ kemaluan.
2. Payudara dan pinggul mulai membesar.

7
3. Organ kelamin membesar.

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas
payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang
menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-
12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke (menstruasi
pertama) terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir
perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun.10,13 Setelah menstruasi, tinggi badan anak
hanya akan bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa
lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat
massa lemak sebelum pubertas.

2.1.3 Alat-Alat Reproduksi pada Laki-laki


Sistem reproduksi pada seorang laki-laki, terbentuknya hormon testosteron
biasanya dimulai ketika mulai akil baligh antara 9 sampai dengan 12 tahun. Pada usia
ini, testis sudah mulai memproduksi hormon testosteron yang mempengaruhi
pemasakan sel kelamin dan mempengaruhi timbulnya sifat-sifat kelamin skunder,
misalnya tumbuhnya rambut kelamin, suara semakin membesar, terbentuknya jakun
dan bahu yang melebar:

Sistem reproduksi laki-laki tersusun dari organ-organ yang terletak di luar tubuh
yaitu penis dan skrotum dan organ reproduksi yang terletak di dalam tubuh sluran
pengeluaran dan kelenjar yang menghasilkan hormon-hormon kelamin, untuk jelasnya
kalian pelajari uraian selanjutnya.

1. Alat reproduksi bagian dalam


Testis berfungsi penghasil sperma dan hormon kelamin yang pembentukannya
terjadi di dalam tubulus seminiferus. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel
Leydig penghasil hormon testosteron dan hormon androgen.
2. Saluran reproduksi

1) Epididimis , saluran dalam skrotum dan keluar dari kedua testis. Disini, sel
sperma disimpan sementara hingga matang.

8
2) Vas deferens , saluran tempat bergeraknya sperma dari epididimis ke kantung
semen (vesikula seminalis).
3) Uretra, saluran dalam penis, berfungsi sebagai ekskresi urine dari kandung
kemih.

3. Hormon pada laki-laki


Di bawah kontrol hipotalamus, sebuah hormon dikeluarkan untuk merangsang hipofisis
anterior yaitu hormon gonadotropin.
Hormon ini merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon LH
(Luitenizing Hormon) dan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormon). Hormon LH
menstimulasi sel-sel Leydig untuk menyekresikan hormon testosteron, yang berfungsi
saat spermatogenesis, pematangan sperma, mencegah pengeroposan tulang dan
pertumbuhan kelamin sekunder pada pria. Sementara itu, hormon FSH berperan
merangsang sel-sel sertoli dalam tubulus seminiferus untuk mengubah sel-sel spermatid
menjadi sperma saat terjadi spermatogenesis). (Ekawati, 2021)
4. Kelenjer-kelenjer aksesoris
1) Vesikula seminalis (kantung mani), menghasilkan cairan kental kekuning-
kuningan, bersifat basa, mengandung mukus, enzim koagulasi, asam askorbat,
prostaglandin dan gula fruktosa (sumber energi sperma). 2) Kelenjar prostat ,
penghasil getah kelamin bersifat encer, mengandung enzim antikoagulan, penyuplai
nutrisi, dan berasa agak asam.

9
2) Kelenjar bulbouretralis ( kelenjar Cowper). Kecil jumlahnya sepasang. Hasil
sekresinya cairan bening, menetralkan urine asam pada uretra. Membawa sejumlah
sperma bebas sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh.
5. Alat reproduksi bagian luar

1) Penis merupakan adalah alat senggama (kopulasi / sarana mengalihkan cairan


sperma ke alat reproduksi wanita). Secara struktural, penis tersusun atas tiga
rongga berisi jaringan erektil berspons. Dua rongga terletak di tengah dinamakan
korpus kavernosa. Korpus spongiosum berada dibawah korpus kavernosa, dan
terdapat saluran reproduksi yakni uretra. Di bagian ujung penis terdapat kepala
penis (gland penis), yang tertutup oleh lipatan kulit (preputium). Di dalam rongga
penis terdapat jaringan erektil berisi banyak pembuluh darah dan saraf. Saat terjadi
rangsangan seksual, rongga akan penuh terisi darah. Akibatnya, penis
mengembang dan menegang ( ereksi). Apabila rangsangan ini terus-menerus
terjadi, sperma akan keluar melalui uretra (ejakulasi). Jumlah sperma yang
dikeluarkan sekitar 2 hingga 5 mL semen ( 1 mililiter = 50- 130 juta sperma).

2) Skrotum Oleh karena temperatur tubuh yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan
perkembangan sperma, skrotum yang berisi testis berada di luar tubuh. Testis dua
buah, letaknya di kanan dan kiri, dipisahkan oleh otot polos penyusun sekat
skrotum, sehingga bisa mengendur dan mengerut (otot dartos). Terdapat pula otot
yang bertindak sebagai pengatur kondisi suhu testis agar stabil( otot kremaster)

6. Spermatogenesis

10
Darimanakah sperma dihasilkan? Bagaimana proses pembentukannya? Nah
sekarang kita akan mempelajarinya pada kegiatan pembelajaran ini. Semangat ya
peserta didik yang hebat.

Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis, berada pada tubulus


seminiferus di dalam testis. Di dalamnya terdapat dinding yang terlapisi oleh sel
germinal disebut spermatogonium (jamak = spermatogonia).

Setelah mengalami pematangan, spermatogonium membelah memperbanyak diri


(mitosis). Sedangkan sebagian spermatogonium yang lain melakukan
spermatogenesis.

Proses spermatogenesis :

1) Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n atau


mengandung 23 pasang kromosom).
2) Spermatogonium akan berubah menjadi spermatosit primer (2n) Seacara
mitosis.
3) Berikutnya, spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder (biasa
dinamakan meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada dua, sama besar dan
bersifat haploid (n = 23 kromosom).

11
4) Melalui fase meiosis II, spermatosit sekunder membelah diri menjadi empat
spermatid yang sama bentuk dan ukurannya. Selanjutnya, spermatid berkembang
menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n).
5) Setelah matang, sperma menuju saluran epididimis. Proses ini terjadi
kurang lebih 17 hari. Energi yang digunakan proses spermatogenesis berasal dari
selsel sertoli.

7. Spermatozoa

Seperti apakah Sperma itu ? Kita bahas yuk disini. Sperma terdiri dari kepala, leher,
bagian tengah, dan ekor. Kepala sperma terlindungi akrosom (haploid) yang
mengandung enzim hialurodinase dan proteinase, yang berfungsi saat
penembusan lapisan sel telur. Pada tengahnya terdapat mitokondria kecil, berfungsi
menyediakan energi untuk menggerakkan ekor sperma.

12
2.2 Perubahan organ reproduksi saat pubertas

Masa pubertas adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja. Pada masa ini,
reproduksi pada laki-laki maupun perempuan mulai berkembang. Pubertas berasal dari
kata pubercere yang berarti menjadi matang. Masa pubertas pada anak laki-laki dan
perempuan tidak sama. Anak perempuan biasanya mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan anak laki-laki. Ada yang lebih dulu mengalami dan ada yang lambat.
Biasanya anak perempuan mengalami masa pubertas pada usia 8-13 tahun, sedangkan anak
laki-laki pada usia 10-15 tahun.

2.2.1 Tahapan-tahapan masa pubertas yaitu:


a. Tahapan prapubertas
Tahap ini di sebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir
pada masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai “prapuber”
sehinga dia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada
tahap ini, ciri-ciri sek sekunder mulai nampak, namun organ reproduksi
belum berkembang secara sempurna.
b. Tahap puber
Tahap puber ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara
masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria
kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama
dan pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai
berkembang ciri-ciri seks sekunder dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ
seks.

13
c. Tahapan pascapuber
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa remaja. Pada
tahap ini ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-
organ seks juga berfungsi secara matang.

Pada masa pubertas, tubuh laki-laki dan perempuan mengalami perubahan. Ada dua jenis
perubahan yang terjadi pada masa pubertas, yaitu perubahan primer dan perubahan
sekunder. Perubahan primer disebut juga perubahan utama yang terjadi di dalam tubuh.
Perubahan tersebut memungkinkan seorang laki-laki dan perempuan pada masa pubertas
menghasilkan bayi. Perubahan primer diiringi perubahan sekunder. Perubahan sekunder
disebut perubahan fi sik atau perubahan yang ciri-cirinya tampak pada tubuh laki-laki dan
perempuan

2.2.2 Perubahan Fisik pada Laki-Laki


a. Ciri-Ciri Kelamin Primer
Ciri primer pada laki-laki adalah mengalami ‘Mimpi Basah’. Pada seorang laki-
laki, perubahan yang terjadi adalah mulai diproduksinya sperma pada organ
reproduksi laki-laki. Perubahan ini menandakan bahwa sistem reproduksinya telah
berfungsi. Alat reproduksi pada laki-laki yakni terdiri atas testis, saluran sperma,
uretra, dan juga penis. Organ testis menghasilkan sperma. Testis dapat
memproduksi jutaan sperma setiap hari. Akibatnya, kantung testis akan terisi penuh
dengan cairan sperma. Cairan sperma keluar melalui saluran sperma, kemudian
menuju uretra. Cairan sperma akhirnya akan keluar dengan sendirinya.

d. Ciri-Ciri Kelamin Sekunder


Ciri-ciri kelamin primer biasanya diikuti dengan perkembangan ciriciri kelamin
sekunder. Ciri-ciri kelamin sekunder dapat kita amati dengan melihat perubahan
fisik yang dialami seseorang. Berikut ini ciri-ciri kelamin sekunder pada laki-laki.
1. Bau Tubuh
2. Tumbuh jakun
3. Tumbuh kumis dan janggut (rambut yang tumbuh di dagu)

14
4. Tumbuh rambut-rambut halus di ketiak dan organ kelamin
5. Organ kelamin membesar
6. Suara berubah menjadi berat
7. Dada tampak bidang
Namun, tidak semua laki-laki mengalami ciri-ciri kelamin sekunder yang mencolok. Ada
juga yang tidak mengalami pertumbuhan kumis dan jakun.

2.3.1 Perubahan Fisik pada Perempuan


Sama halnya seperti pada laki-laki, perempuan juga mengalami perubahan primer
maupun juga sekunder. Adapaun cirinya adalah sebagai berikut.
c. Ciri-Ciri Kelamin Primer
Ciri primer pada perempuan adalah menstruasi. Dimana pada awalnya mulai
diproduksinya sel telur. Sel ini dihasilkan oleh organ kelamin yang disebut indung
telur atau ovarium. Alat reproduksi pada perempuan terdiri atas ovarium, tuba falopi,
uterus, dan lubang kemaluan (vagina). Menstruasi merupa kan hasil peluruhan yang
disertai dengan pendarahan yang dikeluarkan melalui vagina. Hal itu juga sebagai
hasil dari sel telur yang tidak bertemu sperma dan tidak mengalami pembuahan.

d. Ciri-Ciri Kelamin Sekunder


Adapun ciri-ciri sekunder pada perempuan adalah sebagai berikut.
1. Tumbuh rambut-rambut halus di ketiak dan organ kemaluan.
2. Payudara dan pinggul mulai membesar.
3. Organ kelamin membesar.

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara
pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara
dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai
pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke (menstruasi pertama) terjadi dua tahun
setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar
12,5 tahun.10,13 Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan meningkat pada tahap
akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak sebelum pubertas.

15
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran testis
menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer Prader.
Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran
penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai
pada usia 16-17 tahun . Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis, sedangkan kumis dan
janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik
oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita
suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara
terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi
basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan
tinggi badan. Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada
anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena
pengaruh hormon steroid seks. (Syafnelly, 2018)

2.3 Proses Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).
Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan
dinding rahim (endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi
luruh. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi
setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari
dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika
siklus haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari. Menurut Proverawati dan Misaroh
(2009) siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara
tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.

2.3.1 Fisiologi Haid

16
Proses haid merupakan masalah yang kompleks. Proses ini tidak hanya dilandasi oleh
perubahan endometrium serta stroma uterus, tetapi juga melibatkan fungsi – fungsi jaringan
reproduksi lainnya, yang melibatkan interaksi hormon–hormon. Interaksi tersebut serta
dampaknya pada jaringan reproduksi dipengaruhi oleh rangsangan pulsatil dari hipotalamus
serta adanya mekanisme umpan balik.

Pada proses haid yang umum yaitu 28 hari dalam satu daur, terjadi perubahan– perubahan
interaksi berbagai hormon sebagai berikut:
1. Fase folikuler awal
Sebelum terjadi perdarahan haid, kadar estrogen, progesteron dan inhibin sangat rendah.
Kadar yang rendah ini akan merangsang pusat impuls GnRH di hipotalamus, yang
berdampak pada peningkatan hormon FSH. Peningkatan FSH akan berpengaruh pada
pertumbuhan folikel dengan cara dihasilkan estrogen. Perkembangan folikel juga akan
menyebabkan dihasilkannya hormon oleh sel granulosa, yaitu LH, prolaktin,
prostaglandin, serta inhibin. Hormon inhibin diduga dapat menekan FSH sehingga terjadi
perubahan ratio LH/FSH; hormon FSH menurun, sedangkan LH naik pada 5 hari pertama
daur haid.
2. Fase Folikuler tengah

Fase ini ditandai oleh sekresi folikuler dominan dan peranan folikel dominan yang penuh
dengan reseptor FSH dan mampu memproduksi estrogen FSH dan mampu memproduksi
estrogen. Pada hari ke 9, vaskularisasi folikel sangat bertambah sehingga produksi FSH,
LH dan LDL (lipoprotein densitas rendah), prolaktin serta reseptor prostaglandin juga
semakin bertambah. Peningkatan estrogen dan inhibin memiliki dampak umpan balik
negatif terhadap FSH, sehingga FSH menurun.

3. Fase Folikuler akhir

Pada fase ini, terjadi lonjakan gonadotropin dan ovulasi. Fase ini ditandai dengan adanya
umpan balik estrogen terhadap gonadotropin, terjadinya lonjakan LH dan FSH,
pematangan oosit, serta pembentukan korpus luteum. Pada fase praovulasi, estradiol
meningkat, demikian juga FSH dan LH selain itu, progesteron dan 17
hidroksiprogesteron juga bertambah. Biasanya terjadi 2–3 hari menjelang lonjakan
tengah daur.

17
Lonjakan LH yang berlangsung rata–rata 48 jam tidak hanya merangsang keluarnya
ovarium, tetapi juga mampu merubah kadar progesteron dan prostaglandin. Ovulasi
terjadi 36–40 jam setelah dimulainya lonjakan LH.

4. Fase Luteal awal

Pasca ovulasi, terjadi fase luteal yang ditandai oleh peninggian kadar LH. Dalam 3 hari
pasca ovulasi, mulai terbentuk korpus luteum yang dapat menghasilkan relaksin,
oksitosin dan progesteron. Kadar progesteron sejak 24 jam sebelum ovulasi
dipertahankan untuk 11– 14 hari kemudian. Kadar progesteron maksimal dicapai pada
hari ke 3–4 pasca ovulasi. Fase luteal umumnya berlangsung sekitar 14 hari, dengan
variasi antara 11–17 hari. Progesteron menekan pertumbuhan folikel baru, di samping
penekanan dari hormon inhibin dan estrogen

5. Fase Luteal akhir

Prahaid, setelah hari ke 4–5 dari pertumbuhan korpus luteum, terjadi penurunan kadar
progesteron estradiol dan inhibin. Penurunan ini akan merubah kadar LH melalui
mekanisme umpan balik negatif dan meningkatkan kembali FSH, untuk mengawali
pembentukan folikel baru.

2.3.2 Mekanisme Terjadinya Menstruasi

Pada siklus haid menggambarkan suatu interaksi kompleks antara hipotalamus,


kelenjar pituitary, ovarium dan endometrium. Prawirohardjo (2007) mengatakan bahwa
mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi yang terjadi dalam satu siklus terdiri atas 4
fase:

1. Fase Folikuler / Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)

Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai dari hari 1
sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi).
Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel didalam
ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga

18
merangsang pertumbuhan sekitar 3 - 30 folikel yang masingmasing mengandung 1 sel
telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu
siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan, lapisan paling
atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan
dan menghasilkan selsel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah
dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari, rata-rata selama 5
hari. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

2. Fase Luteal / fase sekresi / fase pramenstruasi (hari ke-14 sampai hari ke-28)
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari
sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat
terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini peningkatan hormon progesteron yang
bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen, dan LH.
Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan
dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk
penghambatan masuknya sperma kedalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim
yang prosesnya akan terjadi pada akhir fase ini.
3. Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan
endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali
peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan
tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh
peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi
kondisi flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang selanjutnya
dapat mengakibatkan perubahan-perubahan higiene pada daerah tersebut dan
menimbulkan keputihan. (Batubara, 2016)

4. Fase Regenerasi / pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)

19
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium
uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang
terkandung didalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang
sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem reproduksi adalah sistem yang berguna untuk berkembang biak bagi manusia.
Organ reproduksi wanita terdiri bagian dalam dan luar, bagian dalam terdiri dari ovarium,
uterus (rahim), vagina lalu ada saluran reproduksi yaitu tuba fallopi. Sedangkan bagian luar
yaitu vulva, pubic bone, bibir keras, bibir kecil, klitoris, orificium erethrae dan selaput dara.
didalam sistem reproduksi juga diatur oleh beberapa hormon seperti hormon gonadotropin,
hormon FSH, hormon estrogen, hormon progesteron dan lainnya. Sedangkan organ
reproduksi pada laki-laki pada bagian dalam terdiri dari testis, saluran reproduksi terdiri dari
epididimis, vas deferens, uretra dan hormon pada laki-laki yaitu hormon LH, FSH,
testosteron dan alat reproduksi pada bagian luar yaitu penis dan skrotum.

Tahapan masa pubertas bagi manusia terdiri dari 3 yaitu masa prapubertas, masa puber
dan masa pascapuber. Pada masa puber, tubuh manusia akan mengalami perubahan baik fisik
pada perempuan dan fisik pada laki-laki. Pada wanita masa pubertas juga disertai dengan
menstruasi dimana terjadinya pendarahan periodik dari rahim yang terjadi sekitar 14 hari
setelah ovulasi. Tahapan terjadinya menstruasi terdiri dari fase folikuler, fase luteal, fase
menstruasi dan fase regenerasi

3.2 Saran
Demikian makalah ini penulis buat, mudah-mudahan apa yang penulis paparkan bisa
menjadi tambahan pengetahuan dan bacaan bagi pembaca semua untuk lebih mengenal tahap
tumbuh kembang anak pada usia neonatal. Penulis menyadari apa yang penulis paparkan
dalam makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dan penulis berharap saran dan
masukan yang yang membangun bisa penulis dapatkan dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, J. R. (2016). Adolescent development (perkembangan remaja). 12(1), 21-9.

Dianal, H. (2020). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Paket A setara SD/MI Kelas VI. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Ekawati, D. S. (2021). EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG PERUBAHAN FISIK


PADA MASA PUBERTAS TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA
DI SDN NO. 29 CINI AYO JENEPONTO. 2(7), 2057-2064.

Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas (1st ed.). Indonesia: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Purnamasari, A. (2020). Modul pembelajaran biologi SMAKelas XI: sistem reproduksi.


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sinaga, E., Saribanon, N., & dkk. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta Selatan,
Jakarta, Indonesia: Universitas Nasional.

Syafnelly. (2018). IPA (ilmu pengetahuan alam) kelas VI paket A modul II tentang masa
pubertas manusia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

22

Anda mungkin juga menyukai