Oleh :
Zaky El-karim
2111311050
KELOMPOK B KELAS A2
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Sinusitis kronis secara umum dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Sinusitis kronis pada orang dewasa dapat didefinisikan apabila terdapat dua atau lebih
gejala, dan salah satunya berupa sumbatan/obstruksi/kongesti nasal atau discharge pada
nasal (nasal drip anterior/posterior), dengan keluhan tambahan seperti terdapat tekanan
atau nyeri wajah, dan penurunan kualitas penghidu selama >12 minggu. Pada anak-anak,
dapat dikatakan sinusitis kronis apabila terdapat dua atau lebih gejala seperti pada dewasa
dengan perbedaan keluhan tambahan yang dapat disertai batuk
B. Etiologi Sinusitis
Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan kedalam
hidung, untuk selanjutnya dialirkan kebelakang, kearah tenggorookan untuk ditelan
kesaluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir
dari sinus kerongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar
penyebab sinusitis ada 2 macam yaitu :
1. Faktor local Semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya
sumbatan ; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi
polutasn dan gangguan pada mukosili (rambut halus pada selaput lendir).
2. Faktor sistemik Keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain
gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS) penggunaan obat-obatan yang dapat
mengakibatkan sumbatan hidung. Beberapa kuman yang sering ditemukan pada
pasien sinusitis,
a. Sinusitis akut dan sinusitis berulang :
Streptococcus pneumonia
Moraxella catarrhalis
Haemophilus influenza
Staphylococcus aureus
b. Sinusitis kronis :
Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Pseudomonas aeruginosa
Peptostreptococcus Sp
Aspergilus Sp
F. Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjadi ialah :
1. Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal
dan biasanya ditemukan pada anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul
fistula oroantral.
2. Kelainan otbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat ditimbulkan ialah edem palpebra, selulitis orbita, abses
subperiotal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
kavernosus.
3. Kelainan intracranial, seperti meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses
otak dan thrombosis sinus kavernosus.
4. Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Disamping itu
dapat timbul asma bronkhial
1. Nyeri akut b.d prosedur operasi d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Nafsu makan meningkat
d. Pola tidur normal
e. Kesulitan tidur menurun
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas durasi, frekuanesi, kualitas, intensitas
nyeri. nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
3. Identifikasi nyeri non verbal 3. Mengetahui nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui factor yang
memperberat memperberat
dan memperingan nyeri dan meringankan nyeri
5. Jelaskan penyebab, periode dan 5. Menjelaskan penyebab dan pemicu
pemicu nyeri nyeri
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 6. Menjelaskan strategi meredahkan
7. Anjurkan memonitor nyeri secara nyeri
mandiri 7. Menganjurkan monitor nyeri secara
mandiri
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman,
gelisah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
kenyamanan membaik
Kriteria hasil :
a. Keluhan tidak nyaman menurun
b. Kesejahteraan psikologis meningkat
c. Pola hidup membaik
d. Gelisah menurun
e. Keluhan sulit tidur menurun
f. Pola tidur normal
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas durasi, frekuanesi, kualitas, intensitas
nyeri. nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
3. Identifikasi nyeri non verbal 3. Mengetahui nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui factor yang
memperberat memperberat
dan memperingan nyeri dan meringankan nyeri
5. Jelaskan penyebab, periode dan 5. Menjelaskan penyebab dan pemicu
pemicu nyeri nyeri
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 6. Menjelaskan strategi meredahkan
7. Anjurkan memonitor nyeri secara nyeri
mandiri 7. Menganjurkan monitor nyeri secara
mandiri
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan dalam
bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi yang efektif, mampu menciptakan hubungan saling percaya serta
saling bantu, observasi sistematis, mampu memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan dalam advokasi serta evaluasi. Implementasi merupakan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan ini mecangkup
tindakan mandiri dan kolaborasi(Parwati, 2019).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan sudah disesuaikan dengan
kriteria hasil selama tahap perencanaan dapat dilihat melalui kemampuan klien
untuk mencapai tujuan tersebut(Parwati, 2019). Tahap penilaian atau evaluasi
merupakan perbandingan yang sistematis serta terencana tentang kesehatan
keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan keluarga agar mencapai
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan. (Sherly. I, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan: telinga,
hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
Battisti AS, Modi P, Pangia J. Sinusitis. Dalam: StatPearls [internet]. Treasure Islands
(Florida): StatPearls Publishing; 2022.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional pelayanan kedokteran
tata laksana rinosinusitis kronik. Jakarta: Kepmenkes RI; 2022.
Sa'dyah, A. S. H., & Himayani, R. (2023). Sinusitis Kronis: Definisi, Etiologi,
Klasifikasi, dan Diagnosis. Jurnal Agromedicine, 10(1), 45-49.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI