Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

DENGAN PENYAKIT SINUSITIS

DISUSUN OLEH :

Christine Ester Rumbiak (2002020)

Putu Indah Kristina Dewi (2002060)

Ivana Aria Muninggar (2002041)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2022/2023
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Sinusitis adalah proses peradangan pada mukosa sinus parasanal. Faktor pemicu biasanya
adalah peradangan mukosa hidung, yang harus berlanjut kedalan sinus parasanal melalui
ostium. Hampir setiap rhinitis disertai oleh peradangan sinus, tapi tidak selalu
memperlihatkan sinusitis simptomatik. Selain itu peradangan sinus maxillaris dapat timbul
secara dentogen, meskipun hal ini jarang terjadi. Sinusitis maxillaris dentogen hampir selalu
merupakan peradangan unilateral kronis ( Nagel & Gurkov, 2012)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares anterior hingga koana
di posterior yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi membagi tengah
bagian hidung dalam menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4
buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior
Bagian inferior kavum nasi berbatasan dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum durum.
Ke arah posterior berhubungan dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah lateral dan
depan dibatasi oleh nasus externus. Di sebelah lateral belakang berbatasan dengan orbita :
sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa pterygopalatina, fossa pterigoides.

Fisiologi:
Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka fungsi fisiologis
hidung dan sinus paranasal adalah :
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik
lokal
2. Fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang
4. Fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
trauma dan pelindung panas
5. Refleks nasal
C. PATOFLODIAGRAM
D. ETIOLOGI
Sinusitis terjadi akibat peradangan dan pembengkakan di lapisan sinus dan hidung.
Umumnya
disebabkan oleh virus atau alergi yang memicu sinus untuk menghasilkan lendir lebih
banyak.
Lendir yang terlalu banyak bisa menumpuk dan menyumbat saluran hidung. Sehingga
menyebabkan bakteri atau kuman berkembang dengan cepat sehingga menimbulkan infeksi.
Sinusitis akut umumnya disebabkan oleh virus flu. Sedangkan sinusitis kronis dapat
disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
1. Alergi, seperti rhinitis alergi, yang dapat menghambat saluran sinus
2. Polip hidung, yang dapat menghambat saluran sinus akibat tumbuhnya jaringan atau
massa di dalam hidung
3. Cystic fibrosis, yaitu kelainan genetik yang menyebabkan lendir mengental, kemudian
menumpuk dan menyumbat berbagai saluran di dalam tubuh, terutama saluran
pernapasan dan pencernaan
4. Infeksi saluran pernapasan, baik akibat virus maupun bakteri, yang dapat menyebabkan
penebalan di lapisan sinus sehingga menghambat saluran hidung
5. Daya tahan tubuh lemah
Faktor Risiko Sinusitis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sinusitis pada orang dewasa, yaitu:
1. Menderita infeksi jamur
2. Menderita infeksi gigi, seperti abses gigi yang tidak diobati
3. Mengalami cedera hidung
4. Memiliki tulang hidung yang bengkok
5. Mengalami pembesaran kelenjar adenoid, yaitu kelenjar yang berada di dalam hidung dan
tenggorokan bagian atas
6. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah akibat suatu penyakit, seperti HIV, atau konsumsi
obat-obatan tertentu
7. Merokok atau sering menghirup asap rokok
8. Mengalami perubahan tekanan udara dan air, seperti ketika naik pesawat atau sedang
menyelam
9. Terdapat benda asing yang terjebak di dalam hidung

E. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah beberapa gejala sinusitis akut pada orang dewasa:
1. Sakit kepala
2. Pilek yang berlangsung lebih dari 7–10 hari
3. Demam
4. Sakit tenggorokan
5. Bau mulut (halitosis)
6. Nyeri di bagian wajah
7. Hidung tersumbat
8. Ingus berwarna kuning kehijauan
9. Penurunan fungsi indra penciuman
10. Sakit gigi
11. Bengkak di sekitar mata yang memburuk di pagi hari

F. KLASIFIKASI
Sinusitis terbagi dalam empat jenis, berdasarkan lama berlangsungnya kondisi tersebut, yaitu:
1. Sinusitis akut, yang berlangsung selama 2–4 minggu, dan paling sering terjadi
2. Sinusitis subakut, yang berlangsung selama 4–12 minggu
3. Sinusitis kronis, yang berlangsung lebih dari 12 minggu, dan dapat berlanjut hingga
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
4. Sinusitis kambuhan, yang terjadi hingga tiga kali atau lebih dalam setahun

G. KOMPLIKASI
Sinusitis akut yang tidak segera diobati berisiko tinggi berkembang menjadi sinusitis kronis.
Jika sinusitis kronis juga tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat terserang
komplikasi berupa:
1. Meningitis
Meningitis terjadi ketika infeksi menyebar hingga ke dinding otak. Kondisi ini
menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di sekitar otak dan sumsum tulang
belakang.
2. Hilangnya atau berkurangnya kemampuan indra penciuman
Infeksi bisa memicu peradangan di saraf penciuman sehingga menyebabkan hilangnya
kemampuan indra penciuman. Kondisi ini dapat terjadi sementara atau permanen.
3. Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan terjadi jika infeksi telah menyebar hingga ke rongga mata
sehingga menyebabkan penurunan kemampuan indra penglihatan. Bahkan tidak tertutup
kemungkinan penderita mengalami buta permanen.
4. Infeksi lain
Meski jarang terjadi, infeksi pada sinus juga dapat menyebar hingga ke tulang wajah
(osteomielitis) atau mastoiditis. Infeksi juga dapat menyebar ke rongga bola mata
(selulitis orbita).

H. PENCEGAHAN
Sinusitis sulit untuk dicegah, tetapi risiko terjadinya kondisi ini dapat dikurangi dengan
melakukan :
1. Menghindari paparan alergen jika memiliki alergi tertentu
2. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
3. Menjaga kebersihan tangan dengan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
4. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
5. Mengelola stres dengan baik
6. Minum air yang cukup, agar tubuh tetap terhidrasi
7. Mendapatkan vaksinasi flu setiap tahun, untuk menjaga kekebalan tubuh
8. Menggunakan pelembab udara, terutama ketika cuaca kering
9. Menghindari kontak secara langsung dengan penderita pilek dan flu

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk menunjang diagnosis sinusitis menurut
Bronze 2018 antara lain:
1. Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan sinus maksila
dan frontal. Pemeriksaan dilakukan bila pemeriksaan penunjang radiologi tidak
tersedia. Pemeriksaan transiluminasi dilakukan pada ruangan yang gelap atau cahaya
minimal.
2. Endoskopi Nasal
Endoskopi nasal dapat dilakukan dengan atau tanpa pemberian dekongestan.
Endoskopi nasal memberikan visualisasi yang lebih baik untuk mengevaluasi meatus
medial dan superior serta area nasofaring. Endoskopi nasal dapat dilakukan pada
pasien anak-anak maupun dewasa tetapi belum tentu tersedia di fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak selalu diperlukan pada pasien dengan sinusitis.
Pemeriksaan pencitraan biasanya hanya dilakukan pada pasien sinusitis kronis atau
jika gejala sangat atipikal dan diperlukan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis
banding. Teknik pencitraan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
sinusitis dapat berupa rontgen, ultrasonografi, MRI, dan CT-scan.
4. Rontgen 
Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan pada posisi Waters (evaluasi sinus maksila dan
frontal), posisi Caldwell (visualisasi etmoid), dan posisi lateral (untuk evaluasi
adenoid dan sfenoid). Sinusitis ditandai dengan gambaran opak difus pada rongga
sinus, penebalan mukosa (>4 mm), atau adanya air fluid level.
5. Ultrasonografi 
Pemeriksaan ultrasonografi memiliki keterbatasan hanya untuk mengevaluasi sinus
maksila. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya cairan pada rongga sinus,
penebalan mukosa, atau massa jaringan lunak di dalam rongga sinus.
6. MRI 
Pemeriksaan MRI digunakan bila dicurigai adanya tumor, komplikasi intrakranial
atau infeksi jamur pada kasus-kasus sinusitis yang lebih kompleks.
7. CT Scan 
Pemeriksaan CT-scan adalah teknik pencitraan yang dianjurkan untuk sinusitis.
Pemeriksaan CT-scan dilakukan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah
mendapatkan terapi yang adekuat atau pada sinusitis kronis. Pemeriksaan CT-scan
berguna untuk menegakkan diagnosis sinusitis jamur invasif akut atau alergi serta
untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti tumor. CT-scan harus dilakukan sebelum
tindakan operasi sinus endoskopik terutama bila ada komplikasi sinusitis yang
melibatkan area periorbital atau intrakranial. CT-scan yang disarankan adalah dengan
potongan setebal 3-4 mm yang kemudian dapat dievaluasi gambaran opak pada
sinus, air-fluid level, penebalan mukosa (>4 mm), dan displacement dinding sinus.
8. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah tidak memiliki gambaran spesifik untuk sinusitis.
Pemeriksaan darah dapat berguna pada sinusitis yang berhubungan dengan rhinitis
alergi, fibrosis kistik, atau imunodefisiensi. Pemeriksaan darah lengkap bisa dalam
batas normal atau terjadi leukositosis pada sinusitis bakterial akut. Hasil pemeriksaan
laju endap darah dan C-reactive protein dapat meningkat pada sinusitis, namun tidak
spesifik.
9. Lain-lain
Pemeriksaan lain-lain yang dapat dilakukan adalah sitologi nasal (untuk
menyingkirkan rhinitis alergi, sensitivitas terhadap aspirin, dan poliposis nasal),
kultur sekret nasal, dan skin test untuk alergi.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi, dan menghilangkan
penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan. Pengobatan
konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban
2. yang ideal 45-55%
3. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
4. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
5. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada
Sharikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa.
6. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa
terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
7. Antihistamin jikaada factor alergi
8. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata : Nama, Umur, alamat, Suku, Bangsa,Pendidikan, pekerjaan, dsb…
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyait dahulu
5. Riwayat keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Pola fungsi kesehatan
8. Pemeriksaan Fisik

B. DIAGNOSA
1. Nyeri kepala, tenggorokan b.d peradangan hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya secret yang mengental
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
hidung.

C. INTERVENSI

Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keprawatan Hasil
1.Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat nyeri
raa nyaman tindakan keperawatan nyeri klien klien dalam menentukan
b/d selama x jam, 2. jelaskan tindakan selanjutnya
peradangan diharapkan: sebab dan 2. Dengan sebab dan akibat
pada hidung a. Klien akibat nyeri nyeri diharapkan klien
mengungkapkan pada klien berpartisipasi dalam
nyeri yang di dan keluarga perawatan dala mengurangi
rasakn 3. ajarkan nyeri
berkurang atau Teknik 3. Klien mengetahui Teknik
hilang relaksasi distraksi dana relaksasi
dan distraksi 4. Mengetahui keadaan umum
b. Klien tidak 4. observasi ttv untuk perkembangan
meringis dan keluhan kondisi klien
kesakitan klien 5. Menghilangkan/
5. kolaborasi mengurangi keluahan nyeri
dengan tim klien.
medis
2.Jalan napas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui tingkat
tidak efektif tindakan keparawatan penumpukan keparahan dan tinfakan
b/d obstruksi selama x jam, secret yang selanjutnya
sekunder dari diharapkan: ada 2. Mengetahui perkembangan
peradangan 1. Klien tidak 2. Observasi klien sebelum dilakukan
sinus bernapas ttv operasi
melalui mulut 3. Kolaborasi 3. kerjasama untuk
2. Jalan napas dengan tim meghilangkan penumpukan
kembali normal medis untuk secret/masalah.
pembersihan
secret
3.Gangguan Setalah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui permasalahan
istirahat dan tindakan keperawatan kebutuhan klien
tidur b/d selama x jam, tidur klien 2. Agar klien dapat tidur
hidung buntu diharapkan: 2. Ciptakan dengan tenang
1. Klien tidur 6-8 suasana 3. Pernapasan tidak terganggu
jam sehari yang 4. Pernapasan dapat efektif
2. Klien dapat nyaman kembali lawat hidung
istirahat dengan 3. Anjurkan
nyaman klien
bernapas
lawat mulut
4. Kolaborasi
dengan tim
medis
pemberian
obat
Daftar Pustaka

Brook I. Bronze MS. Acute sinusitis. 2018 https://emedicine.medscape.com/article/232670-


overview
Kemdikbud.go.id. IPA. Struktur Prgan Hidung
Mayo Clinic. (2021). Diseases & Conditions. Acute Sinusitis.
Mayo Clinic. (2021). Diseases & Conditions. Chronic Sinusitis. (dalam Pittara. 2021.
“Sinusitis” di akses pada 12 Oktober 2022)
NHS. Diakses pada 2022. Sinusitis (Sinus Infection). (dalam Makarim. 2022.) Sinusitis)

Anda mungkin juga menyukai