Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN TINDAKAN FESS ATAS INDIKASI


RHINOSINUSITIS BILATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

Di susun oleh:

Mira Miyanti
MOU Gusti

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


PRODI D.IV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PEMINATAN
PERIOPERATIF
YOGYAKARTA
2012

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic Sinus

Surgery (FESS), merupakan suatu prosedur invasif minimal, saat ini populer sebagai

teknik operasi terkini dalam penatalaksanan sinusitis kronik, polip hidung, tumor

hidung dan sinus paranasal, dan kelainan lainnya. Teknik bedah ini pertama kali

diajukan oleh Messerklinger dan dipopulerkan oleh Stammberger dan Kennedy

dengan sebutan Functional Endoscopic Sinus Surgery. Tujuan utama BSEF adalah

memulihkan aliran mukosilier disuatu daerah di dinding lateral rongga hidung yang

disebut komplek osteo meatal (KOM). Gangguan drainase sinus dapat menimbulkan

rasa nyeri wajah, nyeri kepala, gangguan penghidu, serta bisa menimbulkan

sejumlah komplikasi lain yang dapat berbahaya.

Pada tahun 1980-an teknik untuk melakukan operasi sinus diperkenalkan di

Eropa. Berbeda dengan metode tradisional untuk melakukan operasi sinus yang

kadang-kadang diperlukan insisi eksternal dan menyakitkan, teknik baru benar-benar

intranasal dan ditargetkan hanya bidang sinus yang fungsional dalam drainase

tersebut.

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan

sinus berada pada ururtan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar

102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk mengangkat asuhan

keperawatanyang berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan tindakan FESS

atas indikasi Rhinosinusitis bilateral di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito”.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan

masalah bagaimana “Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan tindakan FESS atas

indikasi Rhinosinusitis bilateral di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito”.

C. RUANG LINGKUP

1.Lingkup Tempat dan Waktu

Penulis membatasi Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operatif, Intra Operatif dan

Post Operatif pada lingkup kerja Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito

Yogyakarta pada tanggal 08 Mei 2012.

2. Lingkup Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan pendekatan

proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran secara nyata tentang pelaksanaan keperawatan pada Klien

dengan tindakan FESS atas indikasi Rhinosinusitis bilateral di Instalasi Bedah Sentral

RSUP dr. Sardjito

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan

b. Menganalisa data yang diperlukan

c. Merumuskan diagnosa keperawatan

d. Menentukan prioritas masalah dari diagnosa keperawatan

e. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan

3
f. Menentukan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan

g. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan tindakan FESS atas

indikasi Rhinosinusitis bilateral.

E. METODE PENULISAN

Penyusunan laporan studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu

suatu metode yang menggambarkan kelompok dalam mengamati dan merawat kasus

yang dipilih dalam bentuk laporan penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan

proses keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

2. Mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan langsung dengan klien (auto

anamnesa) dan komunikasi dengan keluarga klien (allo anamnesa).

3. Pemeriksaan Fisik 

a. Inspeksi: Untuk mengetahui keadaan fisik atau psikologi klien dengan cara

melihat. 

b. Palpasi : Untuk mengetahui kelainan yang ada dengan cara meraba atau

menekan.

c. Perkusi : Untuk mengetahui apa yang ada dibawah jaringan dengan cara

mengetuk

d. Auskultasi : Untuk mendapatkan data dengan cara menggunakan stetoskop.

4. Studi Literature

5. Studi Dokumentasi

4
F. MANFAAT

1. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman langsung serta sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam memberikan asuhan

keperawatan peri operatif pada pasien dengan FESS

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Sebagai pedoman agar pasien mampu memahami keadaan penyakit dan proses

penyembuhannya serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peran serta

keluarga dalam proses penyembuhan pasien.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SINUSITIS

1. Pengertian

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktik dokter

sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan

tersering di seluruh dunia. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus

paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut

rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang

merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila

mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena

ialah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus

sphenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya

dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut

sinusitis dentogen. Sinusitis dapat berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke

orbita dan intracranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit

diobati.

Sinusitis paling sering mengenai sinus maksila ( Antrum Highmore), karena

merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,

sehingga aliran secret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan

silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga

6
infeksi gigi dapat mengakibatkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di

meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah

tersumbat.

7
2. Jenis-jenis sinusitis

Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Sinusitis akut

Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3 minggu. Macam-

macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus

frontal akut, dan sinus sphenoid akut.

b. Sinusitis kronis

Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi

dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

3. Etiologi

Pada Sinusitis Akut, yaitu:

a. Infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran

pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan

Parainfluenza virus).

b. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam

keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus

8
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh

menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus

lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang

biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

c. Jamur

Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan

sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

d. Peradangan menahun pada saluran hidung ; Pada penderita rhinitis alergi

dan juga penderita rhinitis vasomotor.

e. Septum nasi yang bengkok

f. Tonsilitis yg kronik

Pada Sinusitis Kronik, yaitu :

a. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.

b. Alergi

c. Karies dentis ( gigi geraham atas )

d. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.

e. Benda asing di hidung dan sinus paranasal

f. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

9
4. Manifestasi Klinis

a. Sinusitis maksila akut

Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,

ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

b. Sinusitis etmoid akut

Gejala : Sekret kental di hidung dan  nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan

pusing.

c. Sinusitis frontal akut

Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah

sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.

d. Sinusitis sphenoid akut

Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

e. Sinusitis Kronis

Gejala  : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu

terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,

nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

5. Patofisiologi

10
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya

klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga

mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara

pernafasan.

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,

mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat

bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam

ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous.

Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya

sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media

baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan

ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi

berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin

membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai

akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau

pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan

operasi.

11
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi

rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari

8 minggu.

Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu,

subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan.

Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari

sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya

factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.

Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut

adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan

moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan

(20%).

Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri

yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.

6. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan

naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan

12
dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan

etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid

posterior dan sphenoid).

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada

pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos

posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-

sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat

perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu

manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus

secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan

sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan

pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi

sinus.

Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau

gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas

kegunaannya.

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret

dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih

baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.

13
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila

melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila

yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

7. Penatalaksanaan

Tujuan terapi sinusitis ialah:

a. Mempercepat penyembuhan

b. Mencegah komplikasi

c. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan

ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut

bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta

membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan

penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau

memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau

jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14

hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic

yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika

diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian

14
rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin

diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih

kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.

Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi

tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien

menderita kelainan alergi yang berat.

Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan

operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah

menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan

hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya

berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis

kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya

komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

8. Komplikasi

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.

Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik

dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.

Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata

(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan

maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.

Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes

subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus

15
kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural

atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:  Osteomielitis dan

abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya

ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula

oroantral atau fistula pada pipi.

Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus

paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat

juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum

sinusitisnya disembuhkan.

B. FESS ( FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS SURGERY )

FESS adalah singkatan dari Functional Endoscopic Sinus Surgery, atau Bedah

Endoskopi Sinus Fungsional, adalah bedah sinus yang dilakukan dengan penggunaan

alat endoskopi dengan tujuan melakukan eradikasi penyakit, memperbaiki pengudaraan

(aerasi) dan drainase sinus dengan prinsip mempertahankan fungsi sinus secara

fisiologis.

“Tujuan penggunaan endoskopi adalah untuk mendapatkan pandangan yang jelas

dan akurat organ sinus paranasal sehingga bekerja lebih akurat, jelas dan dapat

mengangkat kelainan sinus saja tanpa merusak jaringan yang sehat dan masih perlu

dipertahankan secara fungsional

16
Dengan menggunakan metode operasi FESS ini, maka kategori operasi

tergolong minimal invasif,  yaitu operasi yang seminimal mungkin merusak jaringan

sehat untuk eradikasi penyakitnya dan mempertahankan fungsi organ yang dioperasi

seminimal mungkin.

Sehingga dengan demikian, keuntungan yang didapat bagi pasien adalah

waktu rawat yang lebih singkat, bahkan hanya perlu rawat 3 hari saja. “Perdarahan

yang terjadi sangat minimal, rasa nyeri juga lebih ringan, dan pasien masih dapat

melakukan aktifitas rutin yang ringan tanpa terganggu,”

Tindakan operasi FESS

17
Ostium maxilary atas setelah menjalani operasi FESS

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

1. Pengertian

Keperawatan perioperatif istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman

fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah

perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman

pembedahan, yaitu pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi. Masing-masing

fase dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan

urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup

rentang perilaku dan dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh

perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik

keperawatan. Di samping itu, kegiatan perawat perioperatif juga memerlukan

dukungan dari tim kesehatan lain yangb berkompeten dalam perawatan pasien

sehingga kepuasan pasien dapat tercapi sebagai suatu bentuk pelayanan prima

2. PRE OPERATIF

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang

dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika

pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan

psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.

Hal ini dapat disebabkan karena :

1.  Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

18
2.  Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat

mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan

kepada pasien pra bedah.

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

1. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). 

2. Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

3. Alat-alat khusus yang diperlukan

4. Pengiriman ke ruang bedah.

5. Ruang pemulihan.

6. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

a. Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

b. Perlu kebebasan saluran nafas.

c. Antisipasi pengobatan.

d. Bernafas dalam dan latihan batuk

e. Latihan kaki

f. Mobilitas

g. Membantu kenyamanan

Persiapan Fisiologi

1. Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi

pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi

umum.Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan

19
ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum

pembedahan antara lain :

a. Aspirasi pada saat pembedahan

b. Mengotori meja operasi.

c. Mengganggu jalannya operasi.

2. Persiapan perut

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran

pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran

pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

a. Mencegah cidera kolon

b. Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.

c. Mencegah konstipasi.

d. Mencegah infeksi.

e. Persiapan kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan

pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja,

lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas

daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

f. Hasil pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

g. Persetujuan operasi / informed consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari

keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua,  orang tua dan keluarga terdekat.

20
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk

melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah

dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak  dengan anggota keluarga

pada sisa waktu yang masih mungkin.

Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

1) Data subyektif

a. Pengetahuan dan pengalaman terdahulu.

b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

c. Status Fisiologi

2) Data objektif

a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan

(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

b. Tingkat interaksi dengan orang lain.

c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang

sibuk (cemas).

d. Tinggi dan berat badan.

e. Gejala vital.

f. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan

bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan

pada pasca bedah).

21
j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum

bedah vaskuler atau tubuh.

k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di

tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

3) Masalah keperawatan yang lazim muncul

a. Takut

b. Cemas

c. Resiko infeksi

d. Resiko injury

e. Kurang pengetahuan

1. INTRA OPERATIF

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

a) Persiapan Psikologis Pasien

b) Pengaturan Posisi

Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan

keadaan psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien

adalah:

a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

b. Umur dan ukuran tubuh pasien.

c. Tipe anaesthesia yang digunakan.

d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

22
b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan 

kakinya ditutup dengan duk.

c. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang

biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk

menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk

meyakinkan terjadinya pertukaran udara.

e. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat

menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor

predisposisi terjadinya thrombus.

f. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini

dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.

i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara

bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

c) Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.

d) Penutupan Daerah Steril

e) Mempertahankan Surgical Asepsis

f) Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh

g) Monitor dari Malignant Hyperthermia

h) Penutupan luka pembedahan

i) Perawatan Drainase

j) Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

23
Masalah keperawatan yang lazim muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan

operasi adalah sebagai berikut :

1. Cemas

2. Resiko perlukaan/injury

3. Resiko penurunan volume cairan tubuh

4. Resiko infeksi

5. Kerusakan integritas kulit

2. PASCA OPERATIF

1. Pengkajian awal

a. Status respirasi

• Kebersihan jalan nafas

• Kedalaman pernafasan

• Kecepatan dan sifat pernafasan

• Bunyi nafas

b. Status sirkulatori

• Nadi

• Tekanan darah

• Suhu

• Warna kulit

c. Status neurologis ; tingkat kesadaran

d. Balutan

• Keadaan drain

• Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage

24
e. Kenyamanan

• Terdapat nyeri

• Mual

• Muntah

f. Keselamatan

• Diperlukan penghalang samping tempat tidur

• Kabel panggil yang mudah dijangkau

• Alat pemantau dapat dipasang dan mudah dijangkau

g. Perawatan

• Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

• Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,

sifat dan jumlah drainage.

h. Nyeri

• Waktu

• Tempat

• Kualitas

• Faktor yang memperberat dan memperingan

2. Data subjektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah

ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-

pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat

memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik,

dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu

ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui

25
lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka

bahwa nyeri berasal dari torehan.

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi

mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau

telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

3. Data objektif

a. Sistem Respiratori

b. Status sirkulatori

c. Tingkat Kesadaran

d. Balutan

e. Posisi tubuh

4. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur

pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang

menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan

respirasi serta ekspresi wajah.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis,

dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

a. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.

b. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan

insufisisensi ginjal. 

26
6. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

a. Diagnosa Umum

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

4) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-

obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

Diagnosa Tambahan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret.

2) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang

gerak.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.

4) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur

pembedahan.

5) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan

elektrolit.

6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia, lemah, nyeri, mual.

27
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

Suku : Jawa

No. RM : 01581703

Tanggal operasi : 08 Mei 2012

Diagnosa Medis : Rhinosinusitis bilateral

Alamat : Pohruboh Rt.01 Rw.52 No.8 Depok, Condongcatur

Anggota keluarga/orang terdekat : Ny. E

Hubungan dengan pasien : Istri

A. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Keadaan umum : rencana operasi FESS

Riwayat Penyakit Sekarang : sejak 3 tahun yang lalu pasien sering pilek dan batuk

berulang kemudian periksa ke dokter THT dan kemudian disarankan untuk operasi

FESS

B. AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Aktivitas umum : aktivitas seperti biasanya mandi, makan/minum, BAB/BAK,

berpakaian, berpindah secara mandiri tanpa bantuan.

Aktivitas waktu senggang : Jika ada waktu senggang klien berkumpul dengan keluarga

dengan cara menonton televisi bersama dan istirahat tidur

28
Keluhan bosan : Tidak ada keluhan

Keterbatasan karena kondisi badan : Tidak ada keluhan

Tidur ; Jam : 21.00 sampai dengan 05.00 WIB

Tidur siang : Tidak ada

Alat bantu : Tidak ada

Insomnia : Tidak ada

Berhubungan dengan :-

Segar kembali setelah bangun : Tidur cukup bangun terasa segar

C. SIRKULASI

Riwayat : Hipertensi : Tidak ada

Demam rematik : Tidak ada

Plebitis : Tidak ada

Pincang : Tidak ada

Gangguan jantung : Tidak ada

Edema kaki/pergelangan kaki : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

Ekstremitas : Mati rasa : Tidak ada

Perasaan geli : Apabila digelitik

Batuk/batuk darah : Tidak ada

Perubahan frekuensi/jumlah urine : Dalam sehari frekuensi BAK 4-5 x sehari,

warna jernih.

D. INTEGRITAS EGO

Faktor-faktor stress : Tidak ada

Cara mengatasi stress : Berkumpul dengan keluarga dan nonton TV

29
Masalah keuangan : Didiskusikan dengan keluarga

Status hubungan : Hubungan dengan keluarga, masyarakat dan tenaga medis baik

Faktor budaya : Budaya jawa

Agama : Islam

Penerapan : Beribadah kepada Tuhan dengan cara sholat 5 waktu dan

berdoa kepada Tuhan YME

Gaya hidup : Sederhana

Perubahan terakhir : Tidak ada

Perasaan : Tidak berdaya : Tidak ada

Putus asa : Tidak ada

E. ELIMINASI

Pola umum BAB : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak, warna kuning

Penggunaan laksatif : Tidak menggunakan

Karakteristik tinja : Konsistensi lunak, warna kuning,

BAB terakhir : Tiap pagi BAB

Riwayat perdarahan : Tidak ada

Hemoroid : Tidak ada

Konstipasi : Tidak ada

Diare : Tidak ada

Pola umum berkemih : BAK dengan frekuensi 4 – 5 x sehari warna kuning jernih

Inkontinensia : Tidak ada

Bilamana :-

Urgensi : Tidak ada

Frekuensi : Frekuensi 4 – 5 x sehari

30
Retensi : Tidak ada

Karakteristik urine : Warna kuning jernih, bau khas

Nyeri/rasa bakar/ sulit berkemih : Tidak ada

Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada

F. MAKANAN/CAIRAN

Makanan yang biasa dikonsumsi (jenis) : Nasi putih, sayur, dan lauk

Jumlah makanan per hari : 3 x sehari dengan porsi sedang

Terakhir kali makan : Semalam jam 22.00, dipuasakan pukul 24.00 untuk

persiapan operasi

Pola makan : 3 x sehari dengan porsi sedang

Kehilangan nafsu makan : Tidak ada

Nausea/vomitus : Tidak ada

Nyeri ulu hati/gagal pencernaan : Tidak ada

Berhubungan dengan :-

Diatasi dengan :-

Alergi/intoleransi makanan : Tidak ada

Masalah mengunyah/menelan : Tidak ada

Gigi Atas : Lengkap, bersih, tidak ada gigi palsu, terdapat plak sedikit

Gigi Bawah : Lengkap, bersih, tidak ada gigi palsu, terdapat plak sedikit

G. HYGIENE

31
Kegiatan sehari-hari : Kemandirian : Aktivitas seperti biasanya mandi, makan/minum,

mandi, berpakaian, BAB/BAK, berpindah secara

mandiri tanpa bantuan.

Ketergantungan (sebelum tindakan pembedahan/operasi) :

Mobilitas : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Pola makan : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Hygiene : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Pakaian : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Eliminasi : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Lain-lain : Tidak ada masalah (mampu sendiri/mandiri)

Peralatan protese yang diperlukan : Tidak ada

Bantuan diberikan oleh : Keluarga

Waktu mandi yang disukai pukul : 05.30 dan 17.00 WIB

H. NEUROSENSORIS

Pingsan/pusing : Tidak ada

Sakit kepala : Lokasi : Tidak ada

Frekuensi : Tidak ada

Kesemutan/baal/lemah (lokasi) : Tidak ada

Stroke (gejala sisa) : Tidak ada

Kejang : Tidak ada

Aura : Tampak cemas dan gelisah

Mata : Penglihatan : Kanan (dalam batas normal)

Kiri (dalam batas normal)

Glaukoma : Tidak ada

32
Katarak : Tidak ada

Telinga : Pendengaran : Kanan (dalam batas normal)

Kiri (dalam batas normal)

Hidung : Epistaksis : Tidak ada

Penciuman : Dalam batas normal

I. NYERI/KENYAMANAN

Lokasi : Tidak ada

Kualitas : Tidak ada

Intensitas : Tidak ada

Durasi : Tidak ada

Frekuensi : Tidak ada

Radiasi : Tidak ada

Factor pencetus : Tidak ada

Cara mengatasi : Tidak ada

J. RESPIRASI

Dispnea (berhubungan dengan) : Ada sesak nafas

Batuk/sputum : Ada

Riwayat : Bronkitis : Tidak ada

Tuberkulosisi : Tidak ada

Pneumonia rekuen : Tidak ada

Asma : Ada

Emfisema : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

Perokok : Tidak , Bungkus/hari : - Lama merokok :-

33
Penggunaan alat bantu pernafasan : Tidak ada Oksigen :-

K. KEAMANAN

Alergi/sensitivitas : Dalam batas normal

Reaksi : Tidak ada

Perubahan system imun terdahulu : Tidak ada

Penyebab :-

Riwayat penyakit menular seksual : Tidak ada

Tranfusi darah :-

Reaksi :-

Riwayat mengalami cidera kecelakaan : Tidak ada

Fraktur/dislokasi : Tidak ada

Arthritis/sendi tidak stabil : Tidak ada

Masalah punggung : Tidak ada

Perubahan tahi lalat : Tidak ada

Pembesaran nodus : Tidak ada

Gangguan Penglihatan : Tidak ada (dalam batas normal)

Pendengaran : Tidak ada (dalam batas normal)

Protease :-

Alat bantu jalan : Tidak ada

Ekspresi ide kekerasan (diri sendiri/orang lain) : -

L. SEKSUALITAS

Pria

Rabas penis :-

Vasektomi :-

34
Periksa mandiri : Dada :- Testis : -

Prokstostomi terakhir :-

Periksa prostat terakhir : -

M. INTERAKSI SOSIAL

Status perkawinan : Menikah

Lama berhubungan : Tak terkaji

Tinggal dengan : Istri dan anak-anak

Masalah/stress :-

Anggota keluarga lain yang tinggal di rumah : Tidak ada

Individu pendukung lain :-

Peran dalam struktur keluarga : Seorang suami dan kepala rumah tangga

Masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi : -

Perilaku koping : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan

perannya dengan baik

Apakah orang lain bergantung pada bantuan anda : -

Bagaiamana mereka melakukannya :-

N. BELAJAR MENGAJAR

Bahasa yang paling sering digunakan : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia

Pendidikan terakhir : S1

Ketidakmampuan belajar :-

Keterbatasan kognitif : Pasien mudah bergaul dengan masyarakat

35
Keyakinan tentang kesehatan/pelaksanaan : Klien yakin bahwa tindakan pembedahan

yang dilakukan ini dia akan berhasil dengan

selamat dan lekas sembuh dari penyakitnya.

Praktek perawatan kesehatan khusus :-

Faktor resiko keluarga :

Diabetes : Tidak ada

Penyakit jantung : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Penyakit ginjal : Tidak ada

Penyakit jiwa : Tidak ada

Tuberkulosisi : Tidak ada

Stroke : Tidak ada

Epilepsy : Tidak ada

Kanker : Tidak ada

Lainnya : Tidak ada

Obat yang diminum :-

Obat bukan resep :-

Obat jalanan :-

Tembakau “tanpa asap” : -

Minum alkohol (jumlah/frekuensi : -

Diagnose waktu masuk RS : Rhinosinusitis bilateral

Alasan dirawat : Akan dilakukan operasi FESS

Riwayat keluhan saat ini : Cemas

Harapan pasien dari hospitalisasi : Sembuh dan pulang

36
Penyakit/hospitalisasi/pembedahan sebelumnya : Tidak ada

Bukti kesehatan tidak meningkat :-

Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : Rhinosinusitis bilateral

O. PERTIMBANGAN RENCANA PULANG

Data diperoleh tanggal : 08 Mei 2012

1. Sumber yang ada : personel : Pasien

2. Apakah anda mengharapkan perubahan situasi kehidupan setelah pulang

3. Jika ya : area yang perlu diubah/dibantu :

Persediaan makanan : Tidak

Transportasi : Tidak

Pengobatan/terapi IV : Ya

Perwatan luka : Ya

TBC : Tidak

Ambulasi : Tidak

Terapi : Ya

Persediaan : Tidak

Bantuan perawatan diri : Ya

Penataan fisik rumah : Tidak

Bantuan dalam menata rumah : Tidak

Fasilitas hidup selain rumah : Tidak

P. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

1. Data Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : Sedang

37
Tanda-tanda Vital :

 Tekanan Darah : 120/90mmHg

 Tekanan Nadi : 84 x/menit

 Respirasi : 20 x/menit

 Suhu : 36,8 °C

2. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala : Mesocephal, rambut hitam, lurus, bersih

 Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tatap mata tidak

fokus

 Telinga : Simetris, bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik.

 Hidung : Simetris, penciuman baik

 Mulut : Bibir kering, lidah bersih

Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah kepala

b. Leher

Inspeksi : Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, keterbatasan gerak tidak ada

Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah leher.

c. Toraks/Dada

Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada tidak ada, penggunaan alat bantu

pernafasan tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada

Auskultasi : Vesikuler

38
Perkusi : Sonor

d. Abdomen

Inspeksi : Perut membesar, tidak ada luka/bekas luka.

Auskultasi : Peristaltik usus = 4 x/menit

Perkusi : Tympani.

e. Ekstremitas atas/bawah

Atas : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan

gerak

Bawah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan

gerak

f. Genitalia : Normal/tidak ada masalah.

Q. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium Darah pada tanggal 6 Mei 2012

Hematologi Hasil Nilai Normal

HGB 16,2 mg/dl 11-17 mg/dl

WBC 9,07 rb/mmk 4-11 rb/mmk

RBC 5,46 L : 4,5-5.5 jt/mm³ P : 4-5 jt/mm³

Hematokrit 48 % 41,0 – 53,0

Albumin 4,8 gr/dl 3,5 – 5,2

Globulin 2,7 gr/dl -

Gol. Darah O -

Cl 101 98-107 mEg/l

SGOT 14,2 U/L 0,0 – 40,0

SGPT 27,5 U/L 0,0 – 41,0

39
GDS 87 mg/dl 70-140 mg/dl

HbSAg 0,682 Non reaktif < 0,900

Non reaktif

 Pemeriksaan EKG dan rontgen thorak

R. PERSIAPAN OPERASI

1. Pasien dipuasakan mulai jam 24.00 WIB

2. Pasien diterima diruang terima jam 09.00WIB

3. Periksa kelengkapan status, hasil EKG dan rontgen, hasil pemeriksaan laboratorium,

persetujuan operasi dan anestesi

4. Pasien dimasukkan ke dalam ruang induksi untuk premedikasi jam 09.00 WIB

5. Pasien terpasang infus dengan cairan infuse RL 20 tetes/menit pada lengan kiri

6. Pasien dipindahkan ke dalam ruang operasi (meja opersai) jam 09.15 WIB

7. Pasien diperiksa lagi oleh operator untuk memastikan tindakan pembedahan

8. Pasien dilakukan tindakan general anestesi oleh tim anestesi jam 09.20 WIB

9. Tanda-tanda Vital : TD = 120/90 mmHg, S = 36,8 ˚C, N = 84 x/menit, R = 20 x/menit

S. DATA FOKUS

Data Subyektif : Pasien mengatakan cemas karena akan dilakukan tindakan operasi

FESS

Data Obyektif

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : Cukup

40
Ekstremitas atas : Teraba dingin

Ekspresi wajah tegang dan gelisah, tatap mata tidak fokus

Tanda-tanda Vital : TD = 120/90 mmHg

S = 36,8 ˚C

N = 84 x/menit

R = 20 x/menit

Terpasang Infus RL 20 tetes/menit di lengan kiri

Sudah dipuasakan mulai jam 24.00 WIB

2. ANALISA DATA

Pre Operasi

No Data penunjang Etiologi Problem

1 DS : Pasien mengatakan sangat Perubahan status Cemas

gugup dan selalu menanyakan kesehatan (prosedur

bagaimana rasanya dioperasi? pembedahan)

DO : KU : Cukup

Kesadaran : CM

TD = 120/90 mmHg

S = 36,8 ˚C

N = 84 x/menit

R = 20 x/menit

Ekstremitas teraba dingin

Ekspresi wajah tegang, gelisah

Intra Operasi

41
No Sign and Symptom Etiologi Problem

1 DS : - Prosedur invasif Resiko infeksi

DO : (prosedur

 General anestesi pembedahan)

 Kesadaran : Tidak sadar

 Area operasi on steril

 Terpasang infuse RL 20 tpm

 Terdapat luka operasi

Post Operasi

No Sign and Symptom Etiologi Problem

1 DS : - Status anestesi Resiko cedera

DO : Pasien masih dalam pengaruh

anestesi

KU : lemah

Pasien terbaring di bed dengan

posisi supinasi

Pasien belum sadar penuh

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pre Operasi

1) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

b. Intra Operasi

42
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur pembedahan)

c. Post Operasi

1) Resiko cedera berhubungan dengan status anestesi

4. INTERVENSI

Pre Operasi

No.
NOC NIC Rasional
Dx

1 Setelah dilakukan

tindakan a. Berikan penilaian a. Mengetahui tingkat

keperawatan selama tentang tingkat pengetahuan pasien

1x30 menit pengetahuan pasien untuk intervensi

diharapkan pasien tentang proses penyakit selanjutnya

mengetahui yang spesifik b. Pasien mengetahui

informasi b. Jelaskan patofisiologi tentang perjalanan

kesehatannya dari penyakitnya penyakitnya secara jelas

dengan kriteria hasil: c. Gambarkan tanda dan c. Pasien mengetahui

a. Pasien dan gejala yang biasa tanda dan gejala dari

keluarga muncul pada penyakit, penyakitnya secara jelas

menyatakan dengan cara yang tepat d. Pasien mengetaui

pemahaman d. Gambarkan proses perjalanan penyakitnya

43
tentang penyakit, penyakit, dengan cara e. Mengetahui penyebab

kondisi, yang tepat terjadinya gangguan

prognosis dan e. Identifikasi kemungkinan kesehatannya

program penyebab, dengan cara f. Pasien dan keluarga

pengobatan yang tepat mengetahui secara jelas

b. Pasien dan f. Sediakan informasi pada informasi tentang kondisi

keluarga mampu pasien tentang kondisi, penatalaksanaan

melaksanakan dengan cara yang tepat penyakitnya

prosedur yang g. Diskusikan pilihan terapi g. Mengetahui terapi

dijelaskan secara atau penanganan penatalaksanaannya

benar h. Motivasi dan beri h. Dengan motivasi dan

c. Pasien dan reinforcement positif penghargaan yang baik

keluarga mampu pada pasien pasien akan lebih dekat

menjelaskan i. Instruksikan pasien kepada tim medis dan

kembali apa yang mengenai tanda dan mempercepat proses

dijelaskan gejala untuk melaporkan penyembuhan secara

perawat/tim pada pemberi perawatan subyektif

kesehatan kesehatan i. Melaporkan tanda dan

lainnya gejala yang muncul

untuk menentukan

penatalaksanaannya

44
Intra Operasi

1) Persiapan Perawat

a. Scrubbing nurse

Mempersiapkan instrument, bahan dan melakukan kegiatan yang bersifat steril dalam

membantu operator melaksanakan prosedur operasi. Bertugas sebagai perawat

instrument.

b. Circulating nurse

Mempersiapkan alat dan bahan serta melakukan kegiatan non steril

2) Persiapan Alat dan Ruang

a. Alat Non Steril

a) Meja operasi

b) Meja mayo dan meja linen

c) Tempat sampah medis dan non medis

d) Waskom berisi larutan saflon

e) Meja anestesi

f) Tempat sampah tajam

g) Tempat linen kotor

h) Tiang infus

i) Lampu operasi

j) Gunting plester

k) Tabung suction

45
l) Mesin kouter

b. Alat Steril

a) Bengkok : 1 buah

b) Kom kecil : 2 buah

c) Circle Mess : 1 buah

d) Forcep lurus : 1 buah

e) Forcep citeri : 1 buah

f) Bet getting : 1 buah

g) Elevator : 1 buah

h) Ostium circle : 1 buah

i) Curetase lurus : 1 buah

j) Curetase bengkok : 1 buah

k) Gunting kasa : 1 buah

l) Tampon tang : 1 buah

m) Tounge spatel : 1 buah

n) Speculum hidung : 1 buah

o) Kanul suction hidung : 2 buah

p) Bayonet : 1 buah

q) Set endoskopi : 1 set

c. Barang Medis Habis pakai

a) Handscoon sesuai ukuran : 4 pasang

b) Betadin 10 % : ± 100 ml

c) Alkohol 70% : ± 100 ml

d) Aqua : 1 flabot

46
e) Pehacain : 4 ampul

f) Ephineprin : 2 ampul

g) Kemicetin salep : 1 buah

h) Spuit 3cc : 1 buah

d. Ruangan

a) Ruangan dalam keadaan bersih, steril dan siap pakai

b) AC berfungsi dengan baik

3) Persiapan Pasien

1) Pasien dilakukan general anestesi jam 09.20 WIB

2) Pasien ditidurkan dengan posisi supinasi

3) Pasien dipasang bed side monitor (TD = 120/90 mmHg, S = 36,8 ˚C, N = 84 x/menit,

R = 20 x/menit, saturasi O2 = 95 %)

4) Operator, asisten dan perawat instrument mencuci tangan secara steril lalu

mengenakan jas operasi dan sarung tangan steril (handscoen steril)

4) Prosedur Operasi

1) Perawat scrub melakukan cuci tangan secara frubringer selama 3-5 menit

2) Memakai baju operasi (Gowning)

3) Memakai sarung tangan (gloving)

4) Memasang Slop meja mayo, perlak, duk steril

5) Perawat Scrub menyiapkan/menata instrument steril sesuai kebutuhan dan

berdasarkan urut-urutan

6) Melakukan Skin preparasi memakai alcohol 70% 2 X dan bethadin 10% 2X pada area

yang dioperasi mulai dari titik tengah melebar seperti lingkaran obat nyamuk.

47
7) Membantu memasang draping dari bagian atas, kemudian tengah memakai duk besar

berlubang.

8) Pasang set endoskopi sambungkan ke monitor

9) Memberikan alat suction selang besar kepada asisten operator, dan memberikan

tounge spatel kemudian tampon tang beserta pack urofaring kepada operator.

10) Memberikan speculum hidung dan tampon tang kepada operator untuk memasang

tampon hidung yang sebelumnya telah dibasahi dengan pehacain dan ephineprin =

2:1

11) Tunggu sampai 5-10 menit untuk melepas tampon hidung

12) Memberikan spuit 3 cc yang telah diisi pehacain 2 ampul kepada operator untuk

melakukan infiltrasi

13) Berika circle mess kepada operator untuk mengiris mukosa arahnya ke meatus

inferior

14) Memberikan bet getting untuk memperlebar irisan mukosa

15) Mukosa diambil dengan forcep lurus atau yang naik/citeri

16) Tulang rawan dipatahkan dengan forcep

17) Memberikan forcep atau osteum circle untuk melebarkan sampai terlihat ostium media

18) Massa diambil dengan forcep lurus

19) Spooling sampai bersih

20) Kemudian pasang tampon permanen yang telah diberi betadine dan kemicetin salep

21) Memberikan tounge spatel dan tampon tang kepada operator untuk mengambil pack

urofaring

22) Tampon ditutup dengan kasa kering dan kemudian di plester

23) Membersihkan pasien

48
24) Membereskan alat

25) Operasi selesai

Gambar Instrumen

49
Monitor endoskopi

Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan

No.
NOC NIC Rasional
Dx

1. Setelah dilakukan Perlindungan terhadap

tindakan infeksi: a. Mengetahui apakah

keperawatan a. Monitor tanda dan gejala muncul tanda-tanda

50
selama 1x60 menit infeksi infeksi

diharapkan pasien b. Monitor kerentanan b. Mengetahui apakah

mampu mencegah terhadap infeksi muncul tanda-tanda

terjadinya infeksi c. Pertahankan tehnik infeksi, suhu tubuh yang

dengan kriteria asepsis pada pasien tinggi menunjukkan tanda

hasil: yang beresiko infeksi

 Bebas dari d. Cuci tangan sebelum dan c. Mencegah terpaparnya

tanda-tanda sesudah tindakan sumber infeksi

dan gejala e. Gunakan gaun steril dan d. Mencegah terjadinya

infeksi sarung tangan steril infeksi nosokomial

f. Siapkan alat dan e. Mencegah terjadinya

instrument: infeksi nosokomial

 Set operasi SC f. Agar operasi berjalan

 Mesin anestesi dengan lancar

 Elektrosurgikel g. Menjaga kesterilan

 Lampu dinding dan anggota yang akan

operasi dioperasi dan mencegah

 Bed side monitor terjadinya paparan infeksi

 Alat tenun h. Menjaga kesterilan

 Alat dari karet anggota yang akan

 Alat habis pakai dioperasi dan mencegah

 Dan lain-lain terjadinya paparan infeksi

g. Pindahkan pasien ke i. Mencegah terjadinya

meja operasi infeksi nosokomial

51
h. Tutup sekitar area

operasi dengan linen

steril

i. Lakukan pembedahan

j. Ekspose insisi

k. Hentikan perdarahan

l. Monitor TTV

m.Desinfeksi area

pembedahan

n. Balut area pembedahan

o. Pindahkan ke RR

Post Operasi

No.
NOC NIC Radiologi
Dx

1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri : a. Mengetahui TTV setelah

tindakan a. Monitor TTV dan operasi adakah tanda-tanda

keperawatan selama saturasi O2 syok hipovolemik atau

1x30 menit b. Jaga tempat tidur agar penurunan kesadaran

diharapkan pasien tetap datar sampai b. Tempat tidur yang datar

tidak mengalami pasien kembali sadar tanpa bantal aman bagi

cedera dengan c. Gunakan pengaman pasien post general anestesi

kriteria hasil: sisi tempat tidur untu mencegah terjadinya

52
 Pasien tidak d. Pastikan selang infus, muntah/aspirasi

cedera, kateter tidak tertindih c. Melindungi pasien agar tidak

 Pasien tidak tubuh pasien jatuh

sfiksia e. Temani pasien sampai d. Meminimalkan penggantian

 Pasien tidak pasien sadar infus dan kateter karena

jatuh f. Berikan reinforcement rusak, menjaga kebutuhan

positif cairan IV dan BC

e. Mengetahui kesadaran

pasien

f. Dengan reinforcement positif

pasien akan merasa dihargai

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Pre Operasi

No. Tgl/
Implementasi Evaluasi Paraf
Dx jam

1. 8-05- a. Mengkaji tingkat kecemasan klien S : Pasien mengatakan

2012 b. Memberikan penentraman hati dan siap menjalani operasi

Jam tindakan kenyamanan namun masih gelisah

09.10 c. Menemani klien selama di ruang O : Pasien tampak lebih

premedikasi tenang, rileks

d. Memberikan kesempatan pada

53
klien mengungkapkan Kesadaran : CM

perasaannya TD = 110/70 mmHg

e. Mengurangi stimulus sensori S = 36,8 ˚C

f. Mengajak klien untuk mengadakan N = 84 x/menit

pendekatan sesuai situasi R = 20 x/menit

g. Memperjelas informasi dokter Akral dingin

tentang rencana tindakan operasi A : Masalah teratasi

dan kemungkinan- P : Lanjutkan intervensi

kemungkinannya. di ruang operasi untuk

h. Menunjukan perhatian /sikap pemberian anestesi

mendukung

i. Melanjutkan pemantauan psikologi

Intra Operasi

No Tgl/

. Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Dx

1 08- a. Mempertahankan catatan output S:-

05- dan intake yang akurat O : Terpasang infuse RL

2012 b. Memonitor status hidrasi 20 tetes/menit

c. Memonitor hasil laboratorium yang Tidak ada

sesuai dengan retensi urin perdarahan yang

54
d. Memonitor status hemodinamik berarti

e. Memonitor vital sign TD : 120/80

f. Melakukan terapi IV mmHg

g. Memonitor status nutrisi N : 90 x/menit

h. Memonitor respon klien terhadap R : 22 x/menit

terapi elektrolit S : 36,5 °C

i. Kolaborasi dengan dokter jika SaO2 : 95%

tanda cairan memburuk Tidak ada muntah

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

di ruang pemulihan

(Recovery Room)

Post Operasi

No. Tgl/ Implementasi Evaluasi Paraf

Dx Jam

1 8-05- a. Monitor TTV dan saturasi O2 S : Pasien mengatakan luka

2012 b. Jaga tempat tidur agar tetap operasinya masih terasa

datar sampai pasien kembali nyeri dan kakinya susah di

sadar angkat/kesemutan.

c. Gunakan pengaman sisi tempat O : General Anestesi

tidur Kesadaran = CM

d. Pastikan selang infus, kateter KU = lemah

tidak tertindih tubuh pasien

55
e. Temani pasien sampai pasien Posisi supinasi

sadar TD : 110/80 mmHg

f. Berikan reinforcement positif N : 88 x/menit

R : 20 x/menit

SaO2 : 95%

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Monitor pasien sampai

sadar penuh

Pengumpulan Data Post Operasi

1. Status Sirkulasi

TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit

R : 20 x/menit, SaO2 : 95 %

Posisi supinasi, tidak tampak adanya sianosis, perfusi perifer baik, akral hangat

2. Status Respirasi

R : 20 x/menit

SaO2 : 95 %

Nafas teratur (regular), Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, Terpasang O2 3 liter/menit

3. Status Neurologis

Kesadaran : belum sadar penuh karena general anestesi

4. Keadaan Umum

a. Pada balutan luka tidak tampak rembesan darah

56
b. Terpasang infuse RL 20 tetes/menit pada lengan kiri

c. Aldered Skor

Data Skor 15’ 15’ 15’ 15’

Aktifitas
1) Gerakan ke 4 anggota gerak atas 2 ν
perintah 1 ν ν
2) Gerakan ke 2 anggota gerak atas 0 Ν
perintah
3) Tidak ada respon
Respirasi
1) Bisa bernafas dalam dann batuk 2 ν ν
2) Dispnea, hiperventilasi 1 ν ν
3) Apnea 0

Sirkulasi
1) Perubahan < 20% dari pre operasi 2 Ν ν ν ν
2) Perubahan 20-50% dari pre operasi 1
3) Perubahan >50% dari pre operasi 0

Kesadaran
1) Sadar penuh 2 ν
2) Dapat dibangunkan 1 Ν ν ν
3) Tidak ada respon 0

Warna kulit
1) Merah 2 ν ν ν ν
2) Pucat 1
3) Sianosis 0

Jumlah 6 7 8 10

57
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

tindakan FESS indikasi rhinositis kronis di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito. Maka

dalam bab ini penulis mencoba untuk menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya.

1. Kesimpulan

a. Pengkajian

Data-data yang di dapat pada saat pengkajian kasus berbeda dengan data

data pengkajian yang sesuai dengan teori karena keterbatasan waktu.

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori diagnosa yang muncul dengan FESS ada 4 diagnosa keperawatan

yaitu :

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

4) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan

(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

58
Sedangkan dengan kasus yang muncul ada diagnosa yaitu

1) Pre Operasi

a) Cemas b.d perubahan status kesehatan (proses pembedahan)

2) Intra Opersai

a) Resiko infeksi b.d prosedur invasif

3) Post Operasi

a) Resiko cedera b.d status anestesi

c. Perencanaan

Pada tahap perencanaan kelompok menggunakan sumber literatur meyesuaikan

dengan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada diruangan untuk menunjang

tindakan keperawatan.

d. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan didukung oleh adanya kerja

samaklien, keluarga, perawat rungan, dan tim kesehatan yang ada di rumah sakit.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah melakukan asuhan dalam proses pengobatan dengan

menggunakan pendekatan subjektif, objektif, analisa dan planning (SOAP). Kemudian

hasil evaluasi didokumentasikan didalam catatan keperawatan.

B. SARAN

1. Saran untuk keperawatan

a. Hendaknya perawat melakukan kunjungan rumah minimal 1 kali kunjungan agar

perawat mengetahui apakah klien mengalami komplikasi infeksi atau tidak

b. Hendaknya perawat instalasi bedah sentral benar-benar menggunakan tehnik aseptic

untuk mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut/nosokomial

59
c. Hendaknya pihak rumah sakit melakukan penyuluhan klien yang di rawat di rumah

sakit

2. Saran untuk mahasiswa

a. Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien section

caesaria dengan proses keperawatan yang di ajarkan di kampus. 

b. Dalam memberikan penyuluhan(Penkes), hendaknya penyaji menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan menghindari istilah medis, lihat

kesiapan dan respon klien dalam menerima penjelasan materi, gunakan alat yang

lengkap pada saat demonstrasi untuk lebih dipahami

60

Anda mungkin juga menyukai