Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan prosedur invasif

minimal, saat ini popular sebagai tehnik operasi terkini dalam

penatalaksanaan sinusitis kronik, polip hidung, tumor hidung dan sinus

paranasal, dan kelainan lainnya (Stammberger, 1993).

Dibandingkan dengan prosedur operasi sinus sebelumnya yang

bersifat invasif radikal seperti operasi Caldwel-Luc (CWL),

frontoetmoidektomi eksternal dan lainnya, maka BSEF merupakan teknik

operasi invasif yang minimal yang diperkenalkan pertama kali pada tahun

1960 oleh Messerklinger dan kemudian dipopulerkan di Eropa oleh

Stammberger dan di Amerika oleh Kennedy.

Sejak tahun 1990 sudah mulai diperkenalkan dan dikembangkan

di Indonesia. Dengan alat endoskop maka mukosa yang sakit dan polip-

polip yang menyumbat diangkat sedangkan mukosa sehat tetap

dipertahankan agar transportasi mukosilier tetap berfungsi dengan baik

sehingga terjadi peningkatan drainase dan ventilasi melalui ostium-ostium

sinus (Stammberger, 1993).

Teknik bedah BSEF sampai saat ini dianggap sebagai terapi terkini

untuk sinusitis kronik dan bervariasi dari yang ringan yaitu hanya

1
membuka drainase dan ventilasi kearah sinus maksilaris (BSEF mini)

sampai kepada pembedahan lebih luas membuka seluruh sinus

(Stammberger, 1993).

Perkembangan yang pesat di bidang kedokteran juga membawa

perubahan dalam penatalaksanaan sinusitis. Tersedianya alat diagnostik

CT Scan telah membuat pencitraan sinus paranasal lebih jelas, sedangkan

dipopulerkannya pemakaian alat endoskop untuk operasi bedah sinus

menciptakan tindakan pengobatan yang tidak radikal tetapi dapat lebih

tuntas (Stammberger, 1993).

Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus

sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung

dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga

kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.

Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut

rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang

merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi

bakteri.

Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :

a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-

masing alis.

b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.

c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.

2
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata.

Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu

halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk

mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran

pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk

membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang

mungkin ada.

Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir

yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga

sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga

sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi

tempat tumbuhnya bakteri.

B. Tujuan

Dalam penulisan makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu

sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah agar

mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami konsep penyakit CHF

serta mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

penyakit CHF sesuai dengan standar keperawatan profesional.

3
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, agar mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian pada pasien Post OP Sinus.

b. Mengumpulkan data dan menganalisa data pada pasien Post OP

Sinus.

c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Post OP Sinus.

d. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien Post OP

Sinus.

e. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Post OP Sinus.

f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien Post OP

Sinus.

C. Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi tim kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam upaya

peningkatan asuhan keperawatan serta pencegahan komplikasi pada

pasien dengan Post OP Sinus.

2. Bagi Pasien

Manfaat penulisan makalah bagi pembaca yaitu menjadi

sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca makalah ini

supaya mengetahui dan lebih mendalami bagaimana cara merawat

pasien yang terkena Post OP Sinus.

4
3. Bagi Perpustakaan

Dapat digunakan sebagai referensi institusi pendidikan untuk

meningkatkan mutu pendidikannya di masa yang akan datang.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Post OP Sinus

Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, yaitu

peradangan pada membran mukosa yang menyerang sinus paranasal dan

kavitas nasal. Sinus paranasal adalah rongga kecil berisi udara yang

terletak pada tulang-tulang di wajah. Sinus ini terdiri dari sinus frontal di

dahi, sinus etmoid pangkal hidung, sinus maksila pipi kanan dan kiri, sinus

sfenoid di belakang sinus etmoid (Nursalam, 2005).

Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus.

Inflamasi ini sering kali disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sinus

adalah rongga yang berisi udara yang terletak dibelakang tulang pipu dan

dahi. Sinusitis termasuk penyakit umum yang bisa menjangkit orang-orang

pada segala umur. Gejala Mayor pada nyeri sinus, hidung buntu, ingus

purulen, post nasal drip, gangguan penghidu, Sedangkan Gejala Minor:

nyeri kepala, nyeri geraham, nyeri telinga, batuk, demam, halitosis

(Nursalam, 2005).

Sinusitis dianggap salah satu masalah kesehatan yang sering

dijumpai di dunia dan merupakan penyakit yang paling sering ditemukan

di praktek dokter sehari-hari. Berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003,

disebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke-25

6
dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat

jalan di rumah sakit (Soemantri dkk, 2008).

Setiap orang yang mengalami sinusitis berdampak pada segala

aktifitasnya. Penderita akan lebih banyak bersin apalagi jika kondisi

sedang dingin. Apabila seseorang penderita merasa dirinya memenuhi

kriteria diagnosis seperti yang sudah diketahui sebelumnya, maka yang

bersangkutan perlu segera memeriksakan dirinya untuk mendapatkan

penanganan lebih lanjut, agar dapat dicegah komplikasi untuk penyakit

sinusitis (Soemantri dkk, 2008).

Untuk mencegah komplikasi pada penyakit sinusitis maka

diperlukan peran dan fungsi perawat dala melakukan asuhan keperawatan

dengan benar meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang

dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan .Pelayanan perawat adalah untuk memenuhi kebutuhan

secara (bio psiko sosio spiritual). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk

membahas dan mempelajari lebih dalam tentang study kasus pada pasien

dengan diagnosa medis sinusitis (Soemantri dkk, 2008).

Sesuai anatomi sinus yang terkena, sinusitis dapat dibagi menjadi

sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.

Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila

mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Sinusitis yang paling

sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis

frontal dan sinusitis sfenoid lebih jarang (Hidayat, 2009).

7
B. Etiologi

Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah

alergi, infeksi, kelainan struktur anatomi pada bagian sinusitis dapat pula

disebabkan oleh rinitis akut, tonsilitis, infeksi pada gigi (Nursalam, 2005).

1. Alergi

Alergi musiman, perenial atau karena pekerjaan tertentu dapat

menyebabkan terjadinya sinusitis.

2. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan sinusitis seperti beberapa bakteri patogen

yang sering ditemukan yaitu Stafilokokus 28%, Pseudomonas

aerugenosa 17% dan S. aureus 30%.Ketiganya ini mempunyai

resistensi yang tinggi terhadap antibiotik, misalnya Pseudomonas

aerugenosa resisten terhadap jenis kuinolon.Jenis kuman gram negatif

juga meningkat pada sinusitis kronis demikian juga bakteri aerobik

termasuk pada sinusitis dentogenik. Bakteri rinosinusitis kronis paling

sering adalah Peptococci, Peptostreptococci, Bacteriodes dan

Fusobacteria.

3. Kelainan struktur anatomi

Sinusitis kronis juga dapat disebabkan oleh kelainan (Struktur anatomi,

seperti variasi KOM, deviasi septum, hipertrofi konka) atau Penyebab

lain (idiopatik, faktor hidung, hormonal, obat-obatan, zat iritan, jamur,

emosi, atrofi).

8
C. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Sinusitis Tanda dan gejala dari sinusitis dibagi

menjadi 2 bagian yaitu gejala subjektif dan gejala objektif (Nursalam,

2005).

1. Gejala Subjektif

a. Nyeri

Sesuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau mungkin

tidak. Secara anatomi, apeks gigi-gigi depan atas (kecuali gigi

insisivus) dipisahkan dari lumen sinus hanya oleh lapisan tipis

tulang atau mungkin tanpa tulang hanya oleh mukosa, karenanya

sinusitis maksila sering menimbulkan nyeri hebat pada gigi.

b. Sakit kepala

Merupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada

sinusitis. Wolff menyatakan bahwa nyeri kepala yang timbul

merupakan akibat adanya kongesti dan udema di ostium sinus dan

sekitarnya. Penyebab sakit kepala bermacam-macam, oleh karena

itu bukanlah suatu tanda khas dari peradangan atau penyakit pada

sinus.Jika sakit kepala akibat kelelahan dari mata, maka biasanya

bilateral dan makin berat pada sore hari, sedangkan pada penyakit

sinus sakit kepala lebih sering unilateral dan meluas kesisi lainnya.

Sakit kepala yang bersumber di sinus akan meningkat jika

membungkukkan badan kedepan dan jika badan tiba-tiba

digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat

9
istirahat ataupun saat berada dikamar gelap. Nyeri kepala pada

sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan akan berkurang

atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui

dengan pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi

penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya

statis vena.

c. Nyeri pada penekanan

Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi

pada penyakit di sinus-sinus yang berhubungan dengan permukaan

wajah.

d. Gangguan penghidung

Indra penghidung dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium

bau yang tidak tercium oleh hidung normal.Keluhan yang lebih

sering adalah hilangnya penghindung (anosmia).Hal ini disebabkan

adanya sumbatan pada fisura olfaktorius didaerah konka media.

Oleh karena itu ventilasi pada meatus superior hidung terhalang,

sehingga menyebabkan hilangnya indra penghindu. Pada kasus

kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi filament terminal

nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra

penghindung dapat kembali normal setelah infeksi hilang.

10
2. Gejala Objektif

a. Pembengkakan dan udem

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut, dapat

terjadi pembengkakan dan udem kulit yang ringan akibat

periostitis.Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti pada

penebalan ringan atau seperti meraba beludru.

b. Sekret nasal

Mukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan

supuratif, sinussinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan

semacam ini. Adanya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah

menimbulkan kecurigaan adanya suatu peradangan dalam

sinus.Pus di meatus medius biasanya merupakan tanda terkenanya

sinus maksila, sinus frontal atau sinus etmoid anterior, karena

sinus-sinus ini bermuara ke dalam meatus medius.

D. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang diakibatkan bahaya sinusitis, antara

lain:

1. Sinusitis kronis

Sinusitis akut dapat berlanjut menjadi sinusitis kronis dalam jangka

waktu lebih panjang. Sinusitis kronis bisa berlangsung selama lebih

dari 3 bulan.

11
2. Infeksi rongga mata

Ini merupakan kondisi terjadinya infeksi pada jaringan bagian

belakang rongga mata. Kondisi ini merupakan komplikasi paling

sering dari sinusitis yang ditandai dengan pembengkakan kelopak

mata, gangguan penglihatan, sulit menggerakkan bola mata, dan

gangguan mata lainnya berdasarkan dengan lokasi infeksinya. Untuk

mengatasi selulitis orbitalis, pemberian antibiotik melalui infus akan

disarankan. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya

lihat, dan bahkan kebutaan permanen.

3. Infeksi pembuluh darah sekitar sinus

Kondisi ini disebut juga cavernous sinus thrombosis. Gejalanya antara

lain turunnya kelopak mata, nyeri di sekitar mata, sakit kepala, dan

demam.

4. Osteomyelitis

Adalah infeksi pada tulang bagian depan kepala yang menyebabkan

pembengkakan kelopak mata, demam tinggi, sakit kepala hebat, mual

dan muntah dan rasa nyeri saat melihat cahaya. Kondisi ini perlu

dipastikan dengan CT scan. Selain menggunakan antibiotik,

penangananannya membutuhkan tindakan operasi dan pengeringan

cairan pada sinus.

5. Meningitis

Infeksi yang muncul ketika terjadi peradangan pada selaput pelindung

otak, cairan yang memenuhi sekitar otak, dan sistem saraf pusat.

12
Gejalanya termasuk dema m tinggi, sakit kepala berat, leher kaku, sulit

berjalan, kebingungan, mual dan muntah.

6. Menghilangnya daya penciuman sebagian atau seluruhnya

Peradangan pada hidung dan pembengkakan saraf yang digunakan

sebagai indera penciuman. Kehilangan kemampuan ini bisa terjadi

sementara, atau bahkan permanen.

E. Terapi

Terapi suportif non medikamentosa yang dapat dilakukan pada pasien

sinusitis adalah :

a. Humidifikasi atau menghirup uap air panas untuk mengurangi

sumbatan hidung

b. Nasal wash menggunakan NaCl 0,9%

c. Kompres hangat pada area sinus

d. Minum air putih yang cukup

F. Penatalaksanaan Medis

a. Drainage

1) Dengan pemberian obat, yaitu Dekongestan local : efedrin 1%

(dewasa) ½%(anak). Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.

2) Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.

b. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu :

1) Amoksilin 3 x 500 mg

13
2) Sulfametaksol = TMP (800/60) 2 x 1tablet 4). Diksisiklin 100

mg/hari.

c. Pemberian obat simtomatik Contohnya parasetamol, metampiron 3 x

500 mg. Untuk Sinusitis kronis bisa dengan

1) Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

2) Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20) 3). Operasi Cadwell Luc bila

degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN VARNEY KEBIDANAN

Tanggal masuk : 10 Februari 2020

Pukul : 17.30 WIB

Ruangan : Cut Meutia

Rumah Sakit : Kesrem

I. PENGUMPULAN DATA DASAR

A. Indentitas/Biodata

Nama : Ny. S

Umur : 30 tahun

Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Cot Kirau Seuneubok

B. Anamnesa (Data Subjektif)

Pada Tanggal : 10 Februari 2020

1. Alasan kunjugan : Berobat

2. Keluhan : Nyeri pada hidung, sakit kepala, bersin-bersin.

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

Keadaan umum : Keadaan umum lemah pasca operasi (anastesi).

15
TTV : TD : 110/70mmHg

Suhu : 36,70C

Nadi : 80 x/mnt

Pernafasan : 20 x/mnt

Skala Nyeri : VAS = 4 (nyeri ringan)

D. Pemeriksaan Penunjang

- Clotting Time dan Bleeding Time (CT BT) pemeriksaan yang

dilakukan pre op (+)

- Rontgen Thorax dengan posisi waters menunjukkan adanya penebalan

mukosa pada rongga sinus

- Transiluminasi (+)

II. INTERPRESTASI DATA DASAR

Diagnosa : Ny. S, umur 30 tahun dengan Post OP Sinus

Data Dasar : DS - DO

- Ny. S mengeluh nyeri pada hidung, sakit kepala, bersin-

bersin

- Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien susah bernafas

- TTV pasien

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 36,70

Nadi : 80 x/mnt

16
Pernafasan : 20 x/mnt

- Masalah : Nyeri pada hidung, sakit kepala,

dan bersin-bersin.

Kebutuhan : Terapi dan koseling.

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Dikhawatirkan terjadinya komplikasi menghilangnya daya penciuman

sebagian atau seluruhnya.

IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Kolaborasi tim medis dengan dokter spesialis THT

V. RENCANA MANAJEMEN

- Beritahu kepada pasien tentang penyakitnya

- Bina hubungan baik dengan keluarga pasien

- Lakukan pemeriksaan fisik

- Lakukan pemeriksaan TTV

- Beri terapi Pengobatan

- Beri nutrisi

VI. IMPLENTASI/PELAKSANAAN

- Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakitnya yaitu Post OP Sinus

- Melakukan pemeriksaan fisik, Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien

susah bernafas

- Melakukan pemeriksaan TTV

17
1. TD : 110/70 mmHg

2. Suhu : 36,70C

3. Nadi : 80 x/mnt

4. Pernafasan : 20 x/mnt

5. Skala Nyeri: VAS = 4 (nyeri ringan)

- Memberi terapi pengobatan

1. Infus RL, 500 ml, 20 tts/mnt.

2. Injeksi cefotaxime 1 ampul/8 jam.

3. Injeksi ranitidine 1 ampul/8 jam.

4. Injeksi keterolac 1 ampul/8 jam.

VII. EVALUASI

- Pasien memahami apa yang telah disampaikan

- Setelah pemberian terapi pengobatan keadaan umum pasien baik

1. Pada tanggal 10 februari 2020 pasien mengeluh sakit kepala dan

bersin- bersin.

2. Pada tanggal 11 februari 2020 pasien mengatakan nyeri dibagian

hidung.

3. Pada tanggal 12 februari 2020 pasien mengatakan nyeri di bagaian

hidung mulai berkurang.

4. Pada tanggal 13 februari 2020 pasien sudah semakin dan

diperbolehkan untuk pulang.

- Pasien istirahat total selama beberapa hari menunjukan keadaan baik

18
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang

sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah

satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang

sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus

etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium)

ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh lingkungan

yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini

lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.

B.     Saran

Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan

komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan

serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan

pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis)

untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi

kronik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. Asuhan Keperawatan Sinusitis.


http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_ sinusitis.html, diakses tanggal
22 November 2011
Anonim2. Askep Sinusitis. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-
sinusitis/, diakses tanggal 22 November 2011
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya Baru

20

Anda mungkin juga menyukai