Disusun oleh :
Aprianto Guntur Irawan
02.12.009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis. Hal ini disebabkan oleh
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung yang menyebabkan terjadinya sinusitis dan
mempunyai proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam
saluran nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase tersumbat oleh
septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang mengalami hipertropi, taji, atau polip,
maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses
supurativa akut (Smeltzer, 2001).
Menurut Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik maka akan mengalami komplikasi
seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata, infeksi tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering
kambuh, radang amandel, radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian akan
berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya yang besar.
Rinosinusitis atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di era
millenium dan menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara. Sinusitis paling sering
dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.
Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 % diantaranya didapati menderita
sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 % menderita sinusitis kronik. Prevaklensi sinusitis akut di
Indonesia cukup tinggi dan cenderung meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian Rinologi
Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis
kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan ilmu
kesehatan anak, menjumpai prevalensi sinusitis akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan post operasi sinusitis melalui proses keperawatan yang komprehensif dalam bentuk karya
tulis ilmiah..
Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan secara konfrehensif pada pasien Ny “I” dengan post
operasi sinusitis di Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah palembang
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Ny “I” dengan post operasi sinusitis di
Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “ I” dengan post operasi sinusitis di
Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
e. Dapat mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Ny “
I” dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Dapat mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan.
C. Metode Penulisan.
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif (studi kasus) yaitu
suatu metode penulisan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan masalah yang didapatkan pada
saat memberikan perawatan, dilakukan dengan cara :
1. Studi kepustakaan : yaitu suatu usaha untuk mencari dan memadukan data, materi, teori dan
pendapat-pendapat para ahli yang diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal, diktat dan tulisan yang
bersifat ilmiah.
2. Studi lapangan : yaitu penulis secara langsung mengamati, mempelajari dan memberikan asuhan
keperawatan pada klien Post Operasi Sinusitis dengan teknik pengumpulkan data dengan cara :
a. Wawancara : baik langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari klien, keluarga dan tim
kesehatan.
b. Observasi : pengamatan keadaan dan perkembangan klien selama perawatan yang dilakukan secara
subjektif dan objektif.
c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan dari kepala hingga kaki (head to toe) dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
d. Dokumentasi : mempelajari data dari hasil dokumentasi medis perawatan, laporan jaga, hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang serta hal-hal lain yang didokumentasikan tentang pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Sinusitis akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu
peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah
merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. Sinus itu sendiri adalah rogga
udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran
udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi
cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi didalam sinus menuju kesaluran parnafasan.
Gerakan cilia mendorong lender ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun
organism yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap di
rongga sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan
didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap dirongga sinus dan menadi
tempat tumbuhya bekteri.
Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid
kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus
maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus
etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada
usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya
mencapai besar maksila 15-18 tahun.
C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar
didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial
dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya
ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan
serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak
sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan
multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis
yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi
hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik
dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
D. Patoflow
E. Etiologi (Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung
selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
F. Manifestasi Klinik
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada
pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada
sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Ø Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
Ø Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Ø Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi.
Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya
indera penciuman dan hidung tersumbat.
Ø Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di
puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Drainage
Medical :
Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
Ampisilin 4 x 500 mg
Amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari
Simtomatik
Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
Untuk kronis adalah :
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal,
dan menghilangkan nyeri.
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat.Sinusitis akut
perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat
kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat.Prinsip penanganan sinusitis
adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan terhadap
penyebabnya.Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional
Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya, riwayat
pembedahan hidung atau trauma.
c. Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri tenggorokan.
d. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi geraham
e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih),
interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi
obat tanpa memperhatikan efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
hidung
3) Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien
sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsepdiri menurun
5) Pola sensorik : daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus
(baik purulen , serous, mukopurulen).
h. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan
bengkak).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder dari
peradangan sinus.
b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun
sekunder dari peradangan sinus.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan
medis (operasi)
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan
sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui
mulut.
Intervensi :
1) Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan
gravitasi.
3) Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Rasional :Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab
dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
sehingga nyerinya dapat berkurang.
4) Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
5) Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat mengurangi nyeri.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun
sekunder dari peradangan sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.
2) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk,
penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3) Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat
membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu dan Klien dapat tidur 6
sampai 8 jam setiap hari.
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
2) Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3) Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan
medis (operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya dan klien
mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : menentukan tindakan berikutnya.
2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana
pengobatan.
3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping
hampir sama dan potensial interaksi obat.
4) Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin, lingkungan
dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data pasien
Nama : Ny “I”
Umur : 52 tahun
Diagnosa medis : Sinusitis
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang bedah
No. Register :-
Tanggal : 29 april 2013
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Jl.H. Faqih usman.Ir.Hijriah RT.041. Rw 008
2. Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi : Tidak
Penampilan kulit : Normal
Kondisi emosi : Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan : Telentang
Catheter : Tidak
Disinfeksi : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi : ya
Mesin anastesi : ya
Mulai ; 12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan : RL
Tampon : 2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam : 13. 45 WIB
Tanda vital : TD : 110/ 70 mmHg
RR : 20 x/menit
Temp : 37 C
Puls : 73 x/menit
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Apatis
Pernafasan : Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit : tidak
Mukosa mulut : Kering
Extrimitas : Hangat
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak
3. Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi
b. Pasien mengatakan susah bernafas melalui hidung
c. Susah tidur
Data Objektif
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap
post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi
wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
- Klien mengatakan sulit bernafas melalui hidung
- Klien mengatakan sesak nafas
DO :
- Klien terlihat sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
- Pernafasan terlihat lambat
- Pasien terlihat tidak nyaman
- RR : 14 x/m
- TD : 110/70 mmHg
- T : 36
- N : 60 x/m
Pembedahan
Anastesi
Pemasangan tampon
Aspirasi
Akumulasi secret
2.
DS :
- Klien mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
- Klien terlihat tidak nyaman, skala nyeri 6
- Klien terlihat meringis kesakitan
- Ekspresi wajah meringis
- TD : 110/ 70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
P : Pengaruh hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S:6
T : 5 menit
Pembedahan
Terputusnya inkontinuitas jaringan
Merangsang SSp
Sensasi rasa nyeri
Nyeri : luka
3.
DS :
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan sering terbangun
- Klien mengatakan hidung buntu
- Klien mengeluh sesak napas saat tidur
DO :
- Klien sering terbangun
- Nafas pendek
- RR : 14 x/m
- TD : 110/ 70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
Pembedahan
Hidung buntu
No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(DS,DO)
TUJUAN
(SMART)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
RASIONALISASI
NAMA &TT
PERAWAT
1.
DS :
- Klien mengatakan sulit bernafas melalui hidung
-
- Klien mengatakan sesak nafas
DO :
- Klien terlihat sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
- Pernafasan terlihat lambat
- - Pasien terlihat tidak nyaman
- RR : 14 x/m
- TD : 110/70 mmHg
- T : 36
- N : 60 x/m
2.
- Nyeri berkurang
- Pasien terlihat aman dan nyaman
3.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
TANGGAL /JAM
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
RESPON
NAMA & TT
1.
30 April 2013
S : klien mengatakan
Tidak sulit bernafas
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan no 2 dilanjutkan
01 Mei 2013
Nyeri : luka
P: intervensi dilanjutkan
I : tindakan no 6 dilanjutkan
3.
02Mei 2013
I : intervensi dilanjutkan
E : pola istirahat dan tidur klien mulai membaik.
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
NO DX
HARI/TANGGAL
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
1.
Dx. 1
30 Mei 2013
Dx : 2
01 Mei 2013
3.
Dx: 3
02 Mei 2013
- N : 80 x/m
- RR : 16 x/m
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E : kebutuhan rasa aman dan nyaman terpenuhi
EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM
DIAGNOSA
EVALUASI ( SOAPIE)
02 Mei 2013
Nyeri : luka
03 Mei 2013
Diposting oleh Aprianto Guntur Irawan,CH di 16.44 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest