Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sinusitis adalah proses peradangan pada mukosa sinus parasanal. Faktor
pemicu biasanya adalah peradangan mukosa hidung, yang harus berlanjut
kedalan sinus parasanal melalui ostium. Hampir setiap rhinitis disertai oleh
peradangan sinus, tapi tidak selalu memperlihatkan sinusitis simptomatik.
Selain itu peradangan sinus maxillaris dapat timbul secara dentogen,
meskipun hal ini jarang terjadi. Sinusitis maxillaris dentogen hampir selalu
merupakan peradangan unilateral kronis ( Nagel & Gurkov, 2012).
Sinus parasanalis merupakan rongga-rongga disekitar hidung dengan
bentuk bervariasi dan terdiri dari empat pasang sinus, yaitu sinus maksilaris,
sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus sfenoidalis. Adanya gangguan pada
sinus paranasalis disebut sebagai sinusitis. Sinusitis merupakan penyakit yang
sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai
salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia.
Rinosinusitis atau lebih dikenal dengan sinusitis memiliki dampak yang
signifikan pada kualitas hidup, kesehatan, ekonomi, dan produktivitas
(Soetjipto, 2012).
Di Indonesia, prevalensi sinusitis termasuk tinggi. Hal ini dapat
diketahuai berdasarkan data Depkes RI (2003) yang menyebutkan bahwa
penyakit tersebut berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat
utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Berdasarkan
data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM bulan Januari - Agustus tahun
2005, proporsi penderita rinosinusitis yaitu 69% (300 orang) dari 435 pasien
rinologi dan 30% penderita mempunyai indikasi Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional (BSEF).
Gejala sinusitis hampir serupa dengan gejala rhinitis, tetapi disertai
dengan sakit kepala dengan derajat keparahan bervariasi. Gejala tersebut
tampak mencolok di daerah sinus yang terkena. Pada sinusitis sphenoidalis, 2
nyeri sering timbul di daerah vertex. Bila sinus maxillaris atau sinus frontalis
terkena, nyeri kepala hebat akan timbul diatas daerah kedua sinus tersebut.
Pada peradangan sinus frontalis, nyeri sering menjadi lebih berat pada saat
kepala ditekuk kedepan komplikasinya berupa komplikasi orbita dan
komplikasi intrakranial. Pada komplikasi orbita biasanya disebut dengan sinus
etmodalis, dan pada komplikasi intrakranial biasanya disebut dengan
meningitis akut, komplikasi ini termasuk komplikasi terberat. Selain meningitis
komplikasi terberat adalah trombosis sinus kavernous, karena letak sinus
kavernous adalah yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, dan IV, serta
berdekatan dengan otak. Maka nanti akan bisa menjadi meningitis. (Nagel &
Gurkov, 2012; Higler, 2012).
Peran perawat sangat penting karena diharapkan mampu untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada individu, keluarga, maupun
masyarakat sesuai diagnosa atau penyakit yang sedang dialami penderita atau
penyakit sinusitis. Peran perawat perawat dalam penyakit sinusitis ini meliputi
peran preventi, kuratif, dan rehabilitatif. Terutama peran promotif melalui
edukasi dapat merubah klien dalam mengubah gaya hidup dan mengontrol
kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor risiko. Dengan edukasi yang
sangat banyak klien mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya
sehingga mampu melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Perawat
yang baik hanya dapat tercapai apabila ada kerjasama antara perawat dan
klien untuk mengatasi masalah tersebut. Perawat juga harus memberikan
asuhan keperawatan untuk mencegah komplikasi yang timbul dan perawat
juga harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan klien (Perry & Potter,
2009).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pasien
dengan sinusitis.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar sinusitis meliputi pengertian, etiologi,
patofisisologi, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan
sinusitis.
b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa, dan fokus intervensi.
c. Menggambarkan dan menganalisis asuhan keperawatan pada pasien
mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
a. Meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penyakit sinusitis yang
dialami pada pasien.
b. Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh di perguruan tinggi untuk
dimanfaatkan dan diterapkan di masyarakat luas.
c. Memberikan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan sinusitis pada pasien.
2. Bagi Institusi Mengetahui sejauhmana mahasiswa dapat menerapkan
asuhan keperawatan pada Ny. I dengan sinusitis.
3. Bagi lahan praktek Sebagai bahan masukan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dari terutama pada pasien dengan sinusitis.
4. Bagi masyarakat Dapat digunakan sebagai bahan tambahan
pengetahuan bagi masyarakat yang salah satu anggota keluarga memiliki
penyakit sinusitis atau penyakit system pernafasan lainnya dengan ciri-ciri
atau keluhan yang diderita oleh klien, sehingga jika terdapat tanda
tersebut bisa segera mengambil tindakan untuk menangani dengan
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
Manifestasi Klinis
a. Sinusitis maksila akut
Gejala :Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri
tekan, ingus mengalir kenasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur
darah..
b. Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata,
dan pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
setelah sore hari, sekretkental dan penciuman berkurang.d
d. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di
nasofaringe.
e. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus ditenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batukkering, dan
sering demam.

4 Anatomi Fisiologi
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi
karena bentuknyasangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitusinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid
dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakanhasil pneumatisasi
tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua
sinusmempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.Secara embriologik,
sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung
danperkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan
sinus frontal. Sinusmaksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan
sinus frontal berkembang dari sinusetmoid anterior pada anak yang berusia kurang
lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulaipada usia 8-10 tahun dan berasal
dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus iniumumnya mencapai
besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun..
5 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimikrobial dan zat-zatyang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara.

Penatalaksanaan
a. DrainageMedical :
Dekongestan lokal : efedrin1% (dewasa) ½%(anak)
Dekongestan oral : Psedo efedrin 3 X 60 mg .
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untuk akut) yaitu :
ampisilin 4 X 500 mg
amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol= TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Simtomatik
parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
d.  Untuk kronis adalah :Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Anamnesa
Penyakit Sinusitis dapat menyerang pada segala usia terbanyak pada
kelompok usia 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan seimbang. Bayi dibawah 1 tahun tidak menderita sinusitis
karena pembentukan sinusnya belum sempurna. Hasil positif pada tes
kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau ( 62,5%) dan
serpihan kulit manusia (50%).
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan Utama
Pada klien dengan sinusitis keluhan utama yang timbul seperti nyeri
kepala dan tenggorokan, nyeri di bola mata, demam, ingus kental di
hidung, hidung tersumbat, pusing, penciuman berkurang.
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Klien biasanya pernah mempunyai riwayat penyakit THT, pernah
menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Sinusitis bukan merupakan penyakit keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik
umum per sistem dan observasi keadaan umum, dan pemeriksaan TTV.
a. Keadaan umum.
b. Tanda-tanda vital.
c. B1-B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubungan
dengan adanya secret kental pada hidung.
d. B2 (blood) :n

Diagnosa
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi.
2. Hipertermia b/d proses inflamasi, pemajanan kuman.
3. Nyeri akut b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi.
4. Ansietas b/d proses penyakit (kesulitan bernafas) , perubahan dalam status
kesehatan (Eksudat purulen).

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian 
a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan,,b. Riwayat Penyakit sekarang :c. Keluhan utama : biasanya
penderita mengeluh nyeri kepala sinus,
tenggorokan.d. Riwayat penyakit dahulu :- Pasien pernah menderita penyakit akut 
dan perdarahan hidung atau trauma- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT- P
ernah menedrita sakit gigi gerahame. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang
diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkinada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang.f. Riwayat spikososial Intrapersonal : perasaan yang
dirasakan klien (cemas/sedih0 Interpersonal : hubungan dengan orang
lain.g. Pola fungsi kesehatan- Pola persepsi dan tata laksanahidup sehatUntuk
mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping- Pola nutrisi dan metabolisme :biasanya nafsumakan klien berkurang
karena terjadi gangguan pada hidung- Pola istirahat dan tidur selama inditasi klien
merasa tidak dapat istirahat karena klien sering
pilek- Pola Persepsi dan konsep diriklien sering pilek terus menerus dan berbau
menyebabkan konsepdiri menurun- Pola sensorikdaya penciuman klien terganggu
karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purule
Soepardi, E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi
6.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
FakultasKedokteran Universitas Indonesia. 2007.Herlman, T. Heather.2012.
NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
. Jakarta :
EGCDamayanti dan Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilm
uKedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 – 119.

Pemeriksaan CT
 – Scan Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber
masalah pada sinusitis dengankomplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalanmukosa,
air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal,
penebalan dindingsinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yangmungkin
ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :1)Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar),
licin,homogen, pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans
 
8
Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi,bila kista ini makin lama makin besar
dapat menyebabkangambaran air-fluid level.2)
 
Polip yang mengisi ruang sinus3)
 
Polip antrokoanal4)
 
Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus5)
 
Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak
mukokel yang membesar dangambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitasrendah
dan kadang-kadang pengapuran perifer

PROSES KEPERAWATAN1.
 
PENGKAJIAN
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,pekerjaan,a.
 
Riwayat Kesehatan
 
1)
 
Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepalasinus, tenggorokan.
 
2)
 
Riwayat Penyakit sekarang3)
 
Riwayat penyakit dahulu :
 
a)
 
Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahanhidung atau trauma
 
b)
 
Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
 
c)
 
Pernah menedrita sakit gigi geraham
 
4)
 
Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggotakeluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya denganpenyakit klien sekarang.
 
5)
 
Riwayat Psikososiala)
 
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
 
b)
 
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
 
b.
 
Pola Fungsi Kesehatan1)
 
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatUntuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat
tanpamemperhatikan efek samping.
Pola nutrisi dan metabolisme :Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguanpada
hidung3)
 
Pola istirahat dan tidurSelama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena kliensering pilek 4)
 
Pola Persepsi dan konsep diriklien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkankonsepdiri
menurun5)
 
Pola sensorik daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibatpilek terus menerus (baik
purulen, serous, mukopurulen).6)
 
Pemeriksaan fisik a)
 
Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital,kesadaran.b)
 
Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan padasinus, rinoskopi (mukosa merah dan
bengkak).c.
 
Data subyektif 1)
 
Observasi nares :a)
 
Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinyab)
 
Riwayat pembedahan hidung atau traumac)
 
Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,frekuensi, lama.2)
 
Sekret hidunga)
 
Warna, jumlah, konsistensi secretb)
 
Epistaksis
11
 c)
 
Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

Riwayat Sinusitisa)
 
Nyeri kepala, lokasi dan beratnyab)
 
Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.4)
 
Gangguan umum lainnya : kelemahand.
 
Data Obyektif 1)
 
Demam, drainage ada : Serousa)
 
Mukppurulenb)
 
Purulen2)
 
Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidungdan sinus yang mengalami radang
atau Pucat, Odema keluardari hidung atau mukosa sinus3)
 
Kemerahan dan Odema membran mukosa4)
 
Pemeriksaan penunjung :a)
 
Kultur organisme hidung dan tenggorokanb)
 
Pemeriksaan rongent sinus.
2.
 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 a.
 
Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradanganpada hidungb.
 
Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentangpenyakit dan prosedur tindakan
medis (irigasi sinus/operasi)c.
 
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksiatau adanya secret yang
mengentald.
 
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyerisekunder peradangan hidunge.
 
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungandengan nafsu makan menurun
sekunder dari peradangan sinusf.
 
Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan danpilek 

.
 
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, makadapat ditarik
kesimpulan bahwa penyakit sinusitis adalah penyakit inflamasiatau peradangan yang terjadi pada
sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis,sinus frontalis, sinus maxillaries, dan sinus sphrnoidalis.
Sinusitis dapat terjadiakibat trauma langsung atau kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka,
poliphidung, dan rinitis alergi. Infeksi virus, bakteri atau jamur juga dapatmengakibatkan
sinusitis.Pada pasien sinusitis, keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kepala,nyeri pada
bagian sinus dan tenggorokan.

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000Soepardi Efiaty Arsyad,
Dkk, 2007, edisi 6,
 Buku ajar ilmu keperawatan telingahidung tenggorok kepala dan leher,
Jakarta : Balai Penerbit FKUIPracy R., Dkk., 1989,
Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok,
Jakarta:Gramedia Ilmukeperawatan.comRamali, Ahmad dkk, 2003,
Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah,
Jakarta:Djambatan

Anda mungkin juga menyukai