Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah
rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi
dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga
pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus
disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis. 
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:
a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing
alis.
b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.
c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung,
berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-
masing.

Fungsi sinus paranasal adalah :

a. Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga


udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka
pertumbuhan tulang akan terdesak.
b. Sebagai pengatur udara (air conditioning).
c. Peringan cranium.
d. Resonansi suara.
e. Membantu produksi mukus.

B. Anatomi dan Fisiologi


Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknyasangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat
pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitusinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal
merupakanhasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk rongga
di dalam tulang. Semua sinusmempunyai muara (ostium) ke dalam rongga
hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga
hidung danperkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus
sfenoid dan sinus frontal. Sinusmaksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi
lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinusetmoid anterior pada anak
yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulaipada usia
8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus
iniumumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
C. Etiologi
1. Pada Sinusitis Akut, yaitu:
a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza
virus).
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
1. Septum nasi yang bengkok
2. Tonsilitis yg kronik
Pada Sinusitis Kronik, yaitu
1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2. Alergi
3. Karies dentis ( gigi geraham atas )
4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
6. Tumor di hidung dan sinus paranasal.
D. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran
klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu
mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi
sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak
dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini
menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan
terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang
ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non
bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi
media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan
berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang
membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa
berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang.
Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista.

E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
1. Sinusitis maksila akut
Gejala : demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri
pada pipi, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.
2. Sinusitis etmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
3. Sinusitis frontal akut
Gejala : demam, sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
4. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring.
5. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,
selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
G. Komplikasi
Sinusitis dapat menyebabkan :
1. Kelainan orbita
2. Kelainan intracranial
3. Kelainan paru-paru
4. Osteomielitis dan abses subperiosteal biasanya akibat sinusitis frontal dan
lebih banyak terjadi pada usia anak-anak. Osteomielitis akibat sinusitis
maksila dapat menyebabkan fistula oroantral.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Rinoskopi anterior :
a. Mukosa merah
b. Mukosa bengkak
c. Mukopus di meatus medius
2. Rinoskopi postorior
a. Mukopus nasofaring
3. Nyeri tekan pipi yang sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit
5. X Foto sinus paranasalis :
a. Kesuraman
b. Gambaran “airfluidlevel”
c. Penebalan mukosa
b. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a. Drainage
1. Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%
(dewasa) ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
2. Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
b. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:
1. Ampisilin 4 X 500 mg
2. Amoksilin 3 x 500 mg
3. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4. Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500
mg.
d. Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2. Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3. Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
2) Penatalaksanaan Pembedahan
a. Radikal
1. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
b. Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan
membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.
c. Asuhan Keperawatan
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1). Pengkajian
a.    Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b.    Riwayat sakit dan kesehatan
1.    Keluhan utama: biasanya klien mengeluh nyeri kelapa sinus dan
tenggorokan.
2.    Riwayat penyakit saat ini: klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang
sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata,
penciuman berkurang.
3.    Riwayat penyakit dahulu:
·      Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma.
·      Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT.
·      Klien pernah menderita sakit gigi geraham.
c.    Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
d.   Pengkajian psiko-sosio-spiritual:
·      Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih).
·      Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

e.    Pola fungsi kesehatan:


·      Pola persepsi dan tatalaksana hidup. Contohnya, untuk mengurangi flu
biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
·      Pola nutrisi dan metabolisme. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena
terjadi gangguan pada hidung.
·      Pola istirahat dan tidur. Adakah indikasi klien merasa tidak dapat istirahat
karena sering flu.
·      Pola persepsi dan konsep diri. Klien sering flu terus menerus dan berbau
yang menyebabakan konsep diri menurun.
·      Pola sensorik. Daya penciuman klien terganggu kaena hidung buntu akibat
flu terus menerus (baik purulen, serous maupun mukopurulen).
f.     Pemeriksaan fisik
·      Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
·      Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi
(mukosa merah dan bengkak).
g.    Data subyektif
1.         Observasi nares:
·      Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya.
·      Riwayat pembedahan hidung atau trauma.
·      Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya ,
lamanya.
2.         Sekret hidung:
·      Warna, jumlah, konsistensi sekret.
·      Epistaksis.
·      Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
3.         Riwayat sinusitis:
·      Nyeri kepala, lokasi dan beratnya.
·      Hubungan sinusitis dengan musim / cuaca.
4.         Gangguan umum lainnya: kelemahan.
5.         Data obyektif
a.    Demam
b.    Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus
yang mengalami radang.
c.    Kemerahan dan Odema membran mukosa
6.         Pemeriksaan penunjung :
·      Kultur organisme hidung dan tenggorokan.
·      Pemeriksaan rongent sinus.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /
adanya secret yang mengental.
b. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan
pada hidung.
c. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.
e. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri
sekunder peradangan hidung.
3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi / adanya sekret
yang mengental.
Tujuan: Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan.
Kriteria Hasil:
  Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
  Respiratory Rate 16-20x/menit
  Suara napas tambahan tidak ada.
  Ronkhi (-).
  Dapat melakukan batuk efektif.
Intervensi Rasional
        Kaji penumpukan sekret yang ada. a.         Mengetahui tingkat keparahan dan
b.         Observasi tanda-tanda vital tindakan selanjutnya
b.         Mengetahui perkembangan klien
c.         Ajarkan batuk efektif sebelum dilakukan operasi.
d.         Kolaborasi pemberian c.         Mengeluarkan sekret di jalan napas
nebulizing dengan tim medis  untuk d.         Kerjasama untuk menghilangkan
pembersihan secret penumpukan secret/masalah
        Evaluasi suara napas, karakteristik
sekret, kemampuan batuk efektif. e.         Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada
cairan/sekret pada paru, jumlah,
konsistensi, warna sekret di kaji untuk
tindakan selanjutnya

2.   Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung.


Tujuan: Nyeri klien berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
 Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.
 Klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi Rasional
     Kaji tingkat nyeri klien        Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b.         Jelaskan sebab dan akibat nyeri        Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
pada klien  serta keluarganya klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
c.         Ajarkan tehnik relaksasi dan        Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi
distraksi sehinggga dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri
       Mengetahui keadaan umum dan perkembangan

d.         Observasi tanda tanda vital dan kondisi klien.


keluhan klien  Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
e.         Kolaborasi dngan tim medis :
1)        Terapi konservatif :
-            obat Acetaminopen; Aspirin,
dekongestan hidung
-            Drainase sinus
2)        Pembedahan  :
-            Irigasi Antral  :
Untuk sinusitis maksilaris
       Operasi Cadwell Luc.
3.    Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.
Tujuan: suhu tubuh kembali dalam keadaan normal.
Kriteria hasil:
  Suhu tubuh normal.
  Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
a.           Monitoring perubahan suhu a.         Suhu tubuh harus dipantau secara
tubuh. efektif guna mengetahui perkembangan
dan kemajuan dari pasien.
b.         Mempertahankan keseimbangan b.         Cairan dalam tubuh sangat penting
cairan dalam tubuh dengan guna menjaga homeostasis
pemasangan infuse. (keseimbangan) tubuh. Apabila suhu
tubuh meningkat maka tubuh akan
kehilangan cairan lebih banyak.
c.         Kolaborasi dengan dokter dalam c.         Antibiotik berperan penting dalam
pemberian antibiotik guna mengatasi proses peradangan
mengurangi proses peradangan (inflamasi).
(inflamasi).
d.         Anjurkan pada pasien untuk d.         Jika metabolisme dalam tubuh berjalan
memenuhi kebutuhan nutrisi yang sempurna maka tingkat kekebalan/
optimal sehingga metabolisme sistem imun bisa melawan semua benda
dalam tubuh dapat berjalan lancar. asing (antigen) yang masuk.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan


nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
  Klien menghabiskan porsi makannya
  Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

Intervensi Rasional
       kajipemenuhan kebutuhan nutrisi klien        Mengetahui kekurangan nutrisi klien
       Jelaskan pentingnya makanan bagi
proses penyembuhan        Denganpengetahuan yang baik tentang nutrisi
akan memotivasi meningkatkan  pemenuhan
       Catat intake dan output makanan klien. nutrisi
       Anjurkan makan sediki-sedikit tapi        Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi
sering klien
       Dengan sedikit tapi sering mengurangi
       Sajikan makanan secara menarik penekanan yang berlebihan pada lambung
       Mengkatkan selera makan klien

5.    Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder


peradangan hidung.
Tujuan: klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria hasil:
  Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi Rasional
       kaji kebutuhan tidur klien.        Mengetahui permasalahan klien dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
       Ciptakan suasana yang nyaman.        Agar klien dapat tidur dengan tenang

       Anjurkan klien bernafas lewat mulut        Pernafasan tidak terganggu.


       Kolaborasi dengan tim medis pemberian
obat         Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
diamana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry,
2010). Implementasi keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari madalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tindakan keperawatan ini
mencakup tindakan mandiri perawat, seperti observasi, Nursing treatment
dan kolaborasi.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah stadium akhir dalam proses keperawatan, dimana
taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, 2010). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
sinusitis adalah :
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /
adanya secret yang mengental.
b. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan
pada hidung.
c. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.
e. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri
sekunder peradangan hidung.

Anda mungkin juga menyukai