Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

 Home
 Blog
 ASKEP
 Laporan Kasus
 SOP
 Healthy
 Gallery
 Lifestyle
 Dropdown

Home / Askep / Sistem sensori persepsi / Laporan Pendahuluan dan Askep SINUSITIS Aplikasi
Nanda Nic Noc

Laporan Pendahuluan dan Askep


SINUSITIS Aplikasi Nanda Nic Noc
Author - Septiawan Putra Date - 15:48 Askep Sistem sensori persepsi
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1 Defenisi

Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh


kuman atau virus

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-
hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
seluruh dunia. Sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering
disebut rinosinusitis. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinus, sedangkan bila
mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya


disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
2 Etiologi
a. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
Rinitis Akut (influenza)
Polip, septum deviasi

b. Dentogen
Penjalaran infeksidari gigi geraham atas
Kuman penyebab :
- Streptococcus pneumoniae
- Hamophilus influenza
- Steptococcus viridans
- Staphylococcus aureus
Branchamella catarhatis

3 Manifestasi Klinis

a. Sinusitis maksila akut


Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus
mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

b. Sinusitis etmoid akut


Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

c. Sinusitis frontal akut


Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore
hari, sekret kental dan penciuman berkurang.

d. Sinusitis sphenoid akut


Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

e. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis,
bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

4 Anatomi Fisiologi
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi
karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan
sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang –
tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai
muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung
dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan
sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus
frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8
tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari
bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar
maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
.
5 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan
kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Perubahan patologik yang terjadi dalam mukosa dan dinding tulang sinus saat
berlangsungnya peradangan supuratif ialah seperti yang biasa terjadi dalam rongga
yang dilapisi mukus.
Ada 4 tipe yang berbeda dari infeksi hidung sinus: kongestif akut, purulen akut,
purulen kronik, dan hiperplastik kronik.
Penyakit sinus supuratif kronik dapat diklasifikasikan secara mikroskopik sebagai
1) edematous, 2) granular dan infiltrasi, 3) fibrous, dan 4) campuran dari beberapa atau
semua bentuk ini. Sering terjadi perubahan jaringan penunjang, dengan penebalan di
lapisan subepitel. Penebalan ini di dalam struktur seluler terdiri dari timbunan sel-sel
spiral, bulat, bentuk bintang, plasmosit, eosinofil, dan pigmen.
Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti di bawah ini, yang
menunjukan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan:
1. Jaringan submukosa diinfiltrasi oleh serum, sedangkan permukaannya
kering. Leukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa.
2. Kapiler berdilatasi, dan mukosa sangat menebal dan merah akibat edem dan
pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini biasanya tidak ada kelainan epitel.
3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui
epitel yang melapisi mukosa, kemudian bercampur dengan bakteri, debris epitel, dan
mukus. Pada beberapa kasus, perdarahan kapiler terjadi, dan darah bercampur
sekret. Sekret yang mula-mula encer dan sedikit kemudian menjadi kental dan banyak,
karena terjadi koagulasi fibrin dari serum.
4. Pada banyak kasus, resolusi dengan absorpsi eksudat dan berhentinya
pengeluaran leukosit memakan waktu 10-14 hari.
5. Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke
tipe purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih
mungkin, meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum menetap.
Kecuali proses segera berhenti, perubahan jaringan akan menjadi permanen, maka
terjadi keadaan kronis. Tulang dibawahnya dapat memperlihatkan tanda oeteitis dan
akan diganti dengan nekrosis tulang.
Perluasan infeksi dari sinus ke bagian lain dapat terjadi: 1) melalui suatu
tromboflebitis dari vena yang perforasi; 2) perluasan langsung melalui bagian sinus
yang ulserasi atau nekrotik; 3) dengan terjadinya defek; dan 4) melalui jalur vaskuler
dalam bentuk bakteremia.
Pada sinusitis kronik, perubahan permukaan mirip dengan peradangan akut
supuratif yang mengenai mukosa dan jaringan tulang lainnya. Bentuk permukaan
mukosa dapat granular, berjonjot-jonjot, penonjolan seperti jamur, penebalan seperti
bantal, dan lain-lain. Pada kasus lama terdapat penebalan hiperplastik. Mukosa dapat
rusak pada beberapa tempat akibat ulserasi, sehingga tampak tulang yang licin dan
telanjang, atau dapat menjadi lunak atau kasar akibat karies. Pada beberapa kasus,
didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang, atau mungkin ini telah diabsorpsi.
Pemeriksaan mikroskop pda bagian mukosa kadang-kadang memperlihatkan hilangnya
epitel dan kelenjar, yang digantikan oleh jaringan ikat. Ulserasi pada mukosa sering
dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama jika ada nekrosis tulang. Jaringan granulasi
dapat meluas ke periosteum, sehingga mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal
ini terjadi, bagian superfisial tulang diabsorpsi sehingga menjadi kasar. Osteofit, atau
kepingan atau lempengan tulang, yang terjadi akibat eksudasi plastik, kadang-kadang
terbentuk di permukaan tulang.

6 Pemeriksaan penunjang
a. Rinoskopi anterior :
1) Mukosa merah
2) Mukosa bengkak
3) Mukopus di meatus medius.
b. Rinoskopi postorior
1) mukopus nasofaring.
2) Nyeri tekan pipi yang sakit.
c. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit.
d. X Foto sinus paranasalis
1) Kesuraman
2) Gambaran “airfluidlevel”
3) Penebalan mukosa

7 Penatalaksanaan
a. Drainage
Medical :
Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
ampisilin 4 X 500 mg
amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Simtomatik
parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
d. Untuk kromis adalah :
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU

1. Pengkajian
a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
b. Riwayat Penyakit sekarang :
c. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
d. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Pernah menedrita sakit gigi geraham
e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f. Riwayat spikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
g. Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping
- Pola nutrisi dan metabolisme :
biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
- Pola istirahat dan tidur
selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
- Pola Persepsi dan konsep diri
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
- Pola sensorik
daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen , serous, mukopurulen).
h. Pemeriksaan fisik
status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah
dan bengkak)

2. Diagnosa

a. Nyeri: kepala, tenggorokan berhubungan dengan peradangan pada hidung.


b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun.

3. Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1 Nyeri: kepala, · Pain Level, Pain Management
tenggorokan · Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan · Comfort level secara komprehensif
dengan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
peradangan · Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
pada hidung · Mampu mengenali nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
(skala, intensitas, frekuensi presipitasi
dan tanda nyeri) 2. Observasi reaksi nonverbal
· Menyatakan rasa nyaman dari ketidaknyamanan
setelah nyeri berkurang 3. Kurangi faktor presipitasi
· Tanda vital dalam rentang nyeri
normal 4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
5. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
6. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
6. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Bersihan jalan a. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
nafas tidak
Ventilation trachealsuctioning.
efektif
b. Respiratory status : 2. Berikan O2
berhubungan
dengan adanya Airway patency 3. Anjurkan pasien untuk
secret yang
c. Aspiration Control istirahat dan napas dalam
mengental
kriteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk

a. Mendemonstrasika memaksimalkanVentilasi

b. batuk efektif dan 5. Keluarkan sekret dengan

c. suara nafas yang bersih,tidak batuk atau suction

ada sianosis dan dyspneu 6. Auskultasi suara nafas,

d. Menunjukkan jalan nafas catat adanya

yang paten suara tambahan

e. Mampu mengidentifikasikan 7. Monitor status hemodinamik

dan mencegah faktor 8. Berikan pelembab udara

yang penyebab. Kassa basah NaCl Lembab

f. Saturasi O2 dalam 9. Atur intake untuk cairan

g. batas normal mengoptimalkan keseimban

gan.

10. Monitor respirasi dan status

O2

11. Pertahankan hidrasi yang

adekuat

untuk mengencerkan sekret


3 Gangguan a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
pemenuhan Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi kurang b. Nutritional Status : food and untuk menentukan jumlah
dari kebutuhan Fluid Intake kalori dan nutrisi
berhubungan c. Weight Control yang dibutuhkan pasien
dengan nafsu 3. Yakinkan diet yang dimakan
makan menurun Kriteria hasil mengandung tinggi serat
a. Albumin serum untuk mencegah konstipasi
b. Pre albumin serum 4. Monitor adanya penurunan
c. Hematokrit BB dan gula darah
d. Hemoglobin 5. Monitor turgor kulit
e. Total iron binding 6. Monitor mual dan muntah
f. capacity 7. Monitor pucat, kemerahan,
g. Jumlah limfosit dan kekeringan jaringan
konjungtiva
8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi

C. Daftar Pustaka
Soepardi, E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi 6.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Damayanti dan Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilmu
Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 –
119.
Share this
Google Facebook Twitter More

Related Articles :

 Laporan Pendahuluan Dan Askep Katarak Aplikasi Nanda Nic NocA. KONSEP
DASAR PENYAKIT1 DefenisiKatarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut ata ...

8 komentar

Newer Post Older Post Home

Paling Dilihat

Laporan Pendahuluan dan Askep Demam Berdarah ( DHF ) Aplikasi Nanda Nic Noc

Laporan Pendahuluan Dan Askep Katarak Aplikasi Nanda Nic Noc

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ASMA APLIKASI NANDA NIC NOC


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )


APLIKASI NANDA NIC NOC

Laporan Pendahuluan Dan Askep Epilepsi Aplikasi Nanda Nic Noc

Label
Askep Laporan Kasus Sistem Endokrin Sistem Imun Dan Hematologi Sistem Kardiovaskular
Sistem Pencernaan Sistem Pernafasan Sistem Persyarafan Sistem sensori persepsi Standar
Operasional Prosedur
Powered by Blogger.

Disqus Shortname
About me

Invision
Invision Responsive Blogger Template





About Me
septiawan tanjung
View my complete profile

Full Width CSS


Comments system
Blog Archive
 ► 2016 (6)

 ▼ 2015 (19)
o ► December (5)
o ▼ November (6)
 SOP Pemasangan NGT
 SOP Pemasangan Infus
 LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP HIV / AIDS APLIKASI ...
 Laporan Pendahuluan Dan Askep Katarak Aplikasi Nan...
 Laporan Pendahuluan Dan Askep Epilepsi Aplikasi N...
 Laporan Pendahuluan dan Askep SINUSITIS Aplikasi N...
o ► October (8)

HALAMAN
PageNavi Results No.
Label Icons CSS

Label
 Askep
 Laporan Kasus
 Sistem Endokrin
 Sistem Imun Dan Hematologi
 Sistem Kardiovaskular
 Sistem Pencernaan
 Sistem Pernafasan
 Sistem Persyarafan
 Sistem sensori persepsi
 Standar Operasional Prosedur

Formulir Kontak
Name

Email *

Message *

Label
 Askep
 Laporan Kasus
 Sistem Endokrin
 Sistem Imun Dan Hematologi
 Sistem Kardiovaskular
 Sistem Pencernaan
 Sistem Pernafasan
 Sistem Persyarafan
 Sistem sensori persepsi
 Standar Operasional Prosedur
Copyright © 2015 ASUHAN KEPERAWATAN All Right Reserved
Created by Arlina Design
| Distributed By Gooyaabi Templates

Anda mungkin juga menyukai