Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SINUSITIS

I. Definisi

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung(A.K Muda Ahmad.2003)

Sinusitis adalah merupakan radang penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman
atau virus

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat
dibagi

menjadi

sinusitis

maksila,sinusitis

etmoid,sinusitis

frontal,dan

sinusitis

sfenoid(Soepardi 2001)

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung,dapat berupa sinusitis maksilaris
atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik.dapat mengenai anak yang
sudah besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun
(Ngstiya 1997)

II. Etiologi
Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan
gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Sinusitis juga dapat
terjadi akibat trauma langsung, barotrauma, berenang atau menyelam.
1. Etiologi sinusitis dentogen adalah:
a. Penjalaran infeksi gigi, infeksi periapikal gigi maksila dari kaninus sampai gigi
molar tiga atas. Biasanya infeksi lebih sering terjadi pada kasus-kasus akar gigi
yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis, walaupun kadang-kadang
ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan oleh tulang yang tebal.
b. Prosedur ekstraksi gigi, misalnya terdorong gigi ataupun akar gigi sewaktu akan
diusahakan mencabutnya, atau terbukanya dasar sinus sewaktu dilakukan
pencabutan gigi.
c. Penjalaran penyakit periodontal yaitu adanya penjalaran infeksi dari membran

periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus.


d. Trauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus alveolaris dan sinus
maksila.
e. Hubungan langsung gigi maksila dengan sinus maksila terutama gigi molar tiga
terpendam.
f. Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan tambalan
akibat pengisian saluran akar yang berlebihan.
9
g. Osteomielitis akut dan kronis pada maksila.
h. Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista radikuler
dan folikuler.
i.

Neoplasma yang mengadakan infiltrasi ke dalam sinus maksila.

2. Sinusitis Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
Rinitis Akut (influenza)
Polip, septum deviasi

III. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi
antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman
yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa
yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bakterial dan
biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk
tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai
rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut,
terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik
yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin
diperlukan tindakan operasi.
Perubahan patologik yang terjadi dalam mukosa dan dinding tulang sinus saat
berlangsungnya peradangan supuratif ialah seperti yang biasa terjadi dalam rongga yang dilapisi
mukus.
Ada 4 tipe yang berbeda dari infeksi hidung sinus: kongestif akut, purulen akut, purulen
kronik, dan hiperplastik kronik.
Penyakit sinus supuratif kronik dapat diklasifikasikan secara mikroskopik sebagai 1)
edematous, 2) granular dan infiltrasi, 3) fibrous, dan 4) campuran dari beberapa atau semua
bentuk ini. Sering terjadi perubahan jaringan penunjang, dengan penebalan di lapisan subepitel.
Penebalan ini di dalam struktur seluler terdiri dari timbunan sel-sel spiral, bulat, bentuk bintang,
plasmosit, eosinofil, dan pigmen.
Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti di bawah ini, yang
menunjukan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan:
1.

Jaringan submukosa diinfiltrasi oleh serum, sedangkan permukaannya kering.

Leukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa.


2.

Kapiler berdilatasi, dan mukosa sangat menebal dan merah akibat edem dan

pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini biasanya tidak ada kelainan epitel.
3.

Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui epitel

yang melapisi mukosa, kemudian bercampur dengan bakteri, debris epitel, dan mukus. Pada
beberapa kasus, perdarahan kapiler terjadi, dan darah bercampur sekret. Sekret yang mula-mula

encer dan sedikit kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi fibrin dari
serum.
4.

Pada banyak kasus, resolusi dengan absorpsi eksudat dan berhentinya pengeluaran

leukosit memakan waktu 10-14 hari.


5.

Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke tipe

purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih mungkin,
meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum menetap. Kecuali proses segera
berhenti, perubahan jaringan akan menjadi permanen, maka terjadi keadaan kronis. Tulang
dibawahnya dapat memperlihatkan tanda oeteitis dan akan diganti dengan nekrosis tulang.
Perluasan infeksi dari sinus ke bagian lain dapat terjadi: 1) melalui suatu tromboflebitis
dari vena yang perforasi; 2) perluasan langsung melalui bagian sinus yang ulserasi atau nekrotik;
3) dengan terjadinya defek; dan 4) melalui jalur vaskuler dalam bentuk bakteremia.
Pada sinusitis kronik, perubahan permukaan mirip dengan peradangan akut supuratif yang
mengenai mukosa dan jaringan tulang lainnya. Bentuk permukaan mukosa dapat granular,
berjonjot-jonjot, penonjolan seperti jamur, penebalan seperti bantal, dan lain-lain. Pada kasus
lama terdapat penebalan hiperplastik. Mukosa dapat rusak pada beberapa tempat akibat ulserasi,
sehingga tampak tulang yang licin dan telanjang, atau dapat menjadi lunak atau kasar akibat
karies. Pada beberapa kasus, didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang, atau mungkin ini telah
diabsorpsi. Pemeriksaan mikroskop pda bagian mukosa kadang-kadang memperlihatkan
hilangnya epitel dan kelenjar, yang digantikan oleh jaringan ikat. Ulserasi pada mukosa sering
dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama jika ada nekrosis tulang. Jaringan granulasi dapat
meluas ke periosteum, sehingga mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal ini terjadi,
bagian superfisial tulang diabsorpsi sehingga menjadi kasar. Osteofit, atau kepingan atau
lempengan tulang, yang terjadi akibat eksudasi plastik, kadang-kadang terbentuk di permukaan
tulang.

IV.Pathway

V. Klasifikasi
A.

Sinusitis Akut
Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks ostiomeatal oleh infeksi,

obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.
GEJALA SUBYEKTIF
Gejala subyektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah demam
dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan
dirasakan mengalir ke naso faring.
GEJALA OBYEKTIF
Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat
di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas. Pada
sinusits etmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah
tampak ke luar dari meatus superior.

B.

Sinusitis Sub Akut


Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit

kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda


C.

Sinusitis Kronis
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek. Harus dicari faktor

penyebab dan faktor predisposisinya.


Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung.
Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik.
GEJALA SUBYEKTIF
Gejala subyektif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari :
-

gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal

gejala faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok

gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba eustachius
GEJALA OBYEKTIF
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak
terdapat pembengkakan pada wajah.
Yang termasuk dalam sinusitis paranasal (Akut, Subakut, Kronik) :
A.

Sinusitis Maksila
Sinusitis maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar dinding anterior sinus ialah

permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan
intra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung.
Anatomi Sinus Maksila :
1.

Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas

2.

Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita

3.

Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari sinus, sehingga drenase kurang baik
B.

Sinusitis Frontal
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya.

Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm sinus frontal
berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resescuss frontal.
C.

Sinusitis Etmoid
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal,

yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut pula et moid.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis.
D.

Sinusitis Sfenoid
Batasan-batasannya ialah, sebelah-sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar

hipofisa, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna.

VI.

Manifestasi Klinis
Anamesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas ,berupa pilek,dan batuk

yang lama lebih dari 7hari .


a). Sinusitis akut ,mempunyai gejala subyektif yang terbagi atas gejala sistemik yaitu demam dan
rasa lesu,serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat , ingus kental yang kadang berbau dan
mengalir kenasofaring (post nasal drip),halifosis (mulut yang berbau busuk ),sakit kepala yang
lebih berat pada pagi hari,nyeri didaerah sinus yang terkena serta kadang nyeri alih ketempat
lain.gejala objektif ,tampak pembekakan didaerah muka.pada sinusitis akut merupakan
manifestasi klink yang dimulai dengan adanya tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut,hal

ini sama dengan manifestasi klinis pada sinusitis subakut merupakan tanda-tanda radang akutny
mulai mereda.
b). Sinusitis kronik merupakan gejala subjektif bervariasi dari ringan hingga berat seperti:
- gejala hidung dan nasofaring,berupa sekret dihidung dan nasofaring (post nasal drip).sekret
dinasofaring secara terus menerus akan menyebabkan batuk kronik
- gejala faring berupa rasa tidak nyaman di tenggorok
- gejala saluran nafas ,berupa batuk dan kadang komplikasi diparu
- gejala saluran cerna dapat terjadi gasoentritis akibat mukopus yang tertelan
- nyeri,kepala biasanya pada pagi hari dan berkurang disiang hari
- gejala mata,akibat perjalanan infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
c.

Sinusitis maksila akut


Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir
ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

d.

Sinusitis etmoid akut


Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

e.

Sinusitis frontal akut


Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari,
sekret kental dan penciuman berkurang.

f.

Sinusitis sphenoid akut


Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

g.

Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus
di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis,
batuk kering, dan sering demam.

VII. Penatalaksanaan
Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14hari,namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang.antibiotik dipilih yang mencakup anerob,seperti
penisilinV.klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat bila penisilin tidak
efektif.jika dalam 48-72jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan antibiotik untuk kuman
yang menghasilkan beta laktamase,yaitu amoksisilin atau ampisilin dikombinasikan dengan asam
klavulanat.steroid nasal topikal seperti beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan
antialergi.Diberikan pula dekongestan untuk memperlancar drainase sinus.dapat diberikan
sistemik maupun topikal.khusus yang topikal harus dibatasi selama 5hari untuk menghindari
terjadinya rinitis medika mentosa.Bila perlu,diberikan analgesik untuk menghilangkan
nyeri;mukolitik

untuk

mengencerkan

sekret,meningkatkan

kerja

silia,dan

merangsang

pemecahan fibrin.Bila perlu dilakukan diatermi.diatermi dilakukan dengan sinar gelombang


pendek sebanyak 5-6kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.jika
belum membaik,dilakukan pencucian sinus.Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa
yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena.untuk sinus maksila dilakukan operasi
Cald well-Luc,sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra
nasal.pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (opersi killian).drainase
sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.
VIII. Komplikasi
1. Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.
Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan
sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.
Terdapat lima tahapan :
Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus
ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina
papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada
kelompok umur ini.

Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita
namun pus belum terbentuk.
Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini
disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius.
Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva
merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.
Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena
kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.
Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :
a. Oftalmoplegia.
b. Kemosis konjungtiva.
c. Gangguan penglihatan yang berat.
Kelemahan pasien.
Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf
kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

2. Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini
paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan
biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui
atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai
pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus
sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf
didekatnya.
Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun
lebih akut dan lebih berat.
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa
yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.
3. Komplikasi Intra Kranial
Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi
dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang
berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di
dekat sistem sel udara ethmoidalis.
Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri
kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.
Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak.
Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi
perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.
Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada
ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.
4. Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah
infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise,
demam dan menggigil
IX. Pemeriksaan Penunjang
1.

Pemeriksaan transilumasi (untuk sinus maksila dan sinus frontal)


Untuk mengetahui daerah gelap yang tampak pada daerah infraorbita, berarti
antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam
antrum.

2.

Pemeriksaan radiologi
Bila dicurigai adanya kelainan di sinus para nasal, maka dilakukan pemeriksaan
radiologi.

3.

Pemeriksaan histopatologik
Dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinuskopi

4.

Sinoskopi
Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan ensdoskopi, dapat dilihat
keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi.

5.

Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya meatus medinus dan meatus superior.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SINUSITIS


I.

Pengkajan :

1. Biodata :

Nama,umur,jenis kelamin,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan,alamat,dll.


2. Keluhan utama:
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada kepala sinus dan tenggorokan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien 5 unsur PQRST
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Merupakan faktor pencetus timbulnya sinusitis,yaitu:
- Apakah klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma?
- Apakah klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT?
- Apakah klien pernah menderita sakit gigi geraham?
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang?atau penyakit lain seperti hipertensi,Dm(Diabetes
Millitus)
6. Riwayat PsikoSosial-Spritual:
a. Psikologis:perasan yang dirasakan oleh klien cemas/sedih?
b.

Sosial:Bagaimana hubungan klien dengan orang terdekat klien maupun dengan

lingkungannya terutama diRumah Sakit?


c. Apakah klien tetap menjalankan ibadahnya selama perawatan diRumah Sakit?
Pemeriksaan Fisik
- Observasi tanda-tanda vital
TD

: (tekanan darah)

: (nadi)

: (suhu)

: (pernafasan)

- Keadaan Umum:
Biasanya klien terlihat lemah,namun tampak sakit pada daerah kepala sinus(daerah
rongga/saluran tempat nanah keluar)
- Melakukan observasi tingkat kesadaran:
a.

Compos mentis:sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan tentang keadaan


sekelilingnya.

b.

Apatis:keadaan

kesadaran

yang

segan

untuk

berhubungan

dengan

kehidupan

disekitarnya,sikap acuh tak acuh.


c.

Somnolen:keadaan kesadaran yang mau tidur saja.dapat dibangunkan dengan rangsangan


nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi

d.

Delirium:keadaan kacau motorik yang sangat,memberontak,berteriak,dan tidak sadar


terhadap orang lain tempat dan waktu

e.

Sopor/Semi sopor :keadaan kesadaran yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat


ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.

f.

Koma:keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan
rangsangan apapun

Pada umumnya tingkat kesadaran Compos mentis,dengan GCS:456

II. Pemenuhan kebutuhan sehari hari


- Pola makan :

Kaji kebisaan pola makan klien selama dirumah ataupun dirumah sakit.biasanya nafsu

makan

klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung.


- pola minum :
Kaji kebiasaan pola minum klien selama dirumah sakit.apakah pola minum klien teratur atau
tidak?pola kebiasaan minum klien biasanya dalam batas normal sekitar (7-8 gelas perhari)dengan
jumlah 1750-2000cc/hari.
- Eliminasi Alvi(BAB):
Pola teratur 1kali sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning
- Eliminasi Urine(BAB):
Pola kebiasaan urine biasanya dalam batas normal (5-6kali/hari)dengan warna kuning
jernih
- Istirahat Tidur
Pola tidur klien terganggu karena klien merasa tidak dapat istirahat disebabkan klien sering pilek
- Aktivitas
Membatasi kegiatan yang berlebihan

III. Pengkajian persistem


- Sistem Muskolosekeletal

Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.

Inspeksi (pada bagian luar)

Perhatikan bentuk tulang hidung

- Amati jika ada perubahan warna dan bengkak

Palpasi
- Amati jika ada rangsangan nyeri
Skala nyeri : 0 3 (ringan)
4 7 (sedang)
8 10 (berat)
- Adakah krepitasi pada tulang hidung (lakrimaris)
- Sistem Penglihatan
Pergerakan bola mata kadang-kadang dirasakan nyeri pada bola mata atau
dibelakangnya dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan
- Sistem Pernafasan :

Inspeksi

: Amati, jika ada pembengkakan di daerah sekitar mata-mata

Palpasi

: a. Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan

nyeri di seluruh kepala


b. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks,oksipital, di belakang bola mata dan di
daerah mastoid

Adanya gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya


tuba Eustachius

Adanya nyeri/ sakit kepala pada pagi hari dan akan berkurang di siang hari

Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru
berupa asma bronkial sehingga terjadi penyakit sinobronkitis kadang-kadang gejala
sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang menganggu.
- Sistem kardiovaskuler:
Biasanya bunyi jantung normal,pola nadi normal

- Sistem Persyarafan :

Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 456

Sedangkan pada sistem syaraf (nervus) dipengaruhi oleh saraf penghidu nervus I,
offaktorius jika terjadi kelainan pada sistem penghidu
- Sistem Pencernaan :

Adanya gejala pada saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak
- Sistem Reproduksi :
Tidak adanya penyakit kelamin, scrotum normal (laki-laki).
- Sstem Perkemihan :
Tidak adanya perubahan pada warna urine,tidak terdapat Albumin dalam kemih
(protein yang terdapat pada jaringan tubuh).

II. Diagnosa Keperawatan


1.

Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi (penumpukan secret hidung) sekunder
dari peradangan sinus

2.
3.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung


Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan
menurun sekunder dari peradangan sinus

4.

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (irigasi/operasi)

5.

Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu,nyeri sekunder dari proses
peradangan

III. Intervensi dan Rasionalnya

Diagnosa Keperawatan 1
Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi (penumpukan sekret hidung) sekunder
dari peradangan sinus
Tujuan : jalan nafas efektif setelah sekret (seous, purulen)dikeluarkan
Kriteria hasil :
-

Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI

RASIONAL

a. Kaji penumpukan sekret yang ada

a. Mengetahui tingkat keparahan dan


tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien

b. Obsevasi tanda-tanda vital

sebelum dilakukan operasi


c. Kerjasama untuk meghilangkan

c. Kolaborasi

dengan

tim

untuk pembersihan sekret

medis

penumpukan sekret/masalah

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil:
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI

RASIONAL
a. Mengetahui tigkat nyeri klien dalam

a. Kaji tingkat nyeri klien

menentukan tindakan selanjutnya


b.

b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri


pada klien serta keluarganya

Dengan

sebab

dan

akibat

nyeri

diharapkan klien berpartisipasi dalam


perawatan untuk mengurangi nyeri

c. Klien mengetahui tekhnik distraksi dan


relaksasi
c. Ajarkan tekhnik relaksasi dan
distraksi

d.

sehingga

dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri


Mengetahui

keadaan

umum

dan

perkembangan kondisi klien.


e. Menghilangkan/menguragi keluhan nyeri
klien
d. Observasi tanda-tanda vital dan
keluahan klien

e. Kolaborasi dengan tim medis :

1). Terapi Konservatif :


-

Obat Acetaminopen, Aspirin, obat sakit


kepala

berupa

puyer

atau

tablet.

Dekongestan Hidung (obat tetes hidung)


untuk memperlancar drenase, hanya
diberikan untuk waktu yang terbatas 5
sampai 10 hari.
-

Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat


dilakukan dari dalam hidung (intranasal)
atau

dengan

operasi

dari

luar

(eksternasal), seperti pada operasi killian.


Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan
dari dalam hidung (intranasal)
2). Pembedahan :
- Irigasi Antral :
Untuk Sinusitis Maksilaris dilakukan
untuk

mengeluarkan

sekret

yang

terkumpul di dalam rongga sinus maksila


-

Operasi

Cadwell

luc.

untuk

mengangkat mukosa yang patologik dan


membuat drainase dari sinus yang terkena

Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dai kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun
sekuder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil
-

Klien menghabiskan korsi makannya

Berat badan tetap seperti sebelum sakit atau bertambah

INTERVENSI

RASIONAL

a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien a. Mengatahui kekurangan nutrisi klien


b.

Jelaskan pentingnya makanan bagi


proses penyembuhan

b. Dengan pengetahuan yang baik tentang


nutrisi akan memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi

c. Catat intake ouput makanan klien


c.

Mengetahui perkembangan pemenuhan


nutrisi klien

d. Anjurkan makan sedikit tapi sering

d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi


penekana yang berlebihan pada lambung
e. Meningkatkan selara makan klien

e. Sajikan makan secara menarik

Diagnosa Keperawatan 4
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (irigasi/operasi)

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang


Kriteria hasil :
-

Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Kaji tingkat kecemasan klien


b. Berikan

kenyamanan

ketentraman pada klien

a. Menentukan tindakan selanjutnya


danb. Memudahkan penerimaan klien terhadap
informasi yang diberikan

Temani klien
Perlihatkan

rasa

empati

(datang

dengan menyentuh klien)


c. Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakit yang dideritanya
perlahan, tenang serta gunakanc. Meningkatkan pemahaman klien tentang
kalimat yang jelas, singkat mudah penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih koopretif
di mengerti
d. Singkirkan

stimulasi

berlebihan misalnya :
-

yang
d. Dengan menghilangkan stimulus yang

Tempatkan klien diruangan yang lebih


tenang

batasi kontak dengan orang lain/klien


lain

yang

kecemasan

kemungkinan

mengalami

mencemaskan
ketenangan klien

akan

meningkatkan

e. Observasi tanda-tanda pital


e. Mengetahui perkembangan klien secara
dini.
f. Bila perlu, kolaborasi dengan timf.

1). Terapi Konservatif :


Obat Acetaminopen ; Aspirin, obat sakit
kepala

berupa

puyer

atau

tablet.

Dekongestan Hidung (obat tetes hidung)


untuk memperlancar drenase, hanya
diberikan untuk waktu yang terbatas 5
sampai 10 hari.
-

Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat


dilakukan dari dalam hidung (intranasal)
atau

dengan

operasi

dari

luar

(eksternasal), seperti pada operasi killian.


Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan
dari dalam hidung (intranasal)
2). Pembedahan :
- Irigasi Antral :
Untuk Sinusitis Maksilaris dilakukan
untuk

mengeluarkan

sekret

yang

terkumpul di dalam rongga sinus maksila


-

Operasi

dapat

kecemasan klien

medis

Obat

Cadwell

luc.

untuk

mengangkat mukosa yang patologik dan


membuat drainase dari sinus yang terkena

menurunkan

tingkat

Diagnosa Keperawatan 5
Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses
peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
- Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI
a. Kaji kebutuhan tidur klien

RASIONAL
a.

Mengetahui permasalahan klien dalam


pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

b. Ciptakan suasana yang nyaman


c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang


c. Pernafasan tidak terganggu

d. Pernafasan dapat efektif kembalib lewat


d. Kolaborasi dengan tim medis dalam
hidung
pemberian obat

IV. IMPLEMENTASI
Merupakan tindakan pelaksanaan dari interfensi yang telah dibuat untuk dapat mengatasi
diapnosa keperawatan yang telah ada

V. EVALUASI

1.

Apakah klien dapat bernafas efektif ?

2.

Apakah rasa nyaman nyeri klien sudah teratasi ?

3.

Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan nutrisinya ?

4.

Apakah kecemasan klien sudah berangsur hilang ?

5.

Apakah istirahat dan tidur klien sudah merasa lebih nyaman?

DAFTAR PUSTAKA

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC
Carpenito, Juall. L. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC: Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. FKUI : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI : Jakarta.

Sumber lain dari internet :


http ://www.aaai.org/ (joint council of allergy, asthma, immunology)

Anda mungkin juga menyukai