Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus
yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri, maupun jamur. Biasanya yang paling sering
terkena yaitu pada sinus maxila kemudian ethmoid, frontal, dan spenoid. Sinusitis adalah
penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh infeksi virus atau kuman. Sinusitis didefinisikan
sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga
sering disebut rinosinusitis (Kumar dan Clark, 2005). Lapisan mukosa dari sinus paranasal
merupakan lanjutan dari mukosa hidung. Hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari
sistem pernapasan. Penyakit yang menyerang bronkus dan paru-paru juga dapat menyerang
hidung dan sinus paranasal. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh
saluran nafas dengan  perluasan-perluasan anatomik harus dianggap sebagai satu kesatuan
(Hueston, 2002).

2.  Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis
(berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan  bahkan bertahun-
tahun) (Susanto, Edi, 2009).
 
Penyebab sinusitis akut, yaitu antara lain:

a) Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya pilek).
b) Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae).Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c) Infeksi jamur
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur
yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-
orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. 
d) Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada
penderita rinitis vasomotor.
e) Penyakit tertentu
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik)
f) Septum nasi yang bengkok
g) Tonsilitis yg kronik
Penyebab sinusitis kronis, yaitu antara lain:
1. Asma
2. Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
3. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
4. Karies dentis (gigi geraham atas)
5. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mukosa.
6. Benda asing di hidung dan sinus paranasal g. Tumor di hidung dan sinus
paranasal. Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan
lendir (Susanto, Edi, 2009)
3. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks osteo-meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel
respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan
viscous superficial dan lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk
membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zat-zat yang berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Cairan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan
(Ramalinggam, 1990; Mangunkusomo dan Soetjipto,2007).
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis yaitu
apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan
terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan fungsi silia  berkurang dan epitel sel
mensekresikan cairan mukus dengan kualitas yang kurang baik (Kieff dan Busaba, 2004).
Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus (Hilger, 1997).
Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi  bakteri
(anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya
rusak (Prabhu; Padwa; Robsen; Rahbar, 2009). Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan
mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas
dan mengenai selaput periodontium menyebabkan  periodontitis dan iritasi akan berlangsung
lama sehingga terbentuk pus. Abses  periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang
alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga
memicu inflamasi mukosa sinus.
Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan
akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila (Drake, 1997). Dengan ini
dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini  berhubungan dengan tiga factor, yaitu
patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari factor ini akan
merubah sistem fisiologis dan meyebabkan sinusitis.

 
4. Manifestasi Klinik
 
1. Nyeri 
Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu :
 Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit kepala.  
 Sinusitis frontalis : sakit kepala di dahi.  
 Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi, nyeri
tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
 Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di
puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang menyababkan sakit telinga
dan leher.
2. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang paling umum dan paling penting  pada
sinusitis. Sakit kepala akan meningkat jika membungkukkan badan ke depan dan jika
badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat
istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sakit kepala timbul tiap hari mulai pukul
10 - 11 dan berakhir pukul 3 - 4 sore. Pada sinusitis kronik nyeri dan sakit kepala
mungkin tidak ada kecuali bila terjadi gangguan drainase dan fentilasi.
3. Nyeri pada pendengaran
Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada penyakit di
sinus-sinus yang sehubungan dengan permukaan wajah seperti sinus frontalis, sinus
etmoro anterior dan sinus maksila. .
4. Gangguan penghidung
Indra penghidung dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak tercium
oleh hidung normal. Keluhan yang sering adalah hilangnya penghidu (anosmia), terjadi
karena sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah kontra media. Pada kasus anemia,
dapat terjadi karena degenerasi filamen terminal N. olfaktorius.
5. Pembengkakan/edema
Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut dapat terjadi  pembengkakan
dan udema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi
seperti ada penebalan ringan/seperti meraba beludru.

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah
di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak keluar dari meatus superior.
2. Rinoskopi posterior
Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).  
3. Dentogen
Caries gigi (PM1, PM2, M1)
4. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.  
5. X Foto sinus paranasalis
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan Lateral.
Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid
level)  pada sinus yang sakit.
Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di
bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian
rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat
adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid Posisi Posteroanterior untuk
menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan
etmoid

6. Pemeriksaan CT –Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada
pemeriksaan CT-Scan :  
a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya
dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat
menyebabkan gambaran air-fluid level.  
b. Polip yang mengisi ruang sinus 
c. Polip antrokoanal
d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa
jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai
perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.
7. Pemeriksaan di setiap sinus
a. Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat
terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak
membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok,
terdapat ingus kental di nasofaring. Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan
memasukkan lampu kedalam mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak
pada sinus maksila yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan
sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk
diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila,
dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral).  
b. Sinusitis etmoid akut Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa
hidung edema dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus
etmoid.
c. Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar
gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk
sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap
pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak  pada foto
roentgen daerah sinus frontal berselubung.
d. Sinusitis sfenoid akut Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta
foto rontgen.

6. Komplikasi

Komplikasi sinusitis adalah kelainan orbital disebabkan oleh sinus paranasal yang
berdekatan dengan mata. Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal
dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan  perkontinuitatum. Kelainan
yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan
selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus (Mangunkusomo dan Soetjipto,2007).
Komplikasi lain adalah infeksi orbital menyebabkan mata tidak dapat digerakkan serta kebutaan
karena tekanan pada nervus optikus (Hilger, 1997).
 
Osteomielitis dan abses subperiosteal paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan
biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral atau fistula pada pipi (Tucker dan Schow, 2008) Infeksi otak yang paling berbahaya
karena penyebaran bakteri ke otak melalui tulang atau pembuluh darah. Ini dapat juga
mengakibatkan meningitis, abses otak dan abses ekstradural atau subdural (Hilger, 1997).
Komplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti bronkitis kronis dan
bronkiektasi. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut
sinobronkitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar
dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan (Ballenger, 2009).

7. Penatalaksanaan
1. Sinusitis akut
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa
nasal, dan menghilangkan nyeri. Pengobatan untuk sinusitis akut biasanya diberikan: 
a. Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
Dekongestan oral yang umum diberikan adalah Drixoral dan Dimetapp sedangkan
dekongestan harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk
meningkatkan drainage maksimal.
b. Antibiotik untuk mengendalikan infeksi
Antibiotik pilihan adalah Amoksisilin dan Ampisilin, bagi yang alergi diganti dengan
alternatif Trimetoprim/Sulfametoksazol (Baktrim OS, Spektra DS).
c. Obat pereda nyeri untuk mengurangi nyeri
Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai
selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan
penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung). Untuk mengurangi penyumbatan,
pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung
steroid. Kabut hangat dan irigasi salin efektif untuk membuka sumbatan saluran,
sehingga memungkinkan drainage rabas pulen.
2. Sinusitis kronis Pengobatan untuk mengurangi sinusitis kronis: 
 Diberikan antibiotik dan dekongestan.
 Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang
mengandung steroid. 
 Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid peroral (melalui mulut).

Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman :  


1. Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas. 
2. Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam . 
3. Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk
mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. Tindakan bedah jarang dilakukan  pada terapi
sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya setelah gagal dengan  bermacam-macam terapi.
Pembedahan yang diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural
yang menyumbat ostio (ostium) sinus dengan tujuan mempermudah drainage. Pembedahan dapat
mencakup eksisi atau kateterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, menginsisi serta
drainase sinus. Dianjurkan pindah ke daerah dengan iklim kering. Luksasi koonka hidung
seringkali memperbaiki drainage melalui hiatus semikularis. Untuk mencapai hal ini, analgetik
local pertama-tama dilakukan dengan meletakkan kapas yang dibasahi 1 - 2% tetrakain pada
permukaan medical dan lateral dari ujung anterior konka media. Setelah 10 menit, luksaso konka
dapat dengan mudah silakukan dengan meletakkan alat yang pipih di bawah dinding lateral
konka dan mematahkan ke arah medial. Perdarahan minimal. Pembedahan yang dapat dilakukan
secara intranasal antrostomy dan Operasi Cadwell Luch. Dalam pelaksanaannya antrum
maksilaris dibuka melalui hidung. Kemudian dengan cara lebih radikal antrum dibuka melalui
mulut. Hanya dengan pembukaan kecil dibuat dengan cara intra nasal. Pembedahan model
Cadwell Luch dengan memakai drainage permanen ke dalam hidung. Kedua  jenis pembedahan
tersebut dilakukan dengan anestesi local.
8. Pencegahan

1. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C


untuk menjaga dan memperkuat daya tahan tubuh
2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak
mudah terinfeksi virus maupun bakteri
3. Hindari stres
4. Hindari merokok
5. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
6. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
7. Bersihkan ruang tempat tinggal
8. Istirahat yang cukup
9. Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas  
a. Identitas klien. 
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku  bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis, dan status  pernikahan
b. Identitas penanggung jawab klien. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku  bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, status
pernikahan, dan hub. Dengan klien. 

2. Riwayat Kesehatan  
Alasan utama masuk rumah sakit.
a. Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien sudah
merasakan sakit yang dialami.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu keluhan yang
paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien
c. Riwayat kesehatan sekarang.
Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah sakit.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya: adanya riwayat
hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.  
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
f. Riwayat alergi.
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan tertentu atau
tidak.
3. Genogram
Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar mengetahui
informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien.
4. Riwayat spikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.  
5. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping  
b) Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung . 
c) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d) Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun.
e) Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen, serous, mukopurulen).

6. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum: keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus hidung:
 Inspeksi: Tampak adanya pembengkakan pada dahi dan mata, tampak adanya kemerahan,
dan ingus yang mirip nanah.
 Palpasi: Ada nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan  bengkak)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri: kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental 
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun

DAFTAR PUSTAKA
Academia. Lp sinusitis. Diakses dari
https://www.academia.edu/38487196/LAPORAN_PENDAHULUAN_sINUSITIS_docx
Pathway

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINUSITIS

Disusun Oleh :
SRI ARDIANA EFENDI, S.Kep

CI INSTITUSI CI LAHAN
Dewi Sari Pratiwi, S.Kep, Ns, M.Kes

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022

Anda mungkin juga menyukai