TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus,
disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut
pansinusitus. Yang paling sering terkena adalah sinus maksila kemudia
etmoid, frontal, dan sfenoid. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus
yang terbesar, letak otsiumnya lebih tinggi dari dasar, dasarnya adalah dasar
akar gigi sehingga dapat berasal dari infeksi gigi, dan otsiumnya terletak di
meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga sering
tersumbat (Gluckman).
Sinusitis adalah peradangan pada sinus parsial (Smeltzer, 2001)
Sinusitis adalah peradangan pada membrane mukosa sinus (Long, 1996)
Sinusitis adalah peradangan selaput lender rongga sinus disekitar hidung
(Massie, 2000)
Berdasarkan perjalanan penyakit terbagi atas :
- Sinusitis Akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.
- Sinusitis Subakut, bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan
- Sinusitis Kronik, bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun
(menurut Cauwenberger, bila sudah lebih dari 3 bulan).
Sinusitis Kronik
Sinusitis kronik umumnya suka disembuhkan dengan terapi
medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan predisposisinya.
a) Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
b) Alergi.
c) Karies dentis (gigi geraham atas)
d) Septum nasi yang bengkok sehingga menganggu aliran mukosa.
e) Benda asing di hidung dan sinus paranasal.
f) Tumor di hidung dan sinus paranasal.
b) Proses Penyakit
Polusi bahan kimia, alergi dan defisiendi imunologik menyebabkan silia
rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini
mempermudah terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang
mengganggu drainase secret, sehingga silia rusak. Jika silia sudah rusak
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, misalnya
streptococcus pneumonia, haemophilus influenza dan strapilococus
aureos (Mansjoer, 1999)
Jika sudah terjadi peradangan maka sinusitis dilakukan tindakan operasi
fungsional endoscopy sinus surgery dan cadwell-luc dengan jaringan
yang diangkat yaitu polipnasi dan konka dan menyebabkan perdarahan
pada rongga hidung sehingga diharuskan di pasang tampon dan secara
tidak langsung hidung menjadi buntu dan sesak untuk bernafas (Long,
1997)
Kesehatan sinus di pengaruhi oleh oatium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama
udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga
silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi
tekanan negative di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa di anggap sebagai
rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari
tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul
dalam dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan
multiplikasi bakteri secret menjadipurulen keadaan ini disebut sebagai
rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena faktor predisposisi),
inflamasi berlanjut terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang.
Mukosa semakin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang
terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu
hipertrofi, polipoid ataau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini
mungkin di perlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi:
consensus intermational tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut
dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu.
Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4
minggu,subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronikjika lebih
dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya
merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara
adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari
dan di obati secara tuntas.
Menurut sebagai penelitian, bacteri utama yang di temukan
padasinusitis akut adalah streptococus pneumonia (30-50%).
Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada
anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis
kronik . faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang
ada lebih condong ke arah bakteri negative gram dan anaerob.
c) Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Sinusitis Akut
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas
(terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari
jam 7 hari. Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemik, yaitu demmam
dan rasa lesu, serta gejala lokal, yaitu hidung tersumbat, ingus kental
yang kdang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip),
halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah
yang terkena sinus, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Pada sinusitis
maksila, nyeri terasa dibawah kelopak mata dan kadang menyebar ke
alvelolus, hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan
telinga. Pada sinusitis etmoid, nyeri di pangkal hidung dan kantus
medius, kadang kadang nyeri di bola mata atau belakangnya, terutama
bila mata digerakan. Nyeri alih di pelipis. Pada sinusitis frontal, nyeri
terlokasi di dahi atau di seluruh kepala. Pada sinusitis sfenoid, rasa nyeri
di verteks, oksipital, retro orbital, dan di sfenoid.
Gejala obyektif, tampak pembekakan di daerah muka. Pada sinusitis
maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal
terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pdaa sinusitis etmoid jarang
bengkak, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema.
Pada sinusitis maksila, frontal, dan etmoid anterior tampak mukosa di
meatus medius. Pada sinusitis etmoid posterior dan pada sfenoid,
tampak nanah keluar dari meatus superior. Pada rinoskopi posterior
tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
Pada anak demam tinggi (<39°C), ingus purulen, dan sebelumnya
menderita saluran nafas atas; patut dicurigai adanya sinusitis akut,
terutama jika tampak edema periorbital yang ringan. Khusus pada anak-
anak, gejala batuk lebih hebat di siang hari tetapi terasa sangat
menganggu pada malam hari, kadang disertai serangan mengi. Keluhan
sinusitis akut pada anak kurang spesifik dibandingkan dewasa. Anak
sering tidak mengeluh sakit kepala dan nyeri muka. Biasanya yang
terlibat hanya sinus maksila dan etmoid.
Gejala : sekret kental dan hidung ke nasofaring, nyeri diantara dua mata,
dan pusing.
Gejala : demam, sakit kepala yang hebat pada siang hari tapi berkurang
setelah sore hari, sekret kental dan penciuman.
1) Febris >37oC
2) Pilek kentas berbau, bias bercampur darah
3) Nyeri
(a) Pipi biasanya unilateral
(b) Kepala biasanya homolateral, terutama pada sore hari
(c) Gigi (geraham atas) homolateral
4) Hidung
(a) Buntu
(b) Suara bindeng
5) Edema periorbital (Cody, 1991)
6) Saluran cerna seperti gastroenteritis
7) Rasa tidak nyama ditenggorokan
8) Gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba custachius (Mansjoer,
1994)
d) Pemeriksaan Penunjang
Sinusitis Akut
Transiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun keberananya
diragukan. Terutama berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan pada
wanita hamil, untuk menghindari bahaya radiasi. Bermakna bila hanya
salah satu sisi sinus sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan
sisi yang normal. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda positif
+ untuk normal sampai ++ untuk suram. Dilakukan untuk sinus maksila
dan sinus frontal. Untuk sinus maksila, lampu dimasukan ke dalam
mulut dan bibir dikatupkan, pada sinus normal tampak gambaran bulan
sabit dan terang dibawah mata. Untuk sinus frontal, lampu diletakan di
sudut medial atas orbita dan terlihat gambaran cahaya di dahi.
Pemeriksaan foto rontgen yang dibuat, yaitu posisi Waters,
posteroanterior (PA), dan lateral. Dengan posisi ini maka pada sinusitis
akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran air
fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi
dari sekret rongga hidung.
Sinusitis Subakut
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit tampak suram atau
gelap.
Sinusitis Kronik
Pemeriksaan mikrobiologik biasanya menunjukan infeksi campuran
bermacam-macam bakteri, kuman anaerob atau lebih sering ditemukan
campuran dengan aerob. Untuk membantu menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus
frontal, ridiologi, pungsi sinus maksila, suniskopi sinus maksila.
Pemeriksaan histopatologi, nasoendoskopi meatus medius dan meatus
superior. Tomografi komputer diindikasikan untuk evaluasi sinusitis
kronik yang tidak membaik dengan terapi. Sinusitis dengan komplikasi,
evaluasi preopratif, dan jika ada dugaan keganasan. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada tomografi komputer
dalam resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk membedakan
sinusitis karna jamur, neoplasma, dan perluasan intraranialnya, namun
resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya mahal.
e) Komplikasi
Menurut (mansjoer, 1999. Hal. 40)
1) Osteomilitis dari abses suporiostal paling sering pada sinusitis
frontal dan sering pada anak-anak
2) Kelainan orbita terjadi karena sinusitis parental yang berdekatan
dengan orbita yang paling sering sinusitis etmoid, penyebaran
melalui trombo flebitis atau perkontinu 1 tahun, kelainan yang dapat
timbul adalah edema palpebral, sekulitis orbita, abses orbita dan
thrombosis sinus kavernosus
3) Kelainan intracranial, seperti meningitis, abses otak dan thrombosis
singus karvenosus dapat timbul
4) Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektatis yang
disebut sebagai sinebronkitis dan asma bronchial
5) Fistula oroantral dapat timbul sekunder terhadap komplikasi, sinus
maksilaris, disertai eresi gigi molar atau premolar maksila
6) Radang tenggorok dan infeksi amandel yang berulang yang
diakibatkan oleh lender yang mengalir ke tenggorokan
7) Infeksi telinga tengah yang dapat berakibat keluarnya lender dari
telinga dan gangguan pendengaran
Selain dekongestan oran dan topical, terapi lain dapat diberikan jika
diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian
rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin
tidak rutin diberikan, karna sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan
secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz
displacement therapy juga merupak terapi tambahan yang bermanfaat.
Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan
alergi yang berat.
2) Sfenoetmoidektomi Eksternal
g) Pengkajian
Biodata : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Suku, Bangsa,
Pendidikan, Pekerjaan.
A. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala
simus, tenggorokan
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Penyakit Dahulu :
a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan
perdarahan hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menderita sakit gigi geraham
4) Riwayat Keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh
anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang.
5) Riwayat Psikososial
a) Intra personal : Perasaan yang dirasakan klien
(cemas/sedih)
b) Inter personal : Hubungan dengan orang lain
1. Data Subyektif
1) Observasi nares :
a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset,
frekuensinya
b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma.
c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis,
jumlah, frekuensi, lama.
2) Sekret Hidung
a) Warna, jumlah, konsistensi secret.
b) Epitaksis.
c) Ada beberapa krusta/nyeri hidung.
3) Riwayat sinusitis
a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya.
b) Hubungan sinusitis dengan musim/cuaca.
4) Gangguan umum lainnya : kelemahan.
2. Data Obyektif
h) INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah yang efektif dan efisien. (Rohmah, 2009)
1) Diagnosa: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peradangan pada hidung.
b) Kriteria Hasil : klien tidak bernafas lagi melalui mulut dan jalan
nafas kembali normal terutama melalui hidung.
c) Intervensi :
Selanjutnya.
Oprasi.