TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksillaris, sinusitis ethmoid,
sinusitis frontalis, dan sinusitis sphenoidalis. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut
pan sinusitis.
1.2. Etiologi
Virus
Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas,
infeksi virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga
menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan
mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai
dapat meluas ke sinus. Antara agen virus tersering menyebabkan sinusitis
antara lain: Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan
adenovirus.
Bakteri
Organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan
penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain: Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella cataralis, Streptococcus
alfa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Penyebab dari
sinusitis kronik hampir sama dengan bakteri penyebab sinusitis akut.
Jamur
Biasanya
terjadi
pada
pasien
dengan
diabetes,
terapi
1.5. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
kelancaran klirens dari mukosiliar di dalam kompleks osteo meatal (KOM).
Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernapasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak
dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Maka terjadi
tekanan negatif di dalam rongga sinus terjadinya transudasi, yang mula-mua
cairan serosa. Gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia
menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih
kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.
Kondisi inilah yang disebut rhinosinusitis non-bacterial.
Bila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir
sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan
jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. Polip nasi dapat
menjadi manifestasi klinik dari penyakit sinusitis. Polipoid berasal dari edema
mukosa, dimana stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang
sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, dimana mukosa yang
sembab makin membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil.
Wald mencatat bahwa gejala flu biasa membaik dalam 5 sampai 7 hari,
dan jika gejala menetap lebih dari 10 hari, gejala cenderung menjadi sekunder ke
salah satu sinusitis akut atau gejala persisten dari sinusitis kronis. Gejala sinusitis
kronis berlangsung lebih dari 3 minggu. American Academy of Otolaryngology
membagi kategori gejala untuk menegakan rinosinusitis, yaitu kategori gejala
mayor dan minor. Menurut durasi gejala, rinosinusitis didefinisikan sebagai akut
bila gejala berlangsung 4 minggu atau kurang, subakut bila gejala hadir selama 4
sampai 12 minggu, atau kronis untuk gejala yang berlangsung lebih dari 12
minggu.
Sinusitis akut
Sinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh
virus yang melebihi 10 hari. Organisme yang umum menyebabkan sinusitis akut
termasuk Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Moraxella
catarrhalis. Diagnosis dari sinusitis akut dapat ditegakkan ketika infeksi saluran
napas atas oleh virus tidak sembuh selama 10 hari atau memburuk setelah 5-7
hari.
Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi
virus, terdapat transudasi di rongga-rongga sinus, mula-mula serous yang
biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Selanjutnya diikuti oleh
infeksi bakteri , yang bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi
purulen.
Sinusitis akut berulang terjadi dengan gejala lebih dari 4 episode per tahun
dengan interval bebas penyakit lain. Eksaserbasi akut rinosinusitis didefinisikan
sebagai memburuknya gejala pada pasien yang sudah didiagnosis rhinosinusitis
secara tiba-tiba, dengan kembali ke gejala awal setelah perawatan. Untuk
mendiagnosis rhinosinusitis memerlukan 2 faktor mayor atau 1 faktor mayor 2
faktor minor. Jika hanya 1 faktor mayor atau 2 faktor minor ini harus dimasukkan
dalam diagnosis diferensial.
Gejala Mayor
Nyeri atau rasa tertekan pada muka
Gejala Minor
Sakit kepala
Obstruksi hidung
Halitosis
Kelelahan
Sakit gigi
Rhinorea
Batuk
Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh pada
telinga
Sinusitis kronik
Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Selama
eksaserbasi akut, gejala mirip dengan sinusitis akut, selain itu gejala berupa suatu
perasaan penuh pada wajah dan hidung, dan hipersekresi yang seringkali
mukopurulen. Kadang-kadang hanya satu atau dua dari gejala-gejala dibawah ini
yaitu : sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok,
gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke
paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasi, dan yang penting adalah
serangan asma yang meningkat dan sulit diobati.
Hidung biasanya sedikit tersumbat, dan tentunya ada gejala-gejala faktor
predisposisi, seperti rinitis alergika yang menetap, dan keluhan-keluhannya yang
menonjol. Pasien dengan sinusitis kronik dengan polip nasi lebih sering
mengalami hiposmia dan lebih sedikit mengeluhkan nyeri atau rasa tertekan
daripada yang tidak memiliki polip nasi.Bakteri yang memegang peranan penting
dalam patogenesis rinosinusitis kronik masih kontroversial. Organisme yang
1.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Gejala subyektif : Gejala sistemik yaitu : demam dan rasa lesu, serta gejala lokal
yaitu :hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke
nasofaring (postnasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagihari,
nyeri di daerahsinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.
1. Sinusitis Maksilaris
Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila. Gejala sinusitis maksilaris
akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya
reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak,
penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu
naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat
keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk.7
2. Sinusitis Etmoidalis
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali
bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Dari anamnesis didapatkan nyeri yang
dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola
mata atau di belakangnya, terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis,
post nasal drip dan sumbatan hidung. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan
pada pangkal hidung.
3. Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga
menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila
disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra orbita. Pemeriksaan fisik,
nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi
merupakan tanda patognomonik pada sinusitis frontalis.
4. Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis dan
oleh karena itu gejalanya menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.
terdapat komplikasi.
Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema,
pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior
tampak nanah di meatus medius,sedangkan pada sinusitis ethmoid
posterior dan sinusitis sphenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
(Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,tumor maupun komplikasi
sinusitis. Jika ditemukan maka kita harus melakukan penatalaksanaan yang
sesuai).
Pada rinoskopi posterior tampak pus di nasofaring (post nasal drip).
Pada posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang
lebih 5 menit, dan provokasi test, yakni suction dimasukkan pada hidung,
pemeriksa memencet hidung pasien kemudian pasien disuruh menelan
ludah dan menutup mulut dengan rapat. Jika positif sinusitis maksilaris,
maka akan keluar pus dari hidung.
Gambaran Radiologis
10
11
Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang
sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat
menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk
jaringan lunak, irisan axial merupakan standar pemeriksaan paling baik
yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (IOM). Pemeriksaan
ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus
dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus frontalis.
12
Pemeriksaan MRI
MRI memberikan gambaran yang lebih baik dalam membedakan
struktur jaringan lunak dalam sinus. Kadang digunakan dalam kasus
suspek tumor dan sinusitis fungal. Sebaliknya, MRI tidak mempunyai
keuntungan dibandingkan dengan CT Scan dalam mengevaluasi sinusitis.
MRI memberi hasil positif palsu yang tinggi, penggambaran tulang yang
kurang, dan biaya yang mahal. MRI membutuhkan waktu lama dalam
penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan yang relatif cukup cepat
dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia.
MRI mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan
mengenali mukokel. MRI dengan kontras merupakan teknik terbaik
untuk mendeteksi empiema subdural atau epidural.
13
Sinusitis akut
Sinusitis kronik
Rinitis alergi
Common cold
ISPA bakteri
Migr
Nyeri
Wajah
Waktu
Ada, berat
Jarang
Tidak ada
Tidak ada
Kada
>12 mggu
Hilang timbul
Tidak pasti
7-10 hari
10-14 hari
Berva
Sekret
Kental, tebal,
putih-kuning-hijau
Ada
Encer tipis,
bening
Jarang
Agak encer
bening putih
Jarang
Kental putihkuning-hijau
Ada
Tidak
PND
Kental putihkuning-hijau
Ada
Demam
Ada
Kadang
Tidak ada
Kadang
Ada
Kada
Batuk
Kronik
Kronik
Kadang
Ada
Ada
Tidak
gejala
Sinusitis akut
Sinusitis
kronik
Rinitis alergi
Common cold
ISPA bakteri
Migrain
Sakit
kepala
Ada
Tidak ada
Jarang
Jarang
Kadang
Nyeri
hebat
Sakit gigi
Sinusitis
maksilaris
Ada
Sinusitis maksilaris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kadang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Kadang
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Kadang
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Nafas
berbau
Hidung
tersumbat
bersin
14
Tidak
khas
Gejala pada
hidung
cenderung
bilateral
Timbul gejala di
tempat lain
Sakit
kepala
hebat,
berdenyut
-denyut
1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah :
1) Mempercepat penyembuhan
2) Mencegah komplikasi
3) Mencegah perubahan menjadi kronik
15
atau
klindamisin.
Klindamisin
dapat
menembus
cairan
1.8.3.Anti Histamin
1.8.4.Kortikosteroid
16
bisa diberi oral ataupun topikal, namun pilihan disini adalah kortikosteroid
oralyaitu metil prednisolon, efek samping berupa retensi air sangat
minimal, begitupula denganefek terhadap lambung juga minimal.
Tindakan bedah sederhana pada sinusitis maksilaris kronik adalah
Jalur Alternatif
Pendekatan sublabial di mana jarum ditusukkan jarum ditusukkan lewat celah
bukalis gusi menembus fossa insisiva.
Irigasi antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat
melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan
mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.
17
18
1.8. Komplikasi
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya berupa rawat jalan.
Pengobatan rawat inap di rumah sakit merupakan hal yang jarang kecuali jika ada
komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Walaupun tidak diketahui secara pasti, insiden
dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat rendah. Salah satu studi menemukan
bahwa insiden komplikasi yang ditemukan adalah 3%. Sebagai tambahan, studi
lain menemukan bahwa hanya beberapa pasien yang mengalami komplikasi dari
sinusitis setiap tahunnya. Komplikasi dari sinusitis ini disebabkan oleh
penyebaran bakteri yang berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya. Penyebaraan
yang tersering adalah penyebaran secara langsung terhadap area yang mengalami
kontaminasi.
Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain:
a) Peradangan atau reaksi edema yang ringan
b) Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif
menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk
c) Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding
tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis
d) Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan
bercampur dengan isi orbita
19
SINUSITIS JAMUR
Sinusitis jamur adalah infeksi jamur pada sinus paranasal, jarang ditemukan.
Angka kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya pemakaian antibiotic,
kortikosteroid, obat-obat imunosupresan dan radioterapi. Factor predisposisi
antara lain DM, neutropenia, AIDS, dan perawatan yang lama di RS. Jenis jamur
yang sering menyerang adalah spesies Aspergilus dan Candida.
Perlu diwaspadai adanya sinusitis jamur bila ditemukan:
-
20
Klasifikasi:
1. Sinusitis bentuk invasive
a. Invasive akut fulminant : ada invasi jamur ke jaringan dan
vascular, sering terjadi pada pasien DM tidak terkontrol, pasien
dengan
imunosupresi
seperti
leukemia
atau
neutropenia,
21