Anda di halaman 1dari 62

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TRACTUS DIGESTIVUS

(Maulidinah Umar, Iriani Bahar)

A. PENDAHULUAN

sistem gastrointestinal merupakan saluran pencernaan yang di mulai dari Cavum

Oris, Pharynx, Larynx, Oesophagus, Gaster, duodenum, Jejenum, Ileum, Colon, Rectum

dan Anus. Tractus Digestivus berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi untuk di bawah oleh aliran darah serta

membuang sisa makanan yang telah di proses. 1

Pada saluran Gastrointestinal terjadi beberapa proses pencernaan, yaitu Pergerakan

makanan, mendorong, mencampur makanan dengan saliva sehingga makanan akan

 bercampur dengan enzim-enzim percernaan yang ada di mulut dan kontraksi otot polos

dinding saluran cerna. Sekresi getah cerna, mulai dari kelenjar-kelenjar yang ada di mulut

sampai ileum. Proses pencernaan, proses pemecahan secara mekanik dan kimiawi,

mengunyah, menelan dan penyerapan. Proses absorbs, penyerapan hasil pencernaan dari

lumen menembus lapisan epitel, masuk ke dalam saluran darah 2.

Gangguan Gastrointestinal merupakan suatu kelainan atau penyakit pada jalan

makanan atau pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan

oesophagus, Gaster, Usus halus, Usus besar, Hati, Saluran empedu, dan Pankrers 3.

Menurut Linda Chandranata (2000) klasifikasi gangguan Gastrointestinal di bagi

menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual dan muntah,

serta gangguan Gastrointestinal bawah seperti gangguan oesophagus, gangguan lambung

dan usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan hepatic

dan biliaris 3.
Dalam menegakkan diagnosis pada gangguan saluran Gastrointesnal, terkadang di

 butuhkan pemeriksaan penunjang. Dalam hal ini penulis khususnya akan membahas

 pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal. Pemeriksaan radiologi saluran Gastrointestinal

dibagi atas dua golongan besar, yaitu pemeriksaan tanpa kontras dan pemeriksaan dengan

kontras 4.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN GASTROINTESTINAL

1. Cavum Oris

a) Anatomi

Cavum oris (rongga mukit) merupakan gerbang masuk ke sistem

gastrointestinal. Cavum dibagi dalam cavum oris propium dan vestibulum oris.

 Atap cavum oris propium dibentuk oleh palatum yang terdiri dari palatum durum

dan palatum molle.

 Batas anterior dan lateral adalah permukaan lingual arcud dentalis rahang atas dan

 bawah.

 Batas posterior cavum oris adalah palatum molle , arcus palatoglossus Dan dorsum

linguae. Cavum oris dipisahkan dan pharynx oleh isthmus faucium.

 Dasar cavum oris propium dibentuk oleh m. digastrius venter anterior, m.

mylohyoideus dan m. geniohyoldeus 5.


Dalam menegakkan diagnosis pada gangguan saluran Gastrointesnal, terkadang di

 butuhkan pemeriksaan penunjang. Dalam hal ini penulis khususnya akan membahas

 pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal. Pemeriksaan radiologi saluran Gastrointestinal

dibagi atas dua golongan besar, yaitu pemeriksaan tanpa kontras dan pemeriksaan dengan

kontras 4.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN GASTROINTESTINAL

1. Cavum Oris

a) Anatomi

Cavum oris (rongga mukit) merupakan gerbang masuk ke sistem

gastrointestinal. Cavum dibagi dalam cavum oris propium dan vestibulum oris.

 Atap cavum oris propium dibentuk oleh palatum yang terdiri dari palatum durum

dan palatum molle.

 Batas anterior dan lateral adalah permukaan lingual arcud dentalis rahang atas dan

 bawah.

 Batas posterior cavum oris adalah palatum molle , arcus palatoglossus Dan dorsum

linguae. Cavum oris dipisahkan dan pharynx oleh isthmus faucium.

 Dasar cavum oris propium dibentuk oleh m. digastrius venter anterior, m.

mylohyoideus dan m. geniohyoldeus 5.


Gambar 1. Anatomi cavum oris

 b) Fisiologi

Di dalam mulut makanan dihancurkan melalui:

 Mastikasi / pengunyahan

 Pelumasan oleh air liur/saliva Netralisasi asam dalam makanan dengan

 bikarbonat.

Saliva diproduksi oleh sel-sel asini dari:

 Kelenjar parotis: mengeluarkan air liur encer

 Kelenjar submandibularis

 Kelenjar sublingualis

 Kelenjar-kelenjar lain pada mukosa mulut.

Kelenjar salivarius memproduksi lebih kurang 1 liter saliva dalam satu hari.

Saliva membantu mendaparkan, mengencerkan, membasahi, mencernakan

makanan juga memberikan perlindungan terhadap kavum oris dari bakteri. Sekresi
saliva di stimulasi oleh bau, penglihatan, cita rasa, bahkan fikiran tentang makanan

disamping di rangsang oleh serabut afferent vagus 6.

Ada dua tipe sekresi protein salivarius yang utama yaitu tipe serosa

(misalnya alfa amilase) dan mukosa ( musin) 6.

Komposisi saliva :

 Enzim : alfa amilae ( ptyalin) untuk memulai pencernaan karbohidrat dan

enzim ini menjadi inaktif oleh pH lambung yang rendah. Enzim lipase lingual

untuk memulai pencernaan lemak dengan memecah trigliserid menjadi asam

lemak dan monogliserid, enzim ini dapat melanjutkan prosesnya di dalam

lambung 6.

 Ion

 Tonisitas : pada kecepatan aliran yang rendah ( <1 ml/mnt), saliva bersifat

hipotonik dari plasma, pada aliran yang tinggi ( >4mL/mnt), saliva bersifat

isotonic dari dari plasma, kecepatan aliran yang rendah memberikan lebih

 banyak waktu kepada sel-sel ductus untuk membawa ion dan menyesuaikan

tonisitas sekresinya 6.

  Nilai pH antara 6 dan 8

 Kerja antibakteri 6.

Tahap penelanan

 Tahap bukal : makanan dikumpulkan dipermukaan atas lidah sebagai bolus

yang lembab. Kemudian bolus didorong ke dalam faring.

 Tahap faringeal : faring tertarik ke atas di bawah dasar lidah, inlet laringeal

 berkonstriksi, dan epiglotis menutupi laring untuk mencegah makanan masuk


trakea. Otot-otot faring kemudian mendorong bolus ke dalam esofagus bagian

atas.

 Tahap esofagus: gelombang peristaltik membawa bolus ke bawah terus ke

lambung 5.

2. Oesophagus

a). Anatomi

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang

menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari

 perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan

dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5

cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis),

setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang

lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di

samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk

ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia

lambung, panjang berkisar 2-4 cm 6.

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior

ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.pulmonalis

inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45cm. Pada anak,

 panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm

 pada usia 15 tahun


 Bagian servikal:

 Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebrathoracalis I

 Anterior melekat dengan trachea

 Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid

 Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus

 Posterior berbatasan dengan hipofaring

 Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya

Bagian torakal:

 Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX

 Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis

 Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi vertebratorakalis IV dan

 bronkus utama sinistra setinggi vertebra torakalisV

 Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis

 Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus

vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis

Bagian abdominal:

 Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebratorakalis X

sampai vertebra lumbalis III

 Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia gaster

disebut gastroesophageal junction 6.


Gambar 2. Anatomi oesephagus 6.

 b). Fisiologi

Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut,

  pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan k onsistensi yang baik,

 upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan,

 mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi,

 mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring,

 kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus

makanan ke arah lambung,

 usaha untuk membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di mulut, faring,

laring, dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan

Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring

 berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring

untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke

dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan
dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke

mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea 5.

Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak

masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. Kontraksi m.levator palatini

mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat

dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke

 posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus

yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring,

sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut 5.

Uvula terangkat dan menekan bagian belakang te nggorokan, menutup saluran

hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.Makan

dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di

 pintu masuk laring atau glottis 5.

Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring,

m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,

sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika

vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan

dengan ini terjadi juga pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang

menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran

napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula

dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus 5.

Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu

gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus,


mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung.

Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai

ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan

 persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni

esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus d apat masuk

ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan

sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi 5.

3. Gaster

a). Anatomi

Gaster adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara

 bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang

 berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio

epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen. Secara anatomik,

lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum,

dan pylori. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal

(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus

adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan

(body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan

merupakan bagian terbesar dari gaster. Antrum adalah bagian lambung yang

menghubungkan badan (body) ke pylorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah

suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan

mengandung sphincter pyloric 6.


Gambar 3. Anatomi gaster 6.

 b). Fisiologi.

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang

 bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa lambung. Secara

umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian terpisah :

 mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body),

 daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa

terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung

 pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi invaginasi

ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin 8.

Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan

kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :

 Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang

encer.

 Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Sel

utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.


 Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya

tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan

yang sangat asam 8.

Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka

 berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ). Sel mukus cepat

membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa lambung.

Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung

untuk menjadi sel epitel permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel

utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa Kantung-kantung

lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama mengeluarkan mukus dan sejumlah

kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar

 pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel

enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin, sel D

menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus

untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli

sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam

8
.

Tahap-tahap Pengeluaran Getah Lambung

 Fase Sefalik (Fase Psikoneural)

 Makanan dalam mulut memulai refleks perangsangan sekresi getah lambung

 Rangsangan berupa citarasa, bau dan penglihatan.

 Defisiensi glukosa dalam otak juga merupakan rangsangan


 Melalui eferen Nervus Vagus menstimulasi :

o Sel parietal untuk mensekresi HCl

o Sel G pada antrum pilorus untuk mensekresi gastrin.

 Fase Lokal (Fase Gastrik)

 Gastrin dilepas bila isi lambung kontak dengan antrum, secara: mekanik dan

kemis (kimiawi)

 Melalui aliran darah gastrin merangsang sekresi HCl

 Gastrin dihambat bila di dalam lumen pH kurang dari 3.

 Fase Intestinal

 Sekresi lambung ditingkatkan dengan jalur hormonal, oleh: regangan duodenum

dan absorbsi asam amino yang meningkat.

Sekresi lambung dihambat oleh hormon enterogastron Yang dikeluarkan

duodenum, bila : pH kimus yang memasuki duodenum rendah atau Lemak dalam

kimus meningkat 8.

4. Usus halus

a). Anatomi

Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan

memebentang dari pylorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang

hidup sekitar 12 kaki (3,6 cm) dan hamper 22 kaki (6,6cm) pada cadaver (akibat

relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bagian rongga abdomen. Ujung

 proksimalx berdiameter sekitar 3,8 cm tetapi makin kebawah garis tengahnya

semakin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm 8.


Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:

 Duodenum

 bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat

 pankreas. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat bermuaranya saluran

empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus), tempat ini

dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang

 banyak mengandung kelenjar brunner untuk memproduksi getah intestinum. Panjang

duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum 8.

 Jejunum

Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas

intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas

(mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior,

 pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum

lebih lebar, dindingnya lebih tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah 8.

 Ileum

ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m. Ileum

merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan dengan

sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat sfingter dan

katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam

kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum8.


Gambar 4. Anatomi usus halus 8

 b). Fisiologi

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi

 bahan –  bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam

mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan

yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh

kerja enzim –  enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein

menjadi zat –  zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas

membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim – 

enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan

mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja

lipase pancreas 8.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus

(sukus enterikus). Banyak di antara enzim –   enzim ini terdapat pada brush border

vili dan mencernakan zat –   zat makanan sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan
oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik

yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormone 8.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan

sekret pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong

isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi

optimal dan suplai kontinu isi lambung 8.

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,

lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)

melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel

tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi 8.

Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pancreas

hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian

memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami

disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus, dan

asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali

trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein untuk

membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam lemak

kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam

empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari

kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram

hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam 8.

Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses

 proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh


enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan

 proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu

 peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk

diabsorpsi 8.

Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati

menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida

ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis

menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase,

maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili

’brush border’ sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu

 berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili.

Produk pencernaan, monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa, kemudian

segera diabsorpsi ke dalam darah porta 8.

Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan

duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.

Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.

 Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau secara

transport aktif. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan

 jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium

diabsorpsi secara difusi pasif 8.


5. Usus besar

a). Anatomi

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat

katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati

sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal men gontrol aliran

kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,

transversum, desendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan

tajam, yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturutturut dinamakan fleksura

hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid dimulai dari krista iliaka dan

 berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri

waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon

sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani

yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai

kanalis ani adalah 5,9 inci 6.

Dinding kolon terdiri dari empat lapisan, tunika serosa, muskularis, tunika

submukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai

gambarangambaran yang khas berupa lapisan otot longitudinal usus besar tidak

sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu

 pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus

tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra. Pada

taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut

apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus
lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada

usus halus 6.

Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior.

Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari

sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika

superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra,

dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi

kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon transversum sampai rektum

 bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri

kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi

tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis

inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena

mesenterika superior dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian

dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan

inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi

sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior

sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam

vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon

mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika

superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sisterna kili yang

 bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis

sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam

kelenjar limfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum
mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe

kanalis ani menyebar ke nodi limfatisiiliaka interna, sedangkan aliran balik

 pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis

superficialis 6.

Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter

eksternus yang diatur secara volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf

vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari

daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars

torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis

 preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri

utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan submukosa

(Meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan

kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis

mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah

aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner

dan Aurbach) dan interkoneksinya. Jadi pasien dengan kerusakan medula spinalis

maka fungsi ususnya tetap normal, sedangkan pasien den gan penyakit hirschsprung

akan mempunyai fungsi usus yang abnormal karena pada penyakit ini terjadi

keabsenan pleksus aurbach dan Meissner 6.


Gambar 5. Anatomi usus besar 6

 b). Fisiologi

Kolon berfungsi untuk penyimpanan feses dan mencegah terbuangnya

cairan, elektrolit, nitrogen, dan energi yang telah diabsorpsi di usus halus,

sedangkan fungsi rektum untuk pembuangan tinja. Pendaur ulangan nutrien

 bergantung pada aktivitas metabolik flora normal kolon, motilitas kolon, dan

absorpsi mukosa kolon. Sedangkan pembuangan tinja terdiri dari penyerapan air

dari isi kolon dan defekasi 8.

Kerja defekasi yang menyebabkan pengeluaran feses merupakan refleks

terkontrol yang bisa dihambat hingga saat yang diinginkan. Ketika feses berada di

rektum, refleks inhibisi anorektal akan terangsang, menyebabkan pasien akan

 berusaha untuk menahan hasratnya untuk buang air, dengan adanya kontraksi

sfingter eksternal 8.
C. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Radiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang di gunakan untuk

melakukan pencitraan pada tubuh manusia melalui sinar-x, ultrasonografi, dan gelombang

elektro magnetic. Pada dasarnya frekuensi yang di gunakan berbentuk sinar-x atau x-ray,

namun dengan ke majuan teknologi modern juga dengan menggunakan pemindaian atau

scanning, dan magnetic resonance imaging (MRI) 9.

Radiologi di bagi atas radiologi konvensinal dan radiologi non-konvensional.

Radiologi konvensional di bagi atas dua bagian yaitu tanpa kontras dan menggunakan

kontras. Untuk radiologi non-konvensional yaitu USG, CT-Scan, MRI dan Kedokteran

 Nuklir 9.

Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran,

 pen yerapan e fek fotogra fik, pendar fluo r (fluorese nsi), ionisasi, dan efek biologic

 Daya Tembus

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan

digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV) yang

digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan

suatu benda, makin besar daya tembusnya 9 .

 Pertebaran

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas

tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi

hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan menimbulkan gambar

radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kela bu secara menyeluruh. Untuk
mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka diantara subjek dengan film rontgen

diletakkan  grid  9 .
diletakkan grid 

 Penyerapan

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom

atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya,

makin besar penyerapannya 9.

 Efek Fotografik

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak  – 


 bromida) setelah

diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap 9.

 Pendar fluor (Fluorensi)

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atau Zink-

sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X.

Luminisensi ada 2 jenis, yaitu :

 Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X saja.

 Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi

after-glow) 9.
sinar-X sudah simatikan (after-glow)

 Ionisasi

Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan

ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut 9.

 Efek Biologik

Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan. Efek

 biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.


Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.

Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam

(radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberi bayangan

 putih
 put ih (rad
( radioo
ioopak
pak).
). Dianta
Dia ntaran
ranya
ya terd
t erdap
apat
at bayan
b ayan gan
ga n pera
p eranta
ntara
ra yang tidak
tid ak t erla lu hitam
hit am

atau radiolusen sedang (moderately


(moderately radiolucent ) dan tidak terlalu putih atau

radioopak (moderately
(moderately radio-opaque).
radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak

sedang bayangan keputih-putihan (intermediate


(intermediate)/
)/ berdasarkan mudah tidaknya

ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :

Radiolusen (hitam) : gas dan udara.

Radiolusen sedang : jaringan lemak.

Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu kolesterol, batu

asam urat.

Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.

Radioopak (putih) : logam-logam berat. 9 .

1. Radilogi konvensional (tanpa kontras)

Radiologi konvensinal adalah pemeriksaan radiologi tanpa dan dengan

menggunakan kontras media. Pemeriksaan radiologi konvensional di lakukan untuk

 pemeriksaan organ-organ yaitu tractus urinarius, tractus digestivus,tractus

respiratorius, sistem reproduksi, sistem musculoskeletal, organ-organ superficial dan

 jaringan lunak. Dalam hal ini penulis akan lebih focus kepada organ-organ saluran

Gastrointestinal 9.
Pemeriksaan radiologic saluran Gastrointestinal dapat dibagi atas dua golongan

 besar, yaitu pemeriksaan tanpa kontrak dan pemeriksaan menggunakan kontras 13.

a). Pemeriksaan tanpa kontras

 Foto BNO (Blass Nier Oversich)

Foto-foto Roengen polos sering kali sudah banyak memberikan informasi

Indikasi pemeriksaan foto polos abdomen :

 Mendahului foto IVP/ foto colon

 Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi

 Di curigai adanya massa intraperitonial, retroperitoneal

 Kolik abdomen

 Di curigai adanya perforasi

 Untuk melihat kelainan kongenital

Penilian foto BNO :

 Tidak tampak bayangan batu radiopaque, terutama pada tractus urinarius dan

sistem biliaris

 Struktur usus

 Psoas line kanan dan kiri intake

 Pre peritonial fat line kanan dan kiri intake

 Tulang tervisualisasi

 Soft tissue massa ada atau tidak


Gambar 6. Foto polos abdomen 17

a. Posisi AP supine.

 Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi memanjang

menggunakan grid yang bergerak maupun statis, dengan variasi 70-80 kV

dan 20-25 mAs. 10

 Posisi pasien : Pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid Sagital Plane) pada

garis tengah meja atau kaset , lengan pasien diletakkkan di samping tubuh,

 garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua

tungkai ekstensi. 10

  Posisi obyek : tengah kaset setinggi crista iliaca, dengan batas bawah pada

sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder ( dengan melihat kedua

SIAS mempunyai jarak yang sama pada kedua sisi. 10

 Central ray : CR tegak lurus dan langsung pada kaset (film) setinggi crista

iliaca, FFD minimal 100 cm.


 Kolimasi : Kolimasi meliputi pada tepi atas bawah kaset.10,11

Gambar 7. Foto posisi AP 10

b. Posisi Left Lateral Decubitis (LLD).

 Penting : Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit sebelum eksposi

(supaya udara naik atau cairan yang abnormal terakumulasi) ; 10 sampai 20

menit dipilih jika memungkinkan untuk menampakkan yang paling baik 

 potensial small amount  udara intraperitoneum.10

 Left lateral Decubitus paling baik untuk menampakkan udara bebas

intraperitoneum pada daerah liver abdomen atas bagian kanan (right upper

abdomen) terpisah dengan udara gaster Faktor teknik : Kaset 35 x 43 cm,

moving  atau stationary grid .10

 Shielding : gunakan gonad shield pada pasien laki-laki.

 Posisi pasien : pasien ditempatkan pada permukaan yang keras dimana hepar

 berada dibawah, hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi “anatomy cutoff ”.

Lutut ditekuk dan pada salah satu lutut saling superposisi dengan yang lain

untuk sabilisasi pasien. Kedua lengan berada didekat kepala dan diganjal

dengan bantal.10
 Posisi obyek : Atur pasien dan ditengah kaset kira-kira 5 cm setinggi crista

iliaca (termasuk diafragma), margin proximal kaset kira-kira setinggi axilla.

dengan batas bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder

( dengan melihat kedua SIAS mempunyai jarak yang sama pada kedua sisi.

Atur tinggi kaset ditengah MSP pasien menuju tengah Film (Image reseptor),

tetapi pastikan bagian atas abdomen masuk dalam film  (Image Reseptor / IR.

 Central ray : CR horizontal, langsung menuju tengah film kira-kira 5 cm

setinggi Krista iliaca, menggunakan sinar horizontal untuk memperlihatkan

air-fluid levels dan udara bebas intraperitoneum. FFD minimal 100 cm.15,16

 Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat sisi jangan ada “ cut off ” pada

abdomen bagian atas.10

 Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi

Gambar 8. Posisi LLD 10

c. Posisi Setengah Duduk/ berdiri

 Faktor teknik : Kaset 35 x 43 cm, moving atau stationary grid .


 Shielding : gunakan gonad shield  pada pasien laki-laki.10

 Posisi pasien : Berdiri tungkai pada posisi meregang, punggung menempel

 pada buck stand atau grid (posisi ini bukan untuk pasien yang KU-nya kurang

baik). Lengan berada pada samping tubuh. MSP tubuh pasien berada ditengah

meja dan bucky stand.10

 Posisi obyek : Tidak boleh ada rotasi pada pelvis dan shoulder. Atur

ketinggian film / IR sehingga tengah-tengahnya kira-kira 5 cm diatas Krista

iliaca (termasuk diafragma). Dimana rata-rata pasien akan ditempatkan diatas

film / IR kira-kira setinggi axilla. ,10

 Central ray : Horisontal menuju tengah pada kaset film / IR FFD minimal 100

cm.10

 Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat tepi kaset. Jangan ada cut off

abdomen atas.10

 Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi.10


Gambar 9. Posisi erect 10

d. Kelainan pada foto polos abdomen

 Single bubble appearance.

Terjadi pada kondisi kelainan kongenital hipertrofi pilorus, yakni

adanya hipertrofi pada lapisan sirkular otot pilorus, terbatas pada lingkaran

 pilorus dan jarang berlanjut ke otot gaster. Pada foto polos abdomen
tampak adanya single bubble appearance, yaitu terdapat satu gelembung

udara akibat pelebaran lambung. 11

 Double bubble appearance.

Terjadi pada kondisi kelainan kongenital obstruksi duodenum berupa

atresia, stenosis, atau malrotasi, pankreas anuler atau membran duodenum.

Pada foto polos abdomen tampak adanya double bubble appearance, yaitu

 pelebaran duodenum dan lambung secara bersamaan dan tidak tampak udara

mengisi usus halus dan kolon.11

Gambar 11. Foto supine abdomen pada neonatus dengan atresia


duodenum menunjukkan adanya double bubbles appearance 11.
 Coiled spring appearance.

Terjadi pada kondisi intususepsi atau invaginasi yang menggambarkan

masuknya segmen proksimal usus (intueuseptum) ke dalam lumen usus distal

(intususepiens). Paling sering sering terjadi di daerah ileokolika, tetapi dapat juga

yeyuno-ileal, dan kolokolika. Pada foto polos abdomen tampak tanda obstruksi

usus halus berupa bayangan seperti sosis di bagian tengah abdomen dan ba yangan

 per mobil (coiled spring appearance).11

Gambar 12. Coiled spring appearance 11.

 Herring bone sign.

Terjadi pada kondisi ileus obstrukstif. Ileus obstruktif merupakan

 penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang

 bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan

atau penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus

terganggu.11

Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi akibat pengumpulan gas

dalam lumen usus memberikan gambaran herring bone appearance pada foto polos
abdomen, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk

gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai k ostanya.11

Gambar 13. Herring bone apperance.11

 Step ladder appearance.

Terjadi pada kondisi ileus obstruksi. Foto polos abdomen sangat bernilai

dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi

tegak dengan sinar mendatar. Pada foto polos abdomen tampak gambaran air fluid

level yang pendek-pendek dan bertingkat-tingkat seperti tangga disebut juga step

ladder appearance  karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang

mengalami distensi.11
Gambar 14 . Step ladder appearance.11

 Coffee bean sign.

Terjadi pada kondisi kelainan kongenital volvulus, yakni pemuntiran usus

yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan.

Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum dan kolon. Pada foto polos abdomen

tampak gambaran patognomonik berupa gambaran segmen sekum yang amat besar

 berbentuk ovoid di tengah perut yang disebut coffe bean sign. Gambaran ini

merupakan gambaran khas volvulus dari usus (sigmoid).11

 Cairan bebas intraperitoneal.

Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen merupakan tanda

adanya suatu ascites. Penyebab ascites antara lain :

hipoproteinemia, sirosis hepatik, CHF, pankreatitis, keganasan dengan

metastase peritoneal, limfoma, dan sumbatan vena cava inferior.


Gambar 15. Foto polos abdomen dengan ascites tanpa adanya massa atau
kalsifikasi.11

 b). Pemeriksaan dengan kontras

Pada pemeriksaan dengan kontras, ada dua macam kontras yang di gunakan,

yaitu kontras positif dan kontras negative.

 Kontras positif

Kontras positif yang biasanya di gunakan dalam pemeriksaan radiologik

alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna

 putih, berat (Karena barium mempunyai berat atom besar) dan tidak larut dalam

air. Garam tersebut di aduk dalam air dengan perbandingan tertentu sehingga

terjadi suspense (bukan larutan). Suspense tersebut harus di minum oleh pasien

 pada pemeriksaan oesophagus, lambung dan usus halus, atau di masukkan lewat

klisma pada pemeriksaan kolon (lazim di sebut enema) 9

Sinar roentgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga

menimbulkan bayangan dalam foto roentgen. Misalnya bila pasien minum


suspense tersebut kemudian di foto oesophagus, maka tergambarlah oesophagus

oleh suspense itu pada foto roentgen 9.

 Kontras negative

Yang pertama kali harus di sebut sebagai contoh kontras negative ialah

udara Karena paling mudah dan paling bagus, alamiah dan dapat di peroleh di

mana-mana. Saying tidak selalu dapat di terapkan. Sebagai kontras negative

 pengganti dalam hal-hal demikian adalah CO2 yang akan di singgung nanti pada

uraian lambung. 9

Sebelum di uraikan pemeriksaan oesophagus, lambung, usus-usus halus

dan besar, perlu diutaran cara pemeriksaan kontras tunggal atau single contrast

(SC), yaitu suatu cara lama, serta cara baru, yang dalam empat decade ini sem akin

 popular dan bahkan makin mendesak cara lama, yaitu cara kontas ganda atau

double contrast (DC). Caranya agak berbeda untuk lambung dan untuk usus

 besar, dan akan di uraikan tersendiri. 9

DC sangat di perlukan untuk lesi-lesi kecil, misalnya ulkus kecil (kurang

dari 2 mm) dan karsinoma yang masih dini di permukaan mukosa lambung. Oleh

Karena itu, cara DC makin banyak di minta dan makin mendesak SC.13

Meskipun DC makin popular, terutama di negara maju seperti jepang,

namun cara lama seperti SC ini tidak perlu di tinggalkan ke seluruhannya, Karena

cara SC mudah di mengerti sehingga bagus untuk Pendidikan dalam dalam hal

lesi-lesi besar, mampu lebih cepat serta langsung memberikan informasi. 9


a) sialografi

merupakan pemeriksaan radiografi untuk menilai struktur dan kelainan

 pada saluran saluran kelenjar air liur dengan menggunakan kontras dan sinar-x.

Kelenjar Ludah terbagi menjadi 3: Glandula Parotis (Stenson’s duct).

letaknya dibelakang angulus mandibula dan di bawah telinga. merupakan

kelenjar ludah yang terbesar. terdiri dari 2 buah (sepasang). bagian superfisial

(atas) terletak di bawah MAE dan overlap dengan ramus mandibula dan

 processus mastoideus 12.

Glandula sub Mandibularis (Wharton’s duct). terletak di bagian bawah

tengah dari rahang bawah (mandibula)/ di bawah corpus kanan dan kiri dan

 bermuara disekitar molar I. terdiri dari 2 buah (sepasang). merupakan kelenjar

ludah terbesar kedua 12.

Glandula sub Lingualis. terletak di bawah lidah. merupakan kelenjar

ludah terkecil. bentuknya seperti buah kenari tetapi permukaannya tidak rata.

terdiri dari 2 buah (sepasang). kelenjar bagian superior berhubungan dengan

membran mukosa myelohyoid. bagian anterior dari sub lingualis terdapat 2

ductus: ductus mayor (ductus Bartolins). ductus minor (ductus Rinivus) 12.
b) Oesophagografi

Oesophagografi merupakan pemeriksaaan radiografi untuk menilai

struktur dan kelainan pada Oesophagus dengan memasukkan kontras.

Indikasi pemeriksaan Oesophagografi :

 Disfagia, GERD, kelainan Oesophagus karena infeksi, kongenital,

neoplasma, termasuk akalasia, atresia, striktur, diverticula oesophagus, post

operasi anastomose. 13

Kontra indikasi pemeriksaan Oesophagografi :

 Adanya perforasi

Contoh kelainan pada Oesophagus dan gambaran radiologinya

 Akalasia

Gambar 16. Oesophagograf dari akalasia 13


 Atresia Oesophagus

Atresia oesophagus adalah tidak adanya lubang atau muara pada

oesophagus. Pada sebagian besar kasus atresia oesophagus ujung oesophagus

 buntu, sedangkan pada 1/3-1/4 kasus lainnya oesophagus bagian bawah

terhubung dengan trachea setinggi karina (atresia oesophagus dengan fistula)

13

Gambar 17. Oesophagograf pada atresia 13

c) Oesophagus Maag Duodenum (OMD)

OMD merupakan pemeriksaan radiografi untuk menilai struktur dan

kelainan pada Oesophagus, Gaster dan Duodenum dengan memasukkan media

kontras (Barium Sulfat) 14.

Indikasi pemeriksaan OMD :


  Nyeri epigastrium, ulkus atau radang, tumor lambing, hematemesis dan

melena serta penurunan berat badan. 14

Kontra indikasi pemeriksaan OMD :

 Adanya perforasi, ileus, keadaan umum yang memburuk, hal-hal lainnya

yang mungkin dapat memperburuk keadaan pasien 14

Persiapan pasien :

 Puasa minimal 4-6 jam, Teknik : minum larutan Barium Sulfat 300 cc,

dengan bantuan fluoroskopi diikuti jalannya kontras dan di buat foto serial 14

Contoh kelaianan pada Oesophagus, Gaster dan Duodenum.

Gambar 18. Hypertropi Pyloric Stenosis 14


Gambar 19. USG Hypertropi Pyloric Stenosis 14

Gambar 20. Tumor gaster 14


Gambar 21. Gastritis 14

Gambar 22. Stenosis duodenum 14


d) Barium Follow Trough

Peemeriksaan untuk menilai struktur dan kelainan pada usus halus

dengan memasukkan kontras 15.

Indikasi pemeriksaan Barium Follow Through

 Anemia yang tidak diketahui sebabnya.

 Sakit perut yang tidak diketahui sebabnya.

 Tanda-tanda malabsorbsi

 Berat badan menurun dan adanya keluhan pada saluran cerna.

Kontraindikasi :

 Obstruksi usus halus

 Perforasi 15.

Prosedur Persiapan Barium follow through Sama dengan lambung

duodenum (puasa min 8jam) Pemeriksaan usus halus dapat dilakukan sebagai

lanjutan pemeriksaan lambung atau dimintakan sendiri. Dengan memasukkan

selang karet atau plastik sampai lewat pilorus dan baru kemudian dimasukkan

suspensi barium sulfat 15.


Gambar 23. Ileus obstruksi 15

e) Colon in loop

Pemeriksaan untuk menilai struktur dan kelainan pada colon dengan

memasukkan kontras 16.

Indikasi pemeriksaan Colon in Loop

 Kelainan pada kolon seperti polip, tumor, invaginasi, kelainan kongenital,

Kontra indikasi :

 Perforasi, colitis berat di mana dinding colon menjadi sangat tipis, ileus

 paralitik dan gagal jantung 16.

Persiapan pasien :

 Untuk obstipasi kronis minimal 2 hari sebelum pemeriksaan makan makanan

yang mudah di cerna, lunak dan tidak mengandung lemak. Apa bila obstipasi
tidak ada minimal 1 hari makan makana lunak, mudah di cerna dan tidak

mengandung lemak. Di berikan laksan 8-10 jam sebelum pemeriksaan 16.

Teknik pemeriksaan Colon in Loop :

 Dengan kontras ganda, di bagi dalam fase pengisian, fase pelapisan, fase

evakuasi dan fase pengembangan serta fase pemotretan 16.

Contoh kelainan pada Colon dan gambaran radiologinya :

 Volvulus

Gambar 24. Volvulus yang tampak pada pemeriksaan colon in loop 16


 Massa pada colon

Gambar 25. Tampak filling defect pada colon pada pemeriksaan colon in loop16

 Chorn disease

Gambar 26. Chorn disease 17


 Colitis ulcerative

Gambar 27. Tampak gambaran seperti mata gergaji pada colon 17

 Hirsehprung disease

Gambar 28. Tampa gambaran daerah colon yang mengalami sriktur dan dilatasi
 proximal dari colon 17.
a. Radiology non-konvensional

 USG (Ultrasonografi)

USG atau Ultrasonografi adalah prosedur pemeriksaan yang

tidakberbahaya. USG menggunakan gelombang suara tinggi yang

dipantulkanke tubuh untuk memperlihatkan gambaran rahim dan isinya

yangmemberikan informasi dalam bentuk gambar yang disebut Sonogram

yangdapat kita lihat di layar monitor. USG tidak menggunakan radiasi,

 jarumsuntik, cairan atau obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tubuh 18.

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging

diagnostik(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat dalam tubuh

manusia,dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan

sertahubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-

invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukandengan

cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostikyang tinggi.

Tak ada kontra indikasinya karena pemeriksaan ini samasekali tidak akan

memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahunterakhir ini diagnostik

ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehinggasaat ini USG mempunyai

 peranan penting untuk meentukan kelainanberbagai organ tubuh 18.

Prisip USG adalah penggunaan gelombang ultrasonik, yaitugelombang

suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuanpendengaran telinga

manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnyasama sekali. Suara yang dapat

didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 sampai 20.000 cpd (Cycles

 per detik-Hertz). Sedangkan dalampemeriksaan USG ini mengunakan frekuensi


1-10 MHz (1-10 juta Hz).Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan

dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer.

Perubahanbentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan

teganganlistrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan

dasarperkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah

 biladipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik

yangmelaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka

akandihasilkan gelombang suara frekuensi tingi 18.

USG memiliki beberapa komponen, Transducer adalah komponen USG

yang ditempelkan padabagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut

ataudinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Didalam transducer

terdapat kristal yang digunakan untukmenangkap pantulan gelombang yang

disalurkan olehtransducer. Gelombang yang di terima masih dalam

 bentukgelombang akustik (gelombang pantulan) sehingga fungsikristal disini

adalah untuk mengubah gelombang tersebutmenjadi gelombang elektronik

yang dapat dibaca olehkomputer sehingga dapat diterjemahkan dalam

 bentukgambar, monitor dan Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana

fungsinyauntuk mengolah data yang diterima dalam bentukgelombang. Mesin

USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-

komponen yang sama sepertipada CPU pada PC 18.

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis

dalamberbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain ; Menemukan

dan menentukan letak massa dalam rongga perut danpelvis,


Membedakan kista dengan massa yang solid, Mempelajari pergerakan organ

(jantung, aorta, vena kafa), maupunpergerakan janin dan jantungnya,

Pengukuran dan penetuan volum. Pengukuran

aneurisma arterial,fetalsefalometri, menentukan kedalaman dan letak suatu

massauntuk bioksi. Menentukan volum massa ataupun organ tubuhtertentu

(misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu, ovarium,uterus, dan lain-lain),

Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasarandapat

dimonitor pada layar USG, Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi.

Berdasarkanbesar tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung

dengancepat. Selain itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapatpula

diikuti 18.

 Contoh kelainan pada USG abdomen

Gambar 29. Appendicitis akut 17.

 CT-Scan

CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang

digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang

tengkorak dan otak. Tujuan utama penggunaan ct scan adalah untuk


 pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang,

tenggorokan, rongga perut. 19

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang

kuat suatu kelainan,yaitu :

 Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.

 Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.

 Brain contusion.

 Brain atrofi.

 Hydrocephalus

 Inflamasi.

Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah

lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas

radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar.

Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk

memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang

19
dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang

ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat

memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus

 berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan

informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini

dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra

yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang

dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional. CT Scanner menggunakan


 penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang

 berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-

lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara

 perlahan  –   lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar

mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang

digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit

sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini

termasuk waktu check-in nya). Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa

sakit . Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan

atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning.

Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning

yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang

mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah

 perut. 19

Ada beberapa komponen penyusun dari sebuah pesawat ct scan.

Komponen-komponen tersebut, meliputi:

 Meja Pemeriksaan Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien

diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva

dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai,

maka meja pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice

thickness ). Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi

horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara
menekan tombol yang melambangkannmaju, mundur, naik, san turun yang

terdapat pada gantry. 19

 Gantry Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya

terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ).

Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi

denganindikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian

meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry. Pada pertengahan

gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu

 berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan

dilakukan scanning. Ada beberapa bagian yang terdapat di dalam gantry :

1) Tabung sinar-x Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat: a.

Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV b. Ukuran focal spot kecil 10 – 

1 mm c. Tahan terhadap goncangan 2) Kolimator Pada pesawat CT-Scan,

umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu: a. Kolimator pada tabunng

sinar-x Berfungsi untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas

lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya

focal spot kecil. b. Kolimator pada detektor Berfungsi untuk pengarah

radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan

ketebalan lapisan ( slice thickness ). 19

 Detektor dan DAS ( Data Acqusition system ) Setelah sinar-x menembus

objek, maka akan diterima oleh detector yang selanjutnya dan dilakukan

 proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara

garis besar adalah: untuk menangkap sinar-x yang telah menembua objek,
mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah

cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian

menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal electron

tersebut kedalam bentuk data digital. 19

 Komputer Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan.

Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan

data, menaUmpilkan ( display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.

Adapunvelemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut: 1) Input

Device Unit yang menterjemahkan data-data dari luar kedalam bahasa

computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi. 19

 CPU ( Central Procesing Unit ) Merupakan pusat pengolahan dan

 pengolahan dari keseluruhan system computer yang sedang bekerja. Terdiri

atas : 1. ALU ( Arithmetic Logic Unit ) Berfungsi untuk melaksanakan

 proses berupa arithmetic operation seperti penambahan, pengurangan,

 pembagian, serta perkalian 2. Control Unit Berfungsi untuk mengontrol

keseluruhan system computer dalam melakukan pengolahandata. 3.

Memory Unit Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun

instruksi yang sedang dikerjakan. 4. Output Device Digunakan untuk

menampilkan hasil program atau instruksi sehingga dapat dengan mudah

dilihat oleh personilyang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ra y

Tube). 19
 Layar TV Monitor Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari

objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program

yang diberikan. 19

 Image Recording Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari

computer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar

menggunakan: 1. Magnetik Disk Digunakan untuk pen yimpanan sementara

dari data atau gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses.

Magnetic disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat,

 bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitasnya

sangat besar. 2. Floppy Disk Biasa disebut dengan disket, merupakan

modifikasi dari magnetic disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur.

Floppy disk mudah dibawa dan disimpan. Kapaasitasnya relative kecil

(sekarang sudah tidak digunakan lagi). 19

 Operator Terminal Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau

 pengoperasian system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi

hasil gambaran sesuai dengan kebutuhan. 19

 Multiformat Kamera Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen

 pada film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar

tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan. 19


Gambar 30a Gambar 30b

Gambar 30a merupakan gambaran CT-Scan potongan axial pada Ca Colon


Gambar 30b merupakan gambaran CT-Scan coronal pada Ca Colon 17.

CT Colonography

Computed tomographic (CT) colonography, juga disebut

kolonoskopi virtual (VC) atau CT pneumocolon, adalah teknik invasif

minimal yang baik untuk skrining kanker kolorektal 17.

Indikasi pemeriksaan CT Colonography

 Screening test untuk Ca Colorectal

 Untuk evaluasi usu besar setelah colonoscopy konvensional tidak

memberikan informasi yang memuaskan

 Menilai striktur

 Pasien dengan kontra indikasi dan menolak colonoscopy konvensional

17
.
Kontra indikasi

 Radang akut colon, seperti colitis ulcerative, chron disease,

diverticulitis

 Operasi abdomen dan pelvic baru-baru ini

 Colonostomi

 Kehamilan

 Alergi kontras

Keuntungan CT Colonography

 Komplikasi rendah karena minimal invasive

 Waktu pemeriksaan sebentar

 Dapat memvisualisasikan colon di luar penyumbatan dan penyempitan

 Mendeteksi patologik ekstra colon

Kekurangan CT Colonography

 Fecal mass dapat memberikan kesalahan interpretasi

 Tidak dapat pengambilan specimen biopsy pada saat pemeriksaan

 berlangsung

 Paparan radiasi pengion


Contoh gambaran CT Conoscopy

  Normal

 MRI (Magnetic Resonance Imaging)

M R I berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.

Teknik penggambaran MRI relativekomplek karena gambaran yang

dihasilkan tergantung pada banyaknya parameter. Alat

tersebutmempunyai kemampuan membuat gambaran potongan

coronal, sagital, aksial dan oblik tanpabanyak memanipulasi tubuh

 pasien. Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detailt ub uh

 pas ien ak an tam pak jela s, se hin gg a anat om i dan pa tolo gi jari nga n

tubuh dapat dievaluasisecara teliti 20.

Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morfologik,

menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh aksial, sagital,

coronal atau oblik terga ntun g pad a letak orga n dan kemu ngkin an
 pat ol ogi nya . Ad apu n je nis pe mer ik sa n MR Isesuai dengan organ yang

akan dilihat, misalnya Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada

kelenjar pituitary, lubang telinga dalam,rongga mata dan sinus.Pemeriksaan

otak untuk mendeteksi stroke atau infark, gambaran fungsi otak,

 pendarahan,infe ks i, tu mo r, kela in an ba waa n, ke lai nan pem bul uh

darah seperti : Aneurism, angioma,proses degenerasi, atrofi,

Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses degenerasi, tumor,

infeksi, trauma dan kelainan bawaan, Pemeriksaan musculoskeletal,

20
Pemeriksaan abdomen .

Keuntungan MRI :

 Tidak memakai sinar-x

 Tidak merusak kesehatan pada penggunaannya yang tepat

 Banyak pemeriksaan yang dapat di kerjakan tanpa memerlukan zat

kontras

 Disamping gambar informasi yang jelas, MR juga dapat memberikan

 parameter biologic

 Potongan yang di hasilkan dapat 3 dimensi (aksial, coronal dan sagittal)

dan malah banyak potongan yang dapat di buat dalam satu waktu 9.

Kekurangan MRI :

 Alat mahal

 Waktu pemeriksaan cukup lama

 Pasien yang mengandung metal tak dapat di periksa terutama alat pacu

 jantung
 Pasien Claustrofobi perlu anastesi umum 9.

Penilaian MRI adalah intensitasnya :

 Hipointens (hitam) : udara, tulang, kalsifikasi

 Hiperintens (putih) : lemak, darah, cairan

 Isointense (abu-abu) : jaringan parenkim 9.


TINJAUAN KEISLAMAN

            

  

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat

di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

(Q.S Al-Baqarah :168)

           

          


“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

 babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi

 barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(Q.S Al-Baqarah :173)


               
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik

yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

hanya kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S Al-Baqarah : 172 )

Anda mungkin juga menyukai