Anda di halaman 1dari 16

1.

Esophagography (Barium Swallow)


1.1 Definisi
Esofagografi merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi struktur dan
abnormalias fungsi esofagus dengan cara memasukkan bahan kontras. Umumnya
dilakukan dengan bahan kontras positif tunggal tetapi dapat dilakukan juga
dengan kontras ganda. Pemeriksaan ini meliputi pengisian dari esofagus dengan
cairan putih (Barium).
1.2 Teknik Pemeriksaan Esophagography
12.1 Media Kontras : Kontras positif (Barium Sulfat)
Merupakan kontras media positif untuk orang dewasa. Diencerkan dengan air
sesuai kebutuhan. Pada esofagus, lumen dengan aliran kuat dan cepat, konsentrasi
kontras harus tinggi (1:1 atau 1:2) atau pekat agar aliran cepat dan perlumuran
dinding esofagus menjadi tepat sehingga adanya defek dapat terdeteksi.Pada bayi
kurang dari setahun, keluhan muntah dan proyektil, digunakan cairan yang mudah
diserap (water soluble), dimasukkan lewat dot/sendok/sonde misalnya
gastrografin. Dilakukan pada posis supine sehingga perlumuran bagus.
Esofagus normal memiliki dinding lumen yang sangat jelas dan outline jelas.

Gambar 2.
Esogafogram Normal
1.2.2 Premedikasi : tidak diberikan
1.2.3 Persiapan Pasien
 Tidak diperlukan persiapan secara khusus.
 Pasien minum BaSO4, 1 sendok makan ditunggu 2 menit kemudian
difoto AP dan Lateral.
1.2.4 Persiapan Alat dan Bahan :
 Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
 Baju Pasien
 Gonad Shield
 Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
 Grid 
 X-Ray marker 
 Tissue / Kertas pembersih
 Bahan kontras
 Air Masak
 Sendok / Straw ( pipet )
1.2.5 Posisi Pasien
 Erect di antara meja pemeriksaan yang diatur vertikal dengan layar
fluoroskopi.
 Diberikan Barium Sulfat, instruksikan untuk minum beberapa teguk, proses
ini diikuti dengan posisi recumbent. Posisi ini memungkinkan pengisian
esofagus lebih sempurna terutama bagian proksimal dan diperlukan pada
klinis esofagus.
1.2.6 Teknik Pemeriksaan
 Pengambilan gambar radiografi dilakukan secara penuh/spot foto pada
daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan dengan posisi: AP/PA, Oblik
(biasanya RAO), Lateral.
 Bila pemeriksaan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan yang di atas,
tetapi pada larutan Barium dimasukkan kristal-kristal CO2 atau dapat juga
ditelan sebelum meminum cairan Barium.
 Proyeksi AP/PA 
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari esofagus.
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1 
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect
 Posisi Object : 
 MSP pada pertengahan meja / kaset
 Shoulder dan Hip tidak ada rotasi
 Tangan kanan memegang gelas Barium. Tepi atas film 5 cm
di atas Shoulder.
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm
Inferior Jugular Notch
 FFD : 100 cm
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
diekspose.
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum
Barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Barium
 Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular Joint
simetris )
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lapangan
penyinaran.
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
esofagus superimposed dengan Th-Vertebra.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.

Gambar
3. Posisi
AP
 Pr
oy
ek
si Lateral 
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari esofagus.
 Faktor teknik : 
 Film 30 x 40 cm memanjang 
 Moving / Stationary Grid 
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik)
 Posisi Objek :
 Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling
superposisi, elbow flexi 
 Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset. 
 Shoulder dan Hip diatur true lateral, lutut flexi untuk
fiksasi.
 Tangan kanan memegang gelas Barium 
 Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm Inferior
Jugular Notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
 Catatan : 
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
di-expose
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan straw langsung expose
dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara
C.Vertebral dan jantung
 Posisi :
 True lateral ditunjukan dari superposisi kosta
Posterior.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
 Esofagus terisi media kontras. 
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi : 
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
esofagus secara jelas yang terisi dengan kontras.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.

 Pr
oy
ek
si 

RAO (Right Anterior Oblique)  Gambar 4. Posisi Lateral

 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor


& struktur dari esofagus
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik)
 Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi Prone dengan sisi kanan
depan tubuh menempel meja / film.
 Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan
kepala pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada
mulut pasien.
 Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan
IR / meja. Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder.
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular
notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 
 Catatan : 
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
diekspose
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan sedotan langsung expose
dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara
C.Vertebral dan jantung ( RAO menunjukan gambaran
lebih jelas antara Vertebra dan jantung dibandingkan LAO )
 Posisi :
 Rotasi yang cukup akan menampakkan esofagus
diantara C. Vert. & Jantung, jika esofagus
superimposed diatas spina, rotasi perlu ditambah.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
 Esofagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
esofagus secara jelas yang terisi dengan kontras.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.

Gambar 5. Posisi RAO

 Pr
oy
ek
si

LAO (Left Anterior Oblique)


 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari esofagus
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 
  PP : Recumbent / Erect ( Recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik )
 Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan
tubuh menempel meja / film
 Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan
kepala pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada
mulut pasien.
 Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan
IR / meja 
 Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular
notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 
 Catatan : 
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
diekspose 
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan sedotan langsung expose
dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Barium terlihat diantara sekitar
hilus paru dan C.Vertebral
 Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus,
esophagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
esofagus secara jelas yang terisi dengan kontras,
menembus bayangan jantung.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.

1.3

Gambaran Radiologi
1.3.1 Atresia Esofagus
Atresia esofagus adalah merupkan kelianan kongenital pada esofagus dimana
terjadi penyatuan lumen esofagus yang kemungkinan menjadi segmen yang
panjang atau hanya lumen yang pendek, kadang pembatas segmen mengalami
perforasi.
Biasanya diketahui pada waktu pemberian minuman pertama kali pada saat
bayi lahir. Setelah minum bayi tersebut akan muntah. Pada esofagografi akan
tampak esogafus yang buntu.

Gambar 1.1 Atresia Esofagus


1.3.2 Ulkus Esofagus
Ulkus esofagus merupakan
ulkus pada dinding esofagus
yang disebabkan oleh asam lambung yang disekresi oleh sel-sel lambung.
Pembentukan ulkus juga berhubungan dengan bakteri H. Pylori di lambung, obat-
obat anti inflamasi, dan merokok. Nyeri pada ulkus biasanya tidak berhubungan
dengan luas atau beratnya lesi.
Pada pemeriksaan esofagografi dapat dijumpai dalam bentuk: additional
defect, star formation, dan spastik (mengkerut). Bila terdapat ulkus pada esofagus
misalnya pada posisi jam 12 dan bila difoto dengan posisi jam 3 atau 9 akan
terlihat penonjolan ke luar dinding (additonal defect), sedang bila difoto pada
posis jam 6 tampak lubang dengan garis-garis di sekitarnya dan membentuk
gambaran bintang (star formation), di mana garis-garis tersebut sebenarnya adalah
sikatriks. Selain itu dapat pula terlihat di sekitar dinding ulkus terdapat dinding
esofagus yang tidak mau berkontraksi (spastik).

Gambar 1.2 Ulkus


Esofagus
1.3.3 Divertikula
Esofagus
Divertikula
esofagus adalah
penonjolan dinding
esofagus ke arah luar lumen berbentuk seperti kantung, baik seluruh bagian
dindingnya maupun hanya mukosanya.
Pada foto dengan kontras BaSO4 terlihat gambaran additional defect berupa
kantong-kantong pada dinding esofagus. Divertikula disebabkan oleh traction
atau tarikan keluar, yaitu bila ada radang/abses yang sudah sembuh dan kemudian
terjadi jaringan fibrotik. Jaringan fibrotik inilah yang akan menarik dinding
esofagus. Selain itu divertikula dapat disebabkan oleh pulsion atau dorongan dari
dalam, yaitu jika ada proses radang atau benda asing yang tidak diambil setelah
beberapa bulan.
Gambar 1.3 Divertikula Esofagus
1.3.4 Spasme Esofagus
Penyempitan esofagus bagian distal, biasanya terdapat pada dewasa muda.
Terjadinya spasme ini disebabkan oleh faktor psikis. Jadi, tidak ada kelainan
anatomis. Letak spasme biasanya pada 1/3 distal esofagus.

Gambar 1.4 Spasme


Esofagus

1.3.5 Achalasia
Achalasia adalah
ketidakmampuan bagian distal esofagus untuk relaksasi dan peristaltik esofagus
berkurang karena diduga terjadi gangguan neuromuskular. Akibatnya bagian
proksimal dari tempat penyempitan akan melebar dan disebut megaesofagus.
Pada achalasia akan tampak kontras mengisi esofagus yang melebar mulai
dari proksimal sampai distal dimana terjadi penyempitan pada esophagogastric
junction yang menetap pada perubahan posisi. Kontras masih dapat melewati
daerah penyempitan gaster.
Pada pemeriksaan kontras dapat didapatkan gambaran bird's beak pada
esofagus bagian bawah, esofgus yang berdilatasi dan material kontras yang stasis
di esofagus.
Kelainan terjadi pada Pleksus Aeurbachi Mesentericus, bila letaknya lebih
bawah disebut achlasia gastrik. Terdapat gambaran mouse tail appearance karena
tidak terjadi peristaltik dan dilatasi regio diatas bagian yang aganglionik. Kelainan
ini mirip dengan megakolon kongenital.
Gambar 1.5
Achalasia

1.3.6 Varises
Esofagus
Vrises esofagus adalah
dilatasi vena-vena di
submukosa esofagus , yang
merupakan salah satu
komplikasi terbanyak dari
hipertensi portal akibat sirois hepar.
Biasanya terjadi pada orang dewasa tua, keadaan sirosis hepatis, gizi buruk,
kurus, dan muntah darah. Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal esofagus.
Terjadi susunan yang berbentuk batu bata disebut cobble stone appearance.
Terdapat filling defect berupa lusensi. Pada valsava test tampak gambaran di atas
yang menetap. Caranya lubang hidung ditutup kemudian berusaha mengeluarkan
nafas sehingga rongga Thoraks membesar, akibatnya vasa esofagus juga
membesar sehingga tampak gambaran cobble stone appearance.
Gambar 1.6 Varises Esofagus

1.3.7 Tumor Esofagus


a) Tumor Jinak
Berupa polip (tunggal), poliposis (banyak), batas tepi jelas, dan
tidak terjadi erosi dasar.
b) Tumor Ganas (Carcinoma Esofagus)
Biasanya terdapat pada orang tua, laki-laki > wanita, pada
esofagus 1/3 distal. Tipe yang terbanyak berupa adenokarsinoma.
Gambaran Radiologis:
 Outline mukosa menjadi ireguler dan terjadi defek
multipel pada lumen.
 Bila tumornya pada satu sisi disebut fungioid, dua sisi
disebut annulair, bila pertumbuhannya menyerupai
polip disebut polipoid.
 Bagian esofagus sebelah proksimal dari tumor akan
melebar sedangkan bagian yang ada tumornya
menyempit. Daerah lesi bila diberi buscopan tidak
melebar.
 Bagian esofagus yang tersering ialah pada anastomose
anterior esofagus dan gaster (esofagogaastric junction).
 terjadi pada 1/3 distal esofagus karena terjadi perubahan epitel dari
squamos-kolumner yang menjadi tidak terkendali dan mengalami
perubahan ke arah keganasan.

Gambar 1.7 Tumor


Esofagus

Anda mungkin juga menyukai