Anda di halaman 1dari 12

Definisi pemeriksaan OMD:

Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan terdiri
dari organ oesofagus, maag dan duodenum menggunakan media kontras barium sulfat/barium
meal, kemudian diamati dengan fluoroskopi

Tujuan pemeriksaan OMD:


Untuk melihat kelainan-kelainan pada organ esophagus, maag dan duodenum

Persiapan pemeriksaan OMD:


1. Persiapan pasien
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan yaitu:
a. Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Pasien puasa selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Pasien tidal
diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi
radiopaque seperti steroid, pil kb
2. Persiapam alat dan bahan
a. Persiapan alat
 Pesawat sinar x
 Kaset ukuran 24x30cm, 35x35cm
 Film ukuran 24x30cm, 35x35cm
 Gelas
 Sendok
 Tissue
 Bengkok
 Baju pasien
 Marker R atau L
 Pencucian film terdiri dari developer, fixer, rinsing
b. Persiapan bahan
 Media kontras barium sulfat (BaSO4)
Kontras media adalah suatu bahan yang dapat digunakan dalam
pemeriksaan radiologi yang bertujuan untuk memberikan perbedaan
densitas organ disekitarnya. Kontras media dibagi menjadi dua macam
yaitu kontras media positif dan kontras media negative. Kontras media
positif adalah kontras media yang memiliki nomor atom tinggi,
contohnya barium sedangksn kontras media negative yaitu kontras
media yang memiliki nomor atom rendah, contohnya udara
 Pemeriksaan OMD dengan menggunakan media kontras dibagi menjadi 5
macam yaitu :
1. Barium swallow adalah pemeriksaan radiologis oesofagus dengan cara
menelan media kontras
2. Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum
dengan cara meminum media kontras
3. Barium follow through adalah pemeriksaan radiologis usus halus
dengan meminum media kontras yang merupakan kelanjutan dari
pemeriksaan barium meal yang memerlukan waktu beberapa jam untuk
dapat sampai ke proses pencernaan makanan
 Cara pemberian media kontras
Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologis
saluran pencernaan adalah BaSo4. Bahan ini merupakan sutu garam
berwarna putih, mempunyai berat atom yang besar dan tidak larut dalam
air. Bahan diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu, sehingga
menjadi suspensi (bukan larutan). Suspensi tersebut harus diminum oleh
pasien dalam pemeriksaan oesofagus maag duodenum.
Apabila persiapan pasien sudah dianggap baik, maka untuk pemeriksaan
oesofagus, pasien diberi suspensi barium kurang lebih 2-3 sendok
makan. Kontras barium dikulum di dalam mulut setelah itu pasien
diinstruksikan untuk menelan. Pembuatan radiograf dilakukan setelah
kurang lebih 1-5 detik setelah barium diminum. Sedangkan untuk
lembung dan duodenum setelah pasien diberi suspensi barium kurang
lebih 200 ml, atau kurang lebih satu gelas kemudian pasien disuruh
berbaring di atas meja pemeriksaan dan diminta untuk memutar badan
ke kiri dan ke kanan sebanyak 2-3 kali (berguling-guling) dengan
maksud agar suspensi barium sulfat dapat melapisi dinding lambung dan
duodenum secara merata, setelah itu segera dilakukan pengambilan
radiograf. Radiograf diambil setelah kurang lebih 3-5 menit post media
kontras (Kertoleksono, 1999)
1) Teknik pemeriksaan OMD
Teknik pemeriksaan OMD yang pertama kali dilakukan adalah pasien datang ke
radiologi kemudian pasien diminta untuk ganti baju, setelah itu kita mempersiapkan
media kontras yang akan dipakai yaitu membuat campuran antara barium dan air.
Pemeriksaan oesofagus dapat menggunakan 2 perbandingan yaitu dengan
perbandingan 1 : 1 posisi pasien dalam keadaan berdiri (Clark K.C, 1973) atau
perbandingan 1 : 4 posisi pasien dalam keadaan tiduran (Bontrager, 1991). Pada
pemeriksaan maag duodenum perbandingan campuran yang digunakan adalah 1 : 4
(Bontrager, 1999)

2) Proyeksi pemeriksaan OMD


1. Oesofagus
 Proyeksi AP / PA
 Posisi Pasien : supine atau prone diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5 cm inferior
jugular notch
 FFD : 100 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium. Pasien menelan 2/3
sendok barium kental kemudian diekspose
 Gambar :

Gambar 2.7. Proyeksi AP/PA Oesophagus

 Kriteria radiograf :
- Struktur : Oesophagus terisi barium
- Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris )
- Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran

 Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien : pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior. Bahu
pasien tidak superposisi dengan oesophagus. Oesophagus terisi media kontras.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5 cm inferior
jugular notch
 FFD : 100 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium. Pasien menelan 2/3
sendok barium kental kemudian diekspose

 Gambar :

Gambar 2.8. Proyeksi Lateral Oesophagus

 Kriteria radiograf : Oesophagus terisi barium, terlihat diantara C.Vertebra dan


jantung.

 Proyeksi PA Obliq (RAO)


 Posisi Pasien : prone diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara
Columna Vertebra dan Jantung, jika oesophagus superimposed diatas spina,
rotasi perlu ditambah. Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
Oesophagus terisi media kontras.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5 cm inferior
jugular notch
 FFD : 100 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium. Pasien menelan 2/3
sendok barium kental kemudian diekspose

 Gambar :

Gambar 2.9. Proyeksi RAO Oesophagus

 Kriteria radiograf :
Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung.

 Proyeksi AP Obliq (LPO)


 Posisi Pasien : prone diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus, esophagus
terisi media kontras.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5 cm inferior
jugular notch
 FFD : 100 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium. Pasien menelan 2/3
sendok barium kental kemudian diekspose
 Gambar :

Gambar 2.10. Proyeksi LPO Oesophagus

 Kriteria radiograf : Oesophagus terisi barium terlihat diantara sekitar hilus paru
dan Columna Vertebra.

2. Maag Duodenum
 Proyeksi AP
 Posisi Pasien : supine
 Posisi Obyek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )
- Stenik : L1
- Asthenic : 2 inchi di bawah L1
- Hiperstenic : 1 inchi di atas L1
 FFD : 100 cm
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.
 Gambar :

Gambar 2.11. Proyeksi AP Maag Duodenum

 Kriteria Gambar :
- Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-
paru bagian bawah
- Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
- Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan
- Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

 Proyeksi PA
 Posisi Pasien : supine atau prone diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.
- Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri
dari C. Vertebrae
- Astenic : 2 inchi dibawah L2
- Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum
 FFD : 100 cm.
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.
 Gambar :
Gambar 2.12. Proyeksi PA Maag Duodenum

 Kriteria Gambar :
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
- Body dan pylorus tercover
- Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan
duodenum
- Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada

 Proyeksi PA Oblique (RAO)


 Posisi Pasien : recumbent, prone
 Posisi Obyek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 40 – 70
derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan, knee
joint flexi.
 CR : vertikal  kaset.
 CP : daerah bulbus duodeni
- Stenik : 1-2 inch dari L2
- Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2
- Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2
 FFD : 100 cm
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
 Gambar :
Gambar 2.13. Proyeksi RAO Maag Duodenum

 Kriteria Gambar :
- Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum
membentuk huruf C
- Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
- Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan
- Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

 Proyeksi AP Obliq (LPO)


 Posisi Pasien : recumbent
 Posisi Obyek : dari posisi supine dirotasikan 30 – 60 derajat dengan bagian kiri
menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang.
 Batas atas : Proc. xyphoideus. Batas bawah : SIAS
 CR : vertikal  kaset.
 CP : pertengahan crista iliaca
- Stenik : L1
- Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line
- Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
 FFD : 100 cm
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
 Gambar :
Gambar 2.14. Proyeksi LPO Maag Duodenum

 Kriteria Gambar :
- Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum
tanpa superposisi dengan pylorus
- Fundud tampak tertempeli BaSO4
- Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara
- Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum

 Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti
kemiringan pasien.
 Posisi Obyek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid,
batas bawah crista iliaka
 CR : vertikal  kaset.
 CP : bulbus duodenum pada L1
- Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane
- Astenic : 2 inchi dibawah L1
- Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
 FFD : 100 cm
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
 Gambar :

Gambar 2.15. Proyeksi Lateral Maag Duodenum


 Kriteria Gambar :
- Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah
retrogastric, pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya
pada tipe hiperstenic
- Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1
- Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada pada gaster

 Proyeksi PA Axial
 Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan.
 Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.
 CR : 35°-45° caudal.
 CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.
- Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari
C. Vertebrae
- Astenic : 2 inchi dibawah L2
- Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum
 FFD : 100 cm.
 Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.
 Gambar :

35°-45°

Gambar 2.16. Proyeksi PA Axial Maag Duodenum

 Kriteria Gambar :
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
- Body dan pylorus tercover
- Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan
duodenum

Anda mungkin juga menyukai