Disusun Oleh:
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan taufiq dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas salah satu syarat mata kuliah pendukung Program Studi S1-
Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
serta memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmunya sehingga
dapat memperoleh pengalaman kerja pada Rumah Sakit atau instansi yang dipilih
sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan..
1. dr. Sasongko, Sp.A. selaku Direktur RSU Haji Surabaya yang telah
memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan kegiatan PKL.
2. drg. Sri Agustina Ariandani, M.Kes. selaku Wadir Jangmed dan Diklit RSU
Haji Surabaya.
3. dr. Setyaningsih, Sp.Rad selaku Kepala Instalasi Radiologi RSU Haji
Surabaya.
4. Winarto, SST.Rad. selaku Kepala Ruangan Instalasi Radiologi RSU Haji
Surabaya.
5. Agus Setyo Kiswoyo, Amd.Rad. selaku PJ CT Scan/MSCT RSU Haji
Surabaya dan sebagai pembimbing lapangan yang telah mendukung dan
membimbing dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan.
6. Akhmad Muzammil, SST.Rad. selaku PJ MRI RSU Haji Surabaya.
7. Seluruh jajaran staff Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya.
8. Su‟ud S.KM. sebagai Evaluasi Diklat RSU Haji Surabaya yang telah
menerima berkas-berkas proposal PKL.
9. Dr. Moh Yasin, M.Si. selaku Kepala Departemen Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan bagi
kami untuk belajar mengenal dunia kerja melalui Prakrik Kerja Lapangan ini
di RSU Haji Surabaya.
10. Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si. selaku dosen pembimbing Praktik Kerja
Lapangan yang telah sabar membimbing dan membantu dalam penyusunan
Laporan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL LAPORAN........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN BAGAN.................................................................. xii
BAB 1 1
PENDAHULUAN................................................................................
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Tujuan Kegiatan........................................................................................ 3
1.3. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.4. Manfaat Kegiatan...................................................................................... 4
1.5. Metode Penelitian...................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT............................................. 6
2.1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya..................... 6
2.1.1. Latar Belakang..................................................................................... 6
2.1.2. Identitas Rumah Sakit Umum Haji Surabaya...................................... 8
2.1.3. Struktur Organisasi RSU Haji Surabaya............................................. 10
2.2. Visi, Misi dan Motto.................................................................................. 11
2.3. Fasilitas Pelayanan.................................................................................... 11
2.3.1. Pelayanan Unggulan............................................................................ 11
2.3.2. Radiologi............................................................................................. 12
2.3.2.1. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 1,5 Tesla............................. 12
2.3.2.2. CT Scan Multi Slice (64 Slice)...................................................... 13
2.3.2.3. CT Scan Single slice (untuk Emergency 24 jam).......................... 13
2.3.2.4. Angiography/ Cath Lab................................................................. 14
2.3.2.5. USG Colour Doppler..................................................................... 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 26. Injektor tempat kontras intavena dan kontras media oral…….. 57
Gambar 27. Komputer untuk memantau injector di dalam ruangan………. 57
Gambar 28. Tumor setelah diberi cairan kontras akan memperjelas citra
yang dihasilkan......................................................................... 58
Gambar 29. Thorax Dose Report.................................................................. 60
Gambar 30. Hasil pencitraan dari CT Scan Thorax….................................. 60
Gambar 31. Model ruangan CT Scan di Instalasi Radiologi RSU Haji
Surabaya, dengan pintu yang terbuat dari Pb (a) dan CT
Scan operator room dengan kaca dilapisi Pb............................ 61
Gambar 32. Sterilisasi alat medis setelah pemeriksaan menggunakan CT
Scan (a) Tempat sampah medis yang digunakan membuang
sampah medis setelah pemakaian saat diagnosis (b)................. 62
Gambar 33. Peralatan medis yang digunakan (a) Tempat baju kotor
pasien setelah diagnosis menggunakan CT Scan (b)................ 62
Gambar 34. Radiografer dan perawat menangani pasien anastesi………… 63
Gambar 35. CT Generasi pertama EMI CT Unit………………………….. 65
Gambar 36. CT Scan Generasi Pertama....................................................... 66
Gambar 37. CT Scan Generasi Kedua......................................................... 67
Gambar 38. CT Scan Generasi Ketiga......................................................... 68
Gambar 39. CT Scan Generasi Keempat...................................................... 69
Gambar 40. CT Scan Generasi Kelima......................................................... 70
Gambar 41. Gerakan CT Scan Generasi Keenam…….............................. 70
Gambar 42. Slice by slice data (sequence)(a) dan Volume Data (Spiral
Scan)(b)...................................................................................... 78
Gambar 43. Tabung Sinar-X dan Detektor yang Memutari Pasien.............. 79
Gambar 44. Koefisien Linier Atenuasi.......................................................... 81
Gambar 45. Rekonstruksi Gambar dengan CT Number............................... 82
Gambar 46. Hubungan antara CT Number dengan Grays Scale (brigthness
level)........................................................................................84
Gambar 47. (a) Monitor injector yang berada di ruang operator,
(b) Injector yang berada di ruangan MSCT Scan 64 Slice .…87
TABEL
Tabel 1. Identitas Rumah Sakit Umum Haji Surabaya..................................... 8
Tabel 2. Spesifikasi MSCT Siemens Somatom Definition AS 64 Slice.......... 40
Tabel 3. Parameter CT Scan............................................................................. 98
Tabel 4. Tabel Tingkat Acuan Dosis CT Scan khusus orang dewasa
(Batan,2007)....................................................................................................... 99
Tabel 5. Tingkat dosis efektif rata-rata dari CT di UK.................................... 99
BAGAN
10
Bagan 1. Struktur Organisasi RSU Haji Surabaya............................................
Bagan 2. Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya............. 18
Bagan 3. Efek Radiasi secara Biologis terhadap Manusia................................ 38
BAB I
PENDAHULUAN
memberantas penyakit yang diderita oleh masyarakat. Salah satu teknologi dalam
dunia medis yaitu dengan adanya CT Scan. CT Scan merupakan sebuah teknologi
yang digunakan sebagai alat diagnosa penyakit. CT Scan ini merupakan sarana
dalam pelayanan kesehatan dengan cara menampakan bagian - bagian tubuh
manusia dari berbagai sudut kecil sehingga dapat memberikan gambaran kelainan
yang terjadi yang biasanya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pengolahan
geometri digital digunakan untuk menghasilkan gambar tiga dimensi bagian
dalam sebuah objek dari serangkaian besar gambar radiografi dua dimensi yang
diambil di sekitar sumbu tunggal rotasi. Dalam pengoperasiannya, alat ini
menerapkan konsep fisika yang dikenal dengan radiasi sinar-X. Sinar-X atau X-
ray merupakan salah satu daripada sinaran elektromagnet. Sinar-X ini mempunyai
bentuk yang serupa dengan sinar cahaya biasa, inframerah dan gelombang radio,
yang berbeda cuma dari segi panjang gelombangnya saja. Sinar-x mempunyai
gelombang yang pendek berukuran 10-7 m hingga 10-9 m. Penggunaan sinar-x
pada alat CT Scan ini memberi dampak pada kesehatan yang mungkin
menguntungkan atau bahkan sebaliknya.
Dengan mengetahui fungsi dari CT Scan itu sendiri, maka kami selaku
Mahasiswa S1 - Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga berencana untuk melakukan Study Observasi Instrumen
MS CT Scan pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
sebagai salah satu kegiatan yang termasuk dalam kurikulum pembelajaran untuk
perguruan tinggi khususnya jenjang S1 yaitu Praktek Kerja Lapangan. Karena
kegiatan ini menjadi salah satu pendorong utama mahasiswa untuk mengenal dan
mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya dalam dunia kerja.
1. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Prodi S1-Fisika, Universitas Airlangga.
4. Memahami prinsip kerja dan proteksi radiasi baik pada pasien, pekerja dan
lingkungan sekitar pada CT Scan.
5. Bagaimana prinsip kerja MSCT Scan 64 Slice secara Fisika sebagai penunjang
diagnostik penyakit?
7. Bagaimana proteksi radiasi baik pada pasien, pekerja dan lingkungan sekitar
pada MSCT Scan 64 Slice?
Adapun manfaat yang didapat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
BAB 2
1. Pelayanan Paliatif
2. Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
3. Pelayanan Respirologi Anak
4. Pelayanan VCT
5. Pelayanan Fetomaternal
- Misi
1. Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkwalitas
melalui sumber daya manusia yang profesional, mukhlis dan komitmen
tinggi.
2. Meningkatkan kwalitas hidup sesuai harapan pelanggan.
3. Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai.
4. Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya
membentuk profesional yang handal.
5. Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan
profesionalisme.
6. Mengembangkan program unggulan.
7. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain.
- Motto
c. Endoscopy
2.3.2. Radiologi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
CT Scan digunakan sejak pada tahun 1970 dengan alat bantu dalam proses
diagnosa dan pengobatan pada pasien neurologis. Gambaran CT Scan adalah hasil
rekonstruksi komputer terhadap gambar X-Ray. Gambaran dari berbagai lapisan
secara multiple dilakukan dengan cara mengukur densitas dari substansi yang
dilalui oleh sinar-X.
Salah satu generasi baru dari CT Scan yaitu MSCT Scan 64 slice (Multi
Slice Computed Tomography Scanning 64 slice) dan yang paling terbaru adalah
MDCT Scan 128-320 slices yang mampu menghasilkan gambar secara detail dari
bagian tubuh manusia seperti kepala, pembuluh darah, jantung, otak, perut, usus
besar dan sebagainya. MSCT Scan dengan kecepatan 64 slice merupakan generasi
CT Scan cukup canggih dengan peningkatan kecepatan yang sangat signifikan
dari generasi terdahulu, sehingga penegakan diagnosa dapat lebih akurat. Selain
itu MSCT Scan 64 slice dapat menunjukkan lokasi tumor dengan akurat. Hal ini
sangat membantu dalam evaluasi pasien yang menjalani terapi operasi.
1. Proses scan lebih cepat (multiple phase), pengambilan gambar sekaligus untuk
seluruh tubuh (wholebody scanning) hanya membutuhkan waktu kurang dari
10 detik
2. Potongan lebih tipis, sehingga lebih teliti untuk mencari kelainan tubuh
3. memungkinkan di rekonstruksi ke bentuk 3 dimensi, sehingga menghasilkan
gambar lebih nyata
4. Tingkat radiasi lebih kecil , sehingga lebih aman bagi tubuh
5. Dapat menilai perfusi jaringan dan organ bergerak (misalnya : jantung, otak,
hati dll)
6. Format hasil scaning tersedia dalam bentuk digital.
Pada CT Scan 320 slice merupakan alat yang mampu menghasilkan 320
potongan gambar dalam sekali scan. Inovasi ini memungkinkan perolehan gambar
setiap organ dalam seperti jantung, otak atau pankreas dalam satu rotasi dan
memperlihatkan pergerakan dinamik seketika (real time). Sebelumnya, CT Scan
yang ada butuh tujuh sampai 10 rotasi untuk pencitraan jantung dan tujuh rotasi
untuk otak. Alat ini tergolong CT Scan dengan volume dinamis. Alat ini mampu
menangkap proses pergerakan fungsi organ tubuh dan aliran darah melalui
gambar tiga dimensi. Pada otak, misalnya, pemeriksaan akan menghasilkan
gambaran pembuluh darah arteri, vena, dan perfusi seluruh otak. Gambar-gambar
tersebut ditampilkan pada monitor video dengan seketika. Pada kelainan jantung
misalnya, alat ini mampu memberi informasi tambahan tentang anatomi dan
fungsi jantung secara detail. Kelebihan utama alat ini jika dibanding dengan
MSCT 64 slices adalah kemampuannya menunjukkan lokasi sumbatan sekaligus
fungsi organ dan aliran darah di sekitar sumbatan. Pada MSCT 64 slices yang
ditampilkan hanya lokasi sumbatan di pembuluh darah. Kelebihan lainnya adalah
pada singkatnya waktu pemeriksaan. Untuk memperoleh hasil scan jantung hanya
dibutuhkan waktu 0,35 detik sedangkan untuk scan kepala waktu yang dibutuhkan
kurang dari satu detik. Rumah Sakit yang telah memiliki alat tersebut antara lain
di Singapura, di RS Bina Waluya di Jakarta. (Maratun Nashihah-13)
3.3. Sinar-X
dengan sinar katoda yang terdiri dari arus elektron. Arus tersebut diproduksi
menggunakan voltase tinggi antara elektroda yang ditempatkan pada masing -
masing ujung tabung gelas yang udaranya hampir dikosongkan seluruhnya. Saat
itu Rontgen bekerja menggunakan tabung. Rontgen mencoba menutup tabung itu
dengan kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya tampak yang dapat
lewat. Namun setelah ditutup ternyata masih ada suatu sinar yang dapat lewat.
Dari peristiwa itu, Rontgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar tidak tampak
yang mampu menerobos kertas hitam tersebut.
Foto sinar-x atau yang disebut dengan foto rontgen pertama di bidang
kedokteran terjadi beberapa hari kemudian, yaitu pada tanggal 22 Desember,
dibuat oleh Rontgen sendiri. Foto tangan dari istrinya sendiri dikirimkan oleh
Rontgen bersama penelitiannya pada sejumlah dokter ahli sejawatnya sebagai
pemberitahuan sementara tentang penelitiannya. Dan akhirnya, Rontgen
menemukan beberapa karakteristik sinar-X yaitu :
3.5. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari atom dalam bentuk panas,
partikel, atau gelombang. Radiasi berasal dari zat radioaktif. Inti radioaktif itu
sendiri adalah unsur inti atom yang mempunyai sifat memancarkan salah
satu partikel alfa, beta atau gamma. Radiasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu
radiasi ionisasi dan non ionisasi.
a. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik terjadi ketika energi ikat elektron lebih kecil dari
pada energi foton sehingga elektron terlempar keluar dari atom.Dalam batas
energi radiologi diagnosa (30 – 150 kVp) absorbsi fotolistrik merupakan
cara interaksi antara foton sinar-X dan atom tubuh pasien. Pada tubuh
manusia, perpindahan energi kinetik elektron menyebabkan dosis absorbsi
pasien meningkat dan terjadinya kerusakan biologi jaringan.
Pada batas kilovoltase radiografi, tulang akan mengalami absorbsi
fotoelektrik lebih besar dari pada massa jaringan lunak yang sebanding.
Perbedaan sifat absorbsi antara berbagai struktur tubuh memungkinkan
radiograf untuk mendiagnosa. Tulang dengan nomor atom yang tinggi
(13,8) kurang memberi kesempatan untuk lewatnya radiasi sehingga tampak
putih, jaringan lunak memiliki nomor atom 7,4 sehingga tampak abu-abu.
Sedangkan udara memiliki nomor atom dan daya absorbsi rendah sehingga
tampak gelap pada hasil radiograf. Dalam batas energi radiologi diagnosa,
makin besar jumlah absorbsi fotolistrik, makin besar kontras dan kualitas
gambar radiograf. Bila absorbsi meningkat, kemungkinan terjadinya
kerusakan biologi juga membesar.
b. Efek Compton
Efek Compton terjadi jika energi elektron lebih kecil dari pada
energi foton sehingga menghasilkan foton lain yang berenergi lebih rendah
dari foton datang yang disebut foton hamburan. Pada saat pengeluaran
a. Ionisasi
Ionisasi terjadi apabila ada perubahan suatu atom atau molekul
menjadi ion melalui penambahan atau pelepasan elektron dari atom atau
molekul tersebut. Radiasi yang menimbulkan ionisasi disebut Radiasi
Pengion. Misalnya alfa, beta, gamma, sinar-X, dan neutron. Sedangkan
radiasi ionisasi dibedakan menjadi radiasi ionisasi langsung dan tak
langsung. Radiasi ionisasi langsung adalah radiasi yang bermuatan listrik
sehingga jika dia mendekati suatu atom maka dapat menyebabkan ionisasi
pada atom yang dilewatinya. Sedangkan ionisasi tak langsung adalah hanya
terjadi jika ada tumbukan. Dengan syarat bahwa energinya harus besar. Jika
energinya kecil, tidak akan terjadi ionisasi melainkan hanya mengeluarkan
panas.
b. Eksitasi
Pada proses eksitasi, elektron berpindah dari lintasan dalam ke
lintasan yang lebih luar. Setelah terjadi proses eksitasi, energi radiasi akan
berkurang karena radiasi mentransfer sebagian atau seluruh energinya
kepada elektron, sehingga elektron memiliki energi yang cukup untuk
berpindah lintasan. Proses eksitasi juga dapat berlangsung berulang kali
hingga energi radiasinya habis. Atom yang berada dalam keadaan tereksitasi
ini akan kembali ke keadaan dasarnya (ground state) dengan melakukan
transisi elektron. Salah satu elektron yang berada di lintasan luar akan
berpindah mengisi kekosongan di lintasan yang lebih dalam sambil
memancarkan energi dalam bentuk radiasi yang disebut radiasi sinar-x
karakteristik.
partikel radiasi yang bermuatan positif akan lebih mudah diabsorbsi oleh
materi.
Pada saat terjadi paparan radiasi pada tubuh maka dipastikan akan
terjadi interaksi (penyerapan) antara radiasi dengan molekul air yang disebut
dengan proses radiolisis air yang akan menghasilkan ion radikal dan dalam
waktu singkat menjadi radikal bebas (H dan OH). Radikal bebas sangat
reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas yang
terbentuk dapat saling bereaksi menghasilkan suatu molekul hidrogen
peroksida yang stabil dan toksik.
Dosis serap adalah energi rata - rata yang diberikan oleh radiasi
pengion sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm. Satuan
dosis serap adalah joule/kg atau sama dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah
dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram.
1 gray (Gy) = 1 joule/kg
3.7.2. Dosis Ekivalen
Dosis Ekivalen dapat didefinisikan sebagai dosis serap yang diterima
oleh tubuh manusia secara keseluruhan dengan memperhatikan kualitas
radiasi dalam merusak jaringan tubuh. Dosis serap yang sama tetapi berasal
dari jenis radiasi yang berbeda akan memberikan efek biologis yang berbeda
pada sistem tubuh makhluk hidup. Dosis Ekivalen merupakan hasil kali
antara dosis serap (D), dan faktor kualitas (Q).
E = dosis efektif
H = dosis ekivalen
faktor bobot jaringan
Kerusakan sel akan mempengaruhi fungsi jaringan atau organ bila jumlah
sel yang mati atau rusak dalam jaringan atau organ tersebut cukup banyak.
Semakin banyak sel yang rusak atau mati, semakin parah perubahan fungsi yang
terjadi sampai akhirnya organ tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk
menjalankan fungsinya dengan baik. Perubahan fungsi sel atau kematian sejumlah
sel menghasilkan suatu efek biologis yang bergantung pada jenis radiasi, dosis
dan laju dosis, radiasi tunggal dan terbagi, jenis sel dan lainnya.
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatis adalah sel lainnya yang ada didalam tubuh manusia. Berdasarkan jenis
sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek
genetik atau efek pewarisan adalah efek radiasi yang terjadi pada sel genetik dan
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Bila efek
radiasi terjadi pada sel somatik dan dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi
maka disebut efek somatik.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik. Efek stokastik
adalah efek yang tejadi akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel. Pada paparan radiasi dengan dosis yang bisa
menyebabkan kematian sel akan timbul efek deterministik. Dosis radiasi
serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan
pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian
radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel. Sel yang mengalami
modifikasi atau sel terubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah
masa laten yang lama, tidak ada penyembuhan spontan. Semakin besar dosis,
semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan keparahannya tidak
bergantung kepada dosis. Efek Non Stokastik adalah efek radiasi yang kualitas
keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang
dilampaui. Efek non stokastik memiliki ciri-ciri mempunyai dosis ambang
sekitar 10 Gy yang dapat menyebabkan kematian, umumnya timbul beberapa saat
setelah terkena radiasi, adanya penyembuhan spontan (tergantung tingkat
keparahannya), keparahannya tergantung besarnya dosis radiasi, efek non
stokastik ini meliputi beberapa efek somatik seperti luka bakar, sterilitas
(kemandulan), katarak, kelainan congenital (setelah iradiasi dalam rahim). Efek
genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik (leukemia,
kanker) maupun non stokastik.
Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel
yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek
genetik. Apabila sel terubah ini adalah sel somatik maka sel tersebut dalam jangka
waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan - bahan yang
bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker.
Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat di deteksi pada suatu populasi, namun tidak
secara serta merta terkait dengan paparan individu. Efek radiasi secara biologi
terhadap manusia dapat dilihat dari bagan berikut:
Efek Radiasi
Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan
radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup
mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar
dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.
b. Asas Optimisasi.
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan
harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial.
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam
menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan
oleh instansi yang berwenang.
BAB 4
MATERI KEGIATAN
Vertical 48 – 92 cm
Longitudinal 200 cm
Jangkauan pemindaian 200 cm
Max kapasitas beban 220 kg
Kekuatan yang diperlukan 380-480 VAC, 3 fase
Gantry :
Deg sudut ± 300
Ukuran (H x W x D) (198 x 117 x 231,4) cm
Berat 2700 kg
Pembukaan 70 cm
Localizer scan Laser
DICOM Ya
Image rekonstruksi:
CPU (Network/Database) 2 x Xeon processor 3,6 GHz
FoVs Scan (Image Processing) 50, opsional 70, 78
Matriks rekonstruksi 512 x 512
Waktu rekonstruksi Sampai dengan 25 gambar / detik
Jumlah foto (Image Storage) 260.0 (512 x 512)
Arsip (Image Storage) CD - R, opsional MOD
Pengolahan citra Standar
DICOM 3D ekspor gambar Ya
Detector:
Jumlah lebar detektor sumbu-z 28,8 mm
Pilihan lebar slice 0.6, 0.75, 1, 1.5, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10 mm
0.33, 0.37, 0.42, 0.5, 0.75, 1, 1.5
Kali Rotasi standar, sec, 360 °
Tabel 2. Spesifikasi MSCT Siemens Somatom Definition AS 64 Slice.
UPS
Gambar 15. Bukti izin pemanfaatan tenaga nuklir (MSCT Siemens Somatom
Definition AS 64 Slice) di RSU Haji Surabaya
Untuk kelebihan pada MSCT Scan salah satu nya yaitu dalam
pemeriksaannya relative mudah, akurasi cukup tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai langkah lanjut apabila di temukan keraguan pada USG. Sedangkan untuk
kekurangan pada MSCT Scan adalah adanya artefak yang salah satu nya
disebabkan dari logam yang digunakan pasien contohnya kalung dan sebagainya,
atau bisa juga karena pergerakan pasien ketika dilakukan proses scan. Artefak
sendiri adalah gambaran yang seharusnya tidak ada tetapi terekam. Kekurangan
lainnya adalah penggunaan sinar-x yang mempunyai efek samping radiasi
terhadap pasien.
berbagai komponen terdapat menu Patient, Application, Edit, Insert, View, Setup,
Image, Option, System dan Help.
Dalam menu setup terdapat API/Comment, calibration, check-up, quality,
dan continue. Untuk calibration hanya dilakukan pada elemen-elemen yang
penting saja. Sedangkan untuk check-up dilakukan untuk semua elemen. MSCT
pada RSU Haji ini dilakukan check-up setiap hari pada pagi sebelum ada pasien
dan hasil check-up tadi dimasukkan di dalam buku maintenance harian . apabila
terjadi eror, radiografer bisa mengetahuinya dan menulisnya pada buku tersebut.
Pada saat dilakukan check-up ini didalam ruangan harus steril, dengan kata lain
dalam ruangan harus tidak orang dan ruangan harus tertutup.
Gambar 17. Komputer, tombol navigasi, keyboard dan mouse pada MSCT Scan
Siemens Somatom Definition AS 64 Slice
(a) (b)
Gambar 18. Menu setup dalam computer pada MSCT Siemens Somatom
Definition AS 64 Slice (a) Proses Check-up (b)
Gambar 19. Buku maintenance harian MSCT 64 Slice RSU Haji Surabaya
Kami juga mempelajari studi kasus mengenai pasien yang telah didiagnosis
menggunakan MSCT Scan, yaitu pada daerah kepala. Tahapan pertaman saat akan
dilakukan diagnosis pada pasien yaitu kita registrasi dahulu riwayat dari pasien ke
dalam komputer control seperti pada gambar berikut ini.
(a) (b)
Gambar 21. Persiapan pemeriksaan (a), pasien mulai diperiksa menggunakan
MSCT MSCT Siemens Somatom Definition AS 64 Slice (b)
(a) (b)
Gambar 25. Bentuk protokol pada (a) teknik sequence (b) teknik routine (spiral)
Karena kontras tersebut akan diserap oleh tumor, maka pada gambaran
apabila pasien teridentifikasi tumor maka jaringan yang terkena tumor tadi akan
berwarna putih atau mendekati putih. Untuk CT Abdomen terdapat dua kontras
yaitu kontras media oral dan intravena. Kontras media oral yaitu berupa cairan
murni seperti aquades. Terdapat juga saline, saline ini berupa cairan yaitu NaCl.
Fungsi dari saline ini yaitu untuk mendorong sisa-sisa kontras yang masih ada di
dalam pembuluh darah antara 300-400 ml (kekentalan). Pada CT abdomen ini
antara proses scan dengan kontras harus berjalan bersama.
Gambar 28. Tumor setelah diberi cairan kontras akan memperjelas citra yang
dihasilkan
deviasi) nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen. Noise
tergantung pada beberapa faktor antara lain: mAs, scan time, kVp, tebal irisan,
ukuran objek dan algoritma. Noise ini akan mempengaruhi kontras resolusi,
semakin tinggi noise, maka kontras resolusi akan menurun. Sedangkan artefak
adalah gambaran yang tidak diinginkan dan sangat mengganggu pada
pendiagnosaan CT-Scan karena tidak ada hubungannya dengan penyakit dari
obyek yang diperiksa. Pada umunya, artefak adalah kesalahan dalam citra (adanya
sesuatu dalam citra) yang tidak ada hubungannya dengan objek yang diperiksa.
Pada CT scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposisi dan
output gambar yang optimal yaitu slice thickness, range, volume investigasi,
faktor eksposisi (faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi antara lain
tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s)), FOV (Field Of
View), gantry tilt, rekonstruksi matriks, rekonstruksi algoritma, window width
dan window level.
Dan dalam pertemuan ketiga ini kami juga belajar mengenai studi kasus CT
Scan pada Thorax (dada). Sama pada langkah-langkah pendiagnosisan
sebelumnya seperti halnya pada pemeriksaan kepala, maka lakukan registrasi
riwayat pasien terlebih dahulu hingga sampai pada pemeriksaan. Dan juga
tentukan dosis yang akan digunakan saat pendiagnosisan. Berikut contoh studi
kasus yang kami ambil dalam pemeriksaan Thorax (dada).
(a) (b)
Gambar 31. Model ruangan MSCT Scan di Instalasi Radiologi RSU Haji
Surabaya, dengan pintu yang terbuat dari Pb (a) dan MSCT Scan operator room
dengan kaca dilapisi Pb (b)
(a) (b)
Gambar 32. Tempat sterilisasi alat medis setelah pemeriksaan menggunakan CT
Scan (a) Tempat sampah medis yang digunakan membuang sampah medis setelah
pemakaian saat diagnosis (b)
(a) (b)
Gambar 33. Peralatan medis yang digunakan (a) Tempat baju kotor pasien
setelah diagnosis menggunakan CT Scan (b)
BAB 5
PEMBAHASAN
bersamaan dengan gantry dan meja kontrol seperti meja kontrol pada
konvensional. Saat ini CT tersebut masih disimpan di Museum Jerman.
yang melebar yang disebut “Narrow Fan Beam”. Generasi ini menghasilkan
sebuah scanning lengkap memerlukan waktu scanning sekitar 5 – 150 sekon/scan
slice. Generasi inipun masih hanya untuk scanning kepala saja.
c. Operator Consule
Operator consule merupakan semua kegiatan scanning atau pengoprasian
system secara umum serta berfungsi merekonstruksi hasil gambaran sesuai dengan
kebutuhan. Pada operator consule terdapat :
1. Sistem Control
Untuk menjalankan unit CT Scan, Mengontrol kV, mA, waktu scanning,
ketebalan irisan, dan pengaturan parameter.
2. Printer Gambar
Merupakan alat pencetak film CT Scan
3. Archiving
Merupakan instrumen yang berfungsi untuk menyimpan data-data pasien
yang sewaktu-waktu dapat dibuka kembali.
Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa
serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film
dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film
yang digunakan.
Gambar 42. Slice by slice data (sequence)(a) dan Volume Data (Spiral
Scan)(b)
Langkah pertama dalam proses Akuisisi Data yaitu selama scanning X-rays
tube dan detector mengelilingi pasien untuk mengumpulkan data permukaan. Pada
saat yang bersamaan detektor referensi menangkap sinar-X yang langsung dari
sumber. Berkas sinar-X tersebut diubah oleh detektor menjadi sinyal listrik dan
sinyal listrik ini kembali diubah oleh ADC (Analog to Digital Converter )
menjadi data digital dan selanjutnya dikirim ke komputer untuk diolah dan
direkontruksi dengan penerapan prinsip matematika atau yang lebih dikenal
dengan rekontruksi algorithma. Detektor menghitung radiasi transimisi mengikuti
variasi lokasi dari pasien. Hasilnya berupa nilai transmisi relative:
Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisik dalam hal ini radiasi
menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor
ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan terjadi
ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar interaksi radiasi,
maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering
digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang
tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor
adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sinar-X setelah melewati obyek.
Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang
diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Atenuasi adalah
penurunan intensitas berkas radiasi setelah melewati objek akibat diserap objek,
atenuasi tergantung elektron program, nomor atom kepadatan tissue, ketebalan
tissue, dan juga energi radiasi yang digunakan. Radiasi setelah menembus bahan
dirumuskan sebagai eksponensial. Berkas radiasi dapat homogen maupun
heterogen, artinya jika homogen adalah berkas serba sama dan sebaliknya
heterogen adalah berkas berbeda-beda energinya. Besarnya koefisien atenuasi
adalah:
Dan nilai tergantung dari beberapa faktor antara lain yaitu energi radiasi.
Contoh :
Pada 60, 84, 122 keV mempunyai nilai adalah 0.206, 0.180, 0.166. Berikut
mencari nilai CT pada energi 73 keV dengan nilai pada air dan tulang adalah
0.19 dan 0.38 cm-1
Pada gambar CT, nilai kerapatan direpresentasikan sebagai skala nilai abu-
abu (gray scale). Namun karena mata manusia hanya dapat membedakan sekitar
80 skala abu-abu, tidak semua nilai kerapatan dapat ditampilkan dalam skala abu-
abu. Karena alasan ini, rentang kerapatan yang relevan pada diagnostik diberikan
pada seluruh nilai abu-abu yang terlihat. Proses ini disebut windowing.
bentuk-bentuk digital harus dapat dilihat oleh seorang observer. Pada CT gambar
rekonstruksi digital dikonversi kedalam suatu gambar grays scale untuk
diinterpretasi seorang radiolog. Gambar digital dari hasil rekonstruksi diubah
kedalam analog signal oleh digital to analog converter. Dari signal ini kemudian
ditembakkan ke fosfor screen yang ada pada monitor display sehingga dapat
dilihat oleh seseorang observer pixel per pixel.
Pada CT abdomen ini antara proses scan dengan kontras harus berjalan
bersama. Berikut ini adalah alat injector :
Gambar 47. (a) Monitor injector yang berada di ruang operator, (b) Injector
yang berada di ruangan MSCT Scan 64 Slice
Pada Gambar (b) dapat dilihat, terdapat dua yaitu tabung A dan B. Dimana
tabung A merupakan cairan kontras dan tabung B merupakan cairan saline.
Monitor injector yang ada pada ruang operator fungsinya sama dengan injector
yang pada ruangan. Jadi saat ingin mengaktifkan cairan kontras kita langsung bisa
menekan tombol pada monitor injector maka cairan kontras dapat dimasukkan
pada tubuh pasien.
5.6.4. Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan atau
materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain: mAs,
scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Sebagai contoh adalah air
memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT Number pada
pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. Noise ini akan mempengaruhi
kontras resolusi, semakin tinggi noise, maka kontras resolusi akan menurun.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya noise, antara lain :
a. Faktor eksposi, mAs, kV
Semakin besar faktor eksposi akan menurunkan noise. Salah satu
parameter yang mempengaruhi CT number adalah pemilihan tegangan
tabung sinar-X/kV. Pengaturan tegangan sinar-X menentukan jumlah energi
foton sinar-X. CT number akan mengalami kenaikan seiring dengan
penurunan tegangan tabung sinar-X. Hal ini akan berpengaruh pada image
quality dan level of noise. Penelitian menggunakan variasi kV dianggap
perlu semenjak kalibrasi air dan udara pada pesawat CT Scan Somatom
Emotion terpelihara dengan cara mengubah tegangan tabung sinar-X.
Estimasi tegangan tabung yang memiliki energi tinggi dan memiliki
efektifitas energi adalah 80 kV, 110 kV dan 130 kV.
Faktor eksposi yang digunakan pada pengambilan gambaran uji
kesesuaian CT Number rata-rata dan linieritas yaitu 120 kV, 329 mA dan
rotating time 0,5 s sehingga perhitungan noise dihitung dengan
menggunakan rumus:
Misalnya nilai noise (standar deviasi) pada posisi tengah fantom dengan
b. Ukuran pixel
Dipengaruhi oleh FOV dan ukuran matriks. Semakin besar ukuran pixel,
noise semakin berkurang, akan tetapi resolusi spatial menurun.
c. Slice thickness
Semakin besar slice thickness noise akan berkurang.
d. Algoritma
Penambahan prosedur algoritma sesuai kebutuhan dapat meningkatkan
image noise, peningkatan image noise dapat menurunkan resolusi
kontras. Keterangan:
Jika ukuran pixel semakin lebar, maka noise dalam resolusi spasial
akan semakin menurun.
Jika slice thickness semakin meningkat, maka noise dan resolusi
spasial akan semakin menurun.
Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang diterima
meningkat tapi noise semakin menurun.
5.6.5. Artefak
Artefak merupakan gambaran yang tidak diinginkan dan sangat
mengganggu pada pendiagnosaan CT Scan karena tidak ada hubungannya dengan
penyakit dari obyek yang diperiksa. Pada umunya, artefak adalah kesalahan dalam
citra (adanya sesuatu dalam citra) yang tidak ada hubungannya dengan objek yang
diperiksa. Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan atau
yang terjadi pada proses akuisisi data pada pesawat CT Scan. Adapun
yang termasuk artefak yang diakibatkan aspek fisika antara lain:
1. Beam Hardening
Beam Hardening merupakan artefak yang berbentuk garis yang
disebabkan oleh perubahan komposisi spektrum sinar-X akibat adanya
material yang lebih padat.
2. Partial Volume
Adalah artefak yang disebabkan adanya dua jaringan atau materi
yang berbeda CT Number dalam satu pixel. Disebabkan tidak adanya
korelasi yang tepat antara atenuasi dan absorbsi pada voxel yang tidak
homogen.
3. Foton Starvation
Adalah suatu paket pencahayaan yang menyebabkan perpendaran,
biasanya terjadi pada objek yang mempunyai tingkat atenuasi tinggi.
Teknik untuk meminimalisasi photon starvation dengan automatic
tube current modulation dan adaptive filtration.
4. Under Sampling
Interval sampling yang terlalu kasar menjadikan terjadinya
misregistrasi oleh komputer dalam memberikan informasi yang
berhubungan antara tepi yang halus dan objek kecil. Efek ini disebut
aliasing.
miscallibration. Hal ini dapat dicegah dengan cara kalibrasi ulang atau perbaikan
detektor dan aplikasi software khusus.
Artefak Objek
5.6.5.3. Artefak Akibat Aspek Pasien
Artefak ini terjadi karena adanya gerakan-gerakan dari tubuh pasien
dan juga akibat adanya benda-benda yang menempel pada tubuh pasien.
Artefak yang diakibatkan oleh pasien antara lain:
a. Pergerakan oleh pasien
Pergerakan oleh pasien dapat menyebabkan shading artefak.
Dapat diatasi oleh radiographer melalui cara komunikasi yang jelas ke
pasien, immobilisasi dan waktu yang singkat. Artefak ini dapat diatasi
dengan teknik overscan dan underscan mode, software correction dan
cardiac gating.
b. Metallic Material (Bahan Metalik)
Kehadiran benda logam di bidang scan dapat menyebabkan
streaking artefak. Artefak ini terjadi karena kepadatan logam adalah
diluar kisaran normal yang dapat ditangani oleh komputer, sehingga
profil atenuasi tidak lengkap.
c. Incomplete Projection
Jika ada bagian dari pasien yg terletak diluar field of view pada
saat scanning, komputer akan memiliki informasi yang tidak lengkap
yang berkaitan dengan bagian ini dan ini menimbulkan streaking
artefak dan shading artefak.
dengan detail yang rendah sebaliknya dengan ukuran yang tipis akan
menghasilkan detail-detail yang tinggi. Bila ketebalan meninggi akan
timbul gambaran-gambaran yang mengganggu (artefak) dan bila terlalu
tipis noise akan meningkat.
Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar CT Scan
mempunyai pengaruh langsung terhadap spatial resolusi yang
dihasilkan. Dengan slice thickness yang meningkat (tipis) maka spasial
rasolusi gambar semakin baik, demikian sebaliknya. Namun pengaruh
yang berbeda terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Semakin
tipis irisan, dosis radiasi semakin tinggi dan berlaku sebaliknya.
Pada volume CT single slice, ketebalan irisan / slice thickness
dari irisan ditentukan oleh picth dan lebar dari precollimator yang juga
definisikan sebagai Beam With (BW) pada pusat dari rotasi. Beam With
(BW) diukur pada poros-z pada pusat dari rotasi untuk singel row
detector array, dan digambarkan oleh lebar precollimator. Lebar dari
precollimator menggambarkan ketebalan irisan / slice thickness (z axis
resolusi atau spatial resolusi) dan pengaruh volume coveage terhadap
kecepatan kinerja.
Slice thickness yang tebal akan menghasilkan contrast resolusi
yang baik (SNR baik), tetapi spatial resolution pada slice thickness
yang tebal, akan tereduksi. Bentuk slice sensitivity profile untuk single
detektor merupakan konsekuensi dari: terbatasnya lebar dari focal spot,
penumbra dari kolimator, faktor gambaran komputer dari jumlah sudut
projeksi yang melingkari pasien. Pada helical scan meliliki slice
sensitivity profile sedikit lebih luas untuk translasi pasien selama
scanning.
Pada CT multislice, slice thickness dari irisan yang ditentukan
oleh beam with (BW), picth dan faktor yang lain seperti bentuk dan
lebar dari filter rekonstruksi pada poros-z. Beam with (BW) masih
didefinisikan pada poros-z pada pusat rotasi tapi pada multislice
digunakan untuk empat baris detektor array. Lebar beam with
digunakan untuk empat irisan dan ditentukan oleh precollimator.
2. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice
thickness dengan ketebalan irisan berbeda pada masing-masing range
tetapi masih dalam satu volume investigasi.
3. Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang
diperiksa.
4. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
eksposi antara lain tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu
eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis
pada tiap-tiap pemeriksaan. Image quality tergantung pada produksi
sinar-X yang berarti pula dipengaruhi oleh mili ampere (mA), waktu (s)
dan tegangan tabung (kV). Salah satu usaha dalam pengendalian Image
noise pada gambaran CT Scan adalah dengan melakukan pemilihan kV
yang tepat pada saat scanning dengan harapan dapat memberikan
kualitas hasil yang optimum dalam rangka menegakkan diagnosis.
Pemilihan kV mengacu pada efektivitas energi yaitu 80 kV, 110
kV dan 130 kV. Pemilihan tegangan yang tinggi antara rentang 80–140
kV direkomendasikan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi. Efek
yang ditimbulkan dari pemilihan kV telah diteliti untuk pesawat CT
Scan Siemes Emotion, di mana penurunan kV diikuti dengan
peningkatan fluktuasi CT number (noise).
Pada saat penyinaran sinar-X ada banyak aspek yang dibutuhkan yaitu
sebagai berikut:
1 Abdomen 25
2 Head 50
3 Lumbar spine 35
∫ (
Dimana:
D (z) = Radiasi profil dosis sepanjang sumbu Z (z-axis)
N = Jumlah gambaran tomografi pada satu gambaran scan axial. Hal ini
sesuai dengan data chanel yang digunakan pada scan khusus. Nilai N
mungkin akan hilang atau sama dengan jumlah maksimum yang ada pada
sistem.
T = Lebar dari scan tomografi sepanjang gambaran sumbu z dengan satu data
chanel. Pada MS CT, beberapa elemen detector menjadi satu group
bersama pada satu data chanel. Pada single slice, kolimasi sumbu z (T)
adalah lebar scan.
untuk satu putaran dari tabung sinar-x. Secara teoritis mengestimasi rata-rata dosis
pada bagian dalam tengah-tengah dari volume scan yang terdiri atas beberapa
bagian.
c. CTDI100
CTDI100 membutuhkan integral dari radiasi profil dosis dari satu potongan
axial atau limit integral yang lebih spesifik. Pada kasus CTDI100, integral limit
yang cocok pada panjang 100 mm pensil ionisasi chamber.
∫ (
d. Weighted CTDIw
Nilai dari 1/3 dan 2/3 kira-kira berjumlah dari relative area yang diperlihatkan
oleh nilai tengah dan sepi.
b. Volume CTDIVOL
( ( (
DLP menggambarkan total energi yang diserap (dan efek biologi) yang
diakibatkan oleh pengambilan scan.
Sebuah scan dada yang dilakukan dengan sebuah scanner single detector
pada 120 kVp, 250 mAs, kolimasi 5-7 mm, dan sebuah pitch 1, CTDI100,center
akan menjadi 10 mGy, CTDI100,tepi akan menjadi 18 mGy, CTDIW akan menjadi
15 MGy, dan CTDIvol akan menjadi 15 mGy. Jika diasumsikan panjang scan 25
cm, DLP akan menjadi 375 mGy cm; ketika factor konversi untuk dada digunak
tt5an, perkiraan dosis efektif akan menjadi 6.4 mSv.
Sebuah scan kepala yang dilakukan dengan scanner single detector pada 120
kVp, 300 mAs, kolimasi 5 mm ,dan sebuah pitch 1, CTDI100,center akan menjadi
40 mGy, CTDI100,tepi akan menjadi 40 mGy, CTDIW akan menjadi 40 mGy, dan
CTDIvol akan menjadi 40 mGy. Jika diasumsikan panjang scan 17.5 cm, DLP
akan menjadi 700 mGy cm; ketika factor konversi untuk kepala digunakan,
perkiraan dosis efektif akan menjadi 1.6 mSv.
Untuk CT Scan yang 64 slice itu memiliki dosis radiasi efektifnya adalah
sebesar 35,4 millisievert (mSv) sedangkan untuk CT Scan 320 slice memiliki
dosis efektif 4,4 mSv. Ketika kemampuan teknologi CT meningkat dari 16
menjadi 64 detektor, dosis radiasinya naik secara signifikan. Saat ini
perkembangan teknologi berjalan ke arah yang berlawanan, yaitu mulai
mengurangi pancaran radiasi. Semakin panjang luas area scan nya yang
dipengaruhi oleh lebar tubuh maupun panjang tubuh pasien maka semakin banyak
dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Untuk pengukuran radiasi pada pekerja
biasanya menggunakan TLD (thermoluminescent dosimetry) dan biasanya
diadakan evaluasi dosis pekerja 2 bulan sekali.
Gantry. Di dalam gantry terdapat scan area dan sinar laser beam, di mana pada
scan area terdapat sumber X-ray, film dan detektor. Sebelum pasien dilakukan
pemeriksaan, posisi tubuh pasien harus disesuaikan bagian mana yang akan
diperiksa dan penempatan posisi tubuh yang benar. Posisi tubuh pasien mula –
mula akan dimasukkan ke dalam gantry sebelum diperiksa, hal ini dilakukan
untuk menempatkan posisi tubuh yang diperiksa agar tepat berada di pusat gantry
dengan adanya bantuan dari laser beam yang bersumber dari berbagai titik dan
akan bertemu pada satu titik temu koordinat dan itu akan menjadi sentral
pemeriksaan pada pasien. Sehingga posisi pasien berada diantara X-ray, film dan
detektor.
Dalam penempatan posisi tubuh pasien dilakukan seperti hal ini bertujuan
untuk mendapatkan gambar yang baik dari berbagai sisi di sepanjang scan area.
Jika posisi pasien terlalu tinggi, tidak tepat terhadap sentral dan posisi jauh dari
detektor, maka nanti akan menimbulkan magnifikasi dan juga dosis radiasi yang
diterima lebih banyak. Dan jika dalam posisi sebaliknya, yaitu terlalu rendah dan
dekat dengan detektor, maka akan menghasilkan gambar pencitraan yang kurang
bagus. Dalam prinsip ini, semua organ tubuh harus menerima radiasi dari segala
arah dalam scan area dengan jarak yang sama, agar sesuai dengan dosis radiasi
dan juga agar didapatkan gambar pencitraan yang bagus.
Sehingga tidak ada bagian yang mengalami magnifikasi maupun hasil
pencitraan yang kurang bagus, serta menghindari paparan radiasi yang berlebihan.
8. Mengkonsumsi susu dan telur setiap hari untuk mengganti sel-sel tubuh yang
rusak sebagai akibat paparan radiasi.
a. Kelebihan CT Scan
Kelebihan yang terdapat di CT Scan antara lain:
1. CT-Scan merupakan alat yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit yang
ada di dalam organ tubuh tanpa melalui pembedahan dan tanpa rasa sakit yang
berlebihan.
2. CT-Scan menyediakan data terperinci dan jelas dapat diubah secara digital
menjadi gambar tiga dimensi.
3. Waktu yang dibutuhkan oleh CT-Scan sangat cepat.
4. Pemindaiannya relative cepat dan sederhana, serta metode ini dapat
menyelamatkan kehidupan dengan memperlihatkan adanya cedera internal.
5. Pemindai ini tidak berdampak pada alat medis yang diimplantasikan didalam
tubuh.
6. Memiliki kontras resolusi dan spatial resolusi yang tinggi. Kontras resolusi
adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang memiliki densitas
hampir sama. Spatial resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua
objek yang saling berdekatan letaknya.
7. Hasil gambaran dapat direkontruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari proyeksi
axial dijadikan proyeksi sagital atau coronal.
8. Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan adanya
pengaturan window.
9. Hasil gambaran berupa irisan melintang (cross sectional) sehingga superposisi
antar organ dapat dihindari.
10. Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari berbagai
proyeksi seperti proyeksi axial, sagital dan coronal.
b. Kekurangan CT-Scan
Kekurangan CT Scan antara lain:
1. CT-Scan biasanya menggunakan radiasi yang dosis nya lebih tinggi
dibandingkan sinar-X biasa (Sinar Rontgen).
2. Paparan tambahan ini mengandung risiko kecil tetapi signifikan terhadap
munculnya kanker dan hal ini hendaknya dipertimbangkan baik-baik dan
dibandingkan dengan manfaatnya.
3. Beberapa pasien memiliki alergi terhadap zat pengontras, yang biasanya
mencakup iodin, dan pada pasien tertentu ada juga yang mengalami risiko
kerusakan ginjal. Jika cairan pengontras digunakan, ibu yang menyusui harus
menunggu 24 jam atau lebih sebelum kembali menyusui.
4. Munculnya gambaran artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi
terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman
CT Scan berlangsung, pasien yang menggunakan tambalan gigi amalgam atau
sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu yang
mengakibatkan timbulnya gambaran artefak.
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
- Pada otak, CT Scan dapat meneliti bagian otak dengan berbagai struktur
otak untuk mencari massa, stroke, daerah perdarahan, atau kelainan
pembuluh darah.
- Pada Thorax, CT Scan juga sering digunakan untuk mencari kelenjar getah
bening membesar pada daerah Thorax.
- CT Scan Perut dan panggul dapat melihat pada organ perut dan panggul
(seperti hati, limpa, ginjal, pankreas, dan kelenjar adrenal).
- Pemeriksaan CT sinus dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit pada
sinus dan mencari penyempitan atau penyumbatan di jalur drainase sinus.
- CT Scan pada tulang belakang paling sering digunakan untuk mencari disc
hernia atau penyempitan saluran tulang belakang (stenosis tulang belakang)
pada pasien dengan keluhan acute atau kronis pada leher, lengan,
punggung, dan sakit kaki.
karena satu kali putaran gantry bisa menghasilkan dua atau lebih potongan gambar
dan potongan yang dihasilkan lebih detail. Pada dasarnya untuk kasus
pemeriksaan pada kepala lebih baik menggunakan irisan sequence, hanya saja
rekonstruksi pada irisan sequence ini terbatas terlihat dari slice.
Prinsip kerja CT Scan secara Fisika merupakan sebuah metode untuk
memperoleh dan merekonstruksi citra secara cross section dari sebuah objek
(tubuh). Metode ini berbeda dengan proyeksi citra X-ray konventional, dimana
hasil CT menampilkan citra potongan irisan (slice) dari obyek sehingga tidak
menampilkan citra yang saling tumpang tindih atau superposisi. Ada 3 proses
pembuatan pada CT Scan yaitu secara akuisisi data, proses data dan penampilan
gambar.
Prinsip proteksi radiasi yang merupakan salah satu komponen yang harus
diperhatikan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja. Ada beberapa
aspek proteksi radiasi yang perlu dipehatikan yaitu proteksi radiasi terhadap
penderita, proteksi radiasi terhadap pekerja radiasi dan proteksi radiasi terhadap
lingkungan sekitar. Untuk Proteksi Radiasi, dari hasil observasi, panjang, lebar,
dan tinggi secara berurutan dari ruang CT Scan adalah 7,30 m; 4,75 m; dan
3,10m. Dinding-dindingnya dilapisi oleh Pb setebal 3 mm dan mampu
mengurangi intensitas radiasi sinar-X sehingga radiasi yang ada di ruang operator
dan sekitarnya hanya sebesar 0,1 hingga 0,2 . Dalam ruang CT Scan
secara utuh terdapat beberapa fasilitas seperti ruang dokter maupun ruang
diagnosa hasil pencitraan CT Scan, ruang pesawat CT Scan, ruang operator, serta
ruang tunggu pasien. Daun pintu pada ruang pesawat CT Scan yang terhubung
dengan ruang operator memiliki ukuran tinggi 2,26 m, tebal 5 cm, dan dilapisi Pb
setebal 2 mm. Selain itu kaca ruang operator yang berfungsi sebagai kaca
pemantau bagi radiografer menjalankan scanning tanpa berada di dalam ruang CT
Scan, memiliki luas 100 cm x 121 cm dan tebal 0,5 cm. Kaca tersebut merupakan
kaca setara Pb 2 mm sehingga juga dapat mengurangi intensitas radiasi sinar-X di
ruang operator. Untuk temboknya harus terbuat dari batu bata yang ditata secara
vertical dan penataannya tidak seperti membangun rumah serta di tembok tersebut
dilapisi oleh Pb. Kemudian letak ruangan CT Scan merupakan ruangan yang jauh
dari pendiaman orang-orang sehingga proteksi radiasi untuk masyarakat masih
bisa terjangkau.
6.2. Saran
Adapun saran kami kepada pihak Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya adalah lebih meningkatkan proteksi radiasi terhadap pasien,
pekerja/radiografer, serta lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA