SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ANALISIS KUALITAS CITRA RADIOGRAFI DENGAN
MENGGUNAKAN VARIASI RASIO GRID
DAN KONSTRUKSI GRID
SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
i
PERSETUJUAN
Kategori : Skripsi
Nama : Josua Partogi Tampubolon
Nomor Induk Mahasiswa : 130821006
Program studi : Sarjana ( S1) FISIKA
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara
Diluluskan di
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha
Pengasih yang senantiasa melimpahkan KasihNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Kualitas Citra Radiografi dengan
menggunakan variasi rasio Grid dan konstruksi Grid “
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari banyak pihak, baik dalam bentuk ide, materi, dorongan semangat serta doa
yang tulus. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M. Sc , selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan selalu memberi
saran dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA USU.
3. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Si , selaku sekretaris Jurusan FISIKA FMIPA
USU.
4. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Fisika, Staff dan Pegawai FMIPA USU
6. Bapak Awan pelawi S.Si selaku kepala instalasi radiologi RSU Dr.Pirngadi kota
Medan beserta seluruh kakak dan abang staf radiologi RSU Dr.Pirngadi kota
Medan.
7. Ibu Juliana Sidauruk S.Si selaku staf BPFK Medan atas bantuannya terhadap
peminjaman stepwedge dan densitometer
8. Ibu Josepa ND Simanjuntak, M.Si selaku dosen penguji penulis dan juga sebagai
Kakak yang mengarahkan dan yang banyak memberikan saran, motivasi, demi
kesempurnaan Skripsi ini
9. Orangtuaku, Ayah tercinta, E.E Tampubolon , Ibu tercinta A. Sianturi,
terimakasih atas Semangat, motivasi dan doa yang tidak pernah luput setiap saat
kepada penulis. Adik-adikku yang kusayangi dimana sama sama berjuang juga
untuk meraih Sarjana dan Diploma tahun ini, Debora Tampubolon, Tommy
Tampubolon dan sibungsu yang selalu memberi semangat Eunike Tampubolon.
iv
10. Teman bimbingan Bang Juni Arus Pasaribu dan Adek Rahel Silitonga yang
selalu memberi informasi untuk bisa konsultasi bersama pembimbing atas
kebersamaan selama ini.
11. Teman-teman muda mudi gereja (NHKBP) Padang Bulan atas doa dan
semangatnya kepada penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran-saran dari
pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
v
INTISARI
Kata kunci : rasio grid, konstruksi grid, kualitas citra, densitas, kontras
vi
ABSTRACT
The research about the Analysis of the Radiographic Image Quality by using a
Variation of the Grid ratio and Grid Construction had been done. With a variation of
stepwedge as an object, the exposure with the variation of the tube voltage 70 kV-90 kV
starts with an increase at 5 kV. Determining the relationship of image quality
radiograph of the variation grid ratio and grid construction, the exposure of the
stepwedge using three grid ratios are 6:1, 8:1, 10:1 with the construction of linier grid
and focus grid alternately by measuring the density value of average films each step
using a densitometer. Grid with a grid ratio of 6:1 has the highest average density at
2,26 D on the tube voltage of 90 kV, the grid ratio of 8:1 is 2,16 D, while the grid ratio
of 10:1 is 2,04 D. The Contrast value obtained in the grid ratio 6:1 is 1,85 D with the
tube voltage 75 kV and the lowest grid ratio of 10:1 is 1,246 D. Contrast radiography
grid high ratio was found to be smaller than low grid ratio. Linier grid construction of
grid ratio 10:1 has the maximum average density lower than grid ratio 8:1 at 2,04 D on
the tube voltage 90 kV. Linier grid construction of grid ratio 8:1 has the minimum
average density which is lower than grid ratio 10:1 at 0,20 D on the tube voltage 70 kV.
The Focus grid construction with grid ratio 6:1 has the highest maximum average
density on the tube voltage 90 kV is 2,26 D and the lowest minimum average density on
the tube voltage 70 kV is 0,24 D.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Intisari v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Grafik xi
Daftar Lampiran xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 3
2.11.2 Kontras 22
2.11.3 Ketajaman Gambar 23
2.12 Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas radiograf 24
2.12.1 Material atom target 24
2.12.2 Tegangan tabung sinar X 24
2.12.3 Arus tabung 24
2.12.4 Jarak antara focus ke film 25
2.13 Densitometer 25
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR GRAFIK
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
INTISARI
Kata kunci : rasio grid, konstruksi grid, kualitas citra, densitas, kontras
vi
ABSTRACT
The research about the Analysis of the Radiographic Image Quality by using a
Variation of the Grid ratio and Grid Construction had been done. With a variation of
stepwedge as an object, the exposure with the variation of the tube voltage 70 kV-90 kV
starts with an increase at 5 kV. Determining the relationship of image quality
radiograph of the variation grid ratio and grid construction, the exposure of the
stepwedge using three grid ratios are 6:1, 8:1, 10:1 with the construction of linier grid
and focus grid alternately by measuring the density value of average films each step
using a densitometer. Grid with a grid ratio of 6:1 has the highest average density at
2,26 D on the tube voltage of 90 kV, the grid ratio of 8:1 is 2,16 D, while the grid ratio
of 10:1 is 2,04 D. The Contrast value obtained in the grid ratio 6:1 is 1,85 D with the
tube voltage 75 kV and the lowest grid ratio of 10:1 is 1,246 D. Contrast radiography
grid high ratio was found to be smaller than low grid ratio. Linier grid construction of
grid ratio 10:1 has the maximum average density lower than grid ratio 8:1 at 2,04 D on
the tube voltage 90 kV. Linier grid construction of grid ratio 8:1 has the minimum
average density which is lower than grid ratio 10:1 at 0,20 D on the tube voltage 70 kV.
The Focus grid construction with grid ratio 6:1 has the highest maximum average
density on the tube voltage 90 kV is 2,26 D and the lowest minimum average density on
the tube voltage 70 kV is 0,24 D.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
terbentuk citra dari bagian tubuh yang disinari. Komponen tabung sinar X
ditampilkan pada gambar 2.2 berikut ini.
1. Katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda disisipi
kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar X. filamen
terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral.
2.Anoda
Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi anoda disini
berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron.
6
3.Focusing cup
Focusing cup ini sebenarnya terdapat pada katoda yang berfungsi sebagai alat
untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak
terpancar ke mana-mana.
4.Rotor atau stator
Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat
untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada tabung sinar X
yang menggunakan anoda putar.
5.Glass metal envalope (vacum tube)
Glass metal envelope atau vacum tube adalah tabung yang gunanya membungkus
komponen-komponen penghasil sinar X agar menjadi vacum atau kata lainnya
menjadikannya ruangan hampa udara.
6. Oil
Oil berfungsi sebagai pendingin tabung sinar X.
7. Window
Window atau jendela adalah tempat keluarnya sinar X. Window terletak di bagian
bawah tabung
mempunyai energi positif dan elektron mempunyai energi negatif, maka terjadi
hubungan tarik- menarik antara inti atom dengan elektron. Ketika elektron ini
cukup dekat dengan inti atom dan inti atom mempunyai medan energi yang cukup
besar untuk ditembus oleh elektron proyektil, maka medan energi pada inti atom
ini akan melambatkan gerak dari elektron proyektil. Melambatnya gerak dari
elektron proyektil ini akan mengakibatkan elektron proyektil kehilangan energi
dan berubah arah. Energi yang hilang dari elektron proyektil ini dikenal dengan
photon sinar – X bremsstrahlung.
2. Sinar X Karakteristik
Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi
kinetik yang tinggi berinterkasi dengan elektron dari tiap-tiap kulit atom. Elektron
proyektil ini harus mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi untuk melepaskan
elektron pada kulit atom tertentu dari orbitnya. Saat elektron dari kulit atom ini
terlepas dari orbitnya maka akan terjadi transisi dari orbit luar ke orbit yang lebih
dalam. Energi yang dilepaskan saat terjadi transisi ini dikenal dengan photon
sinar-X karakteristik. Energi photon sinar-X karakteristik ini bergantung pada
besarnya energi elektron proyektil yang digunakan untuk melepaskan elektron
dari kulit atom tertentu dan bergantung pada selisih energi ikat dari elektron
transisi dengan energi ikat elektron yang terlepas tersebut.
8
Perbedaan kedua sinar X diatas, selain asal terjadinya adalah bentuk spektrum
energinya. Sinar X karakteristik spektrum energinya bersifat diskrit atau terputus-
putus, sedangkan bremsstrahlung bersifat kontinyu (Bushberg, 2001).
I ( ) I 0 e (2.1)
2.5 Grid
Grid adalah suatu alat bantu pemeriksaan yang terdiri dari lempengan garis
garis logam yang bernomor atom tinggi (biasanya timbal) yang disusun sejajar
satu sama lain dan dipisahkan oleh bahan penyekat atau interspace material yang
dapat ditembus sinar X. Grid pertama kali ditemukan oleh Dr. Gustav Bucky
(1913) kemudian disempurnakan lagi oleh radiologis dari Chicago bernama Dr.
Hocles Potter (1920) dengan cara mengatur jarak Al dan Pb menjadi lebih rapat
dan lebih kecil (Bushberg, 2001).
Grid radiografi direkomendasikan penggunaanya untuk (Bushong, 2001) :
1. Objek/bagian tubuh yang memiliki ketebalan diatas 10 cm
2. Penggunan tegangan tabung yang tinggi (kV tinggi)
3.Memperlihatkan struktur jaringan lunak untuk meningkatkan kontras (misal
pada pemeriksaan mammography)
Adapun bentuk grid dapat ditunjukkan seperti gambar 2.5 dibawah ini
Pada grid jenis linear ini densitas film yang dihasilkan tidak sama dari sisi tengah
ke sisi tepi film. Hal ini dikarenakan adanya cut off. Nilai densitas tertinggi
berada dibagian tengah sedangkan terendah berada di bagian tepi film.
2. Grid fokus
Grid fokus adalah grid yang garis timbalnya berangsur-angsur miring dari pusat
ke tepi sehingga titik perpotongannya bertemu di titik fokus. Grid jenis ini
menutupi kekurangan grid jenis linear. Grid jenis fokus ini dapat mengurangi
terjadinya cut off geometrik. Tetapi penggunaan grid ini hanya untuk jarak
tertentu dan tidak boleh terbalik peletakannya.
4. Grid silang
Grid silang merupakan dua garis paralel yang seolah-olah ditimpuk menyilang
dengan garis lempengan dengan timbale saling tegak lurus,sehingga sangat efektif
menyerap radiasi hambur.
h (2.2)
r=
D
dengan r adalah rasio grid, h adalah ketinggian lempengan timbal (Pb) dan D
adalah jarak antara lempengan timbal atau ketebalan interval timbal. Dibawah ini
digambarkan tentang pengertian rasio grid
13
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Rasio grid 10:1 artinya
perbandingan tinggi lempengan timah 10 mm berbanding jarak antara lempengan
timah 1 mm begitu juga dengan rasio grid 6:1 dan 8:1, sedangkan frekuensi grid
menyatakan banyaknya lempengan timah dalam satu lempengan (lines/cm)
(Sprawls, 2010).
14
dengan fg adalah frekuensi grid ,T adalah tebal lempengan timbal dan D adalah
tebal bahan penyela (interspace).
Frekuensi grid tersebut dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini.
penyekat ini adalah untuk meneruskan radiasi primer dan menyerap radiasi
hambur yang searah dan sejajar dengan radiasi primer. Bahan penyekat ini lebih
ekfektif terbuat dari aluminium daripada plastik fiber, karena nomor atom
aluminium lebih tinggi sehingga mampu menyerap radiasi hambur lebih banyak.
K
C
(2.4)
C'
Dengan K adalah faktor perbaikan Kontras radiografi , C adalah Kontras radiograf
dengan menggunakan grid dan C’ adalah Kontras radiograf tanpa menggunakan
grid. Semakin tinggi rasio grid yang dipakai faktor perbaikan kontras akan
semakin tinggi. Faktor perbaikan kontras ini tergantung pada tegangan tabung
yang diberikan, ukuran luas penyinaran, dan ketebalan objek penyinaran.
S= (2.5)
Dengan Tp adalah radiasi primer yang diteruskan melalui grid, Ts adalah radiasi
hambur yang diteruskan melalui grid.
Selektivitas grid dipengaruhi oleh kadar timbal yang menyusun grid. Semakin
tinggi kadar timbal yang dikandung semakin tinggi selektivitas grid dan semakin
tinggi pula kemampuan grid dalam menyerap radiasi hambur. Daya selektifitas
grid tergantung pada kemampuan meneruskan radiasi primer dan menyerap
radiasi sekunder (hamburan). Makin berat suatu grid, maka semakin tinggi
selektifitasnya, dan semakin tinggi pula faktor peningkatan kontras.
17
Gambar 2.13 Perbandingan grid rasio rendah dan grid rasio tinggi (Sprawls, 2010)
Rasio grid 8:1 dan 10:1 adalah grid yang paling sering digunakan dalam
pemeriksaan radiografi konvensional karena sangat mudah didapatkan dan
harganya relative lebih murah dibandingkan grid dengan rasio yang lebih tinggi
selain lebih mahal juga sulit untuk diproduksi (Bushberg, 2001). Grid dengan
rasio tinggi memiliki faktor perbaikan kontras yang tinggi. Grid dengan frekuensi
18
grid yang rendah memiliki faktor perbaikan kontras yang rendah. Grid yang berat
memiliki selektifitas grid yang tinggi dan faktor perbaikan kontras yang lebih
baik.
Kesalahan-kesalahan dalam penggunan Grid (Bushberg, 2001),
1. Off level
Bila pemasangan grid pada kaset rata membentuk sudut terhadap sumber sinar
X(sinar rontgen). Off level dapat terjadi pada grid linear
2. Off center
Bila pengaturan grid tidak tepat pada pertengahan film atau titik aksis lampu
kolimator tidak dapat jatuh pada pertengahan grid .Off centre dapat terjadi pada
grid linear dan grid fokus.
19
3. Off fokus
Kesalahan ini diakibatkan oleh pengaturan jarak antara fokus dengan grid apakah
itu lebih kecil ataupun lebih besar. Off fokus dapat terjadi pada grid linear dan
grid fokus
2.11.1 Densitas
Yaitu tingkat derajat kehitaman suatu gambaran radiografi akibat
banyaknya intensitas radiasi yang mengenai emulsi film. Penghitaman dihasilkan
oleh pengembangan Kristal Kristal perak bromide dalam emulsi film sesuai
dengan jumlah paparan radiasi yang diterima. Intensitas cahaya setelah melewati
21
D log
Io
(2.7)
It
f. Ketebalan objek
Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin meningkat
g. Luas lapangan penyinaran
Intensitas sinar X yang keluar dari tube sinar X.
2.11.2 Kontras
Perbedaan gambaran antara derajat kehitaman dan putih akibat adanya
perbedaan daya absorbsi objek terhadap sinar X. Perbedaan tingkat kehitaman ini
disebabkan oleh nomor atom objek berbeda-beda sehingga daya serap tiap objek
berbeda-beda. Objek yang tebal memiliki daya serap yang lebih besar sehingga
sedikit sinar X yang sampai ke film akibatnya citra yang dihasilkan putih,
Sedangkan Objek yang tipis memiliki daya serap yang lebih kecil sehingga lebih
banyak melewatkan sinar X yang sampai ke film akibatnya citra yang dihasilkan
hitam (Bushberg, 2001). Hal ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan tingkat
kehitaman suatu citra radografi. Perbedaan tingkat kehitaman ini dirumuskan
dengan (Bushong, 2001) :
I1 V1
2
I 2 V2
(2.9)
Dengan I adalah paparan sinar X (Watt/m2) dan V adalah beda potensial pada
tabung sinar X (kV)
I1 i1
(2.10)
I 2 i2
Dengan i adalah kuat arus.
I1 d 22
(2.11)
I 2 d12
2.13 Densitometer
Densitometer merupakan sebuah instrumen (alat) yang dapat mengukur
derajat penghitaman pada film. Alat menghasilkan data yang dapat dibaca dari
besarnya densitas pada sebuah film.Sebuah densitometer terdiri dari sebuah
sumber cahaya, tempat meletakkan film yang akan diukur, lubang cahaya untuk
mengontrol tambahan cahaya dari sumber cahaya sebuah sensor tangan dengan
sensor optis, sebuah display bacaan dan sebuah kontrol kalibrasi angka..
Pengukuran densitas ini akan membantu dalam menentukan nilai densitas optimal
suatu citra radiografi melalui pemakaian grid dengan rasio tertentu.satuan dari
pengukuran nilai densitas optik sebuah citra radiografi adalah D (Density)
(Bushberg, 2002)
BAB 3
METODE PENELITIAN
b. Merk : Soyee
rasio : 8:1
konstruksi : linier
Interspace : Al
Frekuensi : 103 garis/cm
Buatan : Cina
c. Merk : Mitaya
rasio : 10:1
konstruksi : linier
interspace : Al
frekuensi : 100 garis/cm
buatan : Jepang
3. Objek
Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah stepwedge bertingkat
yang terbuat dari material aluminium. Stepwedge adalah alat yang terbuat dari
aluminium alloy berbentuk seperti tangga bertingkat sebanyak 11 tingkat yang
memiliki skala densitas yang berbeda-beda. hasilnya dapat dilihat secara langsung
setelah film diproses dan kemudian nilai densitasnya dihitung dengan
menggunakan densitometer. Spesifikasi stepwedge yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Merk : Gammex
Konstruksi : 6061 Aluminium alloy
Tingkat : Sebelas (11) tingkat,tinggi 3,2mm dan kedalaman 12,7mm
Dimensi : 14 x 6 cm (5.5x2.4 inch)
Berat : 450 gram
31
4. Film X ray
Film X ray yang digunakan adalah berjenis green sensitive merk Agfa
ukuran 30x40 cm dan 35x35 cm
5.Kaset radiografi
Kaset dan lembar penguat (Intensifying Screen) jenis green emitting
ukuran 30x40 cm dan 35x35 cm
6. Pengolahan gambar
Satu unit automatic processing merk Agfa CP 1000
7.Densitometer
Densitometer adalah alat untuk mengukur densitas(derajat kehitaman)
pada film.Pengukuran densitas ini akan membantu mengetahui derajat optimal
suatu citra radiografi.Densitometer yang digunakan jenis digital densitometer
merk X-rite.
Tabung
sinar X
St epwedge
Grid
Kaset
Data
Analisa Data
Kesimpulan
BAB IV
Hasil Pengukuran Densitas optik dari variasi rasio grid yang dihasilkan
4.1.1 Rasio Grid 6:1
Setelah dilakukan pembuatan citra radiografi maka dilakukan pengukuran
nilai densitas optik pada film sebanyak 5 titik yang diukur dengan menggunakan
densitometer, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
75 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
(D)
Step
1 2,11 2,12 2,13 2,14 2,15 2,13
2 1,91 1,92 1,93 1,94 1,95 1,93
3 1,6 1,61 1,62 1,63 1,65 1,622
4 1,3 1,32 1,34 1,35 1,36 1,334
5 1 1,02 1,04 1,06 1,08 1,04
6 0,76 0,78 0,8 0,82 0,84 0,8
7 0,61 0,62 0,63 0,64 0,65 0,63
8 0,45 0,47 0,48 0,49 0,5 0,478
9 0,35 0,37 0,38 0,39 0,4 0,378
10 0,3 0,31 0,32 0,33 0,34 0,32
11 0,26 0,27 0,28 0,29 0,3 0,28
80 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
(D)
Step
1 2,19 2,2 2,21 2,22 2,23 2,21
2 2,12 2,13 2,14 2,15 2,16 2,14
3 2,03 2,05 2,06 2,07 2,08 2,058
4 1,81 1,82 1,84 1,85 1,86 1,836
5 1,53 1,55 1,57 1,59 1,6 1,568
6 1,28 1,3 1,32 1,34 1,35 1,318
7 1,03 1,05 1,07 1,09 1,1 1,068
8 0,8 0,82 0,84 0,86 0,88 0,84
9 0,6 0,62 0,63 0,64 0,65 0,628
10 0,46 0,47 0,48 0,49 0,5 0,48
11 0,4 0,41 0,43 0,44 0,45 0,426
Dari hasil data pada tabel 4.1 diatas maka dapat dijelaskan bahwa, densitas
tertinggi terletak pada step terendah, yaitu step 1 yang merupakan gambaran tebal
objek yang lebih tipis sedangkan densitas terendah terletak pada step yang paling
tinggi, yaitu step 11 yang merupakan gambaran tebal objek yang lebih tebal.
Dimana pada tegangan terendah 70 kV diperoleh rata-rata nilai densitas minimum
pada step 11 sebesar 0,24 D dan nilai rata-rata densitas maksimum pada step 1
sebesar 2,02 D sedangkan pada tegangan 75 kV diperoleh rata rata nilai densitas
minimum pada step 11 sebesar 0,28 D dan nilai rata-rata densitas maksimum pada
step 1 sebesar 2,13 D pada tegangan 80 kV diperoleh rata-rata nilai densitas
minimum pada step 11 sebesar 0,426 D dan nilai rata rata densitas maksimum
pada step 1 sebesar 2,21 D pada tegangan 85 kV diperoleh nilai rata-rata densitas
minimum pada step 11 sebesar 0,634 D dan nilai rata rata densitas maksimum
pada step 1 sebesar 2,22 D begitu juga dengan tegangan tabung yang tertinggi
yaitu 90 kV, densitas tertinggi terletak pada step terendah, yaitu step 1 yang
merupakan gambaran tebal objek yang lebih tipis dengan densitas rata rata
maksimum sebesar 2,26 D sedangkan densitas terendah terletak pada step yang
paling tinggi, yaitu step 11 yang merupakan gambaran tebal objek yang lebih
tebal dengan densitas rata rata minimum sebesar 0,84 D artinya kenaikan
tegangan tabung mempengaruhi kenaikan densitas pada stepwedge dimana nilai
densitas tertinggi berada pada ketebalan objek yang paling tipis yaitu step 1
40
sedangkan nilai densitas terendah berada pada ketebalan objek yang paling tebal
yaitu step 11.
Dari data tabel 4.1 diperoleh grafik hubungan antara densitas dengan
pengaruh variasi faktor penyinaran dan ketebalan bahan dari 11 tingkat stepwedge
yaitu step 1 sampai step 11 seperti grafik dibawah ini :
2,5
2
Nilai Densitas (D)
Tegangan 75kV
1
Tegangan 80kV
0,5 Tegangan 85kV
Tegangan 90kV
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Stepwedge (mm)
Pada grafik dari rasio grid 6:1 diatas memperlihatkan variasi nilai densitas
berubah untuk setiap tingkatan stepwedge dan nilai tegangan tabung yang
diberikan sesuai dengan rasio grid dan konstruksi grid yang digunakan dimana
rasio grid 6:1 memiliki konstruksi grid fokus. artinya pada tegangan dan rasio grid
yang sama yaitu tegangan tabung 70 kV hingga 90 kV dan rasio 6:1 densitas
tertinggi diperoleh dari objek yang lebih tipis yaitu step 1 karena lebih banyak
melewatkan sinar X dibanding menyerap sinar X sehingga yang sampai ke film
lebih banyak dalam hal ini rasio grid dan konstruksi grid berperan penting dalam
menyerap radiasi hambur demi mengoptimalkan densitas film sedangkan densitas
terendah diperoleh dari step tertinggi yaitu step 11 karena lebih tebal sehingga
lebih banyak menyerap sinar X dan lebih sedikit yang sampai ke film sehingga
nilai densitas film lebih rendah. Nilai densitas menunjukkan tingkat derajat
kehitaman radiografi berdasarkan ketebalan obyek yang ditunjukkan sesuai
dengan tingkatan pada stepwedge. Setiap kenaikan tegangan tabung setara dengan
kenaikan densitas film radiografi.
41
Titik
1 2 3 4 5 Rata-rata
Step (D)
75 kV 1 1,94 1,96 1,98 2 2,02 1,98
2 1,82 1,84 1,88 1,86 1,8 1,84
3 1,5 1,53 1,57 1,59 1,6 1,558
4 1,15 1,17 1,2 1,23 1,25 1,2
5 0,8 0,85 0,9 0,97 1 0,904
6 0,62 0,65 0,67 0,69 0,7 0,666
7 0,47 0,49 0,5 0,52 0,54 0,504
8 0,36 0,38 0,4 0,41 0,43 0,396
9 0,27 0,28 0,29 0,3 0,31 0,29
10 0,24 0,25 0,26 0,27 0,28 0,26
11 0,23 0,24 0,25 0,26 0,27 0,25
42
80 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
(D)
Step
1 2 2,01 2,02 2,03 2,04 2,02
2 1,84 1,86 1,82 1,88 1,9 1,86
3 1,6 1,64 1,68 1,7 1,74 1,672
4 1,48 1,5 1,52 1,54 1,56 1,52
5 1,2 1,26 1,28 1,32 1,38 1,288
6 0,96 1 1,06 1,08 1,1 1,04
7 0,74 0,78 0,8 0,88 0,9 0,82
8 0,58 0,62 0,64 0,68 0,72 0,648
9 0,48 0,5 0,52 0,54 0,56 0,52
10 0,38 0,4 0,42 0,44 0,46 0,42
11 0,36 0,32 0,38 0,34 0,3 0,34
85 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
(D)
Step
1 2,08 2,09 2,1 2,11 2,12 2,1
2 1,96 1,97 1,98 1,99 2 1,98
3 1,8 1,84 1,88 1,86 1,9 1,856
4 1,6 1,6 1,68 1,74 1,78 1,68
5 1,4 1,48 1,5 1,54 1,58 1,5
6 1,18 1,2 1,24 1,38 1,46 1,292
7 0,98 1,06 1,08 1,1 1,14 1,072
8 0,8 0,86 0,88 0,9 0,94 0,876
9 0,7 0,72 0,74 0,76 0,78 0,74
10 0,58 0,6 0,62 0,64 0,68 0,624
11 0,44 0,48 0,5 0,52 0,58 0,504
90 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
(D)
Step
1 2,12 2,14 2,16 2,18 2,2 2,16
2 1,98 2 2,02 2,04 2,06 2,02
3 1,9 1,92 1,94 1,96 1,98 1,94
4 1,76 1,78 1,8 1,84 1,86 1,808
5 1,52 1,56 1,64 1,7 1,72 1,628
6 1,32 1,38 1,4 1,48 1,5 1,416
7 1,14 1,18 1,2 1,28 1,3 1,22
8 0,98 1 1,06 1,08 1,1 1,044
9 0,78 0,8 0,86 0,88 0,9 0,844
10 0,68 0,7 0,72 0,74 0,76 0,72
11 0,6 0,62 0,64 0,68 0,66 0,64
43
Dari data tabel 4.2 diperoleh grafik hubungan antara densitas dengan
ketebalan bahan dari 11 tingkat stepwedge yaitu step 1 sampai step 11 dan
pengaruh variasi faktor penyinaran sesuai dengan grafik berikut ini :
2,5
2
Tegangan 70kV
Nilai Densitas (D)
Tegangan 80kV
1
Tegangan 85 kV
Tegangan 90kV
0,5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Stepwedge (mm)
Gambar 4.2 Grafik Densitas rasio Grid 8:1
Pada grafik dari rasio grid 8:1 diatas memperlihatkan variasi nilai densitas
berubah untuk setiap tingkatan stepwedge dan nilai tegangan tabung yang
diberikan sesuai dengan rasio grid dan konstruksi grid yang digunakan dimana
grid rasio 8:1 memiliki konstruksi grid linier. artinya pada tegangan dan rasio grid
yang sama yaitu tegangan tabung 70 kV hingga 90 kV dan rasio 8:1 densitas
tertinggi diperoleh dari objek yang lebih tipis yaitu step 1 karena lebih banyak
melewatkan sinar X dibanding menyerap sinar X sehingga yang sampai ke film
lebih banyak dalam hal ini rasio grid dan konstruksi grid berperan penting dalam
menyerap radiasi hambur demi mengoptimalkan densitas film sedangkan densitas
terendah diperoleh dari step tertinggi yaitu step 11 karena lebih tebal sehingga
lebih banyak menyerap sinar X dan lebih sedikit yang sampai ke film sehingga
nilai densitas film lebih rendah. Nilai densitas menunjukkan tingkat derajat
kehitaman radiografi berdasarkan ketebalan obyek yang ditunjukkan sesuai
dengan tingkatan pada stepwedge. Setiap kenaikan tegangan tabung setara dengan
kenaikan densitas film radiografi.
44
Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
75 kV Step (D)
1 1,68 1,7 1,72 1,74 1,76 1,72
2 1,58 1,56 1,6 1,62 1,64 1,6
3 1,43 1,47 1,5 1,53 1,55 1,496
4 1,25 1,29 1,3 1,31 1,33 1,296
5 0,9 1,1 1,15 1,17 1,21 1,106
6 0,85 0,88 0,9 1,04 1,06 0,946
7 0,74 0,76 0,8 0,94 0,96 0,84
8 0,64 0,68 0,7 0,8 0,84 0,732
9 0,55 0,6 0,65 0,7 0,75 0,65
10 0,47 0,5 0,55 0,57 0,6 0,538
11 0,42 0,44 0,48 0,5 0,53 0,474
80 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
Step (D)
1 1,86 1,88 1,9 1,94 1,96 1,908
2 1,78 1,8 1,82 1,84 1,88 1,824
3 1,68 1,7 1,72 1,74 1,76 1,72
4 1,5 1,54 1,58 1,6 1,62 1,568
45
85 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
Step (D)
1 1,98 2 2,02 2,04 2,06 2,02
2 1,88 1,9 1,92 1,94 1,96 1,92
3 1,74 1,76 1,8 1,84 1,86 1,8
4 1,64 1,66 1,68 1,7 1,72 1,68
5 1,5 1,52 1,56 1,58 1,6 1,552
6 1,3 1,34 1,38 1,46 1,48 1,392
7 1,16 1,18 1,24 1,26 1,28 1,224
8 0,98 0,96 1,06 1,08 1,12 1,04
9 0,84 0,86 0,88 0,9 0,94 0,884
10 0,7 0,74 0,78 0,72 0,8 0,748
11 0,6 0,62 0,64 0,68 0,66 0,64
90 kV Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata
Step (D)
1 2 2,02 2,04 2,06 2,08 2,04
2 1,92 1,96 1,98 1,94 2 1,96
3 1,8 1,84 1,86 1,88 1,9 1,856
4 1,68 1,7 1,72 1,76 1,8 1,732
5 1,52 1,54 1,58 1,64 1,6 1,576
6 1,48 1,5 1,42 1,44 1,46 1,46
7 1,34 1,32 1,3 1,38 1,4 1,348
8 1,12 1,14 1,16 1,2 1,24 1,172
9 0,96 0,98 1 1,04 1,08 1,012
10 0,82 0,84 0,88 0,9 0,94 0,876
11 0,7 0,74 0,76 0,78 0,8 0,756
Dari hasil data pada tabel 4.3 maka dapat dijelaskan bahwa, densitas
tertinggi terletak pada step terendah, yaitu step 1 yang merupakan gambaran tebal
objek yang lebih tipis sedangkan densitas terendah terletak pada step yang paling
tinggi, yaitu step 11 yang merupakan gambaran tebal objek yang lebih tebal.
Dimana pada tegangan terendah 70 kV diperoleh rata-rata nilai densitas minimum
46
pada step 11 sebesar 0,42 D dan nilai rata-rata densitas maksimum pada step 1
sebesar 1,68 D pada tegangan 75 kV diperoleh rata rata nilai densitas minimum
pada step 11 sebesar 0,474 D dan nilai rata-rata densitas maksimum pada step 1
sebesar 1,72 D pada tegangan 80 kV diperoleh rata-rata nilai densitas minimum
pada step 11 sebesar 0,54 D dan nilai rata rata densitas maksimum pada step 1
sebesar 1,908 D pada tegangan 85 kV diperoleh nilai rata-rata densitas minimum
pada step 11 sebesar 0,64 D dan nilai rata rata densitas maksimum pada step 1
sebesar 2,02 D begitu juga dengan tegangan tabung yang tertinggi yaitu 90 kV,
densitas tertinggi terletak pada step terendah, yaitu step 1 yang merupakan
gambaran tebal objek yang lebih tipis dengan densitas rata rata maksimum sebesar
2,04 D sedangkan densitas terendah terletak pada step yang paling tinggi, yaitu
step 11 yang merupakan gambaran tebal objek yang lebih tebal dengan densitas
rata rata minimum sebesar 0,756 D artinya kenaikan tegangan tabung
mempengaruhi kenaikan densitas pada stepwedge dimana nilai densitas tertinggi
berada pada ketebalan objek yang paling tipis yaitu step 1 sedangkan nilai
densitas terendah berada pada ketebalan objek yang paling tebal yaitu step 11.
Dari data tabel 4.3 diperoleh grafik hubungan antara densitas dengan
ketebalan bahan dari 11 tingkat stepwedge yaitu step 1 sampai step 11 dan
pengaruh variasi faktor penyinaran sesuai dengan grafik berikut ini :
2,5
Tegangan 70kV
Densitas (D)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Stepwedge (mm)
Gambar 4.3 Grafik Densitas rasio grid 10:1
47
Pada grafik dari rasio grid 10:1 diatas memperlihatkan variasi nilai densitas
berubah untuk setiap tingkatan stepwedge dan nilai tegangan tabung yang
diberikan sesuai dengan rasio grid dan konstruksi grid yang digunakan dimana
grid rasio 10:1 memiliki konstruksi grid linier, artinya pada tegangan dan rasio
grid yang sama yaitu tegangan tabung 70 kV hingga 90 kV dan rasio 10:1 densitas
tertinggi diperoleh dari objek yang lebih tipis yaitu step 1 karena lebih banyak
melewatkan sinar X dibanding menyerap sinar X sehingga yang sampai ke film
lebih banyak dalam hal ini rasio grid dan konstruksi grid berperan penting dalam
menyerap radiasi hambur demi mengoptimalkan densitas film sedangkan densitas
terendah diperoleh dari step tertinggi yaitu step 11 karena lebih tebal sehingga
lebih banyak menyerap sinar X dan lebih sedikit yang sampai ke film sehingga
nilai densitas film lebih rendah. Nilai densitas menunjukkan tingkat derajat
kehitaman radiografi berdasarkan ketebalan obyek yang ditunjukkan sesuai
dengan tingkatan pada stepwedge. Setiap kenaikan tegangan tabung setara dengan
kenaikan densitas film radiografi.
4.2 Pembahasan
Grid dikenal sebagai Alat bantu untuk mengurangi radiasi hambur,
sekalipun menggunakan faktor penyinaran yang tinggi sehingga nilai densitas dan
kontras radiografi tetap terjaga. Pada penelitian ini menggunakan variasi rasio
grid yaitu 6:1, 8:1, 10:1 dan konstruksi grid yaitu linier dan fokus dengan faktor
tegangan tabung mulai 70 kV sampai dengan 90 kV dengan step kenaikan 5 kV.
Hasil penelitian memodelkan ketebalan objek dalam bentuk stepwedge dari step 1
sampai step 11 dimana step terendah (step 1) memiliki densitas tertinggi
sedangkan step tertinggi memiliki densitas terendah (step 11) yang menghasilkan
nilai densitas rata-rata dari 5 titik yang diukur. Sedangkan nilai kontras radiograf
diperoleh dari selisih nilai densitas maksimum dan minimum.
X 1 X 2 , , X n
Nilai rata rata Densitas dihitung dengan rumus rata rata hitung :
X
n
48
X
Jika dinotasikan dengan notasi Sigma maka :
n
X i 1
i
Dimana ;
X = rata rata hitung
Xi = Nilai data ke i
n = Jumlah sampel
maka dibawah ini akan ditampilkan nilai densitas rata rata maksimum dan
minimum dari variasi grid rasio dengan faktor penyinaran mulai 70 kV sampai
dengan 90 kV dengan step kenaikan 5 kV
Tabel 4.4 Nilai densitas rata rata maksimum dan minimum dari variasi rasio
grid
Tegangan 70 kV 75 kV 80 kV 85 kV 90 kV
Tabung
Rasio grid 6:1 Dmax 2,02D 2,13D 2,21D 2,22D 2,26D
Dmin 0,24D 0,28D 0,427D 0,634D 0,84D
Tabel 4.4 diatas merupakan nilai densitas rata-rata maksimum dan minimum dari
variasi rasio grid dimana pada rasio grid 6:1 dengan konstruksi grid fokus
diperoleh densitas rata rata tertinggi pada kondisi tegangan tabung 90 kV sebesar
2,26 D pada step 1 dan densitas rata rata terendah pada kondisi tegangan tabung
70 kV sebesar 0,24 D pada step 11. Rasio grid 8:1 dengan konstruksi grid linier
diperoleh densitas rata rata tertinggi pada kondisi tegangan tabung 90 kV sebesar
2,16 D pada step 1 dan densitas rata-rata terendah pada kondisi tegangan tabung
70 kV sebesar 0,20 D pada step 11. Rasio grid 10:1 dengan konstruksi grid linier
diperoleh densitas rata rata tertinggi pada kondisi tegangan tabung 90 kV sebesar
2,04 D pada step 1 dan densitas rata-rata terendah pada kondisi tegangan tabung
70 kV sebesar 0,42 D pada step 11. Nilai densitas rata rata minimum dan
maksimum pada tabel diatas dapat ditunjukkan pada grafik dibawah ini :
Tegangan tabung
Tegangan tabung
Gambar 4.4 Grafik Densitas maksimum dan minimum dari 3 rasio grid
50
Sehingga hasil selisih densitas maksimum dan minimum diatas dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.5 Kontras radiografi dari 3 rasio grid
Kontras radiografi 3 rasio grid
Tegangan tabung rasio rasio rasio
6:1 8:1 10:1
70 kV 1,78D 1,524D 1,26D
75 kV 1,85D 1,73D 1,246D
80 kV 1,784D 1,68D 1,368D
85 kV 1,586D 1,596D 1,38D
90 kV 1,42D 1,52D 1,284D
Tabel 4.5 merupakan nilai kontras dari setiap rasio grid yang digunakan yaitu,
rasio 6:1, 8:1, dan 10:1 kaitannya dengan tegangan tabung dapat dijelaskan pada
grafik dibawah ini :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terhadap analisis kualitas citra
radiografi dengan penggunaan variasi rasio dan konstruksi grid maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Grid dengan rasio grid yang tinggi yaitu, rasio 10:1 memiliki densitas
yang lebih baik yaitu 2,04 D pada step 1 dengan tegangan tabung
tertinggi 90 kV dibanding grid dengan rasio grid lebih rendah yaitu,
rasio 6:1 dengan nilai 2,26D.
2. Rasio grid 6:1 memiliki nilai kontras tertinggi yaitu 1,85 pada
tegangan tabung 75 kV sedangkan rasio grid 10:1 memiliki nilai
kontras terendah pada tegangan tabung 75 kV.
3. Konstruksi grid linier dengan rasio grid 10:1 memiliki densitas rata-
rata maksimum yang lebih rendah dibanding rasio grid 8:1 konstruksi
linier pada tegangan tabung 90 kV sebesar 2,04 D pada step 1
sedangkan rasio grid 8:1 sebesar 2,16 D.
4. Konstruksi grid linier dengan rasio grid 8:1 memiliki densitas rata-rata
minimum yang lebih rendah dibanding rasio grid 10:1 konstruksi linier
pada tegangan tabung 70 kV sebesar 0,20 D pada step 11 sedangkan
rasio grid 10:1 sebesar 0,42 D
5. Konstruksi grid fokus dengan rasio grid 6:1 memiliki densitas rata-rata
maksimum tertinggi pada tegangan tabung 90 kV sebesar 2,26 D dan
densitas rata-rata minimum terendah pada tegangan tabung 70 kV
sebesar 0,24 D.
54
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bushberg,Jerold. 2001. The Essential Physics of Medical Imaging, 2th, New York
: Lippingcotti William & Wilkins, New York.
Bushong, S.C. 2001. Radiologic Science for Technologists, 7th Edition, Toronto:
Mosby Company
Curry TJ, Dowdey JE, Murry RC, Crestensen’s,. 1990. Physics of Diagnostoc
Radiology, 4 th ed, Philadelphia London : Lea & Febiger.
Jauhari, Arif. 2014. Pengaruh Penggunaan Grid terhadap Densitas dan Kontras.
Diambil dari : http://puskaradim.blogspot.co.id/2014/09/pengaruh-
penggunaan-grid-terhadap.html (diakses 10 Februari 2015)
Sprawls, Perry Ph.D. 2010. The Physical Principles of Medical Imaging 2nd
edition, Aspen Publisher : Rockville, Maryland.
1. Hasil Citra radiografi stepwedge menggunakan konstruksi grid fokus dengan rasio grid 6:1
tegangan tabung 70kV sampai 90kV dengan step kenaikan 5kV
70kV 75kV 80kV 85kV 90kV
2. Hasil Citra radiografi stepwedge menggunakan konstruksi grid linier dengan rasio grid 8:1
tegangan tabung 70kV sampai 90kV dengan step kenaikan 5kV
3. Hasil Citra radiografi stepwedge menggunakan konstruksi grid linier dengan rasio grid 10:1
tegangan tabung 70kV sampai 90kV dengan step kenaikan 5kV
2)Basic Guidelines:
ANATOMY LINE RATIO DISTANCE
SKULL 103 10:1 36-40"
CHEST 103-150 10:1-12:1 60-72"
CR CHEST 150,178 4:1,6:1 Parallel
ABDOMINAL 103 8:1 34-44"
CR ABDOMINAL 150,178 4:1,6:1 Parallel
SCOLIOSIS STUDIES 85-103 8:1 48-72"
SPECIAL PROCEDURES
MOST STUDIES 103 10:1 36-40"
103 10:1 36-40"
BI-PLANE
criss-cross
SURGICAL ROOM
ORTHOPEDICS 85 8:1 34-44"
CHOLANGIOGRAMS VENOUS STUDIES 103 8:1,10:1 34-44,36-40"
EMERGENCY ROOM
TRANS LATERAL SKULL, SPINES, HIPS 103-85 6:1-8:1 34-44"