Anda di halaman 1dari 10

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS

DENGAN KLINIS EFUSI PLEURA DI INSTALASI RADIOLOGI


RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh :

MUNIF ARIZAL NURFAQIH

NIM. P1337430317042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2020
NASKAH PUBLIKASI

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS


DENGAN KLINIS EFUSI PLEURA DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

THE RADIOLOGICAL PROCEDURE OF THORAX WITH


PLEURAL EFFUSION CONDITION IN RADIOLOGY
DEPARTEMENT OF RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh :

1. Munif Afrizal Nurfaqih

2. Angga Yosainto Bequet , S.ST, M.Tr.ID

Disahkan oleh :

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

DIII TRR Purwokerto

Fatimah, S.ST, M.Kes Ardi Soesilo Wibowo, ST, M.Si

NIP. 19750523 199803 2 003 NIP. 19701216 199403 1 003


LEMBAR PERSETUJUAN

Naskah publikasi dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Radiografi Toraks Dengan


Klinis Efusi Pleura di Intalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta” telah
disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diunggah atau diupload pada laman
repository.poltekkes-smg.ac.id Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.

Purwokerto, Agustus 2020

Pembimbing,

(Angga Yosainto Bequet , S.ST, M.Tr.ID)

NIP. 19900411 201402 1 002


PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS
DENGAN KLINIS EFUSI PLEURA DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Munif Afrizal Nurfaqih1) ; Angga Yosainto Bequet2)

Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto ;


Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi ; Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Raya Baturraden Km. 12 ; Purwokerto ; Banyumas

Abstrak

Proyeksi pemeriksaan radiografi toraks pada klinis efusi pleura menurut Bontrager (2018)
menggunakan proyeksi PA tegak, Lateral tegak, dan AP lateral decubitus. Akan tetapi prosedur
pemeriksaan toraks pada pasien Ny. X dengan klinis efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta hanya menggunakan anteroposetrior setengah duduk dan lateral duduk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi toraks, dan
mengetahui alasan hanya digunakan proyeksi anteroposetrior setengah duduk dan lateral duduk
pada pemeriksaan radiografi toraks pada klinis efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
klinis. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi metode triangulasi sumber yang
meliputi observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah 1 pasien,
dan 3 radiografer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan toraks pada pasien
Ny. X dengan klinis efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta
menggunakan proyeksi AP dan Lateral. Alasannya yaitu sudah sesuai dengan SOP di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sudah dapat menampakkan air-fluid level sehingga dapat
menegakkan diagnosa, mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien, mencegah cairan efusi
berpindah tempat pada klinis efusi pleura post torasentesis.

Kata kunci : Efusi Pleura, Pemeriksaan Radiografi Toraks, RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Abstract

Radiograph projection of thorax with pleural effusion condition according to Bontrager (2018) are
using erect posteroanterior projection, erect lateral projection, and anterioposterior lateral decubitus
projection. The radiological procedure of thorax on Mrs. W with pleural effusion condition in
Radiology Departement of RSUD Dr. Moewardi Surakarta only uses anteroposterior projection and
lateral projection. The purpose of this research was to determine the radiological procedure of thorax
and know the reasons of using anteroposterior projection and lateral projection for radiological
thorax examination for pleural effusion condition in Radiology Departement of RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. This type of research is qualitative research with case study approach. The
method of data collection are using triangulation method which are observation, interview and
documentation method. Research subject is a patient and 3 radiology technologist. The results
showed that the radiological thorax examination on Mrs. X with pleural effusion condition in
Radiology Departement of RSUD Dr. Moewardi Surakarta are using AP projection and lateral
projection. The reason is because the procedure is correspond to standard operational procedures in
Radiology Departement of RSUD Dr. Moewardi Surakarta, it can shown the air-fliud level on
patient chest and its adequate to confirm the diagnosis, reduce the radiation dose received by the
patient, prevent the fluids of effusion migrating in post-thoracentesis pleural effusion condition.

Keywords : Pleural effusion, Radiographic thorax examination, RSUD Dr. Moewardi Surakarta
1. Pendahuluan 2020 lalu, tepatnya di Instalasi Radologi
Rongga dada menurut Pearce (2004) Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
adalah rongga yang berisi paru-paru dan Moewardi Surakarta penulis mendapati
mediastinum. Mediastinum adalah bahwa teknik pemeriksaan radiografi
ruang di dalam rongga dada di antara toraks kasus efusi pleura pada pasien
kedua paru-paru. Di dalam rongga dada Ny. X hanya menggunakan proyeksi
terdapat beberapa sistem diantaranya anteroposetrior setengah duduk dan
yaitu sistem pernafasan dan peredaran lateral duduk. Penulis juga mendapati
darah. Organ pernafasan yang terletak bahwa standar operasional prosedur
dalam rongga dada yaitu esofagus dan pemeriksaan radiografi toraks hanya
paru-paru, sedangkan pada sistem menggunakan proyeksi posteroanterior
peredaran darah yaitu jantung, erect dan lateral erect kiri.
pembuluh darah dan saluran limfe. Berdasarkan pembahasan masalah
Menurut Abata (2014), paru – paru diatas penulis tertarik untuk menyajikan
diselubungi oleh membran tipis yang dan menuangkannya dalam karya tulis
dinamakan pleura. Pleura adalah ilmiah yang berjudul “Teknik
membran tipis terdiri dari dua lapisan, Pemeriksaan Radiografi Thorax pada
yaitu pleura viseralis dan pleura Klinis Efusi Pleura di Instalasi Radiologi
parietalis. Kedua lapisan ini terdiri RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Tujuan
darisel mesotelial, jaringan ikat, penelitian ini adalah untuk mengetahui
pembuluh darah kapiler, dan pembuluh prosedur pemeriksaan radiografi toraks,
getah bening. Antara kedua pleura dan mengetahui alasan hanya digunakan
diatas terdapat rongga yang disebut proyeksi anteroposetrior setengah duduk
cavum pleura. Pada kondisi normal, dan lateral duduk pada pemeriksaan
kavum pleura ini hampa udara dan radiografi toraks pada klinis efusi pleura
terdapat sedikit cairan (eksudat) untuk di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
melumasi permukaan pleura, Moewardi Surakarta.
menghindari gesekan antara paru-paru 2. Metode
dan dinding dada dari gerakan nafas Penelitian ini merupakan jenis
sehingga paru-paru dapat berkembang penelitian kualitatif dengan pendekatan
kempis secara sempurna. studi klinis. Metode pengumpulan data
Pleura seringkali mengalami yang digunakan meliputi metode
patogenesis seperti terjadi efusi cairan. triangulasi sumber yang meliputi
Efusi pleura adalah suatu keadaan di observasi, wawancara mendalam, dan
mana terdapat penumpukan cairan dokumentasi. Subyek penelitian adalah 1
dalam pleura berupa transudat atau pasien, dan 3 radiografer. Waktu
eksudat yang diakibatkan terjadinya pengambilan data dalam penulisan
ketidakseimbangan antara produksi dan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yaitu bulan
absorbsi di kapiler dan pleura viseral Februari-Maret 2020 di Instalasi
menurut Muttaqin (2012). Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi
Berdasarkan studi observasi yang Surakarta. Data yang didapatkan akan
dilakukan peneliti pada bulan Februari dianalisis dengan teknik interatif model
dan diubah dalam bentuk transkrip dan Persiapan alat yang digunakan
dilakukan reduksi data. Setelah itu data dalam pemeriksaan radiografi toraks
disajikan dalam bentuk koutasi. pada pasien dengan klinis efusi
Berdasarkan data yang diperoleh dan pleura di Instalasi Radiologi RSUD
studi literatur, peneliti kemudian Dr. Moewardi Surakarta yaitu
menarik suatu kesimpulan. pesawat sinar X yang digunakan
3. Hasil dan Pembahasan menggunakan merk dari DR-X GE
a. Prosedur pemeriksaan ra radiografi Proteus dengan nomor model
toraks dengan klinis efusi pleura di 2268970, dan nomor seri 174510WG8.
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Detektor yang digunakan berukuran
Moewardi Surakarta. 43x43 cm. Bucky stand disertai dengan
Prosedur pemeriksaan radiografi fiksasi pasien. Workstation dengan
toraks dengan klinis efusi pleura di merk GE. Menurut penulis persiapan
Instalasi Radiologi RSUD Dr. alat yang dilakukan di Instalasi
Moewardi Surakarta meliputi Radiologi RSUD Dr. Moewardi
persiapan pasien, persiapan alat, dan Surakarta belum tepat dengan teori
proyeksi pemeriksaan yang karena tidak ditemukan adanya
digunakan. penggunaan shielding pada daerah
Persiapan pasien yang dilakukan abdomen pasien, namun alangkah
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. baiknya jika penggunaan shielding
Moewardi Surakarta yaitu tetap diberikan kepada pasien.
memberikan penjelasan singkat Menurut Bontrager (2018) persiapan
kepada pasien mengenai prosedur alat yang digunakan dalam
yang akan dilakukan dan melepas pemeriksaan radiografi toraks pada
semua benda yang dapat pasien dengan klinis efusi pleura
menimbulkan artefak pada radiograf. yaitu pesawat sinar X siap pakai,
Menurut penulis persiapan pasien bucky stand, CR ukuran 35x43 cm,
yang dilakukan di Instalasi Radiologi marker, shielding (bertujuan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta sudah mengurangi radiasi yang diterima
tepat sesuai dengan teori. Persiapan oleh pasien, baik dari radiasi hambur
pasien yang dilakukan dalam maupun dari radiasi primer), dan alat
pemeriksaan radiografi toraks pada fiksasi bila diperlukan.
pasien dengan klinis efusi pleura Proyeksi yang digunakan pada
menurut Bontrager (2018) yaitu pemeriksaan radiografi toraks pada
memberikan penjelasan kepada pasien Ny. X dengan klinis efusi
pasien terkait prosedur yang akan pleura di Instalasi Radiologi RSUD
dilakukan dan melepaskan semua Dr. Moewardi Surakarta yaitu
benda radioopaque dari area dada dan proyeksi AP dan Lateral. Pada
leher, termasuk bra, kalung, kancing proyeksi AP, posisi pasien setengah
baju, pengait, dan objek yang lain duduk pada brankar, arah sumbu
yang bisa menimbulkan artefak pada sinar tegak lurus dengan detektor,
radiograf. sentrasi pada MSP pasien di sekitar
T7, FFD kira-kira 150 cm, eksposi teori dalam Bontrager (2018).
dilakukan ketika pasien melakukan Perbedaan itu terletak pada
inspirasi pertama, kolimasi diatur penggunaan FFD 150 cm, tidak
sesuai dengan luas objek sebagai adanya proyeksi AP lateral decubitus,
salah satu aspek proteksi radioasi dan eksposi yang dilakukan saat
yang diberikan kepada pasien. pasien tahan napas pada inspirasi
pertama. Penggunaan FFD sebaiknya
tetap 183 cm. Menurut Bontrager
(2018), penggunaan FFD sebesar 183
cm akan mengurangi magnifikasi
jantung karena divergensi sinar-X
berkurang sehingga tidak
menimbulkan kesalahan diagnosa
terjadinya pembesaran jantung.
Gambar 1. Radiograf toraks AP Eksposi juga sebaiknya dilakukan
Pada proyeksi Lateral, posisi saat pasien tahan napas pada
pasien duduk tegak pada brankar inspirasi ke dua. Jumlah volume
dengan sisi kanan dada pasien udara yang masuk ke dalam paru
menempel pada bucky stand, arah paru juga lebih banyak dari inspirasi
sumbu sinar tegak lurus dengan pertama sehingga paru bisa
pertengahan bucky stand, sentrasi mengembang secara maksimal dalam
pada MCP di sekitar T7, FFD 150 cm, menampakkan informasi anatomi
eksposi dilakukan ketika pasien dari pasien. Selain itu fungsi dari
melakukan inspirasi pertama, tahan napas untuk meminimalkan
kolimasi diatur sesuai dengan luas terjadinya ketidaktajaman karena
objek sebagai salah satu aspek adanya pergerakan objek. Menurut
proteksi radioasi yang diberikan Bontrager (2018), proyeksi yang
kepada pasien. digunakan dalam pemeriksaan
radiografi toraks pada pasien dengan
klinis efusi pleura yaitu proyeksi PA,
Lateral, dan AP lateral decubitus. Pada
proyeksi PA posisi pasien berdiri
tegak menghadap bucky stand, MSP
pasien berada pada pertengahan IR,
sentrasi menuju T7 (20 cm dibawah
Gambar 2. Radiograf toraks proyeksi vertebra prominens selevel dengan
lateral angulus inferior scapula) dan
pertengahan IR, FFD minimal 183 cm,
Menurut peneliti proyeksi eksposi dilakukan saat pasien tahan
pemeriksaan radiografi toraks pada napas pada inspirasi kedua karena
pasien dengan klinis efusi pleura di akan menampakkan isnpirasi paru
Instalasi Radiologi RSUD Dr. yang maksimal, kaset CR berukuran
Moewardi Surakarta berbeda dengan
35x43 cm, kolimasi dibuka Dr. Moewardi Surakarta hanya
secukupnya sampai menampakkan menggunakan proyeksi AP dan
ke empat sisi area paru agar Lateral. Alasannya yaitu sudah
mengurangi radiasi hambur dan berdasarkan SOP yang berlaku di
memberikan proteksi radiasi KSM Paru dan Instalasi Radiologi
terhadap pasien (Bontrager, 2018). RSUD Dr. Meowardi Surakarta,
Pada proyeksi Lateral, posisi pasien kedua proyeksi itu dinilai sudah
berdiri tegak dengan sisi kiri cukup untuk menegakkan diagnosa
menempel pada IR (kecuali jika ada efusi pleura, mengurangi dosis
indikasi dilakukan lateral kanan), radiasi yang diterima pasien,
true lateral dangan MCP pararel mencegah berpindahnya cairan efusi
dengan IR, sentrasi menuju T7 dan di pada klinis efusi pleura post
pertengahan IR, FFD minimal 183 cm, torasentesis, dan AP lateral
eksposi dilakukan saat pasien tahan decubitus hanya dilakukan pada
napas pada inspirasi kedua, dan kondisi tertentu saja. Menurut
kolimasi dibuka secukupnya sampai peneliti, menimbang dari beberapa
menampakkan ke empat sisi area kelebihan yang terdapat pada
paru. Pada proyeksi AP lateral proyeksi AP lateral decubitus
decubitus posisi pasien tidur miring sebaiknya proyeksi ini tetap
dengan sisi kanan atau sisi kiri dilakukan pada pasien dengan klinis
dibawah (untuk menampilkan cairan efusi pleura dimaksudkan untuk
di pleura sisi yang dicurigai dibawah, memberikan informasi diagnostik
dan untuk menampilkan udara di yang lebih baik dengan
pleura sisi yang dicurigai di atas). menggambarkan gambaran radiograf
Lutut pasien ditekuk, dan dagu toraks dari tiga sisi yang berbeda.
pasien diangkat, MSP berada di Menurut Bontrager (2018), proyeksi
pertengahan IR, sentrasi menuju T7 yang digunakan untuk menegakkan
dan di pertengahan IR, FFD minimal diagnosis efusi pleura yaitu proyeksi
183 cm, eksposi dilakukan saat PA, Lateral dan AP lateral decubitus.
pasien tahan napas pada inspirasi Menurut Setiati (2014), proyeksi AP
kedua, dan kolimasi dibuka lateral decubitus dapat membedakan
secukupnya sampai menampakkan antara efusi subpulmonik dengan
ke empat sisi area paru. keadaan normal pada kedua sisi paru
b. Alasan pada pemeriksaan radiografi dengan jelas. Keunggulan lain
toraks dengan klinis efusi pleura di proyeksi AP lateral decubitus menurut
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetikno (2011) yaitu mampu
Moewardi Surakarta hanya mendeteksi efusi yang lebih minimal
menggunakan proyeksi AP dan lagi yaitu volume cairan 15-20 ml.
Lateral. Menurut Cahyaningrum (2009),
Pemeriksaan radiografi toraks proyeksi AP lateral decubitus dapat
pada pasien Ny. X dengan klinis efusi menentukan apakah efusi dapat
pleura Di Instalasi Radiologi RSUD mengalir secara bebas atau tidak
sebelum dilakukan aspirasi cairan Instalasi Radiologi dan KSM Paru
pleura dan melihat bagian paru yang di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
sebelumnya tertutup cairan sehingga sudah dapat menegakkan
kelainan yang sebelumnya diagnosa efusi pleura, mengurangi
terselubung dapat terlihat. Proyeksi dosis radiasi yang diterima pasien,
AP lateral decubitus dapat untuk mencegah cairan efusi berpindah
minghitung indeks efusi pleura. tempat pada klinis efusi pleura
Indeks efusi pleura dapat digunakan post torasentesis, dan proyeksi AP
sebagai prediktor beratnya penyakit lateral decubitus hanya dilakukan
DBD. Nilai indeks efusi pleura > 9% pada pasien dengan kondisi
mempunyai kemungkinan tertentu seperti DBD.
mengalami SSD 6 kali lebih besar b. Saran
dibandingkan penderita DBD dengan 1) Pasien diberikan shielding
indeks efusi pleura = 9% setelah sebagai salah satu aspek proteksi
memperhitungkan status gizi dan radiasi
jenis perdarahan. Nilai indeks efusi 2) Penggunaan FFD yaitu 183 cm
pleura ini memiliki sensitivitas yang sesuai dengan literatur sehingga
cukup tinggi sehingga sesuai dapat memperlihatkan objek
digunakan untuk uji skrining dengan ukuran hampir
terhadap terjadinya SSD. Indeks Efusi mendekati aslinya
dapat dinilai dengan cara 3) Eksposi dilakukan saat pasien
menghitung pleural effusion index tahan napas pada inspirasi ke
(PEI). dua karena dipastikan inspirasi
4. Simpulan dan Saran paru akan lebih maksimal
a. Kesimpulan 4) Proyeksi AP lateral decubitus
1) Prosedur pemeriksaan radiografi tetap dilakukan sebagai proyeksi
toraks pada pasien Ny. X dengan tambahan untuk klinis efusi
klinis efusi pleura di Instalasi pleura karena dapat
Radiologi RSUD Dr. Moewardi menentukan apakah cairan efusi
Surakarta meliputi persiapan dapat mengalir secara bebas atau
pasien, persiapan alat, dan tidak sebagai panduan untuk
proyeksi yang digunakan yaitu prosedur torasentesis, selain itu
AP dan Lateral dengan FFD 150 juga dapat menampakkan
cm, eksposi saat pasien tahan kelainan yang terselubung dapat
napas pada inspirasi pertama. terlihat
2) Alasan pada pemeriksaan 5. Ucapan Terima Kasih
radiografi toraks pada pasien Ny. Dalam penyusunan Karya Tulis
X dengan klinis efusi pleura di Ilmiah ini, penulis mengucapkan
Instalasi Radiologi RSUD Dr. terimakasih kepada :
Moewardi Surakarta a. Bapak Marsum, BE, S. Pd, MHP,
menggunakan AP dan Lateral Direktur Politeknik Kesehatan
yaitu sudah berdasarkan SOP di Kemenkes Semarang.
b. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, Ketua Cahyaningrum, J. M. H, 2009. Indeks
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Efusi Pleura Sebagai Prediktor
Radioterapi Politeknik Kesehatan Sindrom Syok Dengue Pada Anak di
Kemenkes Semarang. RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST, JURNAL KEDOKTERAN
M.Si, Ketua Program Studi Diploma INDONESIA, VOL. 1/NO. 1.
III Teknik Radiodiagnostik dan Jakarta : RS Ibu dan Anak Yadika
Radioterapi Purwokerto Politeknik Kebayoran Lama
Kesehatan Kemenkes Semarang. Muttaqin, A, 2012. Asuhan Keperawatan
d. Kedua orang tua yang selalu Klien dengan Gangguan Sistem
memberikan dukungan dalam bentuk Pernapasan. Jakarta: Salemba
apapun kepada penulis Medika.
e. Bapak Angga Yosainto Bequet, S.ST, Pearce. E. C, 2006. Anatomi dan Fisiologi
M.Tr.ID, selaku Dosen Pembimbing Untuk Paramedic. Jakarta: Gramedia,
dalam penyusunan Proposal Karya Pustaka Utama
Tulis Ilmiah ini. Setiati. S, dkk, 2014. Ilmu Penyakit Dalam.
f. Seluruh Dosen dan Staf karyawan Jakarta pusat : InternaPublishing.
Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik Soetikno, R. D, 2011. Radiologi emergensi..
dan Radioterapi Purwokerto. Bandung: Refika aditama.
g. Teman-teman angkatan X Prodi DIII
Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Purwokerto.
h. Semua pihak yang telah turut serta
membantu penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini selesai tepat pada
waktunya.

6. Daftar Pustaka
Abata, Q. A, 2014. Ilmu Penyakit Dalam.
Madiun : Al-Furqon.
Bontrager, K. L, 2014. Text Book of
Radiographic Positioning and Related
Anatomy, Eight Edition. United State
of America : Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai