Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN SAFELIGHT
Dosen Pengampu : Andrey Nino Kurniawan, S.ST, M.Eng

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Enggar Galih Wijaya (P1337430219007)
2. I Made Maharta A. (P1337430219011)
3. Laely Ismi Nurhidayati (P1337430219109)
4. Tri Nur Zulhadi (P1337430219119)
5. Azifah Hani’ F. (P1337430219121)
6. Awalia Putri N. (P1337430219127)
7. Shonia Ghina Zahara (P1337430219137)
8. Aruma Dewi Z. F. (P1337430219146)
9. Anissa Wijayanti (P1337430219150)
10. Nazal Firdaus Basri (P1337430219156)
11. Ulfa Uqail Nabila (P1337430219165)

KELAS 1D
PRODI DIV TEKNIK RADIOLOGI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan sinar-x di bidang kedokteran merupakan salah satu cara
untuk menegakkan diagnosa dalam suatu penyakit yang di alami oleh
masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan radiodiagnostik yang
berkualitas tinggi, maka kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dituntut
agar dapat ditingkatkan. Hal ini tidak hanya tergantung pada kualitas sumber
daya manusia, tetapi juga pada kualitas fasilitas dan peralatan yang memadai,
terutama dalam bidang radiodiagnostik yang merupakan salah satu bidang
pelayanan kesehatan yang hasil radiografinya dapat menunjang dalam
diagnostic suatu penyakit. Dalam suatu proses radiografi, processing room
atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung yang penting dalam
menunjang keberhasilan suatu proses pemotretan. Hal ini disebabkan karena
processing room kita dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam
bayangan tampak.
Untuk menghasilkan gambaran yang baik, perlengkapan yang ada di
kamar gelap pun harusnya diperhatikan, maka harus dilakukan pengecekan
alat-alat yang berada di kamar gelap, antara lain pengecekan lampu pengaman
atau safelight.
Di dalam kamar gelap harus sangat aman jangan sampai terjadi adanya
kebocoran lampu pengaman atau safelight, sehingga cahaya putih dapat keluar
dari lampu pengaman. Filter lampu pengaman yang rusak, pudar ataupun
penempatan filter yang tidak tepat pada posisinya. Intensitas penerangan yang
terlalu kuat, pemakaian lampu filter yang tidak sesuai dengan sensitivitas
spectrum film yang digunakan, semua kesalahan tersebut akan menyebabkan
timbulnya fog pada film. Tingginya fog pada film akan mengakibatkan hasil
gambaran yang tidak baik. Oleh karena itu perlu dilakukan uji safelight untuk
mengetahui apakah safelight itu aman atau tidak bila digunakan dalam
prosessing film di kamar gelap.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu mengetahui apakah
safelight yang digunakan sebagai penerangan khusus di kamar gelap aman
atau tidak.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa mampu menentukan waktu maksimal penanganan film yang
aman di bawah paparan safelight tanpa menimbulkan fog berlebihan
sehingga tidak mengurangi kualitas gambaran radiograf
C. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Mengetahui waktu aman penanganan film yang sudah diekspos maupun
yang belum diekspos di bawah paparan safety light.
BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum :
1. Menyiapkan karton yang digunakan untuk tempat film yang terdiri dari 6
daerah (baris). Kedua sisi karton dilipat sehingga kedua tepi film tertutup
lipatan karton untuk melindungi tepi film agar tidak terkena paparan safety
light. Durasi waktu yang digunakan bervariasi, mulai dari 10, 20, 30, 40, 50,
hingga 60 detik pada tiap daerah.
2. Mematikan safety light pada kamar gelap, kemudian memotong film ukuran
30 x 40 cm menjadi dua bagian sehingga ukuran film menjadi 20 x 30 cm.
Setelah itu melakukan pengisian kaset ukuran 24 x 30 cm dengan film
radiografi yang sudah dipotong sebelumnya dalam keadaan gelap total.
Setelah itu kaset dibawa ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan eksposi
dengan sinar-x.
3. Menutup setengah kaset (daerah C dan D) secara memanjang menggunakan
selembar timbal (Pb). Sehingga setengah daerah yang tidak tertutup timbal
(daerah A dan B) diharapkan terkena eksposi sinar-x, sedangkan bagian yang
tertutup timbal (daerah C dan D) tidak terkena eksposi sinar-x. Memberikan
eksposi dengan faktor eksposi yang digunakan adalah kV 40, mAs 4, dan FFD
100 cm. Meletakkan karton yang telah terisi film tersebut oleh karton penutup.
Kemudian safety light dinyalakan sesuai petunjuk pengujian.
4. Melakukan pengujian safety light pada daerah kering dan basah.
5. Menarik karton penutup ke bawah pada batas daerah pertama untuk menyinari
bagian film yang terbuka selama 10 detik.
6. Setelah itu menarik karton penutup ke batas daerah kedua untuk menyinari
kembali bagian film yang terbuka selama 20 detik.
7. Melanjutkan langkah tersebut sampai semua daerah tersinari safety light.
8. Sehingga lama film terkena paparan safety light seabgai berikut :
Daerah 1 : 10 + 20 + 30 + 40 + 50 + 60 = 210 detik
Daerah 2 : 20 + 30 + 40 + 50 + 60 = 200 detik
Daerah 3 : 30 + 40 + 50 + 60 = 180 detik
Daerah 4 : 40 + 50 + 60 = 150 detik
Daerah 5 : 50 + 60 = 110 detik
Daerah 6 : 60 detik
9. Setelah semuanya terkena sinar, film kembali ditutup dengan karton penutup
dan lampu safelight dimatikan.
10. Kemudian melakukan pemrosesan film dalam keadaan gelap total dengan
mencelupkan kedua film secara bersamaan. Developing dilakukan selama 4
menit, rinsing selama 1 menit, fixing selama 8 menit, kemudian dilanjutkan
washing dan drying.
11. Setelah film kering, kemudian dilakukan pengukuran densitas dengan
menggunakan densitometer pada masing-masing kotak.
12. Kemudian menghitung nilai batas toleransi film yang belum diekspos (E) dan
yang sudah diekspos (F) dengan cara :

dan

13. Kemudian menghitung E + F untuk mencari batas aman penanganan film di


bawah safety light.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Nilai densitas masing-masing kotak :
 Daerah basah:

S A B C D
10 1,14 1,87 1,87 1,6
20 0,68 1,85 1,85 0,55
30 0,40 1,86 1,83 0,10
40 0,14 1,84 1,82 0,55
50 0,32 1,83 1,87 1,12
60 0,79 1,81 1,85 1,20

 Daerah kering:

No. A B C D
10 1,12 2,17 2,20 0,00
20 1,16 1,71 2,15 0,02
30 1,20 1,62 0,50 0,03
40 1,16 1,57 1,64 0,04
50 1,16 1,61 2,40 0,06
60 0,98 1,90 0,44 0,08

Daerah basah :
 Batas toleransi film yang belum diekspos (E) :
E1 = |C1 – D1| = |1,87 – 0,60| = 1,27
E2 = |C2 – D2| = |1,85 – 0,55| = 1,30
E3 = |C3 – D3| = |1,83 – 0,10| = 1,73
E4 = |C4 – D4 |= |1,82 – 0,55| = 1,27
E5 = |C5 – D5| = |1,87 – 1,12| = 0,75
E6 = |C6 – D6| = |1,85 – 1,20| = 0,65
 Batas toleransi film yang sudah diekspos (F) :
F1 = |A1 – B1| = |1,14 – 1,87| = 0,73
F2 = |A2 – B2| = |0,68 – 1,85| = 1,17
F3 = |A3 – B3| = |0,40 – 1,86| = 1,46
F4 = |A4 – B4| = |0,14 – 1,84| = 1,70
F5 = |A5 – B5| = |0,32 – 1,83| = 1,51
F6 = |A6 – B6| = |0,79 – 1,81| = 1,02

1 2 3 4 5 6
E 1,27 1,30 1,73 1,27 0,75 0,65
F 0,73 1,17 1,46 1,70 1,51 1,02

 Waktu aman penanganan film di bawah safety light (E + F) :


Daerah 1 : E + F = 1,27 + 0,73 = 2,00
Daerah 2 : E + F = 1,30 + 1,17 = 2,47
Daerah 3 : E + F = 1,73 + 1,46 = 3,19
Daerah 4 : E + F = 1,27 + 1,70 = 2,97
Daerah 5 : E + F = 0,75 + 1,51 = 2,26
Daerah 6 : E + F = 0,65 + 1,02 = 1,67
Daerah kering :
 Batas toleransi film yang belum diekspos (E) :
E1 = |C1 – D1| = |2,20 – 0,00| = 2,20
E2 = |C2 – D2| = |2,15 – 0,02| = 2,13
E3 = |C3 – D3| = |0,50 – 0,03| = 0,47
E4 = |C4 – D4 |= |1,64 – 0,04| = 1,60
E5 = |C5 – D5| = |2,40 – 0,06| = 2,34
E6 = |C6 – D6| = |0,44 – 0,08| = 0,36
 Batas toleransi film yang sudah diekspos (F) :
F1 = |A1 – B1| = |1,12 – 2,17| = 1,05
F2 = |A2 – B2| = |1,16 – 1,71| = 0,55
F3 = |A3 – B3| = |1,20 – 1,62| = 0,42
F4 = |A4 – B4| = |1,16 – 1,57| = 0,41
F5 = |A5 – B5| = |1,16 – 1,61| = 0,45
F6 = |A6 – B6| = |0,98 – 0,90| = 0,08

1 2 3 4 5 6
E 2,20 2,13 0,47 1,60 2,34 0,36
F 1,05 0,55 0,42 0,41 0,45 0,08

 Waktu aman penanganan film di bawah safety light (E + F) :


Daerah 1 : E + F = 2,20 + 1,05 = 3,25
Daerah 2 : E + F = 2,13 + 0,55 = 2,68
Daerah 3 : E + F = 0,47 + 0,42 = 0,89
Daerah 4 : E + F = 1,60 + 0,41 = 2,01
Daerah 5 : E + F = 2,34 + 0,45 = 2,79
Daerah 6 : E + F = 0,36 + 0,08 = 0,44
B. Pembahasan
A. Daerah basah :
1. Daerah 1 :.
 E = 1,27. 1,27 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,73. 0,73 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,00. 2,00 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
2. Daerah 2 :
 E = 1,30. 1,30 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,17. 1,17 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,47. 2,47 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
3. Daerah 3 :
 E = 1,73. 1,73 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,46. 1,46 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 3,19. 3,19 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
4. Daerah 4 :
 E = 1,27. 1,27 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,70. 1,70 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,97. 2,97 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
5. Daerah 5 :
 E = 0,75. 0,75 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,51. 1,51 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,26. 2,26 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
6. Daerah 6 :
 E = 0,65. 0,65 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan di
bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,02. 1,02 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan di
bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 1,67. 1,67 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan
film di bawah safety light.
B. Daerah Kering
1. Daerah 1 :
 E = 2,20. 2,20 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 1,05. 1,05 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 3,25. 3,25 > 0,2. Jadi, 210 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
2. Daerah 2 :
 E = 2,13. 2,13 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,55. 0,55 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,68. 2,68 > 0,2. Jadi, 200 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
3. Daerah 3 :
 E = 0,47. 0,47 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,42. 0,42 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 0,89. 0,89 > 0,2. Jadi, 180 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
4. Daerah 4 :
 E = 1,60. 1,60 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,41. 0,41 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,01. 2,01 > 0,2. Jadi, 150 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
5. Daerah 5 :
 E = 2,34. 2,34 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,45. 0,45 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman penanganan
di bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 2,79. 2,79 > 0,2. Jadi, 110 detik bukan waktu aman
penanganan film di bawah safety light.
6. Daerah 6 :
 E = 0,36. 0,36 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan di
bawah safety light untuk film yang belum diekspos.
 F = 0,08. 0,08 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan di
bawah safety light untuk film yang sudah diekspos.
 E + F = 0,44. 0,44 > 0,2. Jadi, 60 detik bukan waktu aman penanganan
film di bawah safety light.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penanganan film di bawah safety light selama 60 maka akan
menimbulkan fog yang berlebihan pada film dan akan mengurangi kualitas
gambaran radiograf.
B. Saran
1. Sebelum menguji film pada safety light sebaiknya, persiapkan dahulu alat
dan bahan agar tidak membuang waktu.
2. Pada saat pengambilan film yang telah diekspos, sebaiknya memegang
film pada ujung film agar film tidak ada artefac, lalu disiapkan alat
penguji safety light berupa karton, hanger untuk processing dan timer
untuk menghitung.
3. Sebaiknya film yang sudah diekspos maupun yang belum diekspos jangan
dipapari cahaya safety light melebihi waktu aman pemaparan yaitu 10
detik karena dapat menimbulkan fog yang berlebihan pada film sehingga
mengurangi kualitas gambar radiograf.

Anda mungkin juga menyukai