Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK RADIOGRAFI LOPOGRAPI DENGAN KASUS POST

OPERASI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN


ACHMAD PEKANBARU

Disusun untuk memenuhi Tugas Laporan Kasus


Praktek Kerja Lapangan II

Disusun Oleh :

Ahmad Sayuti
17002001

PROGRAM STUDY DIII RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek
Kerja Lapangan II pada Program Studi Diploma III Radiologi.
Nama : Ahmad Sayuti
NIM : 17002001
Judul Laporan Kasus : Teknik Pemeriksaan Radiografi Lopograpi Dengan Kasus
Post Operasi di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.

Pekanbaru, 02 Juli 2019


Clinical Instructure

Roikhan Ardhi, SST


NIP : 198603112015091001

i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek
Kerja Lapangan II pada Program Studi Diploma III Radiologi.

Penguji
1. , S.Tr. Rad (.......................)

2. , S.Tr. Rad (.......................)

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik
Pemeriksaan Radiografi Lopograpi Dengan Kasus Post Operasi di Instalasi
Radiologi RSUD Arifin Achmad”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan (PKL) II Semester IV, Prodi D-III Teknik Radiologi STIKes
Awal Bros Pekanbaru, yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Arifin
Achmad.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra.Wiwik Suryandartiwi, A.MM selaku Ketua STIKes Awal Bros
Pekanbaru
2. dr. Nuzelly, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru
3. dr. Andreas Makmur selaku Kepala instalasi Radiologi RSUD Arifin
Achmad
4. Rosmaulina Siregar, Amr selaku Kepala Ruangan Radiologi RSUD Arifin
Achmad
5. Bapak Roikhan Ardhi, SST selaku Clinical Instructure (CI) dan Seluruh
Radiografer beserta Staf Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad
6. Bapak Marido Bisra, S. Tr. Rad dan Ibuk Annisa, S.Tr. Rad selaku
Supervisor Institusi Teknik Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru
7. Kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya.

Pekanbaru, 02 Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi................................................................................................. 4
B. Fisiologi ................................................................................................ 5
C. Patologi ................................................................................................ 5
D. Komponen Modalitas Pesawat .............................................................. 7
E. Proses Terjadinya Sinar X .................................................................... 10
F. Teknik Radiograf Lopograpi................................................................. 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus........................................................ 20


1. Identitas Pasien .............................................................................. 20
2. Riwayat Pasien ............................................................................... 20
3. Persiapan Alat ................................................................................ 20
4. Persiapan pasien ............................................................................. 22
5. Teknik pemeriksaan ....................................................................... 22
B. Pembahasan........................................................................................... 25
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 27
B. Saran ..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Colon ............................................................................ 4


Gambar 2.2. Pesawat Stationary....................................................................... 7
Gambar 2.3. Bucky Grid atau Lysolm ............................................................. 8
Gambar 2.4. Kaset Computer Radiologi .......................................................... 8
gambar 2.5. Computer Radiologi .................................................................... 9
Gambar 2.6. Imaging Plate ............................................................................... 10
Gambar 2.7. Tabung Sinar X............................................................................ 11
Gambar 2.8. Proyeksi AP ................................................................................. 12
Gambar 2.9. Radiograf AP ............................................................................... 12
Gambar 2.10. Radiograf Colon AP .................................................................... 13
Gambar 2.11. Proyeksi RAO .............................................................................. 14
Gambar 2.12. Radiograf Colon RAO ................................................................. 15
Gambar 2.13. Proyeksi LPO............................................................................... 16
Gambar 2.14. Radiograf LPO............................................................................. 17
Gambar 2.15. Proyeksi Lateral ........................................................................... 18
Gambar 2.16. Radiograf Lateral ......................................................................... 19
Gambar 3.1. Pesawat Sinar X ........................................................................... 21
Gambar 3.2. Computer Radiologi .................................................................... 21
Gambar 3.3. Printer Fuji Film .......................................................................... 22
Gambar 3.4. Radiograf AP Ny. X .................................................................... 24
Gambar 3.5. Radiograf Lateral Ny. X .............................................................. 25

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat
tubuh manusia dengan menggunakan pancaran radiasi sinar x, namun dengan
kemajuan teknologi modern telah memakai pemindaian (scanning) gelombang
sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI
(magnetic resonance imaging). Radiologi ini biasanya digunakan sebagai
penunjang suatu tindakan yang akan dilakukan ataupun untuk mengetahui
proses dan hasil dari perawatan ataupun tindakan yang telah dilakukan dan
yang tidak diamati secara klinis. (Badan Tenaga Nuklir nasional,2014).
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekarang ini dunia radiologi sudah banyak mengalami perkembangan dalam
segi peralatan maupun dalam tata cara pemeriksaannya. Adapun pemeriksaan
di radiologi ada dua macam yaitu :
1. Pemeriksaan Non Kontras
Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang
termasuk pemeriksaan non kontras antara lain, pemeriksaan ekstremitas
atas, ekstremitas bawah, tengkorak, vertebra, dan sebagainya. Pemeriksaan
Pada Pelvis adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan
media kontras atau pemeriksaan non kontras. Indikasi pada Pelvis yang
sering terjadi adalah Fraktur. Fraktur adalah patah pada tulang yang utuh
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
2. Pemeriksaan Kontras
Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras.
Media kontras adalah suatu bahan yang digunakan untuk membedakan dan
menambah kontras dari struktur atau cairan dalam tubuh dalam pencitraan
medis. Yang termasuk pemeriksaan dengan kontras antara lain, pemeriksaan

1
2

pada traktus urinarius, saluran pencernaan, pembuluh darah, pembuluh


limfe, dan sebagainya. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui
kelebihan dan kekurangan pemeriksaan Lopograpi dengan proyeksi Ap dan
Lateral dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Dengan kasus tersebut
maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk laporan dengan
judul “Teknik Radiografi Lopografi Post Operasi Tumor Colon di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat
dirumuskan data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik radiografi pada pemeriksaan lopograpi dengan klinis post
operasi tumor colon?
2. Bagaimana teknik radiografi pada pemeriksaan lopograpi dengan klinis post
operasi tumor colon di instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik radiografi pada pemeriksaan lopograpi dengan
klinis post operasi tumor colon.
2. Untuk mengetahui teknik radiografi pada pemeriksaan lopograpi dengan
klinis post operasi tumor colon di instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai
referensi bahan ajar dan keperluan pendidikan khususnya dibidang radiologi
agar menjadi ke arah yang lebih baik.
3

2. Manfaat Klinis
Secara klinis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menjadi
acuan sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga pembaca mengenai
teknik radiografi pada pemeriksaan lopograpi dengan klinis post operasi
colon.
BAB II
DASAR TEORI

A. Anatomi Colon dan Rektum


Usus besar atau kolon merupakan tabung muskular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani.
Diameter usus besar sekitar 6,5 cm (2,5 inchi), semakin dekat anus diameter
semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada
sekum menempati sekitar dua atau tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon
dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid.
Tempat kolon membentuk lekukan tajam pada abdomen kanan dan kiri disebut
sebagai fleksura hepatika dan fleksura lenalis. Kolon sigmoid mulai setinggi
crista illiaka dan membentuk lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian usus
besar terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid
hingga anus (muara dari luar tubuh). Satu ichi terakhir dari rektum disebut
sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus.
Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inchi).

Gambar 2.1. Anatomi Kolon


( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016 )

4
5

Keterangan Gambar :
1. 4.
2. 5.
3. 6

B. Fisiologi kolon dan rektum


Kolon adalah organ pengering dan penyimpan. Kolon normalnya
menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus perhari. Karena sebagian besar
pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan diusus halus maka isi yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna (misalnya
selulosa), komponen empedu yang tidak terserap dan cairan. Kolon
mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tertinggal akan
dikeluarkan yang disebut feses (tinja). Fungsi utama usus besar adalah untuk
mengabsorbsi air kembali dan untuk mengeluarkan mukus yang berfungsi
untuk melumasi dan membantu mengeluarkan feses. Perjalanannya memakan
waktu selama 24 jam, feses berhenti diusus besar menurun dan poros usus
(rektum). Dan secara periodik dikeluarkan dari tubuh melalui anus, dianus
terdapat dua cincin sphincter yang menjaganya agar tetap tertutup. Fungsi lain
dari kolon adalah menyimpan dan eliminasi sisa makanan serta menjaga
keseimbangan cairan elektrolit dengan cara menyerap air. Di dalam usus besar,
feses di dorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristaltik menuju ke
rektum (poros usus) gerakan peristaltik ini dikendalikan oleh otot polos atau
otot tak sadar. (Drs. H.kirnantoro,SKM.M.Kes,.2019).

C. Patologi kolon dan rektum


1. Diare
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit yang
membuat tinja menjadi berair dan bentuknya tidak padat. Diare juga dapat
disebabkan karena hal lain seperti keracunan makanan, gangguan
penyerapan nutrisi, peradangan usus dan efek samping obat-obatan.
6

2. Kanker colon
Penelitian menunjukkan bahwa risiko terkena kanker kolon atau kanker usus
besar akan meninggkat apabila kita mengkonsumsi makanan rendah serat
dan tinggi lemak. Kanker kolon juga dipengaruhi oleh faktor keturunan.
3. Polip colon
Tumbuhnya jaringan kecil dikolon yang bisa berkembang menjadi kanker.
4. Kolitis
Peradangan kolon yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau penyakit
radang usus.
5. Kolitis ulseratif
Penyakit yang menyebabkan radang dan luka atau bisul di lapisan usus
besar. Biasanya ada di kolon sigmoid dan rektum, tapi tidak menutup
kemungkinan juga muncul bagian usus besar lainnya.
6. Penyakit Crohn
Peradangan pada saluran pencernaan yang bisa menyebabkan nyeri perut,
diare parah, penurunan berat badan, hingga kekurangan gizi. Penyakit crohn
dapat meningkatkan risiko terkena kanker usus besar
7. Perdarahan usus besar
Perdarahan pada usus besar merupakan gejala dari kondisi atau penyakit
yang terjadi pada saluran cerna bagian bawah atau usus besar. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan usus besar yakni radang usus,
kanker usus besar, infeksi,divertikulosis,dan wasir.
8. Divertikulosis
Munculnya kantung kecil (Diverticula) dilapisan usus, akibat adanya
tekanan dari gas, limbah makanan, atau cairan. Kondisi ini paling sering
terjadi di kolon sigmoid. (Mansjoer, Arif. 2014)
7

D. Komponen
1. Pesawat Sinar X
Alat Rontgen dipergunakan untuk mengetahui bagian dalam
khususnya paru-paru. X ray menjalankan fungsi kerjanya dengan
penggunaan sinar radiasi. Sinar X (rontgen) merupakan jenis radiasi yang
paling banyak ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Semua sinar X di bumi
ini dibuat oleh manusia dengan menggunakan peralatan listrik tegangan
tinggi. Alat pembangkit sinar X dapat dinyalakan dan dimatikan. Jika
tegangan tinggi dimatikan, maka tidak akan ada lagi radiasi. Sinar X dapat
menembus bahan, misalnya jaringan tubuh, air, kayu atau besi, karena sinar
X mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar X hanya dapat
ditahan secara efektif oleh bahan yang mempunyai kerapatan tinggi,
misalnya timah hitam (Pb) atau beton tebal Sinar X atau sinar Röntgen
adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (mirip dengan
frekuensi dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar X umumnya digunakan
dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar X. Sinar X adalah
bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.

Gambar 2.2. Pesawat Stationary ( Yusnida, M. A & Suryono. 2014 )


8

2. Bucky atau Lysolm Grid


Grid potter bucky atau lysolm dipergunakan untuk mengurangi radiasi
hambur. Grid potter bucky dalam pengoperasiannya dihubungkan secara
kelistrikan dengan meja pengendali. Sedangkan grid lysolm penggunaannya
secara manual tidak menggunakan listrik.

Gambar 2.3. Bucky atau Lysolm Grid ( Asih, Radiologi Dasar I. 2018 )
3. Kaset CR
Kaset film IP atau sering disebut dengan kaset saja. Kaset berfungsi sebagai
pelindung IP dan tempat menyimpan IP serta sebagai alat dalam
memudahkan proses transfer IP menuju alat CR Reader.

Gambar 2.4. Kaset CR ( Asih, Radiologi Dasar I. 2018 )


4. Komputer radiografi
CR menerapkan proses digitalisasi citra dengan menggunakan
imaging plate (IP). Di dalam IP terdapat photostimulable phosphor (PSP)
yang menangkap atenuasi sinar X. Sinyal–sinyal tersebut kemudian
9

dikonversi dan dibaca dalam IP reader yang kemudian dapat ditampilkan


citra pada monitor. Citra yang dihasilkan oleh CR termasuk dalam tipe citra
digital. Citra digital merupakan citra yang dihasilkan dari pengolahan
dengan menggunakan komputer, dengan cara merepresentasikan citra secara
numerik. Citra tersebut ditampilkan dalam bentuk matrik (kolom dan baris).
Satu elemen matrik disebut picture element (pixel) yang menunjukkan nilai
tingkat keabuan (grey level) dari elemen citra tersebut. Citra yang dihasilkan
oleh perangkat CR dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa. Oleh
karena itu, semua perangkat CR harus berfungsi sesuai standar yang telah
ditetapkan. (Yusnida, M. A & Suryono. 2014)

Gambar 2.5. Computer Radiografi ( Asih, Radiologi Dasar I. 2018 )

5. IP ( Imaging Plate)
IP suatu media yang berfungsi menyimpan bayangan laten dalam IP itu
sendiri. IP terbuat dari unsur phospor tepatnya adalah barium fluorohide
phospor.
10

Gambar 2.6. Imaging Plate ( Asih, Radiologi Dasar I. 2018 )

E. Proses Terjadinya Sinar-X


Produksi sinar-X terjadi dalam tabung sinar-X seperti terlihat dalam
gambar 2.2 Sedangkan mekanisme proses terjadi produksi sinar-X adalah :
1. Kutub negatif merupakan filamen. Filamen tersebut akan terjadi panas jika
ada arus listrik yang mengalirinya. Panas menyebabkan emisi ( keluarnya
elektron) pada filamen tersebut. Peristiwa emisi karena proses pemanasan
disebut dengan termionik. Filamen adalah katoda ( elemen negatif ).
2. Kutub positif ( anoda ) merupakan target, dimana elektron cepat akan
menumbuknya, terbuat dari tungsten maupun molybdenum, tergantung
kualitas sinar-X yang ingin dihasilkan. Anoda dari bahan molybdenum
dipergunakan untuk pesawat mamografi.
3. Apabila terjadi beda tegangan yang tinggi antara kutub positif ( anoda )
dan kutub negatif ( katoda ) maka elektron pada katoda akan menuju ke
anoda dengan sangat cepat.
4. Akibat tumbukan yang sangat kuat dari elektron katoda maka elektron orbit
yang ada pada atom target ( anoda ) akan terpental keluar.
5. Terjadinya kekosongan elektron pada orbital atom target yang terpental
tersebut, maka elektron orbit yang lebih tinggi berpindah ke elektron yang
kosong tersebut, hal ini terjadi karena elektron selalu saling mengisi tempat
11

yang kosong jika ada elektron lain yang keluar, dalam rangka terjaga
kestabilan atom.
6. Akibat perpindahan elektron dari orbit yang lebih luar ( energi besar ) ke
yang lebih dalam ( energi lebih rendah ), maka terjadi sisa energi.
7. Sisa energi tersebut akan dikeluarkan dalam pancaran foton dalam bentuk
sinar X karakteristik.
8. Jika elektron yang bergerak mendekati inti atom ( nukleus ) dan dibelokan
atau terjadi pengereman maka terjadi sinar X bremstrahlung.

Gambar 2.7. Tabung Penghasil Sinar X


( Rasyid, S.Si. MT, Darmini, S.Si. Mkes. 2017 )

F. Teknik Radiografi Kolon


1. Proyeksi AP
a. Ukuran Kaset :
Ukuran kaset 35 x 43 cm (14 x 17 inchi) memanjang, Memakai Moving
atau stationary grid
b. Shielding :
Gonad shield dapat dipakai jika tidak menutupi organ penting dari kolon.
c. Posisi pasien :
Tempatkan pasien dalam keadaan supine atau prone diatas meja
pemeriksaan atau brankard, kepala diberi bantal supaya nyaman, kaki
12

eksternal dan supaya nyaman. Kedua tangan diletakkan disamping tubuh


agar tidak menutupi gambaran yang di inginkan.

Gambar 2.8. Kolon proyeksi AP


( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016 )

2
3
5 4

Gambar 2.9. Radiograf Kolon AP ( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith,


Barbara J, 2016 )
Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
13

d. Posisi objek :
MSP tubuh ditengah meja pemeriksaan, tidak adanya pergerakan.
e. Central Ray :
Vertikal tegak lurus pertengahan IR.
f. Central Point :
Pertengahan kedua crista illiaca.
g. FFD : 100 cm (40 inchi).
h. Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah sympisis pubis.
i. Eksposi : Pada ekspirasi tahan nafas.
j. Kriteria evaluasi
1) Colon transversal harus terisi dengan media kontras pada proyeksi
AP dan juga terisi udara dengan menggunakan double kontras.
2) Seluruh usus besar termasuk flexura colic sinistra tampak.
3) Tampak mucosal outlines pada bagian double kontras.
4) Ketajaman batas setiap objek mengindikasikan tidak adanya
pergerakan.
k. Kriteria radiograf

Gambar 2.10. radiografi Kolon female


( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016)
Keterangan Gambar :
1.
14

2. Proyeksi RAO
a. Ukuran Kaset :
35 x 43 (14 x 17 inchi) cm memanjang. Memakai Moving atau stationary
grid
b. Shielding :
Gonad shield dapat dipakai jika tidak menutupi organ penting dari pelvis.
c. Posisi Pasien :
Semiprone, dengan rotasi 35˚ sampai 45˚ RAO dengan bantal pada
kepala pasien.
d. Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien dipertengahan meja pemeriksaan, dengan margin
kanan dan kiri abdomen sama jauh dari garis tengah meja atau CR,
menempatkan lengan kiri di depan bantal, dengan lengan kanan
dibelakang tubuh pasien, dan kaki kiri flexi, memposisikan posterior
pelvis mengalami rotasi 35˚ sampai 45˚.

Gambar 2.11. RAO proyeksi ( Bontranger, K.L. 2014 )


e. Central Ray :
Vertical tegak lurus IR.
f. Central Point :
1 inch (2.5 cm) crista illiaca samping kiri MSP tubuh pasien.
g. FFD : 100 cm (40 inchi)
15

h. Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah


sympisis pubis.
i. Ekspos : Pada ekspirasi tahan nafas.
j. Kriteria evaluasi
1. Anatomi yang terlihat (flexura colic kanan, colon acendens, sigmoid
terlihat membuka dengan superposisi.
2. Seluruh usus besar tercover dalam radiograf dengan flexura colic
tampak baik pada posisi LAO (kedua gambar pada tengah bagian
atas).
3. Rectal ampulla harus masuk dibagian bawah radiograf .
4. Teknik yang sesuai menampilkan seluruh air filled dan barium filled
pada usus besar tanpa over eksposi di garis luar mucosal terutama
pada air-filled double contrast.

1
2
3

5
6
7
8

Gambar 2.12. radiograf kolon proyeksi RAO.


( Bontranger, K.L. 2014 )
Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
16

3. Proyeksi LPO
a. Ukuran Kaset :
35 x 43 (14 x 17 inchi) cm Memanjang. Memakai Moving atau
stationary grid
b. Shielding :
Gonad shield dapat dipakai jika tidak menutupi organ penting dari kolon.
c. Posisi Pasien :
Semiprone, dengan rotasi 35˚ sampai 45˚ dengan bantal pada kepala
pasien.
d. Posisi Obyek : MSP tubuh di pertengahan meja pemeriksaan, dengan
margin kanan dan kiri abdomen sama jauh dari garis tengah meja atau
CR, menempatkan lengan kanan di depan bantal. Dengan lengan kiri
dibelakang tubuh pasien dan kaki kanan flexi, memposisikan posterior
pelvis mengalami rotasi 35˚ sampai 45˚.

Gambar 2.13. Proyeksi LPO


( Bontranger, K.L. 2014 )
e. Central Ray :
Vertikal tegak lurus.
f. Central Point :
1 inch (2,5 cm) crista illiaka samping kanan MSP tubuh pasien.
g. FFD : 100 cm (40 inchi)
h. Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah sympisis pubis.
i. Ekspos : pada ekspirasi tahan napas.
17

j. Kriteria evaluasi :
1. LPO : Flexura hepatika dan bagian asendens dan rectosigmoid
seharusnya terbuka tanpa superposisi yang signifikan .
2. RPO : Bagian flexura lienalis dan bagian desendens harus terbuka
tanpa superposisi yang signifikan.
3. Ampula rektum seharusnya masuk pada margin bawah radiografi.
4. Seluruh usus besar yang mengandung banyak kontras, termasuk
ampula rektal, harus disertakan.

Gambar 2.14. Radiografi proyeksi LPO


( Bontranger, K.L. 2014)
Keterangan Gambar :

a) Proyeksi lateral
a. Ukuran Kaset :
35 x 43 (14 x 17 inchi) cm Memanjang. Memakai Moving atau
stationary grid
b. Shielding :
Gonad shield dapat dipakai jika tidak menutupi organ penting dari kolon.
c. Posisi Pasien :
18

Lateral recumbent dengan bantal pada kepala pasien.


d. Posisi Obyek : Sejajarkan bidang midaxillary ke garis tengah tabel atau
IR, lutut fleksibel dan berlapis. Letakkan lengan didepan kepala. Pastikan
rotasi tidak terjadi.

Gambar 2.15. Proyeksi Lateral


( Bontranger, K.L. 2014 )
e. Central Ray :
Vertikal tegak lurus terhadap IR
f. Central Point :
1 inch (2,5 cm) crista illiaka samping kanan MSP tubuh pasien.
g. FFD : 100 cm (40 inchi)
h. Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah sympisis pubis.
i. Ekspos : pada ekspirasi tahan napas.
j. Kriteria evaluasi :
1. Area rectosigmoid yang diisi dengan kontras tampak rektum terisi
kontras dan daerah sigmoid.
19

Gambar 2.16. Radiografi proyeksi Lateral


( Bontranger, K.L. 2014)
Keterangan Gambar :
20

BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. X
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Alamat : Dumai
No. RM : 009xxxx
No. Foto : 154
dr. Pengirim : Suindra.dr,SpB
Tanggal Pemeriksaan : 02 Juli 2019
Permintaan Pemeriksaan : Lopograpi
Diagnosa : Post Operasi Tumor Kolon
2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 02 juli 2019, pasien mendatangi RSUD Arifin Achmad
untuk memeriksa perkembangan kolonnya setelah melakukan operasi tumor
kolon. Pasien datang ke unit radiologi untuk melakukan pemeriksaan sesuai
intruksi dokter, kemudian dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan lopograpi rontgen di Instalasi Radiologi RSUD Arifin
Achmad. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter. Selanjutnya pasien
melakukan foto rontgen.
3. Persiapan Alat
a. Pesawat Sinar-X siap pakai
Merk : Villa Medical
Tipe : G 100 C pad
No. Seri : Cpd 0787OL10
kV max : 150 kV
21

mA max : 290 mA
Manufactured : 01 Juli 2019
Imaging Plate ukuran: 35 x 43 cm

Gambar 3.1. Pesawat x-ray


b. Workstation Computed Radiografi

Gambar 3.2. computer radiologi


22

c. Printer Fujifilm Drypix Plus

Gambar 3.3. Printer Fujifilm Drypix Plus

4. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan lopograpi ini tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien melepaskan
benda-benda asing yang berada di sekitar daerah panggul agar tidak
menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf. Dalam hal ini diantaranya
yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam pada saku
maupun benda-benda logam lainnya. Selain itu juga sebelum pemeriksaan
petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak
terjadi kesalah-pahaman dari pasien tersebut.
5. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi Ap
Pemasukan media kontras di masukkan lewat anal menggunakan spuit
ukuran 50 cc dan kateter, dengan perbandingan 2 : 3. 20 cc kontras (
Iopamiro) dan 30 cc Aquades. Pemberian kontras ini dilakukan sebanyak
2 kali pemberian.
1) Ukuran Kaset :
Ukuran kaset 35 x 43 cm ( 14 x 17 inchi) memanjang, Memakai
Moving atau stationary grid
23

2) Posisi pasien :
Tempatkan pasien dalam keadaan terlentang (Supine) diatas meja
pemeriksaan atau brankard, kepala diberi bantal supaya nyaman, kaki
eksternal dan supaya nyaman. kedua tangan diletakkan disamping
tubuh agar tidak menutupi gambaran yang di inginkan.
3) Posisi objek :
MSP tubuh ditengah pemeriksaan, tidak adanya pergerakan.
4) Central Ray : Vertikal tegak lurus pertengahan IR
5) Central Point :
Pertengahan kedua crista illiaca
6) FFD : 100 cm ( 40 inchi )
7) Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah sympisis pubis.
8) Eksposi : Pada ekspirasi tahan napas
9) Struktur yang tampak :
Struktur ditampilkan menunjukkan proyeksi AP menampakkan
seluruh usus besar termasuk flexura colic sinistra tampak.
10) Kriteria evaluasi :
a) Colon transversal harus terisi dengan media kontras pada proyeksi
AP, serta juga terisi udara dengan menggunakan double kontrast.
b) Seluruh usus besar termasuk flexura colic sinistra tampak.
c) Tampak mucosal outlines pada bagian double kontrast.
d) Ketajaman pada setiap objek mengindikasikan tidak adanya
pergerakan.
24

Gambar 3.4. Radiograf AP Ny. X

b. Proyeksi Lateral
1) Ukuran Kaset :
35 x 43cm (14x17inchi) Memanjang. Memakai Moving atau
stationary grid
2) Posisi Pasien :
Lateral recumbent dengan bantal pada kepala pasien
3) Posisi Obyek :
Sejajarkan bidang midaxillary ke garis tengah tabel atau IR. Lutut
fleksibel dan berlapis. Letakkan lengan didepan kepala, pastikan rotasi
tidak tejadi.
4) Central Ray : tegak lurus terhadap IR.
5) Central Point :
1 Inchi (2,5 cm) crista illica samping kanan MSP tubuh pasien.
6) FFD : 100 cm (40 inchi)
7) Kolimasi : Batas atas xiphoid dan batas bawah sympisis pubis.
8) Ekspos : pada ekspirasi tahan nafas.
9) Struktur yang tampak :
Proyeksi ini sangat bagus untuk memperlihatkan bagian rectum dan
sigmoid.
10) Kriteria radiografi :
25

a) Area rectosigmoid yang diisi dengan kontras, rektum terisi


kontras dan daerah sigmoid.

Gambar 3.5. Radigrafi Lateral Ny. X

B. Pembahasan
Pemeriksaan usus besar dengan kasus post operasi dibuat dengan
proyeksi AP dan lateral. Proyeksi ini dianggap dapat menegakkan diagnosa
serta memberikan informasi pada kasus ini.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa teori dengan praktek berbeda.
Pada teori, pemasukan media kontras melalui lubang buatan ( Kolostomi )
dimana pada lubang tersebut terdapat dua saluran, yaitu saluran BAB dan
saluran buat pemasukan media kontrasnya. ( Bontranger, K.L. 2014 )
Teknik pemeriksaan radiograf lopograpi di instalasi radiologi RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru, Central Point yang digunakan pada pemeriksaan
colon proyeksi AP yaitu pertengahan kedua crista illiaca dan Central Ray yang
digunakan vertikal tegak lurus bidang film. Pada proyeksi lateral, Central Point
yang digunakan yaitu 1 inchi (2,5cm) crista illiaca samping kanan MSP tubuh
pasien. Sedangkan teknik pemasukan kontrasnya menggunakan teknik colon in
loop melalui anal.
Dapat disimpulkan perbedaan teknik dari pemeriksaan kasus ini yaitu
pada teknik pemasukan media kontrasnya yang berbeda dengan teorinya.
Walaupun teknik pemasukan media kontras digunakan berbeda pada
pemeriksaan lopograpi ini, namun hasil citra radiograf yang dihasilkan sudah
mampu memberikan informasi yang baik dalam pemeriksaan ini.
26

Dari kedua pemeriksaan yang berbeda ini dapat disimpulkan hasil


radiograf kolon pada teori yaitu menampakkan seluruh usus besar termasuk
flexura colic sinistra tampak terisi kontras. tampa ada indikasi gerakan, dan
mucosal outlines tampak jelas.
Sedangkan hasil radiograf kolon yang tampak pada kasus fost operasi
kolon di instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yaitu tampak
rectum, kolon sigmoid dan colon asendens yang terhubung dengan baik dengan
pemasukan kontras yang berbeda pada proyeksi AP. Tampak rektum terisi
kontras dan daerah sigmoid pada proyeksi lateral.
Kelebihan pemeriksaan kolon menggunakan teknik pemasukan kontras
pada teori adalah hasil radiograf yang dihasilkan lebih bagus dan lebih
informatif. Sedangkan kelebihan pemeriksaan kolon menggunakan teknik
pemasukan kontras pada praktek yaitu penggunaan waktu yang lebih singkat,
dengan menghasilkan radiograf yang lebih jelas di bandingkan dengan teori.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teknik radiograf pada pemeriksaan lopograpi post operasi tumor colon
secara teori yaitu menggunakan proyeksi AP, RAO, LPO dan Lateral.
2. Teknik radiograf lopograpi dengan klinis post operasi tumor colon di
instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yaitu menggunakan
proyeksi AP dan lateral dengan pemasukan kontras menggunakan teknik
colon in loop.
B. Saran
1. Sebaiknya pada pemeriksaan radiograf lopografi pada kasus fost operasi
tumor colon dapat dilakukan dengan menggunakan proyeksi AP, RAO,LPO
dan lateral agar dapat menegakkan diagnosa.
2. Perlunya penggunaan kolimasi yang sesuai dengan objek yang akan diambil
agar proteksi pasien terjaga sehingga pasien lebih aman.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, K.L. 2014. Text Book of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Eighth Edition. John p. Lampigano : The Mosby an imprint inc.

Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016. Merril’s Atlas of


Radiographic Positioning and Procedures, Volume One, Thirteenth
Edition, St. Louis : Mosby Elsevier

Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 2016. Patofisiologi konsep klinis


proses-proses penyakit; Edisi keenam, Vol dua. Jakarta : Penerbit EGC.

Friedrich. P & Jens. W .2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia; jilid Keempat,
Edisi 24, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Rasyid, S.Si. MT, Darmini, S.Si. Mkes. 2017. Proteksi Radiasi Bidang
Radiodiagnostik dan Intervensional. Magelang : Inti Medika Pustaka.
Yusnida, M. A Dan Suryono. 2014. Uji Image Uniformity Perangkat Computed
Radiography, Vol Three, Hal 251 – 256.

Mansjoer, Arif. 2014. Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Asih, SKM, M. Kes Dan Sudiboyo, S.Si. 2018. Radiologi Dasar I. Edisi III.
Magelang: Penerbit Inti Medika Pustaka.
Drs. H.kirnantoro,SKM.M.Kes,.2019. Anatomi Fisiologi I. Edisi IV. Jakarta:
Kementrian kesehatan.
Format Lampiran 1
FOTOCOPY SURAT PENGANTAR
Format Lampiran 2
FOTOCOPY HASIL BACA
DAFTAR HADIR SEMINAR PKL

Judul Laporan Kasus :

Lokasi Praktik :

Tanggal :

Tempat Seminar :

No NAMA PESERTA JABATAN TANDA TANGAN

Anda mungkin juga menyukai