Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PA

DENGAN INDIKASI TUBERKOLOSIS (TB) DI INSTALASI


RADIOLOGI RS MURNI TEGUH

Disusun Untuk Memenuhi Matrikulasi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan II

Dosen Pengampu
Yeti Kartikasari, ST, M.Kes.

Dibuat Oleh :

MARLINA PONTI RS
NIM : P1337430219062

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahini dengan baik. Makalah ini

disusun untuk memenuhi matrikulasi mata kuliah praktek kerja lapangan II dengan

judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax PA dengan Indikasi Tuberkolosis

(TB) di Instalasi Radiologi RS Murni Teguh”dapat diselesaikan.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang secara langsung telah membantu dalam penulisan makalah ini. Akhir kata

penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Rangka Dada ........................................................... 3
2.2 Anatomi Saluran Nafas ......................................................... 6
2.3 Fisiologi Pernafasan ............................................................... 9
2.4 Patologi Tuberkulosis........................................................... 11
2.5 Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax .............................. 15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil ..................................................................................... 21
3.2 Hasil Radiograf .................................................................... 22
3.3 Hasil Interpretasi Dokter ...................................................... 22
3.4 Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis ........................... 23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................... 24
4.2 Saran ..................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thorax adalah sebuah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian

belakang lebih panjang dari bagian depan. Pemeriksaan radiologi thorax

sangat penting karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan

secara pasti tanpa pemeriksaan radiologi thorax terlebih dahulu. Kelainan –

kelainan dini pada paru juga dapat diketahui dalam pemeriksaan roentgen

thorax sebelum gejala klinis muncul. Sehingga pemeriksaan rutin radiologi

thorax pada orang yang sehat sudah menjadi prosedur yang lazim pada

pemeriksaan kesehatan secara masal , contohnya seperti yang dilakukan pada

calon pegawai negeri , calon tentara , mahasiswa dan lain-lain.

Pada pemeriksaan radiology thorax proyeksi yang biasa digunakan

ialah Postero Anterior (PA) jika pasien kooperatip dan Antero Posterior (AP)

jika pasien non kooperatip serta proyeksi lateral jika dibutuhkan. Ada pula

proyeksi khusus yang digunakan untuk melihat kelainan - kelaianan yang tak

tampak pada proyeksi (PA) ataupun (AP), proyeksi tersebut adalah Proyeksi

AP Lordotik. Proyeksi ini digunakan untuk melihat kelainan – kelainan pada

apeks paru terutama Tuberkolosis, karena Tuberkolosis cenderung terjadi di

apeks paru.

Untuk pemeriksaan radiologi thorax dengan kasus Tuberkolosis

paru menggunakan proyeksi PA atau AP saja tergantung kondisi pasien tanpa

ada proyeksi tambahan yaitu AP Lordotik.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi Thorax PA dengan indikasi

Tuberkolosis (TB) ?

1.2.2. Apakah pemeriksaan radiologi thorax dengan menggunakan proyeksi

PA atau AP saja , telah cukup efektif dalam menegakkan diagnosa

dengan indikasi Tuberkolosis paru?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Thorax PA dengan

indikasi Tuberkolosis (TB),

1.3.2. Untuk mengetahui apakah teknik pemeriksaan radiologi thorax

dengan proyeksi PA atau AP saja telah cukup efektif dalam

menegakkan diagnosa dengan indikasi Tuberkolosis.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang teknik

pemeriksaan radiologi thorax pada kasus Tuberkolosis paru.

1.4.2. Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dalam dunia kerja nanti.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Rangka Dada

Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang keras dan tulang rawan.

Thorax berupa sebuah rongga berbentuk kerucut , di bawah lebih besar dari

pada di atas dan di belakang lebih panajang dari pada bagian depan.

Dibagian belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas vertebrae thorakalis ,

di depan dibentuk oleh sternum ,dibagian atas oleh klavikula , dibagian

bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua

belas pasang iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari tulang

belakang sampai ke sternum di depan ( Pearce , 1999 ).

Gambar 2.1. Anatomi Fisisologi Thorax

3
2.1.1. Sternum

Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang

terbagi atas tiga bagian yaitu :

1. Manubrium Sterni yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang

membentuk persendian dengan tulang klavikula dan tulang iga.

2. Corpus Sternum yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan

membentuk persendian dengan tulang iga.

3. Procesus Xypoideus yaitu bagian ujung dari tulang dada dan

pada masih bayi berbentuk tulang rawan.

2.1.2. Tulang Iga ( Costae )

Tulang iga banyaknya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan,

bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara

tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan columna

vertebrae thorakalis. Perhubungan ini memungkinkan costae

bergerak kembang kempis sesuai dengan irama pernafasan. Tulang –

tulang iga dapat dibedakan menjadi tiga bagian :

1. Tulang iga sejati (Os. Costavera), jumlahnya 7 pasang ,

berhubungan dengan tulang dada melalui persendian.

2. Tulang iga tak sejati (Os. Costaspuria), jumlahnya 3 pasang ,

berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan

dari tulang iga sejati ke 7.

3. Tulang iga melayang (Os. Costae fluitantes), Jumlahnya 2

pasang , tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.

4
2.1.3. Columna Vertebrae Thorakalis

Dinding posterior rongga thorax terbentuk dari columna

vertebrae thorakalis dengan bagian posterior costae. Columna

vertebrae thorakalis membentuk dinding posterior thorax melalui

persendian dengan bagian posterior costae. Masing –masing costae

membentuk persendian dengan columna vertebrae thorakalisdari 1

sampai 12.

2.1.4. Os. Klavikula

Klavikula adalah tulang yang melengkung yang membentuk

bagian anterior dari shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan os.

klavikula dibagi menjadi dua ujung : ujung medial disebut

sternoklavikular joint membentuk persendian dengan sternum dan

ujung lateral disebut acromioclavikular joint yang membentuk

persendian dengan acromion dari scapula.

2.1.5. Diafragma

Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah

yang memisahkan rongga thorax dengan abdomen , serta membentuk

lantai dasar dari rongga thorax dan atap dari rongga abdomen. Pada

saat inspirasi otot diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan

kubah diafragma turun sehingga ukuran thorax menjadi lebih besar.

Turunnya diafragma menyebabkan udara ditarik masuk oleh paru –

paru dan meluas untuk mengisi rongga thorax yang membesar. Pada

saat ekspirasi otot diafragma mengendor , diafragma naik sehingga

5
ukuran thorax menjadi kecil dan udara didorong keluar. Tinggi

diafragma berubah sesuai dengan sikap seperti bila duduk tegak atau

berdiri. Pada diafragma terdapat tiga hiatus yaitu : hiatus aorta ,

hiatus esophageal , dan hiatus kava.

2.2. Anatomi Saluran Pernafasan

Empat bagian penting saluran pernafasan dalam radiologi thorax

adalah sebagai berikut :

2.2.1 Laring

Laring ( tenggorok ) terletak didepan bagian terendah faring

yang memisahkannya dari columna vertebrae , berjalan dari faring

sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam

dibawahnya . Laring terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat

oleh ligamen membrane. Yang terbesar diantaranya ialah tulang

rawan tiroid dan dibagian depannya terdapat benjolan yang dikenal

sebagai jakun. Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain : 1

buah kartilago tiroid, 2 buah kartilago aritenoid , 1 buah kartilago

krikoid , dan 1 buah kartilago epiglotis. Pada puncak tulang rawan

tiroid terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring sewaktu

orang menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita suara

dan bagian epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis.

6
2.2.2 Trakea

Merupakan lanjutan dari laring , dibentuk oleh 16 sampai 20

cincin yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk hurup C.

Berjalan dari laring sampai ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan

ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus. Panjang trakea 9

sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput lendir.

2.2.3 Bronkus kanan dan kiri

Merupakan lanjutan dari trakea , terdiri dari 2 bagian :

bronkus kanan dan kiri. Bronkus tersebut berjalan kebawah dan

kesamping menuju ke paru – paru. Bronkus kanan lebih pendek dan

lebih lebar dari bronkus kiri. , sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan memiliki 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan

lebih langsing dari bronkus kanan dan berjalan di bawah arteri

pulmonalis serta memiliki 2 cabang. Bronkus memiliki cabang yang

disebut bronkiolus dan pada ujungnya terdapat gelembung paru atau

alveoli.

Gambar 2.2. Anatomi Trakea, bronkus, bronkiolus

7
2.2.4 Paru – Paru

Merupakan alat pernafasan utama , berbentuk kerucut

dengan apeks diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula.

Sebagian besar paru terdiri dari alveoli yang terbantuk dari sel

endotel dan epitel, dibagian inilah terjadi pertukaran udara, O2

masuk ke dalam darah dan CO2 keluar dari darah. Paru dibagi

menjadi dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan dibagi

menjadi tiga lobus dan paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus

kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu fisura. Paru – paru dilapisi oleh

suatu selaput yang disebut pleura, dimana pleura dibagi menjadi 2

bagian :

1. Pleura Viseralis : selaput paru yang langsung

membungkus paru.

2. Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi rongga

dada sebelah luar.

Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut

kavum pleura. Kavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit

cairan yang meminyaki permukaannya untuk menghindarkan

gesekan antara paru dengan dinding dada pada saat bernafas.

8
Gambar 2.3. Anatomi Rongga Dada

2.3. Fisiologi Pernafasan

Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan

paru-paru ( pernafasan eksterna ) dan pernafasan jaringan ( pernafasan

interna )

2.3.1 Pernafasan Paru – paru ( Pernafasan Eksterna )

Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi

pada paru-paru. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu

bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan sampai ke alveoli

berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonary. Alveoli

memisahkan oksigen dari darah , oksigen menembus membran ,

diambil oleh sel darah merah , dibawa ke jantung dan dipompakan ke

seluruh tubuh. 4 proses yang berhubungan dengan pernafasan

pulmoner :

9
a. Ventilasi Pulmoner , gerakan pernafasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

b. Arus darah melalui paru mengandung O2, masuk ke seluruh tubuh

dan CO2 dari tubuh masuk ke paru

c. Distribusi arus uadara dan arus darah sedemikisn rupa dengan

jumlah yang tepat bias mencapai seluruh bagian.

d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler

karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

2.3.2. Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )

Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh

masuk ke jaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen

ke dalam jaringan , mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru

dan di paru terjadi pernafasan internal.

10
2.4. PatologiTuberkolosis

Tuberkolosis adalah suatu kondisi patologis dari paru-paru yang

disebabkan oleh infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium

tuberkolosis.

Tuberkolosis paru dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

a. Tuberkolosis Primer ( Tuberkolosis anak )

Yaitu tuberkolosis yang terjadi akibat infeksi melalui jalan nafas

olehmycobacterium tuberkolosis yang biasa menyerang anak-anak.

Kelainan yang timbul dapat berlokasi dimana saja pada bagian paru.

Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis dan

atelektasis.

b. Tuberkolosis Sekunder ( Tuberkolosis Re-infeksi )

Tuberkolosis yang sifatnya kronis dan sering terjadi pada orang

dewasa. Tuberkolosis ini dianggap sebagai re-infeksi pada seseorang

yang sewaktu kecil pernah menderita tuberkolosis primer , tetapi tidak

diketahui dan menyembuh sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada

foto roentgen biasanya terletak dilapangan atas paru dan segmen apical

lobus bawah , walaupun kadang-kadang terletak dilapangan bawah paru

yang biasanya disertai plueritis.

Menurut Asosiasi Tuberkolosis Amerika , tuberkolosis sekunder dapat

dikelompokan menjadi beberapa bagian :

a. Tuberkolosis Minimal ( Minimal Tuberkolosis ) Yaitu luas sarang-

sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh

11
garis median, apeks dan iga-iga depan. Sarang soliter bisa berada

dimanapun tak terbatas pada daerah tersebut diatas.

b. Tuberkolosis Lanjut Sedang ( Moderatly Advance Tubercolosis )Yaitu

sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru

dan jika terdapat lubang , diameternya tak lebih dari 4 cm

c. Tuberkolosis Lanjut ( Far Advance Tubercolosis) Yaituluas daerah

yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua kalsifikasi

diatas , atau jika ada lubang , diameter keseluruhan lebih dari 4 cm.

Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkolosis dilihat dari

foto roentgen , salah satunya menurut bentuk kelainan yaitu :

a. Sarang eksudatif , berbentuk bercak dengan batas tidak tegas dan

densitas rendah.

b. Sarang produktif , berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas

dan densitasnya sedang.

c. Sarang induratif atau fibrotik , berbentuk garis-garis atau pita tebal

berbatas tegas dengan densitas tinggi.

d. Kavitas ( lubang )

e. Sarang kapur ( kalsifikasi )

Adapun kemungkinan – kemungkinan kelanjutan suatu sarang

tuberkolosis adalah :

a. Penyembuhan.

1. Penyembuhan tanpa bekas

12
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak

(tuberkolosis primer), dimana penderita tidak pernah menyadari

dirinya terserang penyakit tuberkolosis. Pada orang dewasa

(tuberkolosis sekunder) penyembuhan ini mungkin terjadi jika

diberikan pengobatan secara baik.

2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat.

Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas

tinggi/sarang fibrotikatau sarang fibrokalsiferus. Fibrokalsiferus

dilapangan atas paru mengakibatkan penarikan pembuluh-

pembuluh darah besar dikedua hili ke atas, keadaan ini dikenal

dengan Tuberkolosis Fibrodensa yang memiliki gambaran yang

khas seakan-akan menyerupai kantong celana yang diangkat,

dikenal dengan fenomena kantong celana ( Broekzak Fenomeen ).

Secara rontgenologis sarang baru dinilai sembuh bila setelah jangka

waktu 3 bulan bentuknya sama ( stationary ), sifat bayangan harus

berupa garis –garis atau bintik-bintik, harus didukung oleh hasil

pemeriksaan laboratorium yang baik.

13
b. Perburukan ( perluasan ) penyakit.

Adapun perburukan dan perluasan penyakit aakibat tuberkolosis

1. Pleuritis : terjadi karena meluasnya infiltrate primer langsung ke

pleura, sering terjadi pada remaja belasan tahun tapi jarang balita.

2. Penyebaran miliar : akibat penyebaran hematogen tampak sarang-

sarang kecil 1-2 mm, tersebar di kedua belah paru sacara merata.

Pada foto thorax tuberkolosis miliar menyerupai gambaran badai

kabut, penyebarannya dapat terjadi ke ginjal , tulang, sendi, selaput

otak, dsb.

3. Stenosis bronkus : dengan akibat atelektasis lobus atau segmen

paru yang bersangkutan, sering menduduki lobus kanan.

4. Timbulnya lubang ( Kavitas ) : akibat melunaknya sarang keju .

Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tetap.

c. Keadaan yang disalah artikan sebagai sarang tuberkolosis.

1. Infiltrat pneumo lobaris di lobus atas paru dalam massa resolusi

yang terletak di lapangan atas paru.

2. Superposisi jalin ( kepang ) rambut wanita yang tidak diikat diatas

kepala, melainkan lepas tergantung dibahu menutupi bagian atas

paru.

3. Kelainan bawaan ( anomaly ) iga.

4. Superposisi bagian lateral muskulus sternokleidomastoideus

dengan bagian medial costae pertama.

14
2.5. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax.

2.5.1 Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan radiografi thorax tidak ada persiapan khusus

bagi pasien. Hanya saja, semua benda yang dapat mengganggu

radiograf dilepas terlebih dahulu, seperti : kalung, pakian dalam

(BH), kancing baju, peniti dan lain-lain. Selain itu komunikasi

dengan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan.

Penting untuk menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan yang

akan dilakukan serta alasan melepas pakaian bagian atas dan benda-

benda yang dapat mengganggu radiograf serta diganti dengan

pakaian yang bebas dari benda asing.

2.5.2 Persiapan Alat

Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan

radiografi thoraxadalah :

- Pesawat sinar-x

- Kaset dan film

- Apron (jika di perlukan)

- Baju pasien

2.5.3 Teknik Pemotretan.

Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi

thorax adalah proyeksi Postero Anterior (PA), proyeksi Lateral, dan

proyeksi tambahan yaitu : proyeksi Antero Posterior (AP) Lordotik

yang khusus digunakan untuk melihat kelainan Tuberkolosis Paru.

15
a. Proyeksi Postero Anterior (PA)

1. Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset.

Dagu diletakan pada penopang dagu yang terletak di

tengah batas atas kaset. Kedua telapak tangan endorotasi

maksimum dan diletakan diatas crista illiaka. Siku

didorong ke depan hingga menempel kaset agar scapula

tidak menutupi lapangan paru. Pundak agak diturunkan

agar klavikula terletak di bawah paru.

2. Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) tepat

ditengah kaset. Pastikan tidak ada rotasi pada thorax. Batas

atas kaset 4 – 5 cm diatas pundak.

3. Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset

dengan arah horizontal. Central Point pada vertebrae

thoracal ke 7 atau diantara kedua angulus inferior scapula.

Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.

4. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan

obyek ( thorax ).

5. Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan

nafas dengan tujuan untuk memperluas lapangan paru.

6. Kriteria Radiograf : Tampak kedua lapangan paru dari

apeks sampai sinus costoprenicus , tampak bayangan udara

pada trakea, tampak hilus jantung , tampak, costae,

16
klavikula, vertebrae thorakalis 1 – 12. Pada saat inspirasi

penuh tampak gambaran costae belakang 9 – 10.

Gambar 2.4. Posisi Object Thorax PA dan Kriteria Gambar


(Ballinger, 2013)

b. Proyeksi Lateral

1. Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh

menempel kaset. Atur kedua tangan fleksi dan diletakan

diatas kepala.

2. Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien

tegak lurus / tepat ditengah kaset dan Mid Sagital Plane (

MSP ) pasien sejajar kaset.

3. Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset

dengan arah sinar horizontal. Central Point setinggi

vertebrae thoracal ke 7. Focus Film Distance (FFD) 150

cm.

17
4. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan

batas atas sinar pada vertebrae prominens.

5. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.

6. Kriteria Radiograf : Tampak apeks pulmo dan sinus

costoprenicus. Tampak sternum di bagian anterior. Batas

jantung dan diafragma tampak dengan jelas.

Gambar 2.5. Posisi Object Thorax Lateral dan Kriteria Gambar


(Ballinger, 2013)

c. Proyeksi AP Lordotik

1. Posisi Pasien : Pasien berdiri di depan standar kaset dengan

jarak kuramg lebih 1 langkah, kemudian pasien menyandar

pada standar kaset sehingga pundak, leher, dan kepala,

menempel pada standar kaset. Kedua telapak tangan

endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka,

kemudian siku didorong kedepan.

18
2. Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) lurus

ditengah kaset. Batas atas kaset 7 – 8 cm diatas pundak.

3. Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset

dengan arah sinar horizontal. central point pada

pertengahan sternum atau 9 cm dibawah jugular notch.

Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm.

4. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek(thorax).

5. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.

6. Kriteria Radiograf : Tampak paru-paru, os. Klavikula,

jantung, dan corpus vertebrae. Klavikula terletak di bagian

superior dari apeks paru. Gambaran apeks paru bebas dari

superposisi dengan klavikula dan tampak jelas. Kedua

sternoklavikular joint berjarak sama. Klavikula pada posisi

horizontal. Costae depan dan belakang saling superposisi

Gambar 2.6. Posisi Object Thorax Top Lordotik dan Kriteria Gambar
(Ballinger, 2013)

19
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Hasil

3.1.1. Identitas Pasien

Nama : Mr. X

Umur : 21 Tahun

No.RM :123456

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Foto : 25 Juni 2019

Pemeriksaan : X-Ray Thorax (PA)

Indikasi : TB Paru

3.1.2. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan Thorax pasien diminta untuk menggunakan baju

pasien dan barang-barang yang dapat menimbulkan artefak seperti

kancing peniti, jarum, kalung dan BH agar dilepas

20
3.2. Hasil Radiograf

Gambar 3.1. Hasil Radiograf Thorax PA

3.3.Hasil Interpretasi Dokter

 Jantung ukuran dan bentuk normal

 Tampak Fibroinfiltrat di lapangan paru kanan

 Pulmonal Vascularity tampak normal

 Kedua Sinus dan diafragma baik.

Kesimpulan : TB Paru

21
3.4.Pembahasan Hasil Radiograf Oleh Penulis

Pada pemeriksaan Radiologi thorax dengan kasus tuberkolosis paru

menggunakan proyeksi PA. Pada proyeksi PA apek paru akan tampak

superposisi dengan os clavicula sehingga mungkin dapat mengganggu dalam

menilai kelainan pada apeks paru

Pada proyeksi AP Lordotik apeks paru akan terbebas dari superposisi

denganos clavicula , karena clavicula akan terlempar ke atas dan terletak

diatas apeks paru akibat penyudutan sinar.

Pada proyeksi PA, MSP pasien tepat ditengah – tengah kaset, Central

Point ( CP ) pada vertebrae thoracal ke 7 atau diantara kedua angulus inferior

scapula dengan arah sianar horizontal. Batas – batas lapangan penyinaran,

pada bagian atas setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7 ), pada bagian

bawah sepanjang batas bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian

kanan dan kiri sisi lateral tubuh.

Dengan batas – batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak pada

radiograf dan sinuscostoprenicus akan masuk pada radiograf. Dorsum manus

endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian siku

didorong kedepan hingga menempel kaset dengan tujuan agar scapula tidak

menutupi lapangan paru.

Eksposi pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud agar

lapangan paru tampak lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma

menjadi turun serta kapasitas udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat

22
diatas maka radiograf yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.

Proteksi radiasi yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan cara

mengatur luas lapangan penyinaran seluas obyek thorax saja, serta

diusahakan agar tidak terjadi pengulangan pembuatan foto. Hasil Radiograf

diatas menunjukkan adanya corak fibroinfiltrat di lapangan paru kanan yang

dapat disimpulkan bahwa adanya patologi TB paru .

23
BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan

4.1.1. Dalam pemeriksaan Radiologi thorax pada kasus Tuberkolosis

paru menggunakan proyeksi PA

4.1.2. Dari hasil radiograf dapat disimpulkan bahwa terdapat

fibroinfiltrat di lapangan paru kanan atas.

4.2. Saran

4.2.1. Pada pemeriksaan Thorax dengan indikasi TB selain

menggunakan proyeksi PA sebaiknya digunakan pemeriksaan AP

Top Lordotik.

4.2.2. Upayakan setiap tindakan pemeriksaan perlu dilakukan

komunikasi efektif antara radiografer dan pasien, perlu

diterapkan asas optimasi yakni dengan mengatur luas lapangan

kolimasi secukupnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama,.

Rosad Sjahrir , Sukanto Kertoleksono, Iwan Ekayuda,1992.Radiologi


Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ,

Syariffudin, H. B. Ac. Drs.1997Anatomi Fisiologi untuk Siswa


Perawat.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,.

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and


Related anatomy. United States of America : Mosby,.

Ballinger, P.W., 1995, Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic


Prosedures, Volume One, Ninth Edition, The VC Mosby co London.

Snell, R., 1975, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, alih bahasa
Drs. Adji Dharma, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai