Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

Teknik Pemeriksaan Radiografi HSG dengan Klinis Infertilitas Sekunder


di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Oleh :
JANNATIN ALIYAH MA’RIF
P1337430217073
Latar Belakang
Pemeriksaan Histerosalpingografi dengan klinis infertilitas sekunder di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo diawali dengan plain foto,
dilanjutkan dengan proyeksi anterior posterior, dan proyeksi tambahan
oblik kanan dan oblik kiri, serta tanpa foto post pemeriksaan. Hal
tersebut membuat penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini dengan
tujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan Histerosalpingografi dan
untuk mengetahui tujuan penambahan proyeksi oblik kanan dan oblik
kiri serta alasan tidak dilakukannya foto post pemeriksaan pada teknik
pemeriksaan Histerosalpingografi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi histerosalpingografi di


Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya?
2. Apakah tujuan penambahan proyeksi oblik kanan dan oblik kiri pad
a teknik pemeriksaan Histerosalpingografi di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya?
3. Mengapa tidak dilakukan foto post pemeriksaan pada teknik
pemeriksaan Histerosalpingografi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya?
Apa itu HSG ?

Hysterosalpingography atau (HSG) adalah pemeriksaan


secara radiologi dari organ reproduksi wanita (cavum uteri
dan tuba), dengan menggunakan media kontras
radioopaque yang bertujuan untuk memperlihatkan lesi se
perti polip, tumor, atau fistula dan untuk memeriksa patens
i tuba fallopi pada inferlititas.
Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ Reproduksi Eksterna

Keterangan :

1. Mons pubis
2. Klitoris
3. Lubang uretra
4. Vestibulum
5. Himen
6. Glandula klitoris
7. Labia minor
8. Lubang vagina
Gambar 2.1. Organ reproduksi eksterna
9. Labia mayor
10. Anus
Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ Reproduksi Interna

Keterangan :

1. Uterus

2. Ovarium

3. Tuba Fallopii

4. Vagina

Gambar 2.2. Organ reproduksi interna

 
INDIKASI KONTRA INDIKASI

• Infertilitas • Hamil
• Kelainan kongenital pada ut • Perdarahan uterus yang heb
erus at
• Perlengketan uterus • Radang Pelvis akut
• Operasi tuba fallopi • Alergi media kontras
• Endometrial carcinoma • Mengidap PMS
• Lokalisasi IUD
Apa itu Infertilitas?

Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau


lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara
teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi

Infertilitas dibagi menjadi dua yaitu :

1. Infertilitas primer

2. Infertilitas sekunder
ILUSTRASI KASUS

Pada tanggal 20 Mei 2019 pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dengan diantar suaminya. Pasien membawa lembar hasil p
emeriksaan lab dan surat permintaan pemeriksaan HSG dari dokter pengirim d
engan klinis Ingin punya anak. Sebelumnya, pada tahun 2018 pasien sudah p
ernah hamil namun mengalami keguguran pada usia kehamilan 11 minggu.

Berdasarkan dari anamnesa dokter, tanggal 20 Mei 2019 merupakan 12 hari

dari HPHT pasien sehingga pemeriksaan dapat dilakukan pada hari itu juga.
Identitas Pasien
Nama : Ny. LAR

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dk. Karangan 4B No.9, Surabaya

No. RM : 1905200XXX
Tanggal Pemeriksaan : 20 Mei 2019

Permintaan : HSG

Dokter pengirim : dr. Dian A. I. Sp. OG (KFM)


Anamnesa
1. Pasien menikah 5 tahun yang lalu
2. Pada tahun 2018 pasien pernah hamil namun keguguran saat usia kehamilan 11 minggu
3. Pasien belum pernah mengikuti program KB dan belum pernah menjalani pemeriksaan
HSG sebelumnya

4. Menstruasi tidak lancar, biasanya telat 2 bulan setiap periodenya


5. HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) pasien pada tanggal 8 Mei 2019

6. Pasien terakhir coitus pada tanggal 7 Mei 2019


7. Pasien tidak ada riwayat alergi

8. Suami pasien perokok aktif, namun sudah pernah melakukan pengecekan sperma di lab
dan hasilnya normal
Prosedur Pemeriksaan
Persiapan Pasien

1. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 12 dari HPHT

2. Pasien tidak berhubungan suami istri (coitus) dari setelah


selesai menstruasi terakhir sampai dilakukan pemeriksaan
HSG.
3. Pasien menandatangani inform consent.

4. Pasien berganti baju dengan baju pasien

5. Pasien buang air kecil sebelum dilakukan pemeriksaan


Cont’d
Persiapan Alat dan Bahan - Spekulum
- Spuit 10 ml dan 25 ml
a. Steril - Handscoen
- Kassa steril
- Mangkok steril
- Klem
- Folley catheter size 8
- Media Kontras I
- Antiseptik
- Gel
- NaCl
Cont’d
b. Non Steril
• Pesawat radiografi fluoroskopi dengan spesifikasi sebagai b
erikut :
Merk : PHILIPS
TUBE REF/Model : 9890 000 85271
Permanent Filtration : 2,5 Al/75
Nominal Voltage : 150 kV
Manufactured : March 2011
• Lampu ginekologi
• Apron dan tyroid shield
• Baju pasien
• Perlak
Prosedur Pemeriksaan HSG:
1. Pasien melakukan pengecekan kehamilan menggunakan test pack
2. Setelah memastikan pasien tidak dalam keadaan hamil, pasien segera
memasuki ruang pemeriksaan dan berganti baju dengan baju pasien
3. Pasien diminta berbaring di meja pemeriksaan dan diposisikan lithotomi
4. Desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine dan kassa steril.
5. Vagina dibuka dengan menggunakan spekulum yang ujungnya sudah
diberi gel untuk memudahkannya masuk, sehingga tampak portio,
kemudian dibersihkan dengan betadine dan kassa steril.
cont’d
6. Memasukan folley catheter yang ujungnya sudah diberi gel ke dalam
serviks uteri.
7. Balon dikembangkan dengan NaCl sebanyak 1,5 cc hingga fiksasi.
8. Spekulum dilepas dan pasien diposisikan supine dengan meluruskan
kedua kakinya
9. Dilakukan pengambilan plain foto dengan fluoroscopy
10. Kateter disambungkan dengan spuit yang berisi media kontras dengan
volume 5 cc
11. Dengan bantuan fluoroskopi, media kontras sebanyak ± 0,5 cc dimasukan
untuk memvisualisasikan cavum uteri dan dilakukan pengambilan gambar
dalam proyeksi AP supine.
cont’d

12. Memasukan kontras lagi sebanyak ± 2,5 cc pada proyeksi LPO dan
proyeksi RPO untuk memvisualisasikan kedua tuba fallopi.
13. Volume balon kateter dikurangi dan ditarik pelan-pelan sambil kontras
dimasukkan kembali mengisi cavum uteri. Hal ini bertujuan untuk
memastikan posisi awal balon kateter tidak menutupi sebagian cavum uteri
.
Teknik Pemeriksaan
Plain Foto dan Foto proyeksi AP post kontras

PP : Supine
PO : Pelvis diatur sehingga jarak antara pelvis kanan dan kiri sama. Mid Sagital
Plane (MSP) tegak lurus terhadap garis tengah kaset. Batas atas SIAS dan
batas bawah simphisis pubis.
CR : Vertikal tegak lurus kaset
CP : 5 cm di atas simphisis pubis pada MSP
FFD : 100 cm
Eksposi : 85 kV, 250 mA, 16.9 ms
HASIL RADIOGRAF
Plain foto Post kontras AP
Teknik Pemeriksaan
Foto proyeksi RPO

PP : Supine, dirotasikan 45° terhadap kaset


PO : Pelvis diatur supaya dalam posisi oblik dengan pelvis kanan menempel pada
kaset dengan sudut 45o. Kaki kiri difleksikan, kaki kanan diluruskan. Tangan
kiri ditekuk di depan dada untuk penyangga. Tangan kanan ditekuk dan
diletakkan diatas.
CR : Vertikal tegak lurus kaset
CP : 2-3 inchi di atas simphisis pubis ditarik ke arah lateral.
FFD : 100 cm
Eksposi : 85 kV, 250 mA, 16.9 ms
HASIL RADIOGRAF
Proyeksi RPO
Teknik Pemeriksaan
Foto proyeksi LPO

PP : Supine, dirotasikan 45° terhadap kaset


PO : Pelvis diatur supaya dalam posisi oblik dengan pelvis kiri menempel pada
kaset dengan sudut 45o. Kaki kiri diluruskan, kaki kanan difleksikan. Tangan
kanan ditekuk di depan dada untuk penyangga. Tangan kiri ditekuk dan
diletakkan diatas
CR : Vertikal tegak lurus kaset
CP : 2-3 inchi di atas simphisis pubis ditarik ke arah lateral.
FFD : 100 cm
Eksposi : 85 kV, 250 mA, 16.9 ms
HASIL RADIOGRAF
Proyeksi LPO
Proteksi Radiasi
Justifikasi

Justifikasi pemeriksaan Histerosalfingografi pada Ny. RAL didasarkan


pada asas bahwa manfaat yang akan diperoleh lebih besar daripada
risiko yang ditimbulkan. Diperoleh manfaat yaitu mengetahui sebab
infertilitas yang diderita pasien. Justifikasi diperoleh dari surat
permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim.
cont’d
Limitasi dosis

Limitasi dosis diberlakukan melalui penerapan Nilai Batas Dosis (NBD)


dengan mewajibkan dokter yang menangani pasien untuk mengguna
kan peralatan pemantauan dosis berupa TLD badge dan mengguna
kan pakaian proteksi radiasi berupa apron dan tyroid shield.
cont’d
Optimasi proteksi dan keselamatan radiasi

Yaitu usaha untuk mengurangi dosis yang diterima pekerja radiasi dan anggota
masyarakat. Untuk pekerja radiasi, limitasi dosis dilakukan dengan penggunaan
apron dan tyroid shield juga berlindung dibalik tabir pelindung. Sedangkan
untuk anggota masyarakat, limitasi dosis dilakukan dengan mewajibkan
penggunaan apron pada keluarga pasien yang berada di ruang pemeriksaan,
serta dengan tidak mengizinkan pihak yang tidak berkepentingan berada di
ruang pemeriksaan.

.
Tindakan pasca pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan histerosalpingografi,
pasien dipersilakan berganti baju dan diberikan resep
yaitu asam mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri
pasca pemeriksaan dan antibiotik untuk menghindari
terjadinya infeksi.
Hasil Pembacaan Radiologi
Nama : Ny. LAR
No. RM : 1905200XXX
Sex / Umur : Pr/25 Th
Alamat : Surabaya • Plain Foto :
Tgl. Pendaftaran : 20/05/2019
Tgl. Mulai Tind : 20/05/2019 Tulang-tulang pelvis t
dokter Pengirim : ampak baik
dr. Dian A. I. Sp. OG (KFM)
Klinis : Ingin punya anak
Cont’d
Contrast Study :

• Kontras water soluble dimasukkan melalui folley catheter yang terpasang melalui o
stium uteri eksternum, sebanyak +/- 0,5 cc dimasukkan, tampak kontras mengisi ca
vum uteri, bentuk uterus inverted trigonal shape dengan ukuran +/- 1x1,5 cm (N
ormal : panjang = 2,5 cm; lebar = 3,7 cm
• Kemudian kontras dimasukkan kembali +/- 2,5 cc, tampak kontras mengisi tuba
fallopi kanan, tampak dilatasi ringan tuba fallopi kanan, spillage kontras (+), tampak
dilatasi pada tuba fallopi kiri, spillage kontras (-)
• Balloon cathether dicoba dikurangi dan ditarik pelan-pelan sambil kontras
dimasukkan kembali mengisi cavum uteri, tidak tampak penambahan volume di
cavum uteri
cont’d
KESAN

• Ukuran uterus lebih kecil dari normal


• Hydrosalphinx kiri dan non patent tuba fallopi kiri
• Dilatasi ringan tuba fallopi kanan dan patent tuba fallopi kanan
PEMBAHASAN
Pemeriksaan histerosalpingografi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dilakukan
tanpa ada pengosongan rektum. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien
melakukan pengecekan kehamilan menggunakan test pack . Tidak dilakukan s
kin test terlebih dahulu dikarenakan dari hasil anamnesa pasien tidak memiliki r
iwayat alergi apapun.

Media kontras yang digunakan yaitu media kontras water soluble (Ixxx)
sejumlah ± 3 cc dan tidak diencerkan dengan NaCl (media kontras murni).
Sebanyak 0,5 cc kontras dimasukkan pada saat posisi pasien supine atau
pada proyeksi AP untuk melihat pengisian pada cavum uteri. Dan 2,5 cc
kontras dimasukkan pada saat posisi pasien oblik atau pada proyeksi LPO d
an RPO.
cont’d

Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan histerosalpingografi di RSUD Dr. Soetomo


Surabaya yaitu AP dengan tambahan proyeksi oblik kanan dan oblik kiri serta tanpa foto
post pemeriksaan. Tujuan dilakukannya proyeksi tambahan oblik kanan dan oblik kiri
adalah untuk melihat gambaran lebih jelas dari tuba fallopi kanan dan kiri. Hal ini
menyesuaikan dengan kemungkinan kelainan yang diderita pasien yaitu infertilitas
sekunder, seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2 bahwa salah satu penyebab
infertilitas adalah kelainan anatomis misalnya abnormalitas tuba fallopi. Karena jika
hanya menggunakan proyeksi AP, tuba fallopi tidak akan tergambar dengan baik dan
hanya gambaran cavum uteri yang terlihat jelas.
cont’d

Kemudian alasan tidak dilakukannya foto post pemeriksaan adalah karena


penggunaan proyeksi AP dan proyeksi tambahan LPO dan RPO sudah cuk
up untuk menegakkan diagnosa kelainan infertilitas sekunder pada pasien. Tid
ak dilakukannya foto post pemeriksaan juga untuk mengurangi dosis yang
diterima pasien dikarenakan foto post pemeriksaan hanya bertujuan untuk
melihat sisa media kontras yang menempel di cavum uteri maupun di rong
ga peritoneal.
PENUTUP
Simpulan
1. Teknik pemeriksaan histerosalpingografi di Instalasi Radiologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya menggunakan proyeksi AP dan proyeksi tambahan
LPO RPO. Serta tidak ada foto post pemeriksaan.
2. Tujuan dilakukannya proyeksi LPO dan RPO yaitu untuk melihat gambaran
dari tuba fallopi kanan dan kiri
3. Tidak ada foto post pemeriksaan dikarenakan penggunaan proyeksi AP dan
proyeksi tambahan LPO dan RPO sudah cukup untuk menegakkan diagnos
a kelainan infertilitas sekunder pada pasien.
4. Pemeriksaan histerosalpingografi dapat dilakukan tanpa adanya
pengosongan rektum.
5. Balon kateter dikembangkan dengan NaCl sebanyak 1,5 cc
6. Pada pemeriksaan HSG ini digunakan media kontras murni yaitu media
kontras water soluble Iopamiro tanpa campuran apapun untuk menghasil
kan gambaran radioopaque yang baik.
Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan pada teknik pemeriksaan


histerosalpingografi ini yaitu sebaiknya dilakukan pengosongan
rektum dengan pemberian urus-urus ringan yaitu dulcolax
suppositoria beberapa jam sebelum pemeriksaan untuk
menghindari gambaran feses yang mengganggu atau
superposisi dengan gambaran uterus terutama jika pasien
mengalami konstipasi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai