DISUSUN OLEH :
WAHYU ALFIANSAH
NIM : 18.084
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
( L.Napitupulu, S.Pd )
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“ RADIOGRAFI PELVIS DENGAN SANGKAAN FRAKTUR OS PUBIS
DI RUMAH SAKIT COLUMBIA ASIA MEDAN”.
Adapun karya tulis ini disusun dan disajikan dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir pada program pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
selayaknya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Yth. Bapak Djamiandar Simamora, DFM, S.Pd, M.Pd selaku Direktur
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Yayasan Sinar Amal
Bhakti Medan.
2. Yth. Ibu L.Napitupulu, S.Pd selaku dosen pembimbing penulis yang telah
mendukung, memberikan masukan hingga akhir penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. Yth. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Yayasan Sinar Amal Bhakti Medan.
4. Yth. Bapak Direktur dan Staff Radiologi Klinik Pramita Lab Kota Medan
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar klinik.
5. Yth. Bapak Direktur dan Staff Radiologi Rumah Sakit Khusus Paru Medan
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar klinik.
6. Yth. Bapak Direktur dan Staff Radiologi Rumah Sakit Columbia Asia Medan
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian Karya Tulis
Ilmiah.
7. Kedua Orang tua penulis yang terkasih yaitu Ayahanda Yanuasri dan Ibunda
Mailinda, Abang Randi aprilyan, yang tidak henti-hentinya memberikan do’a,
dukungan semangat maupun material, dan moral yang sangat berarti buat
penulis. Semoga penulis dapat menjadi orang yang bisa dibanggakan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga jasa baiknya dan kemurahan hati yang telah diberikan kepada
penulis mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam penyusunan dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penyusunan maupun penyajian. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi
seluruh pembaca khususnya bagi penulis dan Mahasiswa/i Akademi Teknik
Radiodiagnostik Dan Radioterapi Yayasan Sinar Amal Bhakti Medan.
WAHYU ALFIANSAH
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................
4.1 Hasil.................................................................................................
4.1.1 Identitas Pasien.......................................................................
4.1.2 Prosedur Pemeriksaan.............................................................
4.1.3 Persiapan Pasien.....................................................................
4.1.4 Persiapan Alat.........................................................................
4.1.5 Teknik Pemeriksaan................................................................
4.1.6 Hasil Ekspertise......................................................................
4.2 Pembahasan......................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari pemeriksaan Pelvis dengan sangkaan
Fraktur Os Pubis tersebut adalah :
1.5.1 Untuk Penulis
Menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari dalam teori selama perkuliahan
serta praktek secara langsung pada objek yang sebenarnya dan untuk menambah
pengalaman bagi penulis.
1.5.2 Untuk Institusi ATRO Yayasan Sinar Amal Bhakti Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca serta menambah perbendaharaan buku-buku referensi bagi
mahasiswa/mahasiswi di Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Sinar
Amal Bhakti Medan untuk penelitian selanjutnya digunakan sebagai buku referensi
tingkat akhir.
1.5.3 Untuk Rumah Sakit Umum Columbia Asia Medan
Untuk meningkatkan pelayanan pada pasien dan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan untuk pertimbangan dalam pemeriksaan radiografi Pelvis dengan sangkaan
Fraktur Os Pubis di “Rumah Sakit Columbia Asia Medan” serta dapat digunakan
untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh pasien itu sendiri.
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi atas lima bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan isi
penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ilium
sacrum
ischium
pubis
Gambar 1.pelvis
ILIAC CRETS ILIUM
AURICULAR SURFACE
SPINE OF ISCHIUM
BODY OF ILIUM
BODY OF PUBIS
ISCHIUM PUBIS
OBTURATUR FORAMEN
A. Os sacrum
sakrum terletak di bagian atas, belakang rongga panggul , di antara dua sayap panggul
Ini membentuk sendi dengan empat tulang lainnya. Kedua proyeksi di sisi sakrum
disebut alae (sayap), dan mengartikulasikan dengan ilium di L-berbentuk sendi sacroiliac
Bagian atas sakrum terhubung dengan vertebra lumbar terakhir (L5), dan bagian
bawahnya dengan tulang ekor (tulang ekor) melalui kornu sakral dan tulang ekor.Sakrum
memiliki tiga permukaan berbeda yang dibentuk untuk mengakomodasi struktur panggul
di sekitarnya. Secara keseluruhan itu cekung (melengkung pada dirinya sendiri). The
dasar sakrum , bagian terluas dan paling atas, dimiringkan ke depan sebagai
promontorium sakrum internal. Bagian tengah melengkung ke luar menuju posterior ,
memungkinkan ruang yang lebih besar untuk rongga panggul .
.
B. Os coccyges
Os coccyges berartikulasi dengan sacrum di superior tulang ini terdiri dari empat
vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya
bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus,
namum vertebra pertama mempunyai prosecus tranversus rudimenter dan kornu
coccygeum. Kornu adalah sisa pediculus dan procesus articularis superior yang menonjol
ke atas untuk bersendi dengan kornu scrale.
C. Os kokse
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu : ilium, iscium, dan pubis. Saat
dewasa tulang-tulang ini telah menyatu seluruhnya pada acetabulum.
Ilium : adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis, melebar keluar, membentuk
tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan tersebut dinamakan crista iliaca. Secara posterior,
ilium bersendi dengan sacrum (sacro-iliac joint).
Iscium : terdiri dari spina dibagian posterior yang membatasi incisura isciadica mayor
(atas) dan minor (bawah). Tuberositas iscia adalah penebalan bagian bawah korpus
iscium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iscium menonjol ke depan dari
tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini
berartikulasi dengan tulang pubis ditiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior dari
korpus memiliki Krista pubicum dan tuberkulum pubicum. Foramen obturatorium
merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iscium.
2.1.2 Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi dari tubuh manusia berkaitan dengan
mekanisme berbagai organ dan jaringan dalam melaksanakan kegiatan tertentu
Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada disebelah dorsokaudal terhadap
abdomen dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke ekstremitas inferior.
Pelvis bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dengan caput femoris kanan
dan kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh
tulang, ligamentum, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, member
tempat kepada vesika urinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe,
dan saraf.
2.1.3 Patologi
Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan
perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau kondisi dari bagian tubuh
(Tamher & Heryati, 2008).
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan dan
pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekuler
sampai pengaruhnya pada setiap individu (Hasdianah & Suprapto, 2017).
Fraktur atau yang sering kali disebut dengan patah tulang, adalah sebuah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
Tanda & gejala patah tulang
Tanda dan gejala fraktura dapat berbeda pada setiap orang, tergantung jenis, lokasi, dan
tingkat keparahan yang dialami. Namun secara umum, gejala patah tulang atau fraktur
yang sering dirasakan adalah:
Rasa nyeri atau sakit yang umumnya parah di area tulang yang mengalami
fraktura.
Pembengkakan di area tulang yang mengalami fraktura.
Deformitas atau perubahan bentuk yang terlihat jelas di area tubuh yang
mengalami fraktur.
Sulit menggerakan bagian tubuh di area patahnya tulang.
Kemerahan, memar, dan terasa hangat di kulit sekitar area tubuh yang mengalami
fraktura.
Mati rasa dan kesemutan di area tubuh yang terkena.
2.1.4 Etiologi
Etiologi adalah penetapan sebeb terjadinya suatu fenomena penyakit. Pengertian
etiologi mencakup identifikasi atas faktor-faktor yang menimbulkan suatu penyakit
(Tamher & Heryati, 2008).
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan
sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan
akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya
retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi
disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur
yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio,
Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010)
a.Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan
2)Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3)Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b.Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan
1)Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2)Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul salah satu proses yang progresif
3)Rakhitis
4)Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
Meja kontrol merupakan bagian dari unit pesawat rontgen yang digunakan untuk
mengendalikan besarnya keluaran sinar-x yang dibutuhkan untuk mengendalikan setiap
kali expose (paparan), meja kontrol pesawat rontgen diagnostik berbeda-beda pada
masing-masing pesawat, tetapi pada prinsip penggunaannya hampir sama pada setiap
pesawat rontgen. Meja kontrol pada umumnya ditempatkan dibelakang pelindung agar
petugas terlindung dari radiasi pada saat pemeriksaan berlangsung
Bila pesawat sinar-X dipakai, tegangan melalui tabung sinar-X hampir selalu
dinyatakan dalam kilovolt peak. Bentuk gelombang tegangan dari satu daya arus bolak
balik adalah bentuk gelombang berdenyut, naik sampai harga puncak (peak) dalam tiap
half cycle dalam pola perubahan.
Kecuali dalam rangkaian arus khusus tegangan output dari trafo tegangan tinggi
yang digunakan ke tabung sinar-X juga berdenyut. Istilah kilovolt peak menunjukkan
kilovolt tertinggi yang dicapai dalam tiap cycle tegangan berdenyut yang trafo
sampaikan ke tabung sinar-X.
Trafo mempunyai 2 jenis kumparan, antara lain :
Kumparan primer
Kumparan primer mengambil tegangan dalam bentuk arus tinggi pada satu daya.
Bila sangat tinggi harus mengalir, tahanan kawat yang dilaluinya harus sekecil
mungkin, jadi kawat kumparan primer harus pendek dan tebal.
Kumparan sekunder
Kumparan sekunder menyediakan kV dan mA untuk tabung sinar-X, memberikan
kuat arus yang rendah, tahanan jauh lebih besar dengan tidak memerlukan banyak
tegangan untuk mengirim arus melalui kawat dan terlalu banyak daya hilang.
Dengan demikian kumparan sekunder dibuat dari kawat panjang dan tipis
(Meredith, 1972).
a. Kontras
kontras gambar adalah perbedaan dalam densitas dibeberapa tempat pada
radiografi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras gambar adalah :
1. Pemilihan kiloVoltage (kV)
kV adalah faktor penting karena menentukan kontras radiasi (pasien) dan kontras
radiografi suatu struktur anatomi.
2. Film dan tabir
Biasanya dipakai kombinasi film dan tabir yang cepat sehingga mengurangi dosis
pasien, ketidaktajaman geometri dan gerakan.
3. Luas lapangan penyinaran
Luas lapangan penyinaran harus cukup besar untuk mencakup semua daerah yang
perlu di potret tetapi sekecil mungkin untuk mengurangi radiasi hambur. Tegangan
yang lebih rendah menghasilkan kontras yang tinggi dan tegangan yang lebih tinggi
menghasilkan kontras yang rendah.
Pengukuran kontras dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) Kontras objektif adalah perbedaan antara bayangan hitam dan bayangan putih pada
film rontgen yang dapat diukur dengan alat densitometer. Yang mempengaruhi
kontras objektif yaitu :
a. Faktor radiasi (kualitas sinar primer dan sinar hambur
b. Faktor processing (jenis dan susunan bahan pembangkitan, lemahnya cairan
pembangkitan, agitasi film dan reducer).
2) Kontras subjektif adalah perbedaan antara bayangan hitam dan putih yang dapat
dilihat langsung oleh mata.
b. Detail
Detail adalah kemampuan untuk memvisualisasikan struktur kecil, harus cukup
menunjukkan dengan jelas bagian anatomi yang diinginkan. Detail dipengaruhi
1) Film
2) Jarak
3) Screen
4) Ukuran fokus
5) Pergerakan
c. Ketajaman
Ketajaman gambar adalah penggambaran yang tegas dari satu garis ke garis pada
objek yang sama dengan yang lain atau nilai citra radiografi mampu memperlihatkan
batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan
baik.
Ketajaman gambar dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Ketajaman Objektif
Pembatasan yang dapat diukur dari detail gambar, unsur-unsur gambar terhadap
semuanya. Ketajaman objektif tidak dapat ditingkatkan tetapi semata-mata pada
pemotretan.
2. Ketajaman Subjektif
Peralihan yang lebih atau kurang tajam antara dua daerah hitam ditentukan oleh
perbedaan kehitaman, sebab itu ketajaman, subjektif yang terlihat pada mata manusia
tergantung pada kontras gambar.
Adapun beberapa hal untuk mempengaruhi ketajaman yaitu :
a) Ukuran bidang fokus
Semakin kecil bidang fokus maka semakin tinggi ketajaman gambar.
b) Faktor jarak
Pengaruh jarak terhadap ketajaman yaitu:
1. Focus Film Distance (FFD) semakin besar, maka foto akan semakin tajam.
2. Object Film Distance (OFD) semakin kecil, maka foto yang di hasilkan akan
semakin tajam.
c) Faktor pergerakan
Untuk mendapatkan gambaran yang tajam dari objek bergerak makan yang
dapat dilakukan adalah memperkecil jarak fokus ke film dan mempersingkat waktu
ekspose.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktajaman gambar yaitu :
a. Ketidaktajaman geometrik
Ketidaktajaman geometri adalah gambaran kabur pada pinggir-pinggir
bayangan film rontgen.
Ketidaktajaman geometrik bertambah apabila :
1. Ukuran bintik focus objektif bertambah.
2. Jarak Focus Film Distance (FFD) berkurang.
3. Jarak Film Object Distance (OFD) bertambah
b) Densitas
Densitas gambar yaitu derajat kehitaman pada film. Hasil dari eksposi film
setelah diproses menghasilkan efek penghitaman karena sesuai dengan sifat emulsi
film yang akan menghitam apabila diekspos. Derajat kehitaman ini tergantung pada
tingkat eksposi yang diterima baik itu kV atau mAs. Kehitaman terjadi karena
adanya interaksi antara sinar-X dan emulsi film. Emulsi film akan menghitam jika
nilai mAs dinaikkan. Densitas yang tinggi didapat pada area yang terpapar
langsung oleh sinar-X. Jika intensitas sinar-X besar maka densitas akan tinggi
(high density) dan pada film akan berwarna hitam, sedangkan untuk intensitas
sinar-X yang kecil maka densitas akan rendah (low density). Faktor yang
mempengaruhi densitas gambar adalah:
a) kiloVolt (kV), menunjukkan kualitas sinar-X karena berhubungan dengan
kemampuan sinar-X dalam menembus bahan.
b) mAs, menunjukkan kuantitas sinar yang dihasilkan.
c) FFD (Focus Film Distance), menunjukkan jarak pemotretan dari fokus ke film.
d) Ketebalan objek, semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin
meningkat.
e) Luas lapangan penyinaran, intensitas sinar-X yang keluar dari tube sinar-X
2.4.2Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang
mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan
pemberian perlindungan kepada seorang atau sekelompok orang ataupun kepada
keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi (Bapeten, 2020).
Tujuan Proteksi radiasi antara lain :
a. Mencegah terjadinya efek non-stokastik atau efek deterministik yang disebut juga
dengan keparahan meningkat dengan pertambahan dosis dan adanya dosis ambang
contohnya : kerusakan sistem pencernaan, sistem darah, saraf pusat, luka radiasi,
sterilitas.
b. Menjamin terlaksananya seluruh tindakan yang diperlukan untuk membatasi peluang
terjadinya efek stokastik pada masyarakat. Dimana pengertian efek stokastik adalah
kemungkinan bertambah besar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dan tanpa
suatu nilai dosis ambang contohnya : leukemia, kanker.
a) Nilai Batas Dosis
Nilai batas dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat
diterima pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
Menurut Peraturan BAPETEN Nomor 4 Tahun 2013 tentang keselamatan radiasi dalam
penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensiodan Nomor 1 Tahun 2020
tentang aspek proteksi radiasi dalam desain reaktor daya sebagai berikut :
1) Nilai Batas Dosis Pekerja Radiasi :
a. Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 tahun dan 50
mSv dalam 1 tahun tertentu.
b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv pertahun dalam periode
5 tahun dan 50 mSv dalam 1 tahun tertentu.
c. Dosis Ekivalen untuk kulit, tangan, dan kaki sebesar 500 mSv dalam 1 tahun.
2) Nilai Batas Dosis Anggota Masyarakat :
a. Dosis Efektif seluruh tubuh 1 mSv dalam 1 tahun.
b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv per tahun.
c. Dosis Ekivalen untuk kulit 50 mSv per tahun.
Faktor utama dalam proteksi radiasi yaitu :
a. Faktor waktu
Seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi
yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan radiasi.
Semakin lama seseorang berada di tempat itu, akan semakin besar dosis radiasi yang
diterimanya, demikian pula sebaliknya.
b. Faktor jarak
Besar dosis radiasi yang diterima seseorang bergantung pada jaraknya terhadap sumber
radiasi. Semakin jauh jarak terhadap sumber radiasi semakin kecil dosis radiasi yang diterima
seseorang. Jadi, bila terlalu dekat pada sumber radiasi, maka laju dosis pada objek akan
berlipat ganda besarnya.
c. Faktor penahan radiasi (perisai)
Sifat dari penahan radiasi ini harus mampu menyerap energi radiasi atau melemahkan
intensitas radiasi. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X terbuat dari bata
merah ketebalan 25 cm atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm 3 dengan ketebalan 20 cm
atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb).
Cara perlindungan (proteksi radiasi) yang dapat dilakukan yaitu:
a. Terhadap pasien:
1. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan dokter.
2. Ukuran lapangan penyinaran sesuai kebutuhan klinis.
3. Jarak fokus objek tidak terlalu dekat.
4. Tidak terjadi pengulangan foto.
b. Terhadap personil:
1. Personil berlindung di belakang perisai (shielding) pada saat ekspose.
2. Mematuhi peraturan proteksi radiasi dan memakai peralatan proteksi radiasi
seperti apron, pelindung tiroid, sarung tangan dan pelindung mata ketika
melakukan pemeriksaan.
3. Menggunakan alat pengukur radiasi seperti thermoluminisense dosimeter (TLD)
dan dosimeter saku (pocket dosimeter).
4. Bekerja dengan hati-hati dan teliti agar tidak terjadi pengulangan foto.
c. Terhadap masyarakat umum:
1. Menutupi pintu ruang pemeriksaan saat pemeriksaan berlangsung.
2. Dinding ruangan pemeriksaan dilapisi Pb sesuai dengan petunjuk aman proteksi
radiasi.
3. Tidak mengarahkan tube sinar-x ke arah ruang tunggu
Gambar 7
Imaging Plate
Gambar 8
Struktur Imaging Plate
Struktur dari imaging plate adalah :
a) Protective layer : merupakan lapisan tipis dan transparan berfungsi untuk melindungi IP
b) Phosphor layer : merupakan lapisan yang mengandung bariumfluorohalide dalam bahan
pengikatnya.
c) Reflective layer : terdiri dari partikel yang dapat memantulkan cahaya.
d) Conductive layer : terdiri dari kristal konduktif, yang berfungsi untuk mengurangi masalah
yang disebabkan oleh electrostatic. Selain itu ia juga mempunyai
kemampuan untuk menyerap cahaya dan dengan demikian hal tersebut
dapat meningkatkan ketajaman gambaran.
e) Support layer : berfungsi untuk menyangga lapisan di atasnya.
f) Backing layer : lapisan soft polimer untuk melindungi imagingplate selama proses
pembacaan di dalam image reader.
g) Barcode label : untuk memberikan nomor seri dan mengidentifikasi imaging plate
tertentu yang kemudian dapat dihubungkan dengan data pasien.
2. Kaset Computed Radiography
Kaset depan pada Computer Radiografi terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang
terbuat dari aluminium, kaset ini berfungsi sebagai pelindung imaging plate. phospor screen
(IS) pada kaset analog berfungsi mengubah sinar x menjadi sinar tampak. Kaset CR hanya
berisi plate yang dilapisi pospor (barium fluorohalida), bentuknya seperti IS pada kaset
analog berfungsi mengubah sinar x menjadi sinar tampak. Imaging plate (IP) merupakan
lembaran yang dapat menangkap dan menyimpan sinar-X
1. Image Reader
Setelah imaging plate di expose dan identitas pasien telah diberikan, imaging plate di
masuk kan ke dalam image reader. Di dalam image reader, imaging plate di keluarkan dari
kaset dan bayangan laten pada imaging plate di scan garis per garis oleh scanner laser.Saat
laser memindai gambar, fosfor pada imaging plate melepaskan elektron yang memancarkan
cahaya yang sma dengan energi yang tersimpan. Cahaya output ini di ubah menjadi sinyal
listrik dan kemudian diubah ke format digital untuk dimanipulasi, diedit, diamati dan dicetak
sesuai keinginan.
Data pada imaging plate kemudian terhapus oleh cahaya di dalam image reader. Lalu,
di masukkan kembali pada kaset dan siap kembali untuk di expose. Proses ini memakan
waktu kira-kira 20 detik (Ballinger, 2003).
2. Image Console
Setelah dari image reader, gambar radiografi akan ditampilkan pada monitor CR.
Radiographer dapat mengubah di faktor rekontruksi bila ingin melihat struktur tertentu pada
gambar. Gambar dapat ditampilkan pada monitor atau dicetak ke film radiografi.
Jika gambar ditampilkan di monitor, pengguna dapat memeriksa semua fitur gambar
dengan keunggulan terbaik untuk menyesuaikan karakteristik gambar secara visual. Setelah
itu gambar akan di print pada printer (imager) (Ballinger, 2003).
Imaging console dilengkapi oleh berbagai macam menu yang menunjang dalam
proses editing dan pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil
gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue. Terdapat menu yang sangat
diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau
mengurangi densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran radiografi
yang diperoleh.
Gambar 9
Image Console CR di Rumah Sakit Colombia Asia Medan
3. Imager (Printer)
Imager mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media
pencetakan hasil gambaran yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image
plate kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh image console terus dikirim ke
image recorder untuk dilakukan proses output dapat berupa media compact disc sebagai
media penyimpanan atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film.
2.5.2 Film Computed Radiography
Film CR juga disebut laser imaging film. Laser imaging film adalah film single emulsi
yang dilapisi oleh kristal silver halide yang sensitif terhadap cahaya merah yang dipancarkan
oleh laser.
Struktur lapisan laser imaging film adalah :
a) Lapisan pelindung (supercoat) yang merupakan lapisan pelindung film dari kerusakan
fisik dan dari goresan, biasa disebut dengan lapisan anti gores.
b) Lapisan emulsi merupakan lapisan lembut yang mudah rusak oleh proses kimia, fisik dan
temperatur, merupakan lapisan sensitif terhadap radiasi yang terdiri dari silver halide
yang terikat dengan gelatin murni.
c) Lapisan perekat (substratum) merupakan lapisan perekat, disebut juga adhesive layer
yang terletak antara emulsi dan base film, berguna untuk merekatkan dasar film dengan
emulsi.
d) Lapisan dasar film (base film) merupakan lapisan dasar yang terbuat dari polyesteratau
cellulose acetate setebal 0,2 mm, berfungsi sebagai pengaman karenasifatnya tidak
mudah terbakar bila dibandingkan dengan bahan kertas, dan sebagailembar penyangga
emulsi film dengan lapisan-lapisan lainnya.
e) Lapisan anti bengkok (anti-curl backing) berfungsi menjaga film agar tetap lurus setelah
prosesing, dan lapisan pewarna (anti-halation layer) adalah bahan pewarna yang terdapat
dalam gelatin pada anti-curl backing.
2.5.3 Marker (Tanda atau Kode)
Marker adalah tanda atau kode yang digunakan untuk memberi identitas hasil
rontgen, yang terdiri dari :
Tanda atau kode ini digunakan untuk
a. Nama pasien / identitas pasien
b. Memberi tanggal pemeriksaan
c. Tanda letak anatomi
R = tanda anatomi tubuh sebelah kanan.
L = tanda anatomi tubuh sebelah kiri.
d. Identitas institusi (Ballinger, 2003)
Marker pada CR (Computed Radiography) diatur ketika proses gambar pada image
console sehingga kita tidak perlu menggunakan marker manual. CR (Computed
Radiography) tidak menggunakan kamar gelap karena CR bisa langsung diproses pada
ruangan yang terang dan terkena cahaya langsung. Sehingga CR sangat efektif dilakukan
untuk pemeriksaan apapun dan pemeriksaan dalam jumlah yang banyak.
2.5.4 Grid
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak
sampai kefilm rongent. Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tipis timbal yang disusun tegak
diantara bahan bahan yang tembus radiasi (misalnya : plastik, kayu, bakelit).Jenis-jenis grid
ditinjau dari pergerakannya yaitu :
a) Grid diam (stationary grid atau lisholm), jenis grid ini didalam kegunaannya diletakkan
diantara meja pemeriksaan dan dapat di pindah-pindahkan.
b) Grid bergerak (moving grid atau bucky), jenis grid ini di dalam penggunaannya berada
dibawah meja pemeriksaan dan tidak dapat dipindah pindahkan.
Jenis grid ditinjau dari susunannya dibagi dalam :
a) Grid Linear/Paralel
b) Focussed Grid
c) Pseudo Focussed Grid
d) Crossed Grid