Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN PADA KASUS CEDERA KEPALA

BERAT DI INSTALASI RADIOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH


GAMPING YOGYAKARTA

Andreas Rian Apirlino Lengkong1, Maizza Nadia Putri2, Sugeng Supriadi3


1,2
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
3
Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
Email : Ryanzora19@gmail.com

ABSTRAK

CT Scan (Computed tomography scanner) adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari bagian tubuh manusia. Tujuan utama
penggunaan CT Scan adalah untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti susunan saraf pusat, otot
dan tulang, tenggorokan, dan rongga perut. Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma
langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Dalam
kasus cedera kepala, CT Scan merupakan pemeriksaan yang di butuhkan untuk membantu
memberikan informasi untuk menegakan diagnosis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Teknik pemeriksaan CT Scan pada
kasus Cedera kepala berat di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data sekunder berupa rekam
medik pasien Cedera kepala berat di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter yang digunakan dalam pemeriksaan di
Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping sudah dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk menegakan diagnosis. Disarankan menggunakan tambahan alat fiksasi untuk
menyelaraskan posisi pasien dan menbatasi pergerakan pasien dalam proses scaning.

Kata kunci: CT Scan, Cedera kepala, Teknik pemeriksaan

1
PENDAHULUAN

Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma kepala
,yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya. Salah satu modalitas
imejing yang dapat mendiagnosis Cedera kepala adalah Computed Tomography atau biasa disebut
CT Scan. Pada CT-scan tersebut memiliki prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan
kombinasi dari sinar-x dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar penampang (yang sering
disebut irisan atau slice), baik horisontal maupun vertikal dari tubuh. Generasi terbaru dari CT-
scan yaitu MSCT-scan (Multi Slice Computed Tomography Scanning) yang mampu menghasilkan
gambar secara detail dari bagian tubuh manusia seperti cranium, cardiovascular, cardiac,
otak, abdomen, colon dan sebagainya. Multi Slice CT-scan dengan kecepatannya merupakan
generasi CT-scan canggih dengan peningkatan kecepatan yang sangat signifikan dari generasi
terdahulu, sehingga penegakan diagnosa dapat lebih akurat (Sofiana, 2013).

Di instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping sering dijumpai pemeriksaan


MSCT kepala dengan kasus CKB. Dengan dilakukannya pemeriksaan MSCT kepala di Instalasi
Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping maka akan dapat menampakkan atau menggambarkan
struktur pada kepala secara jelas meliputi jaringan otak,tulang kepala, dan anatomi dari kepala.

Berdasarkan hal diatas penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai Teknik Pemeriksaan MSCT
kepala dengan kasus Cedera Kepala Berat di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gamping
dan menggangkatnya menjadi laporan kasus PKL III dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN CT
SCAN PADA KASUS CEDERA KEPALA BERAT DI INSTALASI RADIOLOGI RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA”
TIJAUAN TEORI

A. ANATOMI
Kepala merupakan bagian terpenting dari tubuh yang terdiri dari tulang
tengkorak (cranium), otak (cerebral), dan organ-organ penting seperti mata, telinga, hidung
dan mulut.
1. Cranium
Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari kolum vertebrae yang
terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian, yaitu 8 tulang cranial
(Gambar 2.1) dan 14 tulang facial(Gambar 2.2). Tulang cranial berfungsi sebagai wadah
pelindung bagi otak, sedangkan tulang facial berfungsi sebagai pembentuk tulang wajah
sekaligus melindungi system respiratori dan system digestive bagian atas. (Ballinger,
2016).
Tulang cranial yang berfungsi sebagai pelindung otak atau cerebral dibagi atas 2
bagain, yaitu calvarium (tutup kepala) dan base (dasar kepala).

Gambar 2.1 Tulang Cranial (Ballinger,2016)


Gambar 2.2 tulang facial (Ballinger,2016)

2. Cerebral (Otak)
Cerebral atau otak merupakan struktur pusat pengaturan yang memiliki
volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Cerebral
mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, prilaku, dan fungsi tubuh
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Cerebral terdiri dari dua bagian utama yaitu Cerebrum (otak besar) dan Cerebellum
(otak kecil). Adapun penjelasan kedua bagian tersebut ialah:
a. Cerebrum
Cerebrum, bagian terbesar otak manusia, dibagi menjadi dua bagian
yang sama, hemisfer serebri kiri dan kanan (Gambar 2.3). Keduanya saling
berhubungan melalui korpus kalosum, suatu pita tebal yang diperkirakan
terdiri dari 300 juta akson neuron yang berjalan di antara kedua hemisfer.
Korpus kalosum adalah "jalan layang informasi" tubuh. Kedua hemisfer
berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi instan
lewat koneksi saraf ini. (Sherwood, 2011).
Gambar 2.3 Hemisfer Serebrum (Sherwood,2011)

cerebrum kemudian dibagi kedalam lobus-lobus yang dinamakan


berdasarkan letak anatomisnya dengan tulang cranium.

Gambar 2.4 Pembagian lobus dalam cerebrum(F.Netter,2014)

b. Cerebellum
Sherwood (2011) juga menjelaskan di serebelum ditemukan lebih
banyak neuron individual daripada di bagian otak lainnya, dan hal ini
menunjukkan pentingnya struktur ini. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang
secara fungsional berbeda dengan peran berbeda yang terutama berkaitan
dengan kontrol bawah sadar aktivitas motorik (Gambar 2.5).
1) Vestibuloserebelum
2) Spinoserebelum diinginkan.
3) Serebroserebelum

Gambar 2.5 Pembagian Cerebelum ( Merah = vestibuloserebelum,ungu =


spinoserebelum, hijau = serebroserebelum) (Sherwood,2011)

c. Meninges (Lapisan Otak)


Meninges, adalah tiga membran yang membungkus susunan saraf
pusat, dari lapisan terluar hingga terdalam; dura mater, arakhnoid mater, dan
pia mater. (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Lapisan Otak (Sherwood,2011)

d. Sistem Ventrikel
Ventrikel terdiri dari empat rongga yang saling berhubungan di dalam
interior otak serta juga bersambungan dengan kanalis sentralis sempit yang
membentuk terowongan di bagian tengah medulla spinalis (Gambar 2.7). Sel-
sel ependim yang melapisi ventrikel ikut membentuk cairan serebrospinal.
Sel-sel ependim adalah salah satu dari beberapa jenis sel yang memiliki silia.
Gerakan silia sel ependim ikut berperan mengalirkan cairan serebrospinal di
seluruh ventrikel. Sel ini berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi
membentuk tidak saja sel glia lain tetapi juga neuron. (Sherwood, 2011).

Gambar 2.7 Sistem Ventrikel (F.Netter,2014)


B. PATOLOGI CEDERA KEPALA

Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala ,yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya.

Cedera kepala disebabkan oleh


a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan kerja
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)

Berdasarkan beratnya cedera, cedera kepala di klasifikasikan kedalam 3 bagian dengan


menggunakan glascow coma scale ( GCS) untuk menilai secara kuantitatif kelainan
neurologis

a. Cedera Kepala Ringan (CKR).


GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit
atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio
cerebral maupun hematoma
b. Cedera Kepala Sedang ( CKS)
GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia
lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma
intracranial.

Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan yang
timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia Aponeurotika sehingga banyak
energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek
sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun intracranial.
C. TEKNIK PEMERIKSAAN

1. Pengertian
MSCT kepala merupakan suatu pemeriksaan vital untuk mengevaluasi pasien,
karena dapat menampakkan perbedaan dari pendarahan akut, penumpukan cairan,
kalsifikasi, white matter dan grey matter, CSF, edema otak, dan neoplasma (Ballinger,
2016)

2. Indikasi pemeriksaan (Bontrager, 2018)


a. Tumor – lesi metastasi,meningioma,glioma
b. Sakit kepala
c. Patologi peredaran darah - cerebrovascular accident(CVA), aneurysm,
arteriovenous malformation (AVM)
d. Inflamasi atau infeksi – meningitis , abses
e. Trauma – epidural dan subdural hematoma, fraktur
f. Gangguan degeneratif – brain atrophy
g. Kelainan bawaan
h. Hidrosefalus

3. Teknik pemeriksaan
a. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry
(Ballinger, 2016).
b. Posisi obyek
Kepala diletakan di head holder, diberi pengganjal pada samping kiri dan kanan
pasien untuk mengurangi pergerakan pada kepala. Agar gambar kepala simetris kepala
diposisikan sedemikian rupa sehingga midsagital kepala sejajar dengan lampu indicator
longitudinal dan interpupilari line sejajar dengan lampu indicator horizontal. Lengan
pasien diletakan diatas tubuhatau samping tubuh pasien (Ballinger, 2016).
c. Parameter Pemeriksaan (Leiden University Medical Center, 2008).
1) Scenogram : Kepala lateral dari basis crania sampai vertex
2) Volume Scaning : Mulai dari bas crania sampai vertex
3) Target Volume : Mencakup keseluruhan kepala.
4) Slice Thickness : 2-4 mm
5) Area Scaning : Sesuai dengan ukuran kepala
6) kV : 110-130 kV
7) mA : 250 mA
8) Rekonstruksi : Soft tissue dan tulang
9) Window Width : 80 HU (Soft tissue, 3000 HU (Tulang) (Wiki,2007)
10) Wndow Level :30 HU (Soft tissue), 650 (Tulang) (Wiki,2007)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data pasien
Nama : Tn.S
Tanggal lahir : 15/10/1950
Jenis kelamin :L
No. Rekam Medik : 215xxx
Tanggal Pemeriksaan : 24 November 2019
Diagosa : CKB

2. Teknik pemeriksaan MSCT kepala dengan kasus CKB di Instalasi Radiologi RS PKU
Muhammadiyah Gamping
a. Persiapan Pasien
Tidak adapersiapan khusus pada pada pemeriksaan MSCT kali ini.
b. Persiapan Alat Dan Bahan
1) Pesawat MSCT yang mempunyai spesifikasi :
Merk : Siemens
Tipe : Siemens Multi Slice CT-Scan / Somatom Emultion 6
Slice
Kondisi Maksimal : 130 kV dan 345 mA
No. Seri Tabung : 10962000
2) Komputer Konsol
3) Printer Film
4) Film ukuran 14 x 17 inch
5) Selimut
6) Head Holder
c. Teknik Pemeriksaan
1) Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan MSCT dengan posisi kepala
dekat gantri (head first). Lengan pasien diatur disamping tubuh.
2) Posisi Objek
Kepala diletakan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga MSP
segaris dengan lampu indikator sagital, dan MAE segaris dengan lampu
coronal..
3) Proses Scaning
Sebelum dilakukan scaning terlebih dahulu memasukan data pasien
seperti nomor rekam medik, nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin dan
klinis. Setelah itu muncul kotak pasien model dialog pilih posisi pasien head
first. Kemudian pilih studi head sequence, lalu OK. Pemeriksaan siap
dilakukan. Klik perintah LOAD. Ditunggu beberapa saat akan muncul
perintah START pada kolom topogram. tekan tombol START pada control
table. Setelah itu akan muncul gambaran topogram. atur kotak area scan
dengan melebarkan sesuai anatomi. Pada kolom pemeriksaan akan muncul
perintah MOVE. Kemudian klik tombol MOVE pada control table hingga
muncul perintah MOVE TILT. Lepaskan kemudian di tekan kembali hingga
gantry menyudut menyesuaikan OML pasien.
Setelah pengaturan topogram selesai, dilanjutkan dengan scan axial dari base
ke cerebrum dengan menekan tombol START pada control table. Tunggu
beberapa saat sampai pemeriksaan selesai.

d. Scan Parameter
1) Base sequence
a) Kv : 130
b) mA : 250
c) scan time : 1,5 s
d) Delay :3s
e) Slice : 4.0 mm
f) FOV : 200 mm
g) Direction : craniocaudal
h) Range : dari ocipital sampai sella turcica
2) Cerebrum sequence
a) Kv : 130
b) mA : 270
c) scan time : 1,5 s
d) Delay :5s
e) Slice : 9.0 mm
f) FOV : 206 mm
g) Direction : cranio caudal
h) Range : dai sella turcica sampai vertex
e. Rekontruksi Filming
Setelah proses scaning selesai, dilanjutan dengan merekontruksi gambar hasil
MSCT Scan yang telah di dapatkan untuk mendapatkan kondisi tulang. Setelah itu
dilakukan rekonstruksi citra menjadi 18 potongan kondisi soft tissue dan 4 potongan
kondisi tulang yang di muat menjadi 1 lembar film. Hasil tersebut kemudian di print
untuk dilakukan expertise oleh dokter.
.
3. Hasil Pemeriksaan

Gambar 4.1 Hasil CT-Scan

MSCT kepala tanpa kontras


a. Gyrus dan Sulcus tak prominen
b. Tampak lesi hiperdens di subdural dan subarachnoic space regio
frontotemporoparietal
c. Sinistra dg pneumcerebri (+)
d. Systema ventrikel dan cysterna tampak menyempit
e. Struktur mediana terdeviasi ke arah dextra
Kesan :
a. Extracranial hematome di regio parietoocipital dextra
b. SDH dan SAH di regio frontotmporoparietal sinistra dg tanda-tanda lateralisasi ke
arah dextra dan pneumocerebri serta pendarahan sinus spenoidalis dan ethmoidalis

4. Pembahasan
Teknik peeriksaan MSCT kepala dengan kasus CKB di Instalasi Radiologi RS PKU
Muhammadiyah Gamping pada umumnya sudah sesuai dengan teori yang ada, dalam
pelaksanaan tidak ada persiapan khusus yang dilakukan pasien hanya perlu melepaskan
benda-benda logam yang dapat mengganggu hasil gambaran. Prosedur pemeriksaan yang
dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan posisi pasien supine head first
dan meletakkan kedua tangan pasien diatas dada atau disamping tubuh, atau Mid Sagital
Plane kepala sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan batas atas pada vertex
kepala pada lampu indikator horizontal, sedangkan lampu indicator yang sejajar dengan
Mid Coronal Plane diatur setingi Meatus Aqusticus Externa, kemudian tubuh pasien di
fiksasi dengan body strap.
Scan parameter yang digunakan pada pemeriksaan MSCT kepala kasus CKB
hampir sama dengan teori yang ada tetapi pada pemeriksaan kepala menggunakan slice
thickness 4 mm untuk base dan 9 mm untuk cerebrum. Digunakan slice thickness 4 mm
dan 9 mm dikarenakan interval 4 mm dan 9 mm sudah dapat memberikan informasi
kelainan untuk menegakkan diagnosa.
KESIMPULAN

Teknik pemeriksaan MSCT dengan kasus Cedera Kepala Berat di Instalasi Radiologi RS
PKU Muhammadiyah Gamping di lakukan tanpa persiapan khusus, hanya saja melepaas benda-benda
logam di area kepala yang dapat menimbulkan artefak. Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan
dengan kepala berada di dekat gantry. lengan pasien diatur disamping atau diatas tubuh. kepala
diletakan pada head holder. MSP kepala sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan batas atas
pada vertex kepala pada lampu indicator horizontal, sedangkan lampu indicator yang sejajar dengan
MCP diatur setinggi MAE . Paarameter yang digunakan kV 130, mAs 250 untuk base dan 270 mAs
untuk cerebrum, gantry tilt disesuaikan dengan posisi OML, slice thicknes yang digunakan pada
pemeriksaan kali ini menggunakan slice thicknes 4 mm dan 9 mm dikarenakan sudah dapat
memberikan informasi kelainan untuk menegakkan diagnosa

SARAN

Dalam beberapa kasus head holder tidak dapat menahan pergerakan pasien, di perlukan adanya
tambahan alat fiksasi untuk membatasi pergerakan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Leiden University Medical Center, Netherlands, 2008, Safety and afficacy of computed tomography
(SECT) : a broad perspective

Ballinger, Philip W. 2016. Merrills of Atlas Radiographic Positioning and Radiologi Procedures,
Eight Edition Vol. 11 Missouri : Mosby, Inc

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 6. Terjemahan: dr. Brahm
U. Pendit. Editor: dr. Nella Yesdelita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human Anatomy. Six Edition. Philadelphia, USA: Saunders Elsevier.

Wiki Radiography, 2007, CT Protocols-Head, Face, & Neck.

Anda mungkin juga menyukai