PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari kolum vertebrae yang
terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian, yaitu 8 tulang cranial
organ yaitu organ hidung atau dengan nama latin nasal . Tulang cranial berfungsi
sebagai wadah pelindung bagi otak, sedangkan tulang facial berfungsi sebagai
pembentuk tulang wajah sekaligus melindungi system respiratori dan system digestive
volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Cerebral
mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, prilaku, dan fungsi tubuh
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Cerebral terdiri dari dua bagian utama yaitu Cerebrum (otak besar) dan Cerebellum
(otak kecil).
Stroke merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan karena dapat
berakibat fatal baik kematian atau disabilitas jangka panjang.Berdasarkan data World
1
Health Association (WHO, 2013), stroke menduduki urutan kedua penyebab kematian
di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Terdapat sekitar 15 juta orang menderita
stroke setiap tahun. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang
dengan cepat, karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke
hemorragik. Deteksi secepatnya dalam masa 'Golden Period' beberapa jam setelah
serangan stroke sangat berarti bagi kesehatan pasien pasca stroke. Stroke iskemik,
sumbatan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah serangan stroke, sedangkan
pada pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien stroke adalah
dengan Magnetic resonance imaging (MRI) dan Computed Tomografi Scanning (CT
Scan). Secara umum pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitive
pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke non hemoragik. Namun
kelemahannya tidak bisa memeriksa pasien yang menggunakan protese logam dalam
tubuhnya, prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta harga
pemeriksaan yang lebih mahal. Sedangkan, CT Scan dapat membedakan stroke infark
2
CT Scan merupakan proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X
otak dengan sangat baik. Tujuan utama CT-Scan adalah dapat menunjukkan jaringan
lunak, tulang, otak, dan pembuluh darah. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan area
otak yang abnormal dan dapat menentukan penyebab stroke dan dapat juga
memperlihatkan ukuran dan lokasi otak yang abnormal akibat tumor, kelainan
gambar penampang (yang sering disebut irisan atau slice), baik horisontal maupun
Pada kasus ini sangat sulit untuk mengetahui dibagian mana stroke berada.
Oleh karena itu, banyak dokter yang lebih memilih CT Scan kepala non kontras
sebagai pendiagnosa penyakit tersebut untuk mengetahui dimana letak dan seberapa
besar terjadinya kerusakan akibat stroke. CT Scan merupakan perpaduan antara
teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar
anatomis tubuh dalam manusia dalam bentuk irisan atau slice. Prinsip kerja CT Scan
menggunakan sinar-x sebagai sumber radiasi. Sinar-x berasal dari tabung yang
terletak berhadapan dengan sejumlah detektor, dimana keduanya bergerak secara
singkron memutari pasien sebagai objek yang ditempatkan diantaranya.(Rasad, 2000)
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan MSCT Kepala Polos dengan Indikasi Stroke
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis : sebagai bahan acuan bagi akademisi, untuk mengetahui Teknik
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Laporan Kasus ini sistematika penulisan yang penulis gunakan
BAB I PENDAHULUAN,
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
Bab ini berisi tentang anatomi otak manusia, patologi stroke, komponen CT-Scan,
Bab ini berisi tentang profil kasus yang diangkat dalam laporan kasus ini serta
pembahasan.
4
BAB IV PENUTUP
DATAR PUSTAKA
Bab ini berisi tentang latar buku dan referensi yang digunakan sebagai dasar teori
LAMPIRAN
Bab ini berisi tentang form permintaan, hasil pemeriksaan dan hasil pembacaan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gray (2004), kepala merupakan bagian terpenting dari tubuh yang terdiri
1. Cranium
Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari kolum vertebrae yang
terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian, yaitu 8 tulang
cranial (Gambar 2.1) dan 14 tulang facial(Gambar 2.2). Tulang cranial berfungsi
sebagai wadah pelindung bagi otak, sedangkan tulang facial berfungsi sebagai
Tulang cranial yang berfungsi sebagai pelindung otak atau cerebral dibagi atas 2
6
Gambar 2.2 tulang facial (Ballinger,2016)
2. Cerebral (Otak)
pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel
saraf atau neuron. Cerebral mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan,
prilaku, dan fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan
cairan tubuh dan suhu tubuh. Cerebral terdiri dari dua bagian utama yaitu
Cerebrum (otak besar) dan Cerebellum (otak kecil). Adapun penjelasan kedua
a. Cerebrum
yang sama, hemisfer serebri kiri dan kanan (Gambar 2.3). Keduanya saling
terdiri dari 300 juta akson neuron yang berjalan di antara kedua hemisfer.
7
berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi instan
masing sisi. Lobus ini berperan dalam menerima dan memproses masukan
sensorik.
terutama berperan dalam tiga fungsi utama: (1) aktivitas motorik volunter,
8
Gambar 2.4 Pembagian lobus dalam cerebrum(F.Netter,2014)
b. Cerebellum
Serebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda dengan
peran berbeda yang terutama berkaitan dengan kontrol bawah sadar aktivitas
fungsi-fungsi berikut:
yang melibatkan banyak sendi. Sebagai contoh, gerakan sendi bahu, siku,
dan pergelangan tangan anda harus sinkron bahkan ketika anda melakukan
9
Gambar 2.5 Pembagian Cerebelum ( Merah = vestibuloserebelum,ungu =
pusat, dari lapisan terluar hingga terdalam; dura mater, arakhnoid mater, dan
pia mater. (Gambar 2.6). Berikut ini penjelasn dari ketiga membrane
1) Dura mater adalah pembungkus inelastik kuat yang terdiri dari dua lapisa
sinus dural, atau rongga yang lebih besar, sinus venosus. Darah vena yang
berasal dari otak mengalir ke sinus ini untuk dikembalikan ke jantung. Cairan
serebrospinal juga masuk kembali ke darah di salah satu dari sinus-sinus ini.
(Sherwood, 2011)
10
celah-celah di dura di atasnya dan menonjol ke dalam sinus dura. CSS
3) Pia mater, adalah yang paling rapuh (pia artinya "lembut"). Lapisan ini
memiliki banyak pembuluh darah dan melekat erat ke permukaan otak dan
tertentu, lapisan ini masuk jauh ke dalam otak untuk membawa pembuluh
c. Sistem Ventrikel
interior otak serta juga bersambungan dengan kanalis sentralis sempit yang
sel ependim yang melapisi ventrikel ikut membentuk cairan serebrospinal. Sel-
sel ependim adalah salah satu dari beberapa jenis sel yang memiliki silia.
11
seluruh ventrikel. Sel ini berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi
membentuk tidak saja sel glia lain tetapi juga neuron. (Sherwood, 2011).
d. Catatan Klinis
dengan jaringan otak, namun otak, dibandingkan dengan jaringan lain, sangat
kerusakan jika organ ini tidak mendapat pasokan O, lebih dari 4 sampai 5
(Sherwood, 2011)
B. Patologi Stroke
darah arteri yang mengalirkan darah ke otak tersumbat, atau jika robek atau bocor.
dengan cepat, karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi
12
yang biasanya disebabkan oleh diabetes menjadi mayoritas pada penderita stroke dan
bisa mencapai 85 persen, sedangkan stroke pendarahan hanya 15 persen, tetapi stroke
diperhatikan juga adalah stroke iskemik ringan yang gejalanya mirip stroke, tetapi akan
Karenanya, daerah yang terkena stroke tidak dapat berfungsi seperti seharusnya.
lebih anggota badan dari salah satu sisi badan, aphasia (ketidak mampuan untuk mengerti
atau berbicara), atau tidak mampu untuk melihat salah satu sisi dari luas pandang (visual
field). Stroke memerlukan tindakan darurat medis (medical emergency) pada masa
emasnya (golden period) yang maksimum hanya berlangsung beberapa jam saja setelah
terjadinya stroke. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan tetap atau
kerusakan yang lebih parah. Dan jika tidak ditangani, bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
semua faktor-faktor tersebut yang paling mudah dikendalikan adalah tekanan darah
1. Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke
hemorragik. Deteksi secepatnya dalam masa 'Golden Period' beberapa jam setelah
serangan stroke sangat berarti bagi kesehatan pasien pasca stroke. Stroke iskemik,
sumbatan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah serangan stroke, sedangkan
13
stroke hemorragik dimana terjadi pendarahan harus segera dilakukan pembedahan
a. Stroke hemorragik
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
hipertensi.
spinal cord stroke. ICH lebih lanjut terbagi menjadi parenchymal hemorrhage,
b. Stroke iskemik
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri carotis interna
2. Patofisiologi
Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar
14
bebas, produksi asam arakidonat, sitotoksisitas dengan sitokina, aktivasi sistem
komplemen, disrupsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasi leukosit.
Pusat area otak besar yang terpapar iskemia akan mengalami penurunan aliran
darah yang dramatis, menjadi cedera dan memicu jenjang reaksi seperti lintasan
eksitotoksisitas yang berujung kepada nekrosis yang menjadi pusat area infark
mekanisme eksitotoksik dan peradangan,oleh karena sel otak yang masih normal
jaringan otak terhadap kondisi iskemia, agar tetap dapat melakukan aktivitas
metabolisme.
berdampak pula kepada sistem ekstrakranial. Oleh karena itu, stroke akan
3. Pencegahan
Dalam manusia tanpa faktor risiko stroke dengan umur di bawah 65 tahun,
risiko terjadinya serangan stroke dalam 1 tahun berkisar pada angka 1%.Setelah
atrial,akan menurunkan risiko serangan stroke dari 12% menjadi 4% dalam satu
15
dengan dipyridamole memberikan perlindungan lebih jauh dengan penurunan
makanan yang mengandung kolesterol jahat (LDL), serta olaraga secara teratur.
C. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
terjadi mendadak atau sudah beberapa jam yang lalu, apakah terjadi kelumpuhan
anggota gerak, apakah kesemutan di muka atau salah satu sisi anggota gerak, apakah
2. Pemeriksaan fisik
(pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan
neurologis adalah palpasi dan auskultasi arteri karotis yang dekat dengan permukaan,
mencari dan mendengar bruit cranial atau servica, mengukur tekanan darah dengan
posisi berbaring dan duduk, mengukur tekanan arteria optalmika, melihat oftalmoskop
ke retina terutama bagian pembuluh darahnya (Quershi A.I, 2001; Broderick, et al,
3. Pemeriksaan penunjang
16
a. Pemeriksaan Laboratorium
analisa gas darah, hematologi lengkap dan activated partial thromboplastin tima
b. Pemeriksaan Radiologi
1) CT- Scan
adanya iskemik pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke non
hemoragik. MRI juga digunakan pada kelainan medulla spinalis. Kelemahan alat
ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritonium dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah tidak bisa memeriksa pasien
lebih rumit dan lebih lama, serta harga pemeriksaan yang lebih mahal
(Notosiswoyo, 2004).
17
D. Komponen CT Scan
Menurut Bontrager’s (2018) Sistem CT terdiri dari tiga komponen utama yaitu
gantry, komputer, dan operator console. Sistem ini mencakup perangkat komputasi dan
pencitraan yang sangat kompleks. Bagian berikut ini memberikan pengantar yang luas
1. Gantry
Gantry terdiri dari tabung sinar-x, detektor array, dan kolimator. Bergantung pada
selama pemindaian. Anatomi pasien di dalam aperture adalah area yang sedang
2. X-Ray Tube
Tabung sinar-x mirip dengan tabung radiografi umum dalam konstruksi dan
tabung mampu menahan kapasitas panas tambahan karena waktu exposure yang
meningkat.
3. Detektor array
Detektor padat dan terdiri dari dioda ditambah dengan bahan kristal scintillator
(cadmium tungstate atau rare earth oxide ceramic crystals). Detektor solid state
menjadi energi listrik dan kemudian menjadi sinyal digital. Rangkaian detektor
18
4. Kolimator
sinar. Ketebalan slice pada unit CT multidetektor modern ditentukan oleh ukuran
5. Komputer
besar.
6. Operator Console
display.
media digital yang tersimpan dalam arsip PACS (picture archiving and
19
communications system). Gambar yang tidak tersimpan pada PACS dapat
menggunakan kombinasi optical disk dan hard disk drive atau penyimpanan data
E. Parameter CT Scan
Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-X yang mengalami
dalam komputer. Pada CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi
dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003). Adapun parameter tersebut adalah :
1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail
yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan
2. Scan Range
Scan range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness,
yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu
lapangan pemeriksaan.
3. Faktor Eksposi
meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya
tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,
2004).
20
Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda.
Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat
menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X, apabila
arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah
Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan
direkonstruksi. Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200
mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan
tampak jelas. Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat
(Nesseth, 2000).
dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit.
Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan 400 mm akan
menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat
berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak
5. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-X dengan detektor). Rentang gantry tilt antara -300 sampai +300.
Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang
dihadapi.
21
6. Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan
jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan
meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X. Pitch digunakan untuk
menghitung pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice
thickness/beam collimation.
Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-X sama
dengan slice thickness/ beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau
dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan
7. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element
merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi
berukuran 512x512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Pada pemeriksaan CT Scan
8. Rekonstruksi Algorithma
22
algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan.
Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan
9. Window Width
gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Dasar pemberian nilai ini adalah air
dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang
mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi
udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau substansi lain dengan nilai
yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada
monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan
dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus
untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi
Window Level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
HU sampai dengan 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan 400
HU.
23
Gambar 2.8. Hubungan antara nomor CT dan gray scale(Seeraam,2009)
24
1. Indikasi ( Bontrager,2018)
b. Sakit kepala
e. Hidrosefalus
2. Parameter scan
c. Lokalisir scan : Anteroposterior atau lateral
d. kVp : 120
f. Field of view : 22 cm
g. Ketebalan irisan scan : 5 mm
3. Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
25
palsu, rambut palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu
a) Pesawat CT-Scan
b) Tabung oksigen
c) Apron
d) Standar infus
e) Automatic Scanning
f) Selimut
g) Head clam
c. Teknik Pemeriksaan
sebagai berikut :
26
lampu indikator horizontal. Untuk mengurangi pergerakan
Scan Parameter
Parameter menurut (Bontrager, 2010):
d) FOV : 24cm
garis vertikal
110-160HU
2000-3000HU (tulang)
30-40 HU
200-400 HU (tulang)
cranii.
b) Kriteria gambar :
27
a. Tampak jelas batas tegas antara substansia alba dan
substansia gricea
mengelilingi otak
pada umumnya
a. Potongan Axial I
4) Sulcus
5) Gyrus
28
Gambar 2.11. irisan CT Scan dengan jaringan otak
b. Potongan Axial IV
3) Nucleus caudate
4) Thalamus
5) Ventrikel tiga
29
Gambar 2.13. irisan CT Scan potongan aksial IV dengan jaringan otak
c. Potongan Axial V
3) Ventrikel tiga
4) Kelenjar pineal
30
Gambar 2.15. irisan CT Scan dengan jaring otak( Bontrager, 2010 )
orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik
3) Optic chiasma
4) Lobus temporal
5) Otak tengah
6) Cerebellum
7) Lobus oksipitalis
31
Gambar 2.16. posisi irisan otak ( Bontrager, 2010)
32
BAB III
A. Profil Kasus
1. Ilustrasi Kasus
Pada tanggal 05 November 2018, pasien dengan inisial Tn. AM datang ke Instalasi
Radiologi RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan di antar oleh perawat
identitas pasien:
Nama : Tn. AM
Umur : 62 th
Alamat : Beji
Unit : IGD
Diagnosa : Stroke
2. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, hanya saja pasien harus melepaskan benda
33
b. Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat CT-Scan
Merk : TOSHIBA
No tabung : 1CA08Y2254
Merk : Agfa
3) Film radiografi
Merk :
Agfa
34
Model/ukuran : Drystar Film (14 x 17 inchi )
4) Komputer Console
6) Head holder
Sebuah alat bantu untuk imobilisasi dan fiksasi kepala pasien agar
7) Selimut
c. Teknik Pemeriksaan
di samping tubuh.
35
2) Posisi Objek : Tempatkan kepala pasien pada head holder. Atur kepala
lampu indikator horizontal setinggi MAE. Mengatur batas awal scan dari
agar selama pemeriksaan tidak bergerak. Dan pasien diberi selimut agar
d. Proses scaning
Age : Umur
36
Gambar 3.4 tampilan pemasukan data pasien
2) Pemilihan protokol
tombol tersebut.
b) Setelah itu akan muncul scanogram dari kepala, yaitu dari arah
kasus Stroke ini dimulai dari basis cranii sampai vertex. Sehingga
akan menyala lagi dan klik tombol “start scan” untuk kedua kalinya
37
rotate” untuk menghentikan putaran tube. Setelah dipastikan tidak
3) Parameter Scaning
Kv : 120
mA : 150
Pitch : 0,688
Range : 150.0
Window Level : 40
Window Width : 90
e. Post processing
1) Pilih “MPR/3D”
2) Lalu klik directory dan pilih nama yang akan di MPR lalu pilih juga
sagital simetris.
filming dengan “start dan end” lalu buat potongan axial dengan jumlah
19 slice lalu disave, lakukan juga “strart dan end” pada bagian coronal
38
6) Lalu klik “filming” klik directory dan pilih data yang sudah di MPR tadi
f. Hasil citra
3. Evaluasi Radiograf
39
Infark kecil kecil multiple di pons aspek sinistra, gyrus insularis sinistra,
ICH dicapsula externa dextra l.k 16,9 cc yang meluas ke sistema ventrikel
relatif banyak (IVH) dan sebagian cystema pre portin / basalis (SDH)
B. Pembahasan
RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga hampir sama dengan prosedur yang ada
dalam teori. Perbedaan yang ada di lakukan karena kondisi alat dan pasien. Secara umum
teknik pemeriksaannya sama dengan Ballinger (2016) yaitu Posisi pasien supine (head
samping tubuh. Mid Sagital Plane (MSP) kepala sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan lampu indikator horizontal setinggi MAE. Kepala di fiksasi dengan head
cleam. Tubuh pasien di fiksasi dengan body strap agar selama pemeriksaan tidak
bergerak. Dan pasien diberi selimut agar lebih nyaman mengingat ruangan pemeriksaan
yang ber-AC.
ke dalam komputer sebagai registrasi pasien. Setelah itu melakukan scannogram terlebih
dahulu agar dapat menentukan area yang akan discan nantinya. Di Instalasi Radiologi
stroke akan muncul scannogram dari kepala,yaitu dari arah lateral. Menentukan luas
scanning (scan area) menggunakan kotak pemandu pada scanogram. Scan area yang
40
dibuat dalam kasus stroke dimulai dari basis cranii hingga vertex dengan menggunakan
menggunakan slice thickness 5 mm slice per slice sudah terlihat dan sudah dapat
tipis dan jika 10 mm akan terlalu lebar. Tujuan menggunakan single range pada area basic
dengan menggunakan mode scan helical scanning dengan single range. Menggunakan
type scan helical scanning karena dengan helical scanning kita bisa mendapatkan data
berupa volume sehingga data lebih lengkap daripada dengan sequence scanning. Karena
dengan menggunakan helical scanning kita mendapatkan data dalam bentuk volume yang
bisa kita rekonstruksikan di MPR (Multi Planer Recontruction) dalam bentuk axial,
coronal dan sagital dan juga dalam bentuk 3D. Sedangkan pada mode scanning sequence
kita hanya bisa mendapatkan potongan axial saja tidak dapat melihat potongan coronal
dan sagital. Menggunakan single range agar waktu scanning lebih cepat dan gambaran
Karena menggunakan helical scanning kita tidak perlu menggunakan 2 range, disini
kita tidak perlu memperhatikan jumlah irisan dan berapa ketebalan irisan karena sudah
mengunakan data volume, sehingga dapat merekonstruksi ketebalan irisannya dari data
volume tersebut.
rupa sehingga gambaran antara axial, coronal dan sagital simetris. Mengatur slice
thickness 3 mm, window width nya 90 dan window level nya 40, setelah itu melakukan
start dan end pada potongan axial sejumlah 19 slice dan potongan coronal sagital sesuai
41
Untuk mencetak hasil citra masukan 1 topogram, 19 potongan axial , 5 potongan coronal
dan potongan sagital pada setiap kotak yang tersedia. Dalam memasukkan gambar dalam
Berbeda dengan kasus stroke non hemoregik, pada kasus stroke hemoregik harus
calculate dengan software ini maka volume pendarahan dapat diketahui. Caranya dengan
membatasi area pendarahan disetiap slice yang ada pendarahannya, hasil scan akuisisi,
bukan hasil rekonstruksi, setelah itu klik calculate maka volume pendarahan dapat
42
diketahui. Pada kasus ini volume pendarahan yang didapat adalah ± 19,78 cc
43
Gambar 3.6 Hasil penghitungan volume darah pada Citra Potongan axial
Selain itu, ukuran dimensi pendarahan juga harus diukur berupa p x l x t. Panjang dan
lebar didapatkan dari diameter terpanjang antero posterior dan diantara latero lateral. Pada
irisan dengan pendarahan terbesar diirisan axial. Sedangkan untuk tinggi didapatkan dari
diameter terbesar cranio caudal pada irisan coronal atau sagital.
44
Di instalasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga menggunakan mode
scan helical scanning. Tetapi helical scanning mempunyai kekuranagan yaitu dosis yang
diterima lebih besar. Jadi alangkah baiknya jika saat scanning kepala, tubuh pasien diberi
apron atau gonad untuk melindungi organ organ sensitif pada pasien dari sinar radiasi. Selain
itu, karena dalam scanning sudah mendapatkan dosis radiasi cukup besar sebaiknya juga
parameter saat scanning yang digunakan sesuai dengan kondisi umum pasien.
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala dengan
2. Dilakukan dengan posisi pasien supine dengan posisi kepala kearah gantry (head
first) dan menempatkan kepala pasien pada head holder.Scan area yang dibuat
dalam kasus stroke dimulai dari basis cranii hingga vertex dengan menggunakan
slice thickness 5 mm. Scanogram dari kepala, yaitu dari arah lateral.
sedemikian rupa sehingga gambaran antara axial, coronal dan sagital simetris.
Mengatur slice thickness 3 mm, window width nya 90 dan window level nya 40,
setelah itu melakukan start dan end pada potongan axial sejumlah 19 slice dan
B. Saran
1. Pasien sebaiknya diberikan apron ataupun gonad shiled untuk melindungi organ-
organ sensitif pada pasien dari sinar radiasi.
2. Menggunakan parameter pada pemeriksaan CT Scan sesuai dengan kondisi
umum pasien.
46
DAFTAR PUSTAKA
Bruce W. Long. 2016. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning and Procedure. Volume
2. Edisi 13. Elsevier. USA
John P. Lampignano. 2018. Radiographic Positioning and Related Anatomy. Edisi 8. Mosby.
USA
Rasad, Sjahrir. 2011. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 6. Terjemahan: dr.
Brahm U. Pendit. Editor: dr. Nella Yesdelita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human Anatomy. Six Edition. Philadelphia, USA: Saunders
Elsevier.
Damasio, Hanna. 2005. Human Brain Anatomy in Computerized Images. Second Edition.
New York, USA: Oxford University Press.
Neil R.Sims. 2010. Mitochondria, oxidative metabolism and cell death in strok. Diakses
tanggal 10-11-2018 pukul 21:30 WIB
Geyer, James D. & Gomez, Camilo R. 2009. Stroke A Practical Approach. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer Business. Page: 15
Sauerbeck LR. 2006. Primary stroke prevention. Diakses tanggal 10-11-2018 pukul 22:17
WIB
47
LAMPIRAN
Lembar permintaan
48