Disusun Oleh :
Celline Tantono / 07120120065
Pembimbing :
dr. Yusuf W. Sp.BS
Anatomi Otak
Anatomi otak manusia secara garis besar memiliki 4 bagian yang utama yaitu
serebrum, diensefalon, serebelum dan batang otak. Pada bagian belakang dari batang
otak terdapat serebelum, dan pada bagian atas dari batang otak terdapat diensefalon.
Serebrum merupakan bagian terbesar dari otak yang terletak diatas batang otak dan
diensefalon. Diensefalon terdiri dari beberapa bagian, yaitu talamus, hipotalamus, dan
epitalamus. Sedangkan batang otak yang terletak di bawah diensefalon terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu medulla oblongata, pons, dan midbrain. 7
Otak dilindungi oleh cranium dan meningens kranial yang mengelilingi bagian otak.
Meningens kranial akan menyambung dengan meningen medulla dan memiliki
struktur yang sama, yaitu dura mater, arachnoid mater dan pia mater. Dura mater
merupakan lapisan terluar, sedangkan pia mater merupakan lapisan terdalam dari
meningens. Diantara dura mater dan pia mater terdapat lapisan arachnoid mater. Dura
mater akan menyatu di bagian tengah serebrum membentuk falx serebri yang
memisahkan serebrum menjadi dua hemisfer, kemudian dura mater akan membentuk
falx serebelli yang akan memisahkan serebelum menjadi dua hemisfer. Dura mater
juga akan membentuk tentorium cerebelli yang akan memisahkan serebrum dengan
serebelum. 7
Serebrum terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu korteks serebri, cerebral white
matter, dan gray matter nuclei. Pada masa pertumbuhan otak, gray matter akan
bertumbuh lebih cepat dibandingkan white matter sehingga terjadi pembentukan .
lengkungan-lengkungan di permukaan otak yang disebut sebagai girus. Bagian
permukaan otak yang sedikit menjorok kedalam akan disebut sebagai sulkus,
sedangkan bagian yang mejorok kebagian yang lebih dalam disebut sebagai fisura.
Serebrum memiliki beberapa fisura yang akan memisahkan serebrum menjadi
beberapa bagian. Fisura longitudinal akan memisahkan cerebrum menjadi hemisfer
kanan dan hemisfer kiri. Didalam fisura longitudinal dan diantara hemisfer terdapat
falx serebri. 7
Dengan adanya sulkus di atas, serebrum dapat dibagi menjadi beberapa lobus
; (1) Lobus frontalis di fosa anterior; pusat fungsi perilaku, pengambilan keputusan,
dan control emosi; (2) Lobus temporalis di fosa media; pusat pendengaran,
keseimbangan, dan emosi-memori; (3) Lobus oksipitalis di belakang dan di atas
tentorium; pusat penglihatan dan asosiasi; (4) Lobus parietalis di antara ketiganya;
pusat evaluasi sensorik umum dan rasa kecap.4 Lobus frontalis dan parietalis
dipisahkan oleh sulkus sentralis. Fissura sylvian memisahkan lobus temporalis dengan
bagian superior lobus frontalis dan temporalis. Sedangkan sulcus parietooccipitalis
memisahkan lobus occipitalis dengan lobus perietalis. 8
Pada bagian terdalam dari hemisfer, terdapat 3 buah nuclei, yang
merupakan massa dari gray matter. Ketiga buah nuclei tersebut akan disebut sebagai
basal nuclei atau disebut juga basal ganglia. Dua dari basal nuclei saling
bersebelahan dan berada di sebela lateral dari thalamus. Kedua basal nuclei tersebut
adalah globus pallidus,yang berdekatan dengan thalamus, dan putamen, yang
berdekatan dengan korteks. Secara keseluruhan, bagian yang terdiri dari globus
pallidus dan putamen disebut sebagai lentiform nucleus.Basal nuclei ketiga disebut
dengan caudate nucleus. Caudate nucleus dan Lentiform akan membentuk sebuah
bagian yang disebut sebagai corpus striatum. Diantara thalamus dan basal nuclei
terdapat sebuah struktur yaitu internal capsule.7
Sirkulasi pada Otak
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diag-
nostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik
penggambaran MRI, antara lain :11
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas.
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
a. MRI Tesla tinggi (High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T.
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – 1 T.
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
Sebuah MRI scan tertutup biasanya terdiri atas scanner berbentuk silinder yang tidak
nyaman untuk pasien yang berbadan besar dan membuat beberapa pasien menjadi
sesak. Bagi banyak pasien, MRI terbuka dapat meminimalkan kecemasan dan
claustrophobia karena desainnya yang berbentuk huruf "C" sehingga menawarkan
tempat yang luas dan pasien terletak di antara dua piringan. MRI terbuka juga
digunakan untuk pencitraan intraoperatif atau gambar untuk panduan intervensi yang
merupakan akses mudah yang diperlukan pasien.12
Kelemahan utama MRI terbuka yaitu sekuen yang diperlukan lebih lama (panjang
waktu untuk mendapatkan gambar), rasio sinyal-ke-bunyi lebih rendah, dan resolusi
spasial lebih rendah. Akibatnya, untuk analisis bagian tubuh yang lebih kecil seperti
sendi (pergelangan tangan, jari tangan, dan kaki), selalu disarankan untuk
menggunakan MRI tertutup karena kualitas dan detail gambar akan lebih bagus.
Selain itu, kekuatan medan magnet terbuka berkurang secara signifikan dan mungkin
tidak memadai untuk beberapa tujuan scanning.12
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat
tersebut dapat digunakan untuk teknik Fast Scan dimana suatu teknik yang
memungkinkan satu gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga
kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang
sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi akan menjadi
lebih spesifik. 12
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat berada di luar medan magnet
memiliki arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat
diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan
magnet. Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan
magnet. Saat diberikan radiofrekuensi, maka atom H akan mengabsorpsi energi dari
radiofrekuensi tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan
mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh
besar dan lamanya energi radiofrekuensi yang diberikan. Sewaktu radiofrekuensi
dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Pada saat
kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi
yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diperkuat.
Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal
yang diperoleh dari berbagai irisan.14
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti
otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan
spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan pencitraan lainnya seperti CT – Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan axial, coronal, dan sagitall tanpa mengubah
posisi pasien. Masing-masing citra potongan ini dapat terdiri atas beberapa slice
dengan ketebalan slice yang ditentukan.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Gambaran Pencitraan MRI
Jenis intensitas T1 T2
• Tulang
• Tulang
Hipointens • Kalsifikasi
• Kalsifikasi
• Air
• Lemak
• Lemak
Hiperintens • Darah
• Darah
• Air
Fluid Attenuated Inversion Recovery (FLAIR) akan menghasilkan gambar
yang mirip dengan T2-weighted kecuali pada waktu TE dan TR yang sangat lama.
Dengan waktu TE dan TR yang sangat lama, kelainan akan tetap terang tetapi CSF
yang normal akan dilemahkan dan dibuat menjadi lebih gelap. Hal ini akan membuat
kelainan dan CSF normal lebih mudah di bedakan.15
T1 –
Tissue T2 – Weighted FLAIR
Weighted
CSF Dark Bright Dark
White Matter Light Dark Gray Dark Gray
Cortex Gray Light Gray Light Gray
Fat (within bone
Bright Light Light
marrow)
Inflammation
Dark Bright Bright
(infection)
Dalam hal membaca dan menginterpretasikan MRI, pada potongan T1, jaringan
yang tinggi lemak akan terlihat terang, sedangkan jaringan yang kaya akan air akan
berwarna gelap. Pada potongan T2 berlaku hal yang sebaliknya, dan sangat membantu
dalam diagnosis patologi sedangkan gambaran T1 untuk anatomy. Namun gambaran
T1 dengan kontras dapat menjadi diagnosis patologis juga.15
Potongan standar untuk mengevaluasi otak pertama kali dibuat potongan aksial.
Dibuat scout tiga potongan (atau sagital dan aksial saja). Potongan aksial dibuat
dengan orientasi pada garis yang melalui batas anterior dan posterior dari korpus
kallosum pararel terhadap garis yang melewati komisura anterior dan posterior, dibuat
potongan pada seluruh otak dari vertex hingga serebellum, biasanya hingga foramen
magnum dengan ketebalan irisan 5–6 mm. 16
Pada tahap ini akan dibuat gambar T2 dan T1 weighted serta proton density.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan potongan koronal dengan orientasi pada
potongan aksial. Potongan aksial dan koronal umumnya dengan ketebalan irisan 6
mm. 16
Scout potongan koronal standar untuk otak (a) dan scout potongan sagital untuk otak
(b).
Untuk mendapatkan hasil yang simetris maka sebagai patokan dengan berorientasi
pada septum nasi dan meletakkan bantal di bawah lutut. Pada pasien kifosis bisa
diletakkan bantal di bawah pinggul demikian juga dengan rasa tidak nyaman pada
leher bisa diletakkan bantal di bawahnya. Bisa diletakkan kaca di atas coil kepala
untuk mengurangi claustrophobia. 16
a. Level Supraventricular
Pada level supraventricular, lobus frontalis dan parietalis terlihat pada potongan
melintang. Falx cerebri adalah bayangan dari dura yang memisahkan 2 hemisfer.
Sinus sagittal superior dapat terlihat secara posterior.
e. Level Cerebellum
Pada level ini terdapat sepasang hemisfer cerebellar, di antaranya terdapat
cerebellar vermis. Pada angulus cerebellopontine terlihat sepasang internal auditory
canal. Di dalam internal auditory canal terdapat nervus facialis, vestibularis, dan
cochlearis.
Interpretasi MRI Kepala
Fissure interhemisfer serebri pada garis tengah. Kortikal sulki serebri dan serebelli
normal.
Korteks dan white matter menunjukkan perkembangan yang normal dengan intensitas
sinyal yang normal (maturasi sesuai dengan usia) dan homogen. Anatomi hemisfer
serebri dan midbrain dievaluasi pada potongan sagital dan koronal T1WI MRI. Gray
dan white matter paling baik dievaluasi pada T2WI.
Korteks serebri tidak tampak lesi hiperintens patologis (demielinisasi, edema,
perdarahan) atau hipointens patologis (kalsifikasi, per- darahan). Tidak tampak area
yang terpisah dari kalvaria. Tidak tampak akumulasi cairan (konveks atau konkaf) di
antara korteks serebri dan kalvaria).
Sella dan pituitari bentuk dan ukurannya normal, intensitas sinyal sebelum dan
sesudah pemberian kontras normal. Struktur parasella (khiasma optikum, sisterna
suprasella, karotid siphon, sinus kavernosus tidak tampak adanya kelainan.
Basal ganglia, kapsula interna-eksterna, thalamus, korpus kallosum intensitas sinyal
normal, bentuk, dan ukuran normal. Tidak tampak fokus demielinisasi maupun massa.
Sudut serebelopontin simetris normal. Kanalis akustikus internus berukuran lebar
yang normal.
Sisterna subarachnoid normal.
Ventrikel bentuk dan ukurannya normal, simetris (tidak tampak
pelebaran
unilateral/bilateral), ventrikel IV tidak melebar, tidak tampak
tanda-tanda
peningkatan intrakranial (sulcal effacement, ventrikel yang melebar/menyempit)
dengan sirkulasi cairan serebrospinal yang normal.
Ukuran ventrikel:
o Sella media index: B/A > 4 normal.
o Kornu anterior ventrikel lateralis (setinggi foramen monro):
Di bawah 40 tahun < 12 mm
Di atas 40 tahun < 15 mm.
o Lebar ventrikel III:
< 5 mm pada anak-anak
< 7 mm pada dewasa di bawah 60 tahun
< 9 mm pada dewasa di atas 60 tahun.
Batang otak dan serebellum ukuran dan intensitas sinyal normal, tidak tampak
kelainan fokal.
Pembuluh darah intrakranial posisi dan ukuran normal, tidak tampak dilatasi maupun
kalsifikasi.
Sinus paranasalis dan aircell mastoid perkembangan dan pneumati- sasinya normal,
ketebalan mukosa normal.
Kavum nasi pneumatisasi baik, septum nasi di tengah, ukuran concha nasi normal.
Pada gambar T2-weight dan FLAIR, stroke iskemik hiperakut akan muncul
sebagai lesi hiperintens. Lesi tersebut akan pertama kali muncul saat 3-8 jam setelah
onset stroke. Pada stroke hiperakut, Gambar T2-weight akan bermanfaat untuk
mendeteksi kehilangan aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat dalam
hitungan menit setelah onset.18
DWI merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk stroke iskemik yang
berada di stadium hiperakut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa lesi yang ditemukan
dengan DWI bukan hanya lesi yang bersifat irreversible. Karena DWI dapat segera
mendekteksi lesi iskemik, maka lesi tersebut mungkin akan berkurang dengan
berjalannya waktu. Hal ini disebabkan karena lesi yang bersifat reversible juga ikut
terlihat pada DWI. Karena itu, ukuran lesi yang dilihat pada DWI pada awal onset
stroke iskemik, tidak dapat menunjukan seberapa luas lesi yang bersifat irreversible.18
Gambaran ICH pada MRI lebih kompleks karena dipengaruhi oleh tingkat oksidasi
hemoglobin dan kadar protein. Faktor ekstrinsik seperti pulse sequence dan field
strength juga berpengaruh.19 Terdapat 5 fase perubahan yang dialami oleh
hemoglobin dalam eritrosit yang terdapat dalam sebuah hematoma. Hal yang perlu
diingat adalah terdapat perbedaan antar individu berapa lama waktu yang diperlukan
hemoglobin untuk menempuh kelima fase ini. Bahkan sesama hemoglobin dalam satu
hematoma memiliki jangka waktu yang berbeda-beda dan hal itu menunjukkan proses
dinamis yang tidak berjalan homogen dalam sebuah hematoma.
MRI memberikan informasi yang detail tentang anatomy dari tumor otak,
struktur selular dan vaskularisasi, sehingga sangat baik sebagai pemeriksaan
penunjang untuk membantu penegakan diagnosis, tatalaksana dan monitor penyakit.
MRI efektif digunakan karena sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan secara
patologis dari konten air dalam parenkim otak. Hal ini tergambar pada intensitas
abnormal pada gambaran sekuen T1 atau T2 weighted. 22
MRI lebih akurat dalam menunjukkan lokasi lesi, penyebaran, ada tidaknya
efek massa, atau atrofi. Sekuen T2-weighted sensitif dalam mendeteksi adanya tumor
dan edema di sekitarnya. Sekuen T1 dengan kontras, dapat membantu menentukan
lokasi dari tumor dan memberikan informasi tentang grading, perdarahan, edema dan
nekrosis. 22
Klasifikasi tumor otak primer menurut WHO berdasarkan asal sel dan
penampakan histologi.
Tumor glial merupakan tumor primer otak yang sering ditemukan, dan terdiri dari
sel-sel astrocytes, oligodendrocytes, atau sel ependim. Glioblastoma multiforme
merupakan jenis yang sering ditemukan. Meningioma merupakan derivate dari sel
meningothelial dan sekitar 20% kasus dari tumor otak primer.22
MRI juga dapat mendapatkan informasi yang mengidentifikasi tipe tumor yang
spesifik, seperti: 23
- Glioma malgina biasanya akan tampak hipointense pada gambaran T1-
weighted dan meningkatkan heterogen setelah pemberian kontras. Tumor yang
telah dikontras dapat dibedakan dari signal hipointens dari edema pada
gambaran T1-weighted.
- Astrositoma pada umumnya menunjukkan peningkatan intensitas signal T2
dan FLAIR tanpa melihat grading dari histopatologisnya.
- Low-grade glioma biasanya dapat muncul sebagai lesi hemisfer yang
menginfiltrasi yang dapat menghasilkan efek massa yang kecil.
Tumor Glial
Astrositoma
Hasil MRI pada tumor glioma pada umumnya menunjukkan adanya korelasi
dengan grading secara histologi. Umumnya, massa berbatas tegas, memiliki intensitas
sinyal yang homogen, sehingga dapat memberikan sedikit atau tidak ada penyengatan
kontras, hasil ini biasanya ditemukan pada glioma stadium rendah. Massa yang
memiliki batas tidak tegas dan inhomogen akan memberikan gambaran yang
penyengatan yang intens dan irregular, hasil ini biasanya ditemukan pada glioma
stadium tinggi. Pada beberapa kasus gambaran ini kadang tidak sesuai. Adanya efek
massa dan formasi kista atau adanya nekrosis dapat menjadi predictor yang signifikan
untuk grading tumor otak. Adanya zona nonenhancing sentral di dalam masa enhance
menunjukkan adanya nekrosis dan mengindikasikan adanya pertumbuhan tumor
secara cepat sehingga melampaui suplai darah. Gambaran tersebut merupakan
manifestasi dari glioblastoma multiforme. Pada glioblastoma juga bisa disertai adanya
hemoragik. Gambaran edema di sekitar bagian tumor yang menyengat kontras juga
merupakan ciri dari jenis tumor yang maligna. Namun terdapat pengecualian bagi
meningioma yang merupakan tumor jinak, karena disertai juga dengan adanya edema,
namun dapat dibedakan karena letak meningioma ekstra-axial. Pada glioma grade
rendah dapat juga ditemukan adanya edema namun gambaran khas lainnya yaitu efek
massa yang rendah, dan penyengatan kontras yang rendah, dapat membedakannya
dengan glioma grade lanjut. 24
Hasil MRI ditemukan massa kistik pada episentrum serebellar hemisfer kanan, mendorong ventrikel
IV, menyebabkan hidrosefalus. Massa memiliki komponen solid, yang nodular. Gambar T1 lebih
hipointens jika dibandingkan dengan cerebellum. Gambar T2 lebih hiperintens. Pada pemberian
kontras pada T1 ditemukan adanya penyengatan.
Tumor solid kistik campuran intra-axial, pada frontal kanan berukuran +/- 7.7cm. Terdapat komponen
makrokistik yang mendorong ke frontal horn kanan dan mendorong septum pellucidum. Terdapat
midline shift ke kiri. Adanya dilatasi ventrikel menunjukkan ada obstruksi pada foramen of Munro.
Ventrikel III meregang. Terdapat edema di sekitar. Tidak ada anda kalsifikasi atau perdarahan
T1 T2
T1 dengan contrast FLAIR
Astrocytoma Anaplastik
Lesi di intra-axial di frontal kanan. Terdapat penyengatan heterogen sekitar 3.5x4.5 cm (axial).
Terdapat efek massa yang signifikan, yaitu midline shift +/- 1.1 cm ke kiri, ada perbesaran ventrikel
lateralis kanan, dan entrapment ventrikel lateralis kiri.
T1 T1 dengan contrast
T2 FLAIR
Glioblastoma Multiforme : MRI menunjukkan adanya massa di bagian superior dari lobus temporalis
kanan. Terdapat efek massa yang signifikan dan dikelilingi oleh edema vasogenik. Massa memiliki
gambaran hipointense pada T1 namun pada T2 terdapat gambaran hiperintense di sentral menandakan
adanya nekrosis sentral.
Tumor Oligodendroglioma
T1
T1 dengan contrast
T2 FLAIR
Terdapat lesi irregular intra-axial, dengan batas tidak tegas, terletak di lobus parietal kanan. Lesi
heterogen dengan hipointense pada T1 dan hiperintense pada T2. Lesi tidak menyengat kontras. Tidak
ada edema dan efek massa.
Tumor Ependimoma
Tumor ini merupakan neoplasma glial yang susunannya didominasi oleh sel-
sel ependim dan mempunyai frekuensi kira-kira 5% dari seluruh glioma. Pada
ependimoma klasik, secara makroskopisnya tumor tampak padat dengan batas yang
tegas dan berasal dari lantai ventrikel IV/ kanalis spinalis. Tumor dapat meluas hingga
sudut serebro pontin melalui foramen Luscka, sisterna magna, dan foramen
magendi.serta dapat mencapai batang otak jika sudah melalui foramen magnum.
Secara histologis akan tampak sel kolumnar uniform dan sel astrosyte like fibriler
yang membentuk barisan ependimal roossete. Gejala yang ditemukan mual, muntah,
dan nyeri kepala dengan intensitas yang terasa lebih berat di pagi hari, diplopia,
ataksia, hemiparesis dan paresis nervus kranialis. Pada hasil pemeriksaan CT-Scan
dan MRI akan tampak kontras mengisi daerah tumor di ventrikel lateral. Pasien
didapati mengalami hidrosefalus. Tumor jenis ini memang dapat menutupi saluran
cairan serebrospinalis sehingga menyebabkan hidrosefalus (ventrikel melebar,
jaringan otak tipis). 24
Tumor Non - Glial
Meningioma24
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen),
bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya.
Para ahli masih belum memastikan apa penyebab meningioma, namun beberapa teori
telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
meyebabkan timbulnya meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi
kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak begitu
menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman,
penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa
menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi
pada penyakit Alzheimer.
Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan
status mental
Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-
otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya
berjalan,
Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing