Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN CKR

(CEDERA KEPALA RINGAN)

DISUSUN OLEH:

LAMRIA PAKPAHAN

202016032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
JAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Cedera kepala merupakan proses patologis yang dapat menyerang kulit
kepala, tulang tengkorak, meningen, atau otak akibat gaya mekanis (Wong, D.L,
2009). Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer,2007). Di Indonesia, cedera kepala berdasarkan hasil Riskesdas 2013
menunjukkan insiden cedera kepala dengan CFR sebanyak 100.000 jiwa meninggal
dunia (Depkes RI 2013). Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2%, dengan
prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi
(4,5%) perbandingan hasil Riskesdas 2010 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensicedera dari 7,5% menjadi 8,2%. Penyebab
cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Nusa
Tenggara Timur merupakan angka kecelakaan tertinggi (55,5%) dan terendah di
Bengkulu (26,6%). Jenis cedera yang dialami terbanyak oleh penduduk adalah luka
lecet/memar (70,9%), dan luka robek (23,2%). Adapun urutan proporsi terbanyak
untuk tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area
pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien cedera kepal ringan mengalami
nyeri kepala, beberapa penelitian menemukan bahwa 38% pasien cedera mengalami
accute post traumatik headeche (ATPH) dengan gejala paling sering pada daerah
frontal dan tidak ada hubungannya dengan berat luka cedera (Walter et al, 2005),
juga dikatakan oleh Oshinsky (2009) bahwa pasien trauma kepala ringan akan
mengalami nyeri pada minggu pertama setelah trauma, 12 dari 33 (36%), dari hasil
penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa dari 297 pasien cedera kepala
mengalami nyeri kepala 3 hari sampai 1 minggu (33%) (Bekkelund and Salvesen,
2002).

Nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan disebabkan oleh perubahan
neurokimia meliputi depolarisasi saraf, pengeluaran asam amino pada neuron
transmiter yang berlebihan, difungsi serotogenik, gangguan opiate endogen. Gejala
klinis nyeri pada pasien cedera kepala ringan terdapat beberapa tipe yaitu : nyeri
kepala migrain, nyeri kepala kluster, nyeri kepala cercicogenik. Dari hasil penelitian
didapatkan dari hasil 37%. pasien mengalami nyeri kepala tension, 27% migrain dan
18% cercicogenik dan gejala nyeri akan terus dialami oleh pasien sampai 1 tahun
(Lanaerts and Couch, 2004).

B. Tujuan

Tujuan umum :

 Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala ringan (CKR)

Tujuan khusus :

 Penulis mampu mengetahui tentang cara pengkajian pada pasien CKR

 Penulis mampu mengetahui tentang cara membuat diagnosa keperawatan pada


pasien CKR

 Penulis mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa


keperawatan pada pasien CKR

 Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien CKR

 Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien CKR


BAB II
Tinjauan Teori

A. Defenisi

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, A. 2011). Cidera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga dari
luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan perubahan
kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil, 2011).

Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi-decelerasi) yang
merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh perubahan peningkatan dan percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Rendy, 2012) Jadi,
cidera kepala ringan adalah cidera karena tekanan atau kejatuhan yang di tandai denngan
GCS 13-15 dan mengeluhkan pusing.

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi
1) Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.

Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,


temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis,
namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu :
fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa
posterior ruang bagi bagian bawah batang otak

dan serebelum .

2) Meningen

selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang


subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural.

1) Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar
yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang
potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium
subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub
arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
2) Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adarah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan
masuk kedalam sulci yang paling dalam.Membrana ini membungkus saraf
otak dan menyatu dengan epineuriumnya.Arteri-arteri yang masuk kedalam
substansi otak juga diliputi oleh pia mater.
3) Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa
sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak
depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah)
dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan
dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.Lobus parietal
berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang.Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam
proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi
retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan.Pada medula
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab
dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.
4) Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan
intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS
sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

5) Tentorium

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial


(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
6) Vaskularisasi otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis.Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak
dan membentuk circulus Willisi.Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan
otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.Vena
tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.

2. Fisiologi
Menurut judha dan rahil (2011) otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Jika
otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental.
Sebaliknya, apabila otak anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental anda bisa
ikut terganggu. Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:

1) Cerebrum ( Otak Besar )


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak depan. Cerebrum merupakan bagian
otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia
memiliki lesaian kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ
anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
suleus. Keempat lobus tersebut masing- masing adalah: lobus frontal, lobus
pariental, lobus occipital dan lobus temporal (Judha & Rahil, 2011).
a) Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol
perilaku seksual dan kempuan bahasa secara umum.
b) Lobus Pariental berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c) Lobus Temporal berada di bagianbawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.

d) Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan


rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interprestasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

2) Cerebellum (Otak Kecil)


Menurut Judha dan Rahil (2011) otak kecil atau Cerebellum. Terletak di bagian
belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak
mampu mengancingkan baju.
3) Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau
lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
“perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contahnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak anda kenal terlalu dekat dengan
anda. Batang otak terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a) Mesencephalon atau otak tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
b) Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
c) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
kita terjaga atau tertidur.
4) Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak dibagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini
sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak
mamalia.

Komponen limbik, antara lain Hipotalamus, Thalamus, Amigdala,


Hipocampus, dan Korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan
perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa
lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan memori jangka
panjang.

C. Etiologi

Penyebab cedera kepala terdiri dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, kecelakaan
industri, serangan dan yang berhubungan dengan olah raga, trauma akibat persalinan.
Menurut Mansjoer (2011), cidera kepala penyebab sebagian besar kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas.

Klasifikasi Cedera Kepala antara lain:

Penentuan Deskripsi
Keparahan
Minor/ Ringan GCS 13 – 15
Sadar penuh, membuka mata bila dipanggil. Dapat terjadi
kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit
dan disorientasi. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada
kontusia
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran, namun masih menuruti perintah yang
sederhana atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Berat GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma
intracranial. Dengan perhitungan GCS sebagai berikut:
 Eye : nilai 2 atau 1
 Motorik: nilai 5 atau <5
 Verbal : nilai 2 atau 1

1. Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon Verbal
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara Tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
3. Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1
Total 3 - 15

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringanya gejala yang
muncul setelah cedera kepala. Ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat cedera kepala. Menurut Judha (2011), berdasarkan derajat
penurunan tingkat kesadaran serta ada tidaknya defisit neurologik fokal cidera
kepala dikelompokan

D. Patofisiologi

Cedera kepala atau trauma kapitis lebih sering terjadi daripada trauma tulang
belakang. Trauma dapat timbul akibat gaya mekanik maupun non mekanik. Kepala
dapat dipukul, ditampar, atau bahkan terkena sesuatu yang keras. Tempat yang
langsung terkena pukulan atau penyebab tersebut dinamakan dampak atau impact.
Pada impact dapat terjadi (1) indentasi, (2) fraktur linear, (3) fraktur stelatum, (4)
fraktur impresi, atau bahkan (5) hanya edema atau perdarahan subkutan saja. Fraktur
yang paling ringan ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, dapat
timbul fraktur stelatum atau fraktur impresi (Mardjono & Sidharta, 2010).

Selain hal-hal tersebut, saraf-saraf otak dapat terkena oleh trauma kapitis karena (1)
trauma langsung, (2) hematom yang menekan pada saraf otak, (3) traksi terhadap
saraf otak ketika otak tergeser karena akselerasi, atau (4) kompresi serebral
traumatik akut yang secara sekunder menekan pada batang otak. Pada trauma kapitis
dapat terjadi komosio, yaitu pingsan sejenak dengan atau tanpa amnesia
retrograd.

Tanda-tanda kelainan neurologik apapun tidak terdapat pada penderita tersebut.


Sedangkan kemungkinan lain yang terjadi adalah penurunan kesadaran untuk waktu
yang lama. Derajat kesadaran tersebut ditentukan oleh integirtas diffuse ascending
reticular system. Lintasan tersebut bisa tidak berfungsi sementara tanpa mengalami
kerusakan yang irreversibel. Batang otak yang pada ujung rostral bersambung dengan
medula spinalis mudah terbentang dan teregang waktu kepala bergerak secara cepat
dan mendadak. Gerakan cepat dan mendadak itu disebut akselerasi. Peregangan
menurut poros batak otak ini dapat menimbulkan blokade reversibel pada lintasan
retikularis asendens difus, sehingga selama itu otak tidak mendapat input aferen,
yang berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat yang terendah (Mardjono &
Sidharta, 2010).Trauma kapitis yang menimbulkan kelainan neurologik disebabkan
oleh (1) kontusio serebri, (2) laserasio serebri, (3) perdarahan subdural, (4)
perdarahan epidural, atau (5) perdarahan intraserebral. Lesi-lesi tersebut terjadi
karena berbagai gaya destruktif trauma. Pada mekanisme terjadinya trauma kapitis,
seperti telah disebutkan sebelumnya, terjadi gerakan cepat yang mendadak
(akselerasi). Selain itu, terdapat penghentian akselerasi secara mendadak
(deakselerasi). Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi akselerasi tengkorang ke
arah impact dan penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah impact.
Adanya akselerasi tersebut menimbulkan penggeseran otak serta pengembangan
gaya kompresi yang destruktif, yang berupa perdarahan pada permukaan otak yang
berbentuk titik-tik besar dan kecil tanpa kerusakan duramater. Lesi kontusio di bawah
impact disebut lesi kontusio coup, sedangkan lesi di seberang impact disebut lesi
kontusio countrecoup. Ada pula lesi intermediate, yaitu lesi yang berada di antara lesi
kontusio coup dan countrecoup (Mardjono & Sidharta, 2010).
E. Manifestasi Klinis

Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:

1) Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung
(othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran timphani, periobital ecimos
(brill haematoma), memar didaerah mastoid (battle

sign), perubahan penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil


dilatasi, berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.

2) Concussion
Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit,
amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Contusins dibagi menjadi
2 yaitu cerebral contusion, brainsteam contusion. Tanda yang terdapat:
a. Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau
cepat.
b. Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang
otak bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan
pupil

F. Komplikasi Cedera Kepala

 Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur

 kejang-kejang paska trauma

 DM insipidus disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis


penyakit (anonym, 2011)

G. Pemeriksaan penunjang Cedera Kepala

 CT Scan dan Rontgen mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran


ventrikuler, pergeseran jaringan otak
 Angiografi serebral menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma

 X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis


(perdarahan/edema), fragmen tulang

 Analisa gas darah mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika
peningkatan tekanan intracranial.

 Elektrolit untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan


tekanan intracranial 2.1.6 Penatalaksanaan Cedera Kepala

H. Penatalaksanaan Keperawatan

 Menjamin kelancaran jalan nafas dan kontrol vertebra cervicalis

 Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret

 Mempertahankan sirkulasi stabil

 Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital

 Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi

 Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya dekubitus

 Mengelola pemberian obat sesuai program

I. Penatalaksanaan Medis

 Oksigenasi dan IVFD

 Terapi untuk mengurangi edema serebri (anti edema) 8 Dexamethasone 10 mg


untuk dosis awal, selanjutnya:

- 5 mg/6 jam untuk hari I dan II

- 5 mg/8 jam untuk hari III

- 5 mg/12 jam untuk hari IV

- 5 mg/24 jam untuk hari V

- Terapi neurotropik: citicoline, piroxicam

- Terapi anti perdarahan bila perlu


- Terapi antibiotik untuk profilaksis

- Terapi antipeuretik bila demam

- Terapi anti konvulsi bila klien kejang

- Terapi diazepam 5-10 mg atau CPZ bila klien gelisah

- Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari 2.2 Konsep
Asuhan Keperawatan Cedera Kepala

J. Pengkajian Data fokus yang perlu di kaji :

 Biodata Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal MRS, no.
RM, diagnosa medis, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal pengkajian

 Biodata penanggungjawab, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,


pekerjaan, suku/bangsa, hubungan dengan pasien

 Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan cedera terjadi, penyebab


cedera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga.

 Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum

 Pemeriksaan persistem ystem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indra,


penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa) system persarafan
(tingkat kesadaran/nilai GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat)
Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan jalan
nafas) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan frekuensi)
Sistem gastrointestinal ( nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peristaltik, eliminasi) Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit,
luka/lesi g. Sistem reproduksi Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume
b.a.k)

 Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk


adakah kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan) 2) Pola
aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan, dan kelemahan
otot) 3) Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah) 4) Pola
eliminasi 5) Pola tidur dan istirahat 6) Pola kognitif dan perceptual 7) Persepsi
diri dan konsep diri 8) Pola toleransi dan koping stres 9) Pola seksual dan
reproduksi 10) Pola hubungan dan peran 11) Pola nilai dan keyakinan

Anda mungkin juga menyukai