Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY. NY.

G
DENGAN NEONATAL PNEMUNONIA DI RUANG PERINA
RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA BEKASI TIMUR

DISUSUN OLEH :
ELSYE DEVITA SARI (201812090)
FAREL TANIA (201812092)
MARIA HARJANTI (201812103)
TIETIEK SOESILOWATI (201812120)
YENI WAHYUNINGSIH (201812122)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi ….…………………………………………………………............................. i

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………................... 1

BAB II. TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Penyakit …………………………………………………………...... 3
B. Tumbuh Kembang Anak (Sesuai Usianya) ………………………………………... 13

BAB III. PENGAMATAN KASUS


A. Pengkajian ………………………………………………………………………...... 21
B. Patoflow …………………………………………………………............................. 27
C. Analisa Data …………………………………………………………....................... 28
D. Nursing Care Plan ………………………………………….……………………..... 31
E. Discharge Planning ……………………………………...………………………..... 48

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………...………………………..... 49
B. Saran ……………………………………………………………….……………..... 50

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….......... ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia neonatal merupakan penyakit radang paru yang terjadi pada bayi baru
lahir. Kondisi ini sangat serius karenan menyebabkan bayi mengalami sesak napas hebat
yang dapat berujung pada syok dan kematian. Berdasarkan waktu terjadinya. Pneumonia
neonatal dibagi menjadi dua yaitu pneumonia neonatal awitan dini, yaitu radang paru
yang gejalanya muncul beberapa jam setelah bayi lahir, pneumonia neonatal awitan
lambat, yaitu radang paru yang mulai timbul pada usia tujuh hari atau lebih. Jenis ini
biasanya terjadi pada bayi yang dirawat di ruang intensif (intensive care unit / ICU) dan
dipasang alat bantu pernapasan berupa ventilator.
Penyebab pneumonia neonatal dipicu oleh beberapa kondisi. Kelompok bayi
tertentu diketahui lebih rentan mengalami gangguan ini, yaitu kondisi bayi dengan bayi
lahir dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini, bila ibu mengalami infeksi di dalam
rahim saat mengandung, bayi yang menjalani perawatan lama di ruang rawat intensif, ibu
yang demam saat menjelang persalinan, bila bagian terbawah janin adalah bokong, ibu
yang mengalami infeksi saluran kencing berulang, ibu yang mengalami obesitas, ibu
yang menggunakan antibiotic saat hamil, ibu yang merokok saat hamil.
Kuman penyakit pneumonia adalah bakteri yang berasal dari area organ intim ibu
atau bakteri yang terdapat di ruang perawatan bayi di rumah sakit. Bakteri yang paling
sering ditemui adalah streptococcus grup A dan grup B, Staphylococcus aureus dan
bakteri gram negative seperti Escheria coli, Klebsiella sp, dan proteus sp. Pada beberapa
kasus, pneumonia neonatal juga dapat disebabkan oleh virus, seperti respiratory syncytial
virus (RSV), adenovirus, atau virus influenza. Pneumonia yang disebabkan oleh virus
umumnya ditularkan oleh anggota keluarga atau orang sakit yang mengunjungi bayi.
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur dibawah 28 hari. Selama
28 hari pertama kehidupan, bayi memiliki resiko tinggi mengalami kematian. Hamper 3
juta bayi meninggal setiap tahun di bulan pertama hidup. Dalam bulan pertama, 50 %
dari semua kematian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan dan 75 % terjadi pada
minggu pertama. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang kemudian
meninggal sebelum 28 hari kehidupan, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian

1
neonatal dini kematian yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupan dan kematian
neonatal kematian bayi yang terjadi pada masa 8 – 28 hari kehidupan.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi
lahir premature 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan
asfiksia dan trauma. Dalam laporan WHO yang dikutip State of the world’s mother
dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Dari hasil studi mortalitas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0 – 7 hari
tertinggi adalah premature dan bayi berat lahir rendah / LBW (35%), kemudian asfiksia
lahir (33.6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8 – 28 hari tertinggi
adalah infeksi sebesar 57.1 % (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), kemudian
problem feeding (14.3%).
Berdasarkan hal hal diatas, maka kami kelompok bertujuan mengambil asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan neonatal pneumonia di ruang perina Rumah
Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah
infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Corwin, 2000). Pneumonia adalah
peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak (Suryadi,
2001).
Pneumonia Neonatal adalah infeksi pada paru – paru, serangan mungkin
terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan
dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah 7 hari dan terbatas pada paru – paru.
Tanda – tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke
arah syok atau kematian. Infeksi ini dapat ditularkan, aspirasi atau diperoleh setelah
kelahiran (Caserta, 2009)

2. Anatomi Fisiologi

3
3. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum Pneumonia
Diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir, melalui transmisi
hematogeneous atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, terkontaminasi cairan atau
dari mekanik, gangguan iskemik permukaan mukosa. Bayi yang aspirasi benda
asing seperti meconium atau darah dapat mewujudkan tanda – tanda paru segera
setelah atau sangat segera setelah lahir. Proses infeksi ini sering memiliki
periode beberapa jam sebelum infasi yang memadai, replikasi, dan respon
inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda – tanda klinis.

b. Pneumoni Pasca Lahir


Pasca kelahiran pneumoni dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir. Pasca kelahiran radang paru – paru dapat diakibatkan dari beberapa proses
yang sama, seperti yang dijelaskan diatas, tetapi infeksi terjadi setelah proses
kelahiran. Yang sering menggunakan antibiotic spectrum luas yang dihadapi
dalam banyak pelayanan obstertri dan bayi baru lahir di unit perawatan intensif
(NICU) sering mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh
organisme resisten pathogenicity yang tidak biasa. Enteral menyusui dapat
mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan potensial. Selang
makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi gastroesofageal, refluks dan
aspirasi pada bayi.

4. Etiologi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama pada penyebab pneumonia
pada umumnya, yaitu :
a. Bakteri : Grup B : Stretococcus, Staphylococcus Aeureus, Staphylococcus
Epidermidis, Escheria Colli, Pseudomonas, Klebsiela.
b. Virus : RSV, Enterovirus, CMV
c. Jamur : Candida
d. Aspirasi : amnion, makanan dan sebagainya

4
5. Patofisiologi
Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah :
a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia)
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti system peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang
disebut juga Early Onset Pneumonia (pada umur 3 hari pertama)
b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia)
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic
plate menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke
paru-paru. Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum
persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks atau pemeriksaan
obstetric yang sering.
c. Transnatal Pneumonoia
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
penyebab terbanyak adalah grup B streptokokus.
d. Nosokomial Pneumonia
Pneumonia yang didapat selama perawatan di Rumah Sakit dengan faktor
predisposisi antara lain BBL <1500gr, dirawat lama, penyakit dasar berat,
prosedur invasif banyak, perawatan ventilator terkontaminasi

Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba kedalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membrane paru – paru meradang dan berlobang. Dari reaksi
inflamasi akan timbul panas, anoreksi, mual, muntah serta nyeri pleuritis,
selanjutnya RBC, WPC, dan cairan keluar masuk melalui alveoli, sehingga terjadi
sekresi, edema dan bronkospasme dan menimbulkan manifestasi klinis, dispnue,
sianosis, dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya parsial okklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan
meluasnya permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi,
kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan
5
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya
infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enim dari sel – sel yang melapisi trakeo – bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat
maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang
menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi
empat stadium, yaitu :
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama / kongesti)
Disebut hyperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hyperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator – mediator peradangan dari sel – sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator – mediator tersebut
mencakup histamine dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamine dan
prostaglandin untuk melepaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma
ke dalam ruang intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunanan cairan diantara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan
penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjaddi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel – sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
6
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa – sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti
d. Stadium IV (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa – sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh magrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Penyakit pneumonia
sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh dapat juga
disebabkan karena adanya peningkatan kuman pathogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi kuman dan virus,
menurunnya daya tahan tubuh juga disebabkan karenan adanya tindakan
endotracheal tube dan tracheostomy serta konsumsi obat – obatan yang
menekan reflex batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan
terhaddap serangan kuman dan virus.

7
6. Patoflow

8
7. Manifestasi klinik
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit. Adapun
gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Tachypnue (pernapasan ≥ 60 x/menit)
b. Dengkur espirasi mungkin terjadi
c. Nafas cuping hidung dan retraksi di subcostal, intercostal, atau situs supra
sternal
d. Sekresi saluran nafas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan
kuantitas. Sekresi berwarna putih, kuning, hijau atau perdarahan warna tekstur
kering. Jika aspirasi meconium, darah atau cairan properadangan lainnya warna
dan tekstur dapat di lihat
e. Rales, ronchi dan batuk lebih jarang pada bayi dengan radang paru – paru
daripada individu yang lebih tua
f. Sianosis jaringan menyiratkan deoksihemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dl atau
lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat
seperti radang paru – paru
g. Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen konsentrasi,
ventilasi tekanan positif atau tekanan saluran udara positif terus menerus
h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetris suara nafas dan dada
yang menyatakan kebocoran udara atau perubahan emfisematos sekunder
obstruksi jalan nafas parsial

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi (Chest X-Ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (missal lobus dan bronchial) menunjukkan
multiple abses / infiltrate, empyema (staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran / extensive nodul infiltrate (viral).
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) DL, serologi, LED : lekositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2) Elektrolit : sodium dan chloride menurun, bilirubin biasanya meningkat.
3) Analisa Gas Darah (AGD) dan pulse oxymetri menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen.

9
4) Pewarnaan gram / kultur sputum dan darah : untuk mengetahui organisme
penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit positif menunjukkan adanya inflamasi
amnion (risiko pneumonia tinggi)
c. Pemeriksaan Fungsi Paru : volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

9. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nya nanah dalam rongga
pleura terdaat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik.
e. Endocarditis adalah peradangan pada setiap katup endocardial
f. Meningitis adalah infeksi yang merang selaput otak.

10. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Anamnesa :
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama :
c) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dengan keluhan batuk dan
flu
d) Riwayat kesehatan yang lalu: riwayat penyakit yang sama (ISPA)
e) Riwayat kesehatan keluarga: ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit menurun, menular, dan menahun.
f) Imunisasi: tercatat anak pernah mendapatkan imunisasi
g) Riwayat antenatal: Riwayat antenatal
h) Riwayat natal: Riwayat persalinan
i) Riwayat gizi: pemberian asi
j) Riwayat psikososial : yang mengasuh orangtua
k) Riwayat tumbuh kembang :
(1) Anak mulai duduk

10
(2) Merangkak
(3) Makan biskuit sendiri
(4) Berdiri dengan pegangan belum
l) Pola kebiasaan sehari-hari:
(1) Pola nutrisi: makan sehari berapa kali
(2) Pola eliminasi: Berapa kali jumlah buang air besar
(3) Pola istirahat tidur: Pola istirahat
(4) Pola aktivitas : bermain bersama orang tua
(5) Perilaku kesehatan : mandi 2x/hari,

b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tiidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukanedema dan penumpukkan secret
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yan tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi

c. Rencana Tindakan
1) Bersihan jalan nafas tiidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukanedema dan penumpukkan secret
a) Tujuan : jalan napas bersih dan efektif
b) Kriteria Evaluasi :
(1) Bunyi nafas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan
(2) Tanda vital dalam batas normal
(3) Batuk efektif
(4) Sianosis tidak ada
(5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space
(6) Napas cuping hidung tidak ada
c) Rencana Intervensi :
(1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
Rasional : Takipnea pernapasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
(2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau taka da aliran udara dan
bunyi napas tambahan
11
Rasional : Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan, krekel terdengar sebagai respon terhadap
pengumpulan cairan/secret.
(3) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif
karena adanya penurunan tingkat kesadaran
(4) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator
Rasional : Obat Mukolitik membantu untuk mengencerkan secret,
bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi
bronkus.

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
efektif
a) Kriteria Evaluasi :
(1) Pernapasan teratur (RR 30-40 kali/menit)
(2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit)
(3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas
(4) Napas cuping hidung tidak ada
b) Rencana Intervensi:
(1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila
tidak ada kontraindikasi
(3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi
(4) Kaji ulang laporan

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi


perfusi
a) Kriteria Evaluasi :
(1) Nafas cuping hidung berkurang
(2) Pusing berkurang
(3) Tidak gelisah
(4) Tidak sianosis
12
(5) Pola napas dalam batas normal
(6) Hasil pemeriksaan AGD dalam batas normal
b) Rencana Intervensi :
(a). Kaji frekuensi dan kedalaman nafas, catat adanya upaya
pernapasan seperti dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan
Rasional :
Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, penurunan
volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah komplikasi.
(b). Pertahankan pemberian oksigen headdbox sesuai indikasi
Rasional :
Meningkatkan pengiriman oksigen ke otak untuk kebutuhan nutrisi
(c). Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (AGD)
Rasional :
Untuk memantau keefektivan terapi pernapasan dan mencatat
terjadinya komplikasi.

B. Tumbuh Kembang
Usia 0 – 1 bulan adalah saat – saat dimana bayi mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Secara fisik, bayi yang baru lahir masih terpengaruh dengan
keadaan di dalam rahim. Kaki dan tangan bayi masih dalam posisi flexi (menekuk seperti
kodok) karena terbatasnya ruang dalam rahim. Namun bertambahnya usia kaki dan
tangan akan lurus dengan sendirinya.
Pandangan bayi baru lahir masih sangat buram. Dia hanya bisa melihat objek
yang berjarak 8 – 15 inci. Di usia 3 – 4 minggu, si kecil mulai bisa mengenali suara
ibunya. Kebanyakan bayi akan senang bila disentuh, dicium, digendong atau dipijat.
Pada usia 1 – 3 bulan, bayi masih belum bisa mengontrol buang air kecil dan buang air
besar, maka bayi memang sering menangis apabila merasa tidak nyaman, pada usia ini
bayi juga belum bisa membedakan malam dan siang ini yang menyebabkan bayi tidak
teratur dalam tidur dan lainnya.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir BB mulai normal dari ibu yang
sehat berkisar 3000-3500gr, TB sekitar 50cm. Pada sepuluh hari pertama hari pertama

13
biasanya terdapat penurunan berat badan 10% dari berat badan lahir, kemudian
berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Masa neonatal terhitung sejak kelahiran sampai usia 28 hari dan masa sesudah
lahir terhitung sejak 29 hari sampai 11 bulan. Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28
hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga
akhir bulan pertama (Koizer, 2011). kembang masa infant dibagi menjadi 2 tahap yaitu
masa neonatal dini ( 0-7 hari ) dan masa neonatal lanjutan ( 8-28 hari ).
Ciri Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48-
53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi, 2010).
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologi akan
muncul. Berikut reflek primitif yang akan terjadi pada neonatus, yaitu :
1. Reflex mengisap (sucking reflex) : gerakan mengisap dimulai ketika putting susu ibu
di tempatkan dalam mulut neonatus
2. Reflex menelan (swallowing reflex) : neonatus akan melakukangerakan menelan
ketika pada bagian posteriorn lidahnya diteteskan cairan,gerakan ini harus
terkoordinasi dengan gerakan pada reflex mengisap
3. Refleks moro : ketika tubuh neonatus diangkat dan diturunkan secara tiba-tiba,maka
kedua lengan serta tungkainya memperlihatkan gerakan ekstensi yang simetris dan
diikuti oleh gerakan abduksi
4. Reflex mencari (reflex rooting) : gerakan neonatus menoleh kearah sentuhan yang
dilakukan pada pipinya
5. Reflex leher yang tonik (tonic neck reflex) : neonatus dibaringkan dalam posisi
terlentang dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi, maka ekstremitas pada sisi
homolateral akan melakukan gerakan ekstensi sementara ekstremitas pada sisi
kontralateral melakukan gerakan fleksi
6. Reflex babinski : goresan pada bagian lateral telapak kaki di sisi jari kelingking
kearah yang menyilang bagian tumit telapak kaki membuat jari-jari kaki bergerak
mengembang kea rah atas
7. Reflex menggengam (palmar grasping reflex) : penempatan jari tangan kita pada
telapak tangan neonatus menggengam jari tangan tersebut dengan cukup kuat

14
8. Refleks melangkah (stepping reflex) : tindakan mengangkat neonatus dalam posisi
tubuh yang tegak dengan kedua kaki menyentuh permukaan yang rata akan memicu
gerakan seperti menari atau menaiki anak tangga.
9. Reflex plantar graps : sentuhan pada daerah di bawah jari kaki untuk menggengam
jari tangan pemeriksa

Adaptasi Fisiologis Neonatus


Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan
di dalam uterus. Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses
vital neonatus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus
ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.
Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
1. Adaptasi sistem kardiovaskuler
Dengan keluarnya bayi ke lingkungan eksterna mengakibatkan terjadinya
perubahan pada jantung yang dapat mengubah sirkulasi darah pada neonatus
tersebut. Pada neonatus, darah tidak mudah bersikulasi ke bagian eksremitas. Itulah
mengapa kaki dan tangan bayi mempunyai warna berbeda dengan badannya. Warna
kaki dan tangan neonatus berwarna kebiruan dan terasa dingin sedangkan badan
berwarna kemerah-merahan dan hangat

2. Adaptasi sistem pernafasan


Pada saat lahir, neonatus harus dapat bernafas dan itu adalah tugas utama
yang paling penting baginya. Neonatus harus dapat mengoksigenasi sel-sel
eritrositnya sendiri, melalui gerakan-gerakan pernapasan. Pernapasan dari neonatus
terutama adalah melalui abdominal dan diagpragmatik dan menjadi thoracal ketika
bayi mulai duduk sekitar umur 6 bulan. Pernapasan neonatus tenang dan dangkal
dengan kecepatan antara 30-60 kali per menit.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama, yaitu :

15
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
Upaya pernapasan pertama neonatus berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui
seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang
terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

3. Adaptasi sistem pencernaan


Sebelum lahir, janin yang berada dalam kandungan ibunya sudah dapat
berprilaku bagaimana cara menghisap dan menelan. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas.
Hal ini membutuhkan enzim dan beberapa hormon pencernaan yang terdapat di
saluran cerna (dari mulut sampai usus). Menghisap, menggigit dan menelan
merupakan aktivitas mulut. Bayi mampu untuk membentuk suatu penutup
mengelilingi puting susu. Penutup ini kedap udara saat neonatus menghisap. Jika
neonatus menghisap, lidahnya beroposisi dengan palatum secara erat, sehingga ia
hanya dapat bernafas melalui hidung. Selain harus mulai menghisap dan menelan
dengan tujuan memperoleh makanan, neonatus harus mulai berdefekasi dengan
tujuan mengeluarkan mekonium.
Pada saat telah minum, defekasi terjadi selama mendapatkan susu, karena
motilitas usus dan juga pencernaan ditingkatkan dengan pemberian susu/minum.
16
Pada neonatus yang menyusu ASI, usus dikolonisasi oleh laktobasilus yang
melindungi usus dengan mencegah implantasi organisme patogen. Feses dari bayi
yang menyusu ASI adalah berwarna hijau kekuningan, dan berair. Sedangkan
neonatus yang menyusu susu formula, biasanya berwarna kuning terang, berbentuk
dan kurang frekuensi.
Indera pengecap dan mungkin penciuman ditemukan pada neonatus. Ia dapat
membedakan cita rasa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Pada saat
lahir, volume dari lambung adalah 25-50 ml tetapi pada hari kesepuluh dapat
memuat 100 ml ditambah udara dalam volume yang sama. Udara hampir selalu
ditemukan dalam lambung, tetapi jika usus mengalir dengan bebas maka sedikit
udara akan tertelan. neonatus melakukan 3-4 isapan dalam sekali mengisap.
Neonatus cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Enzim
tersedia untuk mengkatalis protein dan karbohidrat sederahana (monosakarida dan
disakarida), tetpi produksi amilase pankreas yang sedikit mengganggu penggunaan
karbohidrat kompleks (polisakarida). Liver merupakan organ pada neonatus yang
belum matang dan liver juga belum sempurna dalam membentuk protein plasma.
Liver menyimpan lebih sedikit glokogen pada saat lahir dari pada kehidupan
selanjutnya. Akibatnya bayi baru lahir cenderung terjadi hipoglikemia, yang dapat
dicegah dengan inisiasi menyusui dini.

4. Adaptasi system urogenital


Pada saat neonatus, hampir semua maasa yang teraba di abdomen berasal
dari ginjal. Pada saat lahir, fungsi ginjal sebanding dengan 30%-50% dari kapasitas
dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urine. Namun, urine terkumpul
dalam kandung kemih. Neonatus berkemih 6-10x dengan warna urine pucat
menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya, neonatus yang cukup bulan
berkemih 15-60 ml/Kg/hari. Sedangkan kapasitas kandung kemih adalah kira-kira
45 cc dan produksi air kemihnya rata-rata 0,05-0,10 cc per menit.
Ginjal pada neonatus menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Fungsi ginjal belum matur, dikarenakan :
a. Jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa
b. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dengan volume tubulus
proksimal
17
c. Aliran darah ke ginjal relatif masih kurang bila dibandingkan orang dewasa,
belum dipengaruhi air urine pada hari ketiga

5. Adaptasi system integument


Pada saat lahir semua struktur kulit seperti dermis, epidermis, dan jaringan
subkutan tetapi banyak fungsi kulit yang belum matang. PH kulit yang normal
adalah asam, berguna untuk melindungi kulit dari dari penyebaran bakteri. Pada
neonatus PH kulit lebih tinggi, kulit lebih tipis, dan sekresi keringat dan sebum
sedikit. Hal ini dapat menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi kulit dari pada
anak yang lebih besar atau orang dewasa. Akibat perlengketan antara dermis dan
epidermis mengakibatkan kulit neonatus cenderung mudah melepuh, seperti kulit
neonatus yang mudah sekali alergi terhadap plester.
Kelenjar keringat terdapat pada saat lahir tetapi memerlukan waktu untuk
berfungsi secara efisien. Vernix caseosa yang menutupi kulit pada bayi baru lahir,
diproduksi oleh kelenjar sebasea. Bintik-bintik putih kecil yang dikenal sebagai
milia bisa terdapat pada saat lahir yang merupakan kelenjar sebasea yang
bergelembung. Jika terjadi pengelupasan kulit pada saat lahir menandakan
kehamilan yang berlangsung lama (postmatur), retardasi pertumbuhan, atau infeksi
dalam rahim seperti sifilis. Kulit neonatus ditutupi oleh rambut yang sangat halus
yang disebut sebagai lanugo. Bayi yang cukup bulan memiliki ciri-ciri kulit yaitu :
a. Kulit berwarna kemerahan beberapa jam setelah lahir setelah itu kulit berwarna
memucar menjadi warna normal
b. Kulit terlihat bercak-bercak terutama bagian ekstremitas
c. Tangan dan kaki sedikit sianosis. Waran kebiruan ini disebut dengan
akrosianosis yang disebabkan oleh ketidakstabilan vasmotor, statis kapiler dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini dianggap normal dan bersifat
sementara berlangsung dalam 7-10 hari.

Beberapa kondisi kulit yang abnormal seperti rash, pustula seharusnya


dilaporkan juga ke dokter karena dapat mengindikasikan adanya infeksi. Beberapa
warna kulit yang abnormal yaitu :
a. Bruishing
b. Sngat pucat
c. Ikterus atau sianosis
18
Neonatus yang prematur mempunyai rambut halus seperti bulu roma, disebut
lanugo, yang menutupi kulit, tetapi ini akan menghilang pada bayi aterm. Suatu
bahan seperti pelumas, verniks kaseosa, dapat menutupi kulit. Bahan ini diduga
berfungsi untuk melindungi kulit selama kehidupan dalam uterus.

6. Adaptasi system musculoskeletal


Tulang-tulang pada neonatus masih lunak, karena tulang tersebut sebagian
besar terdiri dari kartilago, yang hanya mengandung sedikit kalsium. Skeletonnya
fleksibel dan persendiannya elastis untuk menjamin keamanan dalam melewati jalan
lahir. Kepala neonatus yang cukup bulan berukuran ¼ dari panjang tubuhnya. Wajah
neonatus relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tengkoraknya yang lebih beasr
dan lebih berat. Ukuran dan bentuk dari kranium mengalami distorsi akibat dari
molase (pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala).
Tungkai sedikit lebih pendek dari pada lengan. Punggung bayi normal datar dan
tegak. Ada 2 kurvatura pada tulang belakang yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi
sudah bisa mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk didaerah servikal.
Kurva tulang belakang berkembang selanjutnya bersamaan dengan neonatus mulai
duduk dan berdiri.
Tungkai neonatus kecil, pendek, dan gemuk. Pada neonatus, lutut saling
berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat
agak melengkung. Tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Tangan neonatus
terlihat montok dan relatif pendek, terdapat kuku jari kaki dan tangan. Lengan
neonatus akan membuka sempurna saat relaksasi, tetapi akan menutup secara refleks
bila telapak tangan disentuh (reflek menggenggam).
Sistem skeletal pada neonatus mengandung lebih banyak kartilago dari pada
tulang, walaupun proses osifikasi lebih cepat selama tahun pertama. Misalnya
hidung pada saat lahir kartilago yang menonjol seringkali mendatar karena proses
persalinan. Enam tulang tengkorak kepala relatif lunak dan belum bergabung. Sinus
belum terbentuk sempurna. Pada sistem muskuler hampir terbentuk lengkap pada
saat lahir.

7. Adaptasi sistem endokrin


Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika
berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih
19
mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam
perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas
hidup. Namun, organ-organ tersebut, misalnya sistem endokrin masih belum
sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin lahir barulah system endokrin
dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya kerena hilangnya
ketergantungan dari plasenta dan ibu. Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang
mengalami adaptasi agar mampu bekerja misalnya :
a. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan besar fungsi
dan metabolisnya. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang terjadi
hampir bersamaan.
b. Kelenjar Timus
Pada neonatus ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram
atau sedikit ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya meningkat
30-40 gram kemudian mengerut lagi.
Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara
maksimal karena pembentukannya juga sudah mulai sempurna jadi neonatus
sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.

8. Adaptasi sistem persyarafan


Ketika dilahirkan otak bayi beratnya 1/8 dari berat tubuhnya. Pada usia 10
tahun berat otak akan 1/18 berat tubuhnya. Pertumbuhan susunan saraf ini dapat
dikatakan berlangsung dengan cepat sekali selam dalam kandungan dan 3-4 tahun
pertama setelah dilahirkan. Selama dalam kandungan, susunan saraf yang terutama
tumbuh cepat adalah jumlah dan ukuran sel saraf. Perkembangan setelah dilahirkan
maka pertumbuhan susunan saraf lebih terarah pada pengembangan sel saraf yang
masih belum berkembang.
Sistem persyarafan belum terintegritas secara sempurna tetapi cukup
berkembang untuk mempertahankan hidup diluar rahim. Sistem persyarafan pada
bayi baru lahir belum matang secara anatomis dan berbeda dari sistem syaraf orang
dewasa baik secara kimiawi maupun fisiologis. Sistem syaraf otonom sangat penting
selama masa transisi karena sistem ini menstimulasi respirasi awal, membantu
mempertahankan keseimbangan asam basa, dan sebagian mengatur kontrol tubuh.

20
BAB III
PENGAMATAN KASUS
KAJIAN KEPERAWATAN NEONATUS

Nama Mahasiswa :
1. Elsye Devita Sari (201812090)
2. Farel Tania (201812092)
3. Maria Harjanti (201812103)
4. Tietiek Soesilowati (201812120)
5. Yeni Wahyuningsih (201812122)

Unit : Perina Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2020


Ruang / Kamar : Perina Waktu Pengkajian : 13.00 WIB

A. PENGKAJIAN
1. IDENTIFIKASI
a. Klien
Nama initial : By.Ny G
Nama panggilan : By.Ny G
Tempat/Tgl.lahir (umur) : Bekasi, 30-Juni-2020
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Kedua
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan :-
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara

b. Orang Tua / Penanggung Jawab


Ayah
Nama initial : Tn.N
Umur : 30 Tahun
Agama/Suku : Islam/Jawa

21
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara
Ibu
Nama initial : Ny.G
Umur : 27 Tahun
Agama/Suku : Islam/Jawa
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara

2. DATA MEDIK
a. Dikirim oleh : Dokter praktek
b. Diagnosa Medik :
Saat masuk : Pneumonia
Saat pengkajian : Pneumonia

3. ANANMNESA
a. Keadaan sakit
Alasan : saat datang bayi tampak, bereaksi lemah, menangis merintih, posisi
tubuh tengkurap, tampak sianosis, sesak nafas, nafas cepat, retraksi dada ada,
produksi sputum >>, CRT < 3 detik, terpasang NCPAP 23 %.
b. Riwayat penyakit sekarang (alasan masuk rumah sakit)
Sesak nafas
c. Riwayat kelahiran
Usia kehamilan : 38 minggu
Berat badan lahir : 3500 gram
Persalinan : Spontan
Kondisi air ketuban : Jernih
Nilai APGAR : 7/9
Ikterik : Tidak

22
d. Riwayat ANC
Riwayat penyakit hamil ini
Hasil laboratorium : normal
Hasil USG : sesuai dengan usia kehamilan
e. Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak ada
f. Lingkungan : Tidak ada anggota keluarga lain/ sekitarnya yang
sedang sakit saat ini
g. Psikologis : Pasien adalah anak yang diharapkan
h. Spiritual : Agama Islam
i. Riwayat imunisasi
Hepatitis B : Belum
Polio : Belum
BCG : Belum

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 126 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Suhu : 37o C
SpO2 : 98 %
LD/LP/LK : 34cm/33 cm/35cm

b. Respirasi
Pola nafas : Normal
Suara nafas : Vesikuler
Suara Tambahan : Ronkhi
Jenis pernafasan : Pernafasan Dada
Irama nafas : Teratur
Kesulitan bernafas : Ya, Dispnea, retraksi dada ada
Batuk dan sekresi : Ya, Produktif
Oksigenasi : Terpasang NCPAP 21%

c. Kardiovaskuler
Warna kulit : Kemerahan
23
Denyut Nadi :Teratur
Akral : Hangat, CRT < 3 detik
Pulsasi : Kuat
Irama Jantung : Reguler
Suara Jantung : Normal

d. Neurologi
Kesadaran : Composmentis
Istirahat Tidur : 4-6 Jam/hari, siang hari
Mata : Bersih
Reflek Pupil : Ada reaksi terhadap cahaya
Sclera mata : Normal (unikterik)
Kongjutiva : Normal (Merah muda)
Tangisan : Kuat
Kepala, Kelainan : Tidak ada
Ubun- ubun : Datar
Gerakan : Aktif
Kejang : Tidak ada
Reflek Rooting : Ada
Reflek Sucking : Ada
Reflek menelan : Ada
Reflek Moro : Ada

e. Urologi
BAK : Frekuensi Tidak terukur dengan pampers
Produksi urin : 20cc/8 jam, 2,5cc/jam
Warna urin : Jernih
Keluhan saat BAK : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Alat bantu : Tidak ada
Jenis Kelamin : Laki-laki
Testis : Sudah turun
Rugae : Jelas
Hipospadia : Tidak ada
24
f. Gastrointestinal
Mulut : Tidak ada kelainan
Mukosa Bibir : Lembab
Lidah : Tidak ada kelainan, Bersih
Leher : Normal
Abdomen : Supel
Bissing usus : Ada
Lingkar Perut : 33 cm
Anus : Ada
Minum : 6 x 10cc (ASI)
Cara minum : Peroral
BAB : Frekuensi 2 - 3x / hari
Konsistensi : Lembek, warna cokelat kehijauan
Keluhan saat BAB : Tidak ada

g. Integument
Warna : Kemerahan
Turgor Kulit : Baik
Kulit : Bersih
Rash, Lesi, Petechie : Tidak ada
Kulit Kepala : Bersih
Tali pusat : Tidak ada
Punctum Umbilical : Kering
Luka : Tidak ada
Tanda Lahir : Tidak ada
Cacat/syndrome : Tidak ada
Cephal Hematoma : Tidak ada
Caput sucedanium : Tidak ada

5. INFORMASI LAIN-LAIN
a. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang :
1) Hasil Thorax
Perselubungan kedua paru, terutama dikedua paru kanan, susp. Neonatal
pneumonia, aspiration pneumonia.
25
2) Hasil Laboratorium
Tanggal 30 Mei 2020
Analisa gas darah
pH : 7,258
PCO2 : 40,4 mmHg
PO2 : 95 mmHg
HCO3 : 17,7 meq/l
O2 saturasi : 96,3%
BE : -8,9 meq/l
CTCO2 : 18,9
Hemoglobin : 20,1 g/dl
LED : 3mm/jam
Leukosit : 10,770 /ul
Hematokrit : 56 vol%
Trombosit : 221,000/ul
Eritrosit : 5,76 juta/ul
Albumin : 3, 8g/dl
GDS : 201
CRP Kuantitatif : 1,9 mg/dl
Natrium : 137 mmol/l
Kalium : 4,49mmol/l
Clorida : 104mmol/l
Calsium Total : 8,0 mg/dl

b. Penatalaksanaan
1) Infus : N5 11,6cc/jam
2) Inhalasi : Fartolin 4x 0,3 cc
: Nacl 0,9% 4x 1 cc
3) Injeksi : Kalfoxim : 2 x 175 mg
: Mikasin : 1 x 26,25 mg

26
B. PATOFLOW

27
C. ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

Data Subjektif : Bersihan jalan Hipersekresi jalan


Tidak ada nafas tidak nafas
Data Objektif : efektif
Tanda-tanda vital :
1. Nadi : 126x/menit
2. Pernafasan : 44x/menit
3. Bayi tampak sesak, retraksi dada ada,
lemah ada
4. SpO2 : 98%
5. Sputum kental, produksi berlebih, warna
kuning kehijauan
6. Aukultasi terdengar suara tambahan
ronchi di kedua paru
7. Pasien tampak batuk tidak efektif
8. Thorax : Perselubungan kedua paru,
terutama dikedua paru kanan, susp.
Neonatal pneumonia, aspiration
pneumonia.
Data Subjektif : Gangguan Ketidakseimbangan
Tidak ada pertukaran gas ventilasi-perfusi
Data Objektif :
Tanda - tanda vital :
1. Nadi : 126x/menit
2. Pernafasan : 44x/menit
3. SpO2 : 98%
4. Retraksi dada ada
5. CRT < 3 detik
6. Terpasang NCPAP 21%
7. Tanggal 30-Mei-2020
Analisa gas darah :
a. PH : 7,258

28
DATA MASALAH ETIOLOGI

b. PCO2: 40,4 mmHg


c. PO2: 95 mmHg
d. HCO3: 17,7 meq/l
e. O2 saturasi: 96,3%
f. BE : -8,9 meq/l
g. CTCO2 : 18,9
8. Thorax : Perselubungan kedua paru,
terutama dikedua paru kanan, susp.
Neonatal pneumonia, aspiration
pneumonia.
Data Subjektif : Resiko deficit Ketidakmampuan
Tidak ada nutrisi menelan makanan
Data Objektif : (resiko aspirasi)
1. BBL : 3500 gram
2. BB tanggal 2 Juni 2020 : 3500 gram
3. PB : 46 cm
4. Abdomen : supel
5. Bising usus : Ada
6. Terpasang NGT
7. Diet ASI 6 x 10cc
8. Hasil lab :
Hemoglobin : 20,1g/dl
Albumin : 3,8 mg/dl
Data subjektif : Resiko infeksi Efek prosedur
Tidak ada invasif
Data objektif :
Tanda-tanda vital :
1. Nadi: 126x/menit
2. Pernafasan: 44x/menit
3. SpO2: 98%
4. Sputum kental, produksi berlebih, warna
kuning kehijauan

29
DATA MASALAH ETIOLOGI

5. Hasil lab tanggal 30-05-2020


LED : 3mm/jam
Leukosit : 10,770 /ul
CRP Kuantitatif: 1,9 mg/dl
6. Hasil Thorax :
Perselubungan kedua paru, terutama
dikedua paru kanan, susp. Neonatal
pneumonia, aspiration pneumonia.
7. Terpasang NCPAP 21%
8. Terpasang iv line ditangan kanan vena
metakarpal
Data subjektif : Kecemasan Dampak
Tidak ada hospitalisasi
Data Objektif : (Inefektif boanding
1. Bayi tampak tidak rooming in dengan attachement, dan
ibunya rooming in)
2. Ibu pasien tampak cemas saat akan
mengunjungi dan meninggalkannya.
3. Produksi ASI masih sedikit
4. Bayi tampak rewel, dan menangis.

30
D. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)

Nama Pasien : By.Ny G


Unit/Kamar : Perina
Tanggal : 02-Juni-2020
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
1. Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan Observasi 1. Memastikan 14.00 1. Mengobservasi TTV Mahasiswa S:-
tidak efektif tindakan 1. Lakukan kepanten jalan : RR: 44x/menit, O:
berhubungan keperawatan manajemen napas. satO2: 98% Nadi: 1. Ronkhi masih ada
dengan hipersekresi selama 3x 24 jam jalan nafas 2. Memantau 15.00 126x/menit, Nadi terdengar di kedua
jalan nafas. bersihan jalan nafas 2. Lakukan pernapasan kuat, akral hangat paru
Ditandai dengan : tidak efektif teratasi pemantauan dan 2. Mengauskultasi suara 2. Sputum kenatal,
1. Tanda - tanda dengan kriteria respirasi mengetahui 16.00 nafas di kedua lapang produksi banyak
vital : Nadi : hasil : (frekuensi, ada suara paru: suara nafas kuning kehijauan
126x/menit 1. Tanda-tanda pola, otot napas 16.25 terdengar ronkhi 3. TTV :
2. Pernafasan: vital : bantu nafas) tambahan dan dikedua lapang paru nadi 130x/menit
44x/menit Nadi : 60- 3. Lakukan penggunan 3. Memberikan terapi 4. RR : 46x/menit
3. SpO2: 98% 120x/menit fsioterapi otot inhalasi (fartolin 5. SatO2 : 98%
4. Sputum kental, 2. Pernafasan; 40- dada yaitu : pernapasan 16.30 0,3cc + Nacl0,9% 6. Masih terpasang

31
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
produksi 60x/menit clapping 3. Membantu 1cc) NCPAP 21%
berlebih, 3. SatO2: 99- 4. Lakukan mengencerkan 17.00 4. Melakukan clapping, A:
warna kuning 100% suction lender suction, dan mencatat Bersihan jalan nafas
kehijauan 4. Sputum agresif 4. Membantu produksi sputum. tidak efektif belum
5. Aukultasi berkurang 5. Auskultas mengeluarkan Sputum berlebih, teratasi
terdengar sampai dengan bunyi nafas slym warna kuning P:
suara hilang dan paru 5. Memantau kehijauan, kental, Lanjutkan intervensi no,
tambahan dapat 6. Berikan warna slym dapat dikeluarkan. 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
ronchi di dikeluarkan posisi dan 5. Memberikan posisi
kedua paru 5. Ronchi nyaman konsistensinya yang nyaman:
6. Pasien tampak berkurang (Pronasi) 6. Memantau Pronasi, pasien
batuk tidak sampai dengan Terapeutik bunyi suara tampak tenang.
efektif tidak ada lagi 7. Catat napas 6. Memberikan terapi
7. Thorax: 6. Pasien tampak produksi tambahan oksigen NCPAP
Perselubungan nafas adekuat sputum 7. Mengoptimal 21%. RR:44x/menit,
kedua paru, 7. RO Thorax 8. Kolaborasi pernapasan satO2 98%
terutama dalam batas a. Berikan 8. Membantu
dikedua paru normal okigen pernapasan
kanan, susp. NCPAP 9. Membantu

32
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
Neonatal 21% pola napas
pneumonia, (sesuaikan
aspiration kondisi
pneumonia. pasien)
b. Berikan
terapi
inhalasi
2x/hari
(Fartolin
0,3cc +
Nacl 0,9%
1cc)
2. Gangguan Setelah di lakukan Observasi 1. Memantau 15.00 1. Mengobservasi TTV: Mahasiswa S:-
pertukaran gas tindakan 1. Monitor tanda – RR : 44x/menit, sat O:
berhubungan keperawatan AGD untuk tanda O2 : 98% Nadi : 126 1. TTV :
dengan selama 3 x 24 jam mengetahui asidosis x/menit, Nadi kuat, RR 46x/menit
ketidakseimbangan gangguan penurunan respiraktorik 15.30 akral hangat, retraksi 2. Sat O2 98%
ventilasi- pertukaran gas PH dan dada ada, sianosis 3. CRT < 3 detik

33
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
perfusi.Ditandai pasien teratasi 2. Monitor penurunan tidak ada, CRT < 3 4. Akral hangat
dengan : dengan kriteria adanya Pco2 16.00 detik 5. Retraksi dada ada
Tanda-tanda vital : hasil : hipoventilasi 2. .Memantau 2. Menginterpretasikan 6. Terpasang NCPAP
1. Nadi 1. TTV: 3. Monitor pola napas 17.00 hasil AGD yang 21%
126x/menit 2. RR : 40 - 60 frekuensi dan 3. Mengetahui sudah diambil Hasil A:
2. Pernafasan : x/menit kedalaman frkuensi terlampir tgl 30-Mei- Gangguan pertukaran gas
44x/menit 3. Nadi 60 -120 nafas kedalaman 2020 belum teratasi
3. SpO2 : 98% x/menit 4. Monitor pernapasan 3. Melakukan aukultasi P:
4. Retraksi dada 4. Sianosis tidak penggunaan 4. Mengetahui suara nafas: suara Lanjutkan intervensi no,
ada ada otot bantu penggunaan nafas tambahan 1,2,3,4,5,6,7, dan 8.
5. CRT < 3 detik 5. Retraksi dada nafas otot bantu ronkhi
6. Terpasang tidak ada 5. Monitor napas 4. Mengobservasi Sat
NCPAP 21%. 6. Akral hangat CRT, 5. Mendektesi O2 : 98%
Tanggal 7. CRT < 3 detik sianosis tanda –
30/05/2020 8. Hasil AGD 6. Aukultasi tanda
1. Analisa gas normal suara nafas kekurangan
darah : Asidosis 9. Sat O2 : 99% - 7. Observasi Sat oksigen
Respiratorik 100 % O2 6. Memenuhi
2. PH : 7,258 Kolaborasi kebutuhan

34
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
3. PCO2 : 40,4 1. Berikan oksigenasi
mmHg oksigenasi 7. Mendektesi
4. PO2: 95 mmHg NCPAP 21% suara napas
5. HCO3: 17,7 ( sesuai tambahan
meq/l kondisi 8. Mengetahui
6. O2 saturasi: pasien) adanya
96,3% perubahan
7. BE : -8,9 meq/l O2 Saturasi
8. CTCO2 : 18,9 dan status
9. Thorax : haemo-
Perselubungan dinamik
kedua paru,
terutama
dikedua paru
kanan, susp.
Neonatal
pneumonia,
aspiration
pneumonia.

35
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
3. Resiko deficit Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
nutrisi berhubungan keperawatan 1. Identifikasi mengetahui ASI per NGT 10cc. O:
dengan selama 3x 24 jam status nutrisi keseimbangan 15.00 ASI habis, CMS 1. BB: 3500gram
ketidakmampuan status nutrisi 2. Identifikasi status nutrisi tidak ada 2. Diet ASI 6x 10cc
menelan makanan adekuat dengan alergi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi via NGT
(resiko aspirasi). kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan status nutrisi. Mual 3. Muntah tidak ada
Ditandai dengan; 1. BB sesuai, dan kebutuhan 3. Untuk muntah tidak ada A:
1. BBL : 3500 tidak kalori dan mengetahui 3. Memonitor berat Resiko deficit nutrisi
gram mengalami jenis nutrient angka badan. Hasil BB: tidak terjadi
2. BB tanggal 02- penurunan Terapeutik kecukupan 3500gram (sama) P:
Juni-2020 : 2. Status nutrisi 1. Monitor berat nutrisi Lanjutkan intervensi
3500 gram adekuat, seperti badan 4. Mengetahui no.1,2,3,4,5, dan 6
3. PB: 46 cm mual muntah 2. Monitor hasil perubahan/pen
4. Abdomen : tidak ada lab ingkatan berat
supel 3. Nafsu makan Kolaborasi badan
5. Bising usus : baik 1. Berikan diet 5. Memenuhi
Ada 4. Status menelan ASI 6x 10 kebutuhan
6. Terpasang baik cc/hari nutrisi
NGT

36
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
7. Diet ASI 6 x
10cc
8. Hasil lab :
Hemoglobin :
20,1g/dl
Albumin : 3,8
mg/dl

37
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)

Nama Pasien : By.Ny G


Unit/Kamar : Perina
Tanggal : 03 Juni 2020
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
1. Bersihan jalan nafas Setelah di Observasi 1. Memastikan 14.30 1. Mengobservasi Mahasiswa S:-
tidak efektif lakukan tindakan 1. Lakukan kepanten jalan TTV: O:
berhubungan dengan keperawatan manajemen jalan napas. RR : 57x/menit, sat 1. Ronkhi masih
hipersekresi jalan selama 3x 24 jam nafas 2. Memantau 15.00 O2 : 90% Nadi : 148 ada terdengar
nafas. Ditandai bersihan jalan 2. Lakukan pernapasan dan x/menit, Nadi kuat, di kedua paru
dengan: nafas tidak efektif pemantauan mengetahui ada akral hangat, 2. Sputum
1. Tanda-tanda vital teratasi dengan respirasi suara napas 16. 00 2. Mengauskultasi kental,
: kriteria hasil : (frekuensi, pola, tambahan dan suara nafas di kedua produksi
Nadi : 148 x/menit 1. Tanda-tanda otot bantu nafas) penggunan otot 16.25 lapang paru : suara banyak
Pernafasan : 57 vital : 3. Lakukan pernapasan nafas terdengar kuning
x/menit Nadi : 60 - fsioterapi dada 3. Membantu ronkhi dikedua kehijauan
2. SpO2: 90% 120 x/menit yaitu: clapping mengencerkan lapang paru 3. TTV: nadi
3. Sputum kental, 2. Pernafasan : 4. Lakukan suction lender 16.30 3. Memberikan terapi 148 x/menit
produksi berlebih, 40 -60 agresif 4. Membantu inhalasi (fartolin RR : 57

38
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
warna kuning x/menit 5. Catat produksi mengeluarkan 17.00 0,3cc + Nacl0,9% x/menit
kehijauan 3. SatO2 : 99 - sputum slym 1cc) 4. SatO2: 90%
4. Aukultasi 100% 6. Auskultas bunyi 5. Memantau warna 4. Melakukan clapping, 5. Masih
terdengar suara 4. Sputum nafas paru slym dan suction, dan terpasang
tambahan ronchi berkurang 7. Berikan posisi konsistensiny mencatat produksi NCPAP 23%
di kedua paru sampai nyaman (Pronasi) 6. Memantau bunyi sputum. Sputum A:
5. Pasien tampak dengan hilang Kolaborasi suara napas berlebih, warna Bersihan jalan
batuk tidak efektif dan dapat 1. Berikan okigen tambahan kuning kehijauan, nafas tidak efektif
dikeluarkan NCPAP 21% 7. Mengoptimal kental, dapat belum teratasi
5. Ronchi (sesuaikan pernapasa dikeluarkan. P:
berkurang kondisi pasien) 8. Membantu 5. Memberikan posisi Lanjutkan
sampai 2. Berikan terapi pernapasan yang nyaman : intervensi no, 1,
dengan tidak inhalasi 4x/hari 9. Membantu pola Pronasi, pasien 2, 3, 4, 5, dan 6.
ada lagi (Fartolin 0,3cc + napas tampak tenang.
6. Pasien Nacl 0,9% 1cc) 6. Memberikan terapi
tampak nafas oksigen NCPAP
adekuat 23%. RR :
7. RO Thorax 57x/menit, satO2
dalam batas 90%
normal

39
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan

2. Gangguan pertukaran Setelah di Observasi 1. Memantau tanda 15.30 1. Mengobservasi TTV Mahasiswa S:-
gas berhubungan lakukan tindakan 1. Monitor AGD – tanda asidosis : RR : 57 x/menit, O:
dengan keperawatan untuk mengetahui respiraktorik dan sat O2 : 90%, Nadi : 1. TTV :
ketidakseimbangan selama 3x24 jam penurunan PH penurunan PCO2 148 x/menit, Nadi 2. RR 57 x/menit
ventilasi- gangguan 2. Monitor adanya 2. Memantau pola 16.00 kuat, akral hangat, 3. Sat O2 90%
perfusi.Ditandai pertukaran gas hipoventilasi napas retraksi dada ada, 4. CRT < 3 detik
dengan: pasien teratasi 3. Monitor frekuensi 3. Mengetahui sianosis tidak ada, 5. Akral hangat
Tanda-tanda vital: dengan kriteria dan kedalaman frkuensi 16.30 CRT < 3 detik 6. Retraksi dada
- Nadi: hasil: nafas kedalaman 2. Melakukan aukultasi ada
148x/menit 1. TTV: 4. Monitor pernapasan suara nafas : suara 7. Terpasang
- Pernafasan: 2. RR: 40- penggunaan otot 4. Mengetahui nafas tambahan NCPAP 23%
57x/menit 60x/menit bantu nafas penggunaan otot ronkhi A:
- SpO2: 90% 3. Nadi 60- 5. Aukultasi suara bantu napas 3. Mengobservasi Gangguan
- Retraksi dada 120x/menit nafas 5. Mendektesi tanda monitor oksigen pertukaran gas
ada 4. Sianosis tidak 6. Observasi Sat O2 – tanda dengan NCPAP 23% belum teratasi
- CRT< 3 detik ada 7. Monitor CRT, kekurangan P:
- Terpasang 5. Retraksi dada sianosis oksigen Lanjutkan
NCPAP 23%. tidak ada Kolaborasi 6. Memenuhi intervensi no,

40
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
6. Akral hangat Berikan oksigenasi kebutuhan 1,2,3,4,5,6,7, dan
7. CRT < 3 detik NCPAP 23% oksigenasi 8.
8. Hasil AGD (sesuai kondisi pasien) 7. Mendektesi suara
normal napas tambahan
9. Sat O2 : 99% 8. Mengetahui
- 100 % adanya
perubahan O2
Saturasi dan
status
haemodinamik
3. Resiko deficit nutrisi Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
berhubungan dengan keperawatan 1. Identifikasi status mengetahui ASI per NGT 30cc. O:
ketidakmampuan selama 3x 24 jam nutrisi keseimbangan 15.00 ASI habis, CMS 1. BB : 3500
menelan makanan status nutrisi 2. Identifikasi alergi status nutrisi tidak ada gram
(resiko aspirasi). adekuat dengan 3. Identifikasi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi 2. Diet ASI 6x
Ditandai dengan : kriteria hasil : kebutuhan kalori makanan status nutrisi. Mual 30 cc via NGT
1. BBL: 3500 gram 1. BB sesuai, dan dan jenis nutrient 3. Untuk muntah tidak ada 3. Muntah tidak
2. PB : 46 cm tidak Edukasi mengetahui 3. Memonitor berat ada
3. Abdomen : supel mengalami 1. Monitor berat angka kecukupan badan. Hasil BB: A:

41
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
4. Bising usus : Ada penurunan badan nutrisi 3500gram (sama) Resiko deficit
5. Terpasang NGT 2. Status nutrisi 2. Monitor hasil lab 4. Mengetahui nutrisi tidak
6. Diet ASI 6 x 40cc adekuat, Kolaborasi perubahan / terjadi
seperti mual Berikan diet ASI 6x peningkatan P:
muntah tidak 30 cc/hari berat badan Lanjutkan
ada 5. Memenuhi intervensi
3. Nafsu makan kebutuhan nutrisi no.1,2,3,4,5, dan
baik 6
4. Status menelan
baik

42
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)

Nama Pasien : By.Ny G


Unit/Kamar : Perina
Tanggal : 04 Juni 2020
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
1. Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan Observasi 1. Memastikan 14.30 1. Mengobservasi Mahasiswa S:-
tidak efektif tindakan 1. Lakukan kepanten jalan TTV: RR: O:
berhubungan dengan keperawatan selama manajemen jalan napas. 57x/menit, 1. Ronkhi masih
hipersekresi jalan 3x 24 jam bersihan nafas 2. Memantau 15.00 satO2: 90% ada terdengar di
nafas. jalan nafas tidak 2. Lakukan pernapasan Nadi: kedua paru
Ditandai dengan : efektif teratasi pemantauan dan 148x/menit, Nadi 2. Sputum kental,
1. Tanda-tanda dengan kriteria hasil respirasi mengetahui 16. 00 kuat, akral produksi
vital: : (frekuensi, pola, ada suara hangat, banyak kuning
2. Nadi: 148x/menit 1. Tanda-tanda otot bantu nafas) napas 16.25 2. Mengauskultasi kehijauan
3. Pernafasan: vital: 3. Lakukan tambahan dan suara nafas di 3. TTV: nadi
57x/menit 2. Nadi: 60- fsioterapi dada penggunan kedua lapang 148x/menit
4. SpO2 : 90% 120x/menit yaitu: clapping otot paru: suara nafas 4. RR: 57x/menit
5. Sputum kental, 3. Pernafasan; 40- 4. Lakukan suction pernapasan 16.30 terdengar ronkhi 5. satO2: 90%
produksi 60x/menit agresif 3. Membantu dikedua lapang 6. Masih terpasang

43
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
berlebih, warna 4. SatO2: 99-100% 5. Catat produksi mengencerkan 17.00 paru NCPAP 23%
kuning kehijauan 5. Sputum sputum lender 3. Memberikan
6. Aukultasi berkurang 6. Auskultas bunyi 4. Membantu terapi inhalasi A:
terdengar suara sampai dengan nafas paru mengeluarkan (fartolin 0,3cc + Bersihan jalan nafas
tambahan ronchi hilang dan dapat 7. Berikan posisi slym Nacl0,9% 1cc) tidak efektif belum
di kedua paru dikeluarkan nyaman (Pronasi) 5. Memantau 4. Melakukan teratasi
7. Pasien tampak 6. Ronchi Kolaborasi warna slym clapping, P:
batuk tidak berkurang 1. Berikan okigen dan suction, dan Lanjutkan intervensi
efektif sampai dengan NCPAP 21% konsistensiny mencatat no, 1, 2, 3, 4, 5, dan
tidak ada lagi (sesuaikan kondisi 6. Memantau produksi sputum. 6.
7. Pasien tampak pasien) bunyi suara Sputum berlebih,
nafas adekuat 2. Berikan terapi napas warna kuning
8. RO Thorax inhalasi 4 x/hari tambahan kehijauan,
dalam batas (Fartolin 0,3cc + 7. Mengoptimal kental, dapat
normal Nacl 0,9% 1cc) pernapasa dikeluarkan.
8. Membantu 5. Memberikan
pernapasan posisi yang
9. Membantu nyaman: Pronasi,
pola napas pasien tampak
tenang.

44
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
6. Memberikan
terapi oksigen
NCPAP 23%.
RR : 57x/menit,
sat O2 90%
2. Gangguan pertukaran Setelah di lakukan Observasi 1. Memantau 15.30 1. Mengobservasi Mahasiswa S:-
gas berhubungan tindakan 1. Monitor AGD tanda – tanda TTV : RR : 57 O:
dengan keperawatan selama untuk asidosis x/menit, sat O2: 1. TTV :
ketidakseimbangan 3x24 jam gangguan mengetahui respiraktorik 90% Nadi : 148 RR 57x/menit
ventilasi - perfusi. pertukaran gas pasien penurunan PH dan penurunan 16.00 x/menit, Nadi Sat O2 90%
Ditandai dengan : teratasi dengan 2. Monitor adanya Pco2 kuat, akral 2. CRT < 3 detik
Tanda-tanda vital : kriteria hasil: hipoventilasi 2. .Memantau hangat, retraksi 3. Akral hangat
1. Nadi : 148 1. TTV : 3. Monitor pola napas 16.30 dada ada, sianosis 4. Retraksi dada
x/menit RR : 40 -60 frekuensi dan 3. Mengetahui tidak ada, CRT < ada
2. Pernafasan : 57 x/menit kedalaman nafas frekuensi 3 detik 5. Terpasang
x/menit Nadi : 60 - 120 4. Monitor kedalaman 2. Melakukan NCPAP 23%
3. SpO2: 90% x/menit penggunaan otot pernapasan aukultasi suara A:
4. Retraksi dada ada 2. Sianosis tidak bantu nafas 4. Mengetahui nafas : suara Gangguan pertukaran
5. CRT< 3 detik ada 5. Aukultasi suara penggunaan nafas tambahan gas belum teratasi

45
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
6. Terpasang 3. Retraksi dada nafas otot bantu ronkhi P:
NCPAP 23%. tidak ada 6. Observasi Sat O2 napas 3. Mengobservasi Lanjutkan intervensi
4. Akral hangat 7. Monitor CRT, 5. Mendektesi monitor oksigen no, 1,2,3,4,5,6,7, dan
5. CRT < 3 detik sianosis tanda – tanda dengan NCPAP 8.
6. Hasil AGD Kolaborasi kekurangan 23%
normal Berikan oksigenasi oksigen
7. Sat O2 : 99% - NCPAP 23% 6. Memenuhi
100 % (sesuai kondisi kebutuhan
pasien) oksigenasi
7. Mendektesi
suara napas
tambahan
8. Mengetahui
adanya
perubahan O2
saturasi dan
status
haemodinamik

46
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
3. Resiko deficit nutrisi Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
berhubungan dengan keperawatan selama 1. Identifikasi status mengetahui ASI per NGT 30 O:
ketidakmampuan 3x 24 jam status nutrisi keseimbangan 15.00 cc. ASI habis, 1. BB : 3500gram
menelan makanan nutrisi adekuat 2. Identifikasi alergi status nutrisi CMS tidak ada 2. Diet ASI 6 x 30cc
(resiko aspirasi). dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi via NGT
Ditandai dengan : 1. BB sesuai, dan kebutuhan kalori makanan status nutrisi. 3. Muntah tidak ada
1. BBL: 3500 gram tidak mengalami dan jenis nutrient 3. Untuk Mual muntah A:
2. PB: 46 cm penurunan Edukasi mengetahui tidak ada Resiko deficit nutrisi
3. Abdomen: supel 2. Status nutrisi 1. Monitor berat angka 3. Memonitor berat tidak terjadi
4. Bising usus : Ada adekuat, seperti badan kecukupan badan. Hasil BB: P:
5. Terpasang NGT mual muntah 2. Monitor hasil lab nutrisi 3500gram (sama) lanjutkan intervensi
6. Diet ASI 6 x 40cc tidak ada Kolaborasi 4. Mengetahui no.1,2,3,4,5, dan 6
3. Nafsu makan Berikan diet ASI 6x perubahan /
baik 30 cc/hari peningkatan
4. Status menelan berat badan
baik 5. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi

47
E. DISCHARGE PLANNING
1. Bayi dimandikan di rumah 2 kali sehari
2. Bayi diberikan minum ASI setiap 2 jam sekali, hindari memberi ASI dengan tiduran
3. Apabila orang tua batuk gunakan masker apabila dekat dengan bayi
4. Bayi dijemur setiap pagi hari antara pada pukul 07.30 – 08.00 WIB
5. Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi

48
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia Neonatal adalah infeksi pada paru – paru, serangan mungkin
terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan
dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah 7 hari dan terbatas pada paru – paru. Tanda –
tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok atau
kematian. Infeksi ini dapat ditularkan, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta,
2009)
Berdasarkan asuhan keperawatan pada By.Ny G dengan pneumonia neonatal
yang dilaksanakan di ruang perinatalogi di RSMK Bekasi Timur selama 3 hari dan
setelah dilakukan pengkajian dari data subjektif dan objekti yang didapatkan pada pasien
pneumonia didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan nafa, gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi- perfus dan resiko defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan (resiko aspirasi). Selama pengkajian
ditemukan beberapa manifestasi klinik seperti sesak napas, cianosis, retraksi dada dan
adanya slem pada paru-paru. Sudah mendapatka therapi oksigen dengan menggunakan
NCPAP 21% untuk mengatasi masalah pernapasannya, namun masih ada pernapasan
dengan menggunakan otot bantu napas dan retraksi dada. Dengan demikian, pernyataan
teori dan kasus nyata ada dilapangan, namun ada beberapa manifestasi klinis yang tidak
ditemukan pada By.Ny G seperti tidak ditemukannya demam pada kasus ini.
Pemeriksaan diagnostik juga diperlukan sebagai penunjang data dan untuk
menegakkan suatu diagnosa dan ketepatan dalam memberikan terapi. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk By.Ny G adalah foto thorax, hasil yang biasa ditemukan
pada pasien dengan pneumonia adalah adanya bercak-bercak infiltrat yang
berkonsulidasi merata pada satu atau beberapa lobus. Pada hasil pemeriksaan torax pada
By.Ny G didapatka hasil perselubungan kedua paru, terutama dikedua paru, aspirasi
pneumonia. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kasus, sehingga teori dan kasus dapat dikatakan sesuai.

49
B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan mmanifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman pathogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakit
timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat diperlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu – ibu agar lebih
memhatikan kesehatan anak, karena anak atau bayi lebih rentan beresiko terkena
penyakit yang disebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI
sangat dibutuhkan oleh bayi dengan tujuan membentuk imun si bayi tersebut agar
terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penyakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defisiensi vit A, pemberian ASI, dan
imunisasi. Untuk mencegah hal tersebut, ibu sebaiknya memperhatikan dari proses
kehamilan sampai dengan persalinan, sehingga bayi bisa sehat mulai dari usia dalam
kandungan sampai dengan bayi dilahirkan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Boxwell, G. (2010). Neonatal Intensive Care Nursing. USA, Canada: Routledge.

Br. Sembiring, J. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Sleman,
Yogyakarta: CV Budi Utama.

MA, M., & dkk. (2018). Neonatal Pneumonia in NICU of a Tertiary Care Center. Bangladesh
Journal of CHild Health, 6.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: DPP PPNI.

ii

Anda mungkin juga menyukai