G
DENGAN NEONATAL PNEMUNONIA DI RUANG PERINA
RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA BEKASI TIMUR
DISUSUN OLEH :
ELSYE DEVITA SARI (201812090)
FAREL TANIA (201812092)
MARIA HARJANTI (201812103)
TIETIEK SOESILOWATI (201812120)
YENI WAHYUNINGSIH (201812122)
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………................... 1
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia neonatal merupakan penyakit radang paru yang terjadi pada bayi baru
lahir. Kondisi ini sangat serius karenan menyebabkan bayi mengalami sesak napas hebat
yang dapat berujung pada syok dan kematian. Berdasarkan waktu terjadinya. Pneumonia
neonatal dibagi menjadi dua yaitu pneumonia neonatal awitan dini, yaitu radang paru
yang gejalanya muncul beberapa jam setelah bayi lahir, pneumonia neonatal awitan
lambat, yaitu radang paru yang mulai timbul pada usia tujuh hari atau lebih. Jenis ini
biasanya terjadi pada bayi yang dirawat di ruang intensif (intensive care unit / ICU) dan
dipasang alat bantu pernapasan berupa ventilator.
Penyebab pneumonia neonatal dipicu oleh beberapa kondisi. Kelompok bayi
tertentu diketahui lebih rentan mengalami gangguan ini, yaitu kondisi bayi dengan bayi
lahir dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini, bila ibu mengalami infeksi di dalam
rahim saat mengandung, bayi yang menjalani perawatan lama di ruang rawat intensif, ibu
yang demam saat menjelang persalinan, bila bagian terbawah janin adalah bokong, ibu
yang mengalami infeksi saluran kencing berulang, ibu yang mengalami obesitas, ibu
yang menggunakan antibiotic saat hamil, ibu yang merokok saat hamil.
Kuman penyakit pneumonia adalah bakteri yang berasal dari area organ intim ibu
atau bakteri yang terdapat di ruang perawatan bayi di rumah sakit. Bakteri yang paling
sering ditemui adalah streptococcus grup A dan grup B, Staphylococcus aureus dan
bakteri gram negative seperti Escheria coli, Klebsiella sp, dan proteus sp. Pada beberapa
kasus, pneumonia neonatal juga dapat disebabkan oleh virus, seperti respiratory syncytial
virus (RSV), adenovirus, atau virus influenza. Pneumonia yang disebabkan oleh virus
umumnya ditularkan oleh anggota keluarga atau orang sakit yang mengunjungi bayi.
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur dibawah 28 hari. Selama
28 hari pertama kehidupan, bayi memiliki resiko tinggi mengalami kematian. Hamper 3
juta bayi meninggal setiap tahun di bulan pertama hidup. Dalam bulan pertama, 50 %
dari semua kematian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan dan 75 % terjadi pada
minggu pertama. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang kemudian
meninggal sebelum 28 hari kehidupan, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian
1
neonatal dini kematian yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupan dan kematian
neonatal kematian bayi yang terjadi pada masa 8 – 28 hari kehidupan.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi
lahir premature 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan
asfiksia dan trauma. Dalam laporan WHO yang dikutip State of the world’s mother
dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Dari hasil studi mortalitas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0 – 7 hari
tertinggi adalah premature dan bayi berat lahir rendah / LBW (35%), kemudian asfiksia
lahir (33.6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8 – 28 hari tertinggi
adalah infeksi sebesar 57.1 % (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), kemudian
problem feeding (14.3%).
Berdasarkan hal hal diatas, maka kami kelompok bertujuan mengambil asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan neonatal pneumonia di ruang perina Rumah
Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Anatomi Fisiologi
3
3. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum Pneumonia
Diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir, melalui transmisi
hematogeneous atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, terkontaminasi cairan atau
dari mekanik, gangguan iskemik permukaan mukosa. Bayi yang aspirasi benda
asing seperti meconium atau darah dapat mewujudkan tanda – tanda paru segera
setelah atau sangat segera setelah lahir. Proses infeksi ini sering memiliki
periode beberapa jam sebelum infasi yang memadai, replikasi, dan respon
inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda – tanda klinis.
4. Etiologi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama pada penyebab pneumonia
pada umumnya, yaitu :
a. Bakteri : Grup B : Stretococcus, Staphylococcus Aeureus, Staphylococcus
Epidermidis, Escheria Colli, Pseudomonas, Klebsiela.
b. Virus : RSV, Enterovirus, CMV
c. Jamur : Candida
d. Aspirasi : amnion, makanan dan sebagainya
4
5. Patofisiologi
Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah :
a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia)
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti system peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang
disebut juga Early Onset Pneumonia (pada umur 3 hari pertama)
b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia)
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic
plate menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke
paru-paru. Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum
persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks atau pemeriksaan
obstetric yang sering.
c. Transnatal Pneumonoia
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
penyebab terbanyak adalah grup B streptokokus.
d. Nosokomial Pneumonia
Pneumonia yang didapat selama perawatan di Rumah Sakit dengan faktor
predisposisi antara lain BBL <1500gr, dirawat lama, penyakit dasar berat,
prosedur invasif banyak, perawatan ventilator terkontaminasi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba kedalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membrane paru – paru meradang dan berlobang. Dari reaksi
inflamasi akan timbul panas, anoreksi, mual, muntah serta nyeri pleuritis,
selanjutnya RBC, WPC, dan cairan keluar masuk melalui alveoli, sehingga terjadi
sekresi, edema dan bronkospasme dan menimbulkan manifestasi klinis, dispnue,
sianosis, dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya parsial okklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan
meluasnya permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi,
kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan
5
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya
infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enim dari sel – sel yang melapisi trakeo – bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat
maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang
menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi
empat stadium, yaitu :
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama / kongesti)
Disebut hyperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hyperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator – mediator peradangan dari sel – sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator – mediator tersebut
mencakup histamine dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamine dan
prostaglandin untuk melepaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma
ke dalam ruang intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunanan cairan diantara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan
penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjaddi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel – sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
6
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa – sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti
d. Stadium IV (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa – sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh magrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Penyakit pneumonia
sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh dapat juga
disebabkan karena adanya peningkatan kuman pathogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi kuman dan virus,
menurunnya daya tahan tubuh juga disebabkan karenan adanya tindakan
endotracheal tube dan tracheostomy serta konsumsi obat – obatan yang
menekan reflex batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan
terhaddap serangan kuman dan virus.
7
6. Patoflow
8
7. Manifestasi klinik
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit. Adapun
gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Tachypnue (pernapasan ≥ 60 x/menit)
b. Dengkur espirasi mungkin terjadi
c. Nafas cuping hidung dan retraksi di subcostal, intercostal, atau situs supra
sternal
d. Sekresi saluran nafas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan
kuantitas. Sekresi berwarna putih, kuning, hijau atau perdarahan warna tekstur
kering. Jika aspirasi meconium, darah atau cairan properadangan lainnya warna
dan tekstur dapat di lihat
e. Rales, ronchi dan batuk lebih jarang pada bayi dengan radang paru – paru
daripada individu yang lebih tua
f. Sianosis jaringan menyiratkan deoksihemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dl atau
lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat
seperti radang paru – paru
g. Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen konsentrasi,
ventilasi tekanan positif atau tekanan saluran udara positif terus menerus
h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetris suara nafas dan dada
yang menyatakan kebocoran udara atau perubahan emfisematos sekunder
obstruksi jalan nafas parsial
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi (Chest X-Ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (missal lobus dan bronchial) menunjukkan
multiple abses / infiltrate, empyema (staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran / extensive nodul infiltrate (viral).
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) DL, serologi, LED : lekositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2) Elektrolit : sodium dan chloride menurun, bilirubin biasanya meningkat.
3) Analisa Gas Darah (AGD) dan pulse oxymetri menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen.
9
4) Pewarnaan gram / kultur sputum dan darah : untuk mengetahui organisme
penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit positif menunjukkan adanya inflamasi
amnion (risiko pneumonia tinggi)
c. Pemeriksaan Fungsi Paru : volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
9. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nya nanah dalam rongga
pleura terdaat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik.
e. Endocarditis adalah peradangan pada setiap katup endocardial
f. Meningitis adalah infeksi yang merang selaput otak.
10
(2) Merangkak
(3) Makan biskuit sendiri
(4) Berdiri dengan pegangan belum
l) Pola kebiasaan sehari-hari:
(1) Pola nutrisi: makan sehari berapa kali
(2) Pola eliminasi: Berapa kali jumlah buang air besar
(3) Pola istirahat tidur: Pola istirahat
(4) Pola aktivitas : bermain bersama orang tua
(5) Perilaku kesehatan : mandi 2x/hari,
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tiidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukanedema dan penumpukkan secret
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yan tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi
c. Rencana Tindakan
1) Bersihan jalan nafas tiidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukanedema dan penumpukkan secret
a) Tujuan : jalan napas bersih dan efektif
b) Kriteria Evaluasi :
(1) Bunyi nafas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan
(2) Tanda vital dalam batas normal
(3) Batuk efektif
(4) Sianosis tidak ada
(5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space
(6) Napas cuping hidung tidak ada
c) Rencana Intervensi :
(1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
Rasional : Takipnea pernapasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
(2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau taka da aliran udara dan
bunyi napas tambahan
11
Rasional : Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan, krekel terdengar sebagai respon terhadap
pengumpulan cairan/secret.
(3) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif
karena adanya penurunan tingkat kesadaran
(4) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator
Rasional : Obat Mukolitik membantu untuk mengencerkan secret,
bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi
bronkus.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
efektif
a) Kriteria Evaluasi :
(1) Pernapasan teratur (RR 30-40 kali/menit)
(2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit)
(3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas
(4) Napas cuping hidung tidak ada
b) Rencana Intervensi:
(1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila
tidak ada kontraindikasi
(3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi
(4) Kaji ulang laporan
B. Tumbuh Kembang
Usia 0 – 1 bulan adalah saat – saat dimana bayi mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Secara fisik, bayi yang baru lahir masih terpengaruh dengan
keadaan di dalam rahim. Kaki dan tangan bayi masih dalam posisi flexi (menekuk seperti
kodok) karena terbatasnya ruang dalam rahim. Namun bertambahnya usia kaki dan
tangan akan lurus dengan sendirinya.
Pandangan bayi baru lahir masih sangat buram. Dia hanya bisa melihat objek
yang berjarak 8 – 15 inci. Di usia 3 – 4 minggu, si kecil mulai bisa mengenali suara
ibunya. Kebanyakan bayi akan senang bila disentuh, dicium, digendong atau dipijat.
Pada usia 1 – 3 bulan, bayi masih belum bisa mengontrol buang air kecil dan buang air
besar, maka bayi memang sering menangis apabila merasa tidak nyaman, pada usia ini
bayi juga belum bisa membedakan malam dan siang ini yang menyebabkan bayi tidak
teratur dalam tidur dan lainnya.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir BB mulai normal dari ibu yang
sehat berkisar 3000-3500gr, TB sekitar 50cm. Pada sepuluh hari pertama hari pertama
13
biasanya terdapat penurunan berat badan 10% dari berat badan lahir, kemudian
berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Masa neonatal terhitung sejak kelahiran sampai usia 28 hari dan masa sesudah
lahir terhitung sejak 29 hari sampai 11 bulan. Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28
hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga
akhir bulan pertama (Koizer, 2011). kembang masa infant dibagi menjadi 2 tahap yaitu
masa neonatal dini ( 0-7 hari ) dan masa neonatal lanjutan ( 8-28 hari ).
Ciri Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48-
53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi, 2010).
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologi akan
muncul. Berikut reflek primitif yang akan terjadi pada neonatus, yaitu :
1. Reflex mengisap (sucking reflex) : gerakan mengisap dimulai ketika putting susu ibu
di tempatkan dalam mulut neonatus
2. Reflex menelan (swallowing reflex) : neonatus akan melakukangerakan menelan
ketika pada bagian posteriorn lidahnya diteteskan cairan,gerakan ini harus
terkoordinasi dengan gerakan pada reflex mengisap
3. Refleks moro : ketika tubuh neonatus diangkat dan diturunkan secara tiba-tiba,maka
kedua lengan serta tungkainya memperlihatkan gerakan ekstensi yang simetris dan
diikuti oleh gerakan abduksi
4. Reflex mencari (reflex rooting) : gerakan neonatus menoleh kearah sentuhan yang
dilakukan pada pipinya
5. Reflex leher yang tonik (tonic neck reflex) : neonatus dibaringkan dalam posisi
terlentang dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi, maka ekstremitas pada sisi
homolateral akan melakukan gerakan ekstensi sementara ekstremitas pada sisi
kontralateral melakukan gerakan fleksi
6. Reflex babinski : goresan pada bagian lateral telapak kaki di sisi jari kelingking
kearah yang menyilang bagian tumit telapak kaki membuat jari-jari kaki bergerak
mengembang kea rah atas
7. Reflex menggengam (palmar grasping reflex) : penempatan jari tangan kita pada
telapak tangan neonatus menggengam jari tangan tersebut dengan cukup kuat
14
8. Refleks melangkah (stepping reflex) : tindakan mengangkat neonatus dalam posisi
tubuh yang tegak dengan kedua kaki menyentuh permukaan yang rata akan memicu
gerakan seperti menari atau menaiki anak tangga.
9. Reflex plantar graps : sentuhan pada daerah di bawah jari kaki untuk menggengam
jari tangan pemeriksa
15
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
Upaya pernapasan pertama neonatus berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui
seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang
terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
20
BAB III
PENGAMATAN KASUS
KAJIAN KEPERAWATAN NEONATUS
Nama Mahasiswa :
1. Elsye Devita Sari (201812090)
2. Farel Tania (201812092)
3. Maria Harjanti (201812103)
4. Tietiek Soesilowati (201812120)
5. Yeni Wahyuningsih (201812122)
A. PENGKAJIAN
1. IDENTIFIKASI
a. Klien
Nama initial : By.Ny G
Nama panggilan : By.Ny G
Tempat/Tgl.lahir (umur) : Bekasi, 30-Juni-2020
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Kedua
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan :-
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara
21
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara
Ibu
Nama initial : Ny.G
Umur : 27 Tahun
Agama/Suku : Islam/Jawa
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat Rumah : Kp. Kawang Sambung Tambun Utara
2. DATA MEDIK
a. Dikirim oleh : Dokter praktek
b. Diagnosa Medik :
Saat masuk : Pneumonia
Saat pengkajian : Pneumonia
3. ANANMNESA
a. Keadaan sakit
Alasan : saat datang bayi tampak, bereaksi lemah, menangis merintih, posisi
tubuh tengkurap, tampak sianosis, sesak nafas, nafas cepat, retraksi dada ada,
produksi sputum >>, CRT < 3 detik, terpasang NCPAP 23 %.
b. Riwayat penyakit sekarang (alasan masuk rumah sakit)
Sesak nafas
c. Riwayat kelahiran
Usia kehamilan : 38 minggu
Berat badan lahir : 3500 gram
Persalinan : Spontan
Kondisi air ketuban : Jernih
Nilai APGAR : 7/9
Ikterik : Tidak
22
d. Riwayat ANC
Riwayat penyakit hamil ini
Hasil laboratorium : normal
Hasil USG : sesuai dengan usia kehamilan
e. Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak ada
f. Lingkungan : Tidak ada anggota keluarga lain/ sekitarnya yang
sedang sakit saat ini
g. Psikologis : Pasien adalah anak yang diharapkan
h. Spiritual : Agama Islam
i. Riwayat imunisasi
Hepatitis B : Belum
Polio : Belum
BCG : Belum
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 126 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Suhu : 37o C
SpO2 : 98 %
LD/LP/LK : 34cm/33 cm/35cm
b. Respirasi
Pola nafas : Normal
Suara nafas : Vesikuler
Suara Tambahan : Ronkhi
Jenis pernafasan : Pernafasan Dada
Irama nafas : Teratur
Kesulitan bernafas : Ya, Dispnea, retraksi dada ada
Batuk dan sekresi : Ya, Produktif
Oksigenasi : Terpasang NCPAP 21%
c. Kardiovaskuler
Warna kulit : Kemerahan
23
Denyut Nadi :Teratur
Akral : Hangat, CRT < 3 detik
Pulsasi : Kuat
Irama Jantung : Reguler
Suara Jantung : Normal
d. Neurologi
Kesadaran : Composmentis
Istirahat Tidur : 4-6 Jam/hari, siang hari
Mata : Bersih
Reflek Pupil : Ada reaksi terhadap cahaya
Sclera mata : Normal (unikterik)
Kongjutiva : Normal (Merah muda)
Tangisan : Kuat
Kepala, Kelainan : Tidak ada
Ubun- ubun : Datar
Gerakan : Aktif
Kejang : Tidak ada
Reflek Rooting : Ada
Reflek Sucking : Ada
Reflek menelan : Ada
Reflek Moro : Ada
e. Urologi
BAK : Frekuensi Tidak terukur dengan pampers
Produksi urin : 20cc/8 jam, 2,5cc/jam
Warna urin : Jernih
Keluhan saat BAK : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Alat bantu : Tidak ada
Jenis Kelamin : Laki-laki
Testis : Sudah turun
Rugae : Jelas
Hipospadia : Tidak ada
24
f. Gastrointestinal
Mulut : Tidak ada kelainan
Mukosa Bibir : Lembab
Lidah : Tidak ada kelainan, Bersih
Leher : Normal
Abdomen : Supel
Bissing usus : Ada
Lingkar Perut : 33 cm
Anus : Ada
Minum : 6 x 10cc (ASI)
Cara minum : Peroral
BAB : Frekuensi 2 - 3x / hari
Konsistensi : Lembek, warna cokelat kehijauan
Keluhan saat BAB : Tidak ada
g. Integument
Warna : Kemerahan
Turgor Kulit : Baik
Kulit : Bersih
Rash, Lesi, Petechie : Tidak ada
Kulit Kepala : Bersih
Tali pusat : Tidak ada
Punctum Umbilical : Kering
Luka : Tidak ada
Tanda Lahir : Tidak ada
Cacat/syndrome : Tidak ada
Cephal Hematoma : Tidak ada
Caput sucedanium : Tidak ada
5. INFORMASI LAIN-LAIN
a. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang :
1) Hasil Thorax
Perselubungan kedua paru, terutama dikedua paru kanan, susp. Neonatal
pneumonia, aspiration pneumonia.
25
2) Hasil Laboratorium
Tanggal 30 Mei 2020
Analisa gas darah
pH : 7,258
PCO2 : 40,4 mmHg
PO2 : 95 mmHg
HCO3 : 17,7 meq/l
O2 saturasi : 96,3%
BE : -8,9 meq/l
CTCO2 : 18,9
Hemoglobin : 20,1 g/dl
LED : 3mm/jam
Leukosit : 10,770 /ul
Hematokrit : 56 vol%
Trombosit : 221,000/ul
Eritrosit : 5,76 juta/ul
Albumin : 3, 8g/dl
GDS : 201
CRP Kuantitatif : 1,9 mg/dl
Natrium : 137 mmol/l
Kalium : 4,49mmol/l
Clorida : 104mmol/l
Calsium Total : 8,0 mg/dl
b. Penatalaksanaan
1) Infus : N5 11,6cc/jam
2) Inhalasi : Fartolin 4x 0,3 cc
: Nacl 0,9% 4x 1 cc
3) Injeksi : Kalfoxim : 2 x 175 mg
: Mikasin : 1 x 26,25 mg
26
B. PATOFLOW
27
C. ANALISA DATA
28
DATA MASALAH ETIOLOGI
29
DATA MASALAH ETIOLOGI
30
D. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)
31
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
produksi 60x/menit clapping 3. Membantu 1cc) NCPAP 21%
berlebih, 3. SatO2: 99- 4. Lakukan mengencerkan 17.00 4. Melakukan clapping, A:
warna kuning 100% suction lender suction, dan mencatat Bersihan jalan nafas
kehijauan 4. Sputum agresif 4. Membantu produksi sputum. tidak efektif belum
5. Aukultasi berkurang 5. Auskultas mengeluarkan Sputum berlebih, teratasi
terdengar sampai dengan bunyi nafas slym warna kuning P:
suara hilang dan paru 5. Memantau kehijauan, kental, Lanjutkan intervensi no,
tambahan dapat 6. Berikan warna slym dapat dikeluarkan. 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
ronchi di dikeluarkan posisi dan 5. Memberikan posisi
kedua paru 5. Ronchi nyaman konsistensinya yang nyaman:
6. Pasien tampak berkurang (Pronasi) 6. Memantau Pronasi, pasien
batuk tidak sampai dengan Terapeutik bunyi suara tampak tenang.
efektif tidak ada lagi 7. Catat napas 6. Memberikan terapi
7. Thorax: 6. Pasien tampak produksi tambahan oksigen NCPAP
Perselubungan nafas adekuat sputum 7. Mengoptimal 21%. RR:44x/menit,
kedua paru, 7. RO Thorax 8. Kolaborasi pernapasan satO2 98%
terutama dalam batas a. Berikan 8. Membantu
dikedua paru normal okigen pernapasan
kanan, susp. NCPAP 9. Membantu
32
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
Neonatal 21% pola napas
pneumonia, (sesuaikan
aspiration kondisi
pneumonia. pasien)
b. Berikan
terapi
inhalasi
2x/hari
(Fartolin
0,3cc +
Nacl 0,9%
1cc)
2. Gangguan Setelah di lakukan Observasi 1. Memantau 15.00 1. Mengobservasi TTV: Mahasiswa S:-
pertukaran gas tindakan 1. Monitor tanda – RR : 44x/menit, sat O:
berhubungan keperawatan AGD untuk tanda O2 : 98% Nadi : 126 1. TTV :
dengan selama 3 x 24 jam mengetahui asidosis x/menit, Nadi kuat, RR 46x/menit
ketidakseimbangan gangguan penurunan respiraktorik 15.30 akral hangat, retraksi 2. Sat O2 98%
ventilasi- pertukaran gas PH dan dada ada, sianosis 3. CRT < 3 detik
33
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
perfusi.Ditandai pasien teratasi 2. Monitor penurunan tidak ada, CRT < 3 4. Akral hangat
dengan : dengan kriteria adanya Pco2 16.00 detik 5. Retraksi dada ada
Tanda-tanda vital : hasil : hipoventilasi 2. .Memantau 2. Menginterpretasikan 6. Terpasang NCPAP
1. Nadi 1. TTV: 3. Monitor pola napas 17.00 hasil AGD yang 21%
126x/menit 2. RR : 40 - 60 frekuensi dan 3. Mengetahui sudah diambil Hasil A:
2. Pernafasan : x/menit kedalaman frkuensi terlampir tgl 30-Mei- Gangguan pertukaran gas
44x/menit 3. Nadi 60 -120 nafas kedalaman 2020 belum teratasi
3. SpO2 : 98% x/menit 4. Monitor pernapasan 3. Melakukan aukultasi P:
4. Retraksi dada 4. Sianosis tidak penggunaan 4. Mengetahui suara nafas: suara Lanjutkan intervensi no,
ada ada otot bantu penggunaan nafas tambahan 1,2,3,4,5,6,7, dan 8.
5. CRT < 3 detik 5. Retraksi dada nafas otot bantu ronkhi
6. Terpasang tidak ada 5. Monitor napas 4. Mengobservasi Sat
NCPAP 21%. 6. Akral hangat CRT, 5. Mendektesi O2 : 98%
Tanggal 7. CRT < 3 detik sianosis tanda –
30/05/2020 8. Hasil AGD 6. Aukultasi tanda
1. Analisa gas normal suara nafas kekurangan
darah : Asidosis 9. Sat O2 : 99% - 7. Observasi Sat oksigen
Respiratorik 100 % O2 6. Memenuhi
2. PH : 7,258 Kolaborasi kebutuhan
34
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
3. PCO2 : 40,4 1. Berikan oksigenasi
mmHg oksigenasi 7. Mendektesi
4. PO2: 95 mmHg NCPAP 21% suara napas
5. HCO3: 17,7 ( sesuai tambahan
meq/l kondisi 8. Mengetahui
6. O2 saturasi: pasien) adanya
96,3% perubahan
7. BE : -8,9 meq/l O2 Saturasi
8. CTCO2 : 18,9 dan status
9. Thorax : haemo-
Perselubungan dinamik
kedua paru,
terutama
dikedua paru
kanan, susp.
Neonatal
pneumonia,
aspiration
pneumonia.
35
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
3. Resiko deficit Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
nutrisi berhubungan keperawatan 1. Identifikasi mengetahui ASI per NGT 10cc. O:
dengan selama 3x 24 jam status nutrisi keseimbangan 15.00 ASI habis, CMS 1. BB: 3500gram
ketidakmampuan status nutrisi 2. Identifikasi status nutrisi tidak ada 2. Diet ASI 6x 10cc
menelan makanan adekuat dengan alergi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi via NGT
(resiko aspirasi). kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan status nutrisi. Mual 3. Muntah tidak ada
Ditandai dengan; 1. BB sesuai, dan kebutuhan 3. Untuk muntah tidak ada A:
1. BBL : 3500 tidak kalori dan mengetahui 3. Memonitor berat Resiko deficit nutrisi
gram mengalami jenis nutrient angka badan. Hasil BB: tidak terjadi
2. BB tanggal 02- penurunan Terapeutik kecukupan 3500gram (sama) P:
Juni-2020 : 2. Status nutrisi 1. Monitor berat nutrisi Lanjutkan intervensi
3500 gram adekuat, seperti badan 4. Mengetahui no.1,2,3,4,5, dan 6
3. PB: 46 cm mual muntah 2. Monitor hasil perubahan/pen
4. Abdomen : tidak ada lab ingkatan berat
supel 3. Nafsu makan Kolaborasi badan
5. Bising usus : baik 1. Berikan diet 5. Memenuhi
Ada 4. Status menelan ASI 6x 10 kebutuhan
6. Terpasang baik cc/hari nutrisi
NGT
36
Diagnosa
Rencana Implementasi
Keperawatan Tujuan dan Hasil
No Tindakan & Rasional Evaluasi
dilengkapi yang diharapkan
Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
DS & DO
7. Diet ASI 6 x
10cc
8. Hasil lab :
Hemoglobin :
20,1g/dl
Albumin : 3,8
mg/dl
37
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)
38
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
warna kuning x/menit 5. Catat produksi mengeluarkan 17.00 0,3cc + Nacl0,9% x/menit
kehijauan 3. SatO2 : 99 - sputum slym 1cc) 4. SatO2: 90%
4. Aukultasi 100% 6. Auskultas bunyi 5. Memantau warna 4. Melakukan clapping, 5. Masih
terdengar suara 4. Sputum nafas paru slym dan suction, dan terpasang
tambahan ronchi berkurang 7. Berikan posisi konsistensiny mencatat produksi NCPAP 23%
di kedua paru sampai nyaman (Pronasi) 6. Memantau bunyi sputum. Sputum A:
5. Pasien tampak dengan hilang Kolaborasi suara napas berlebih, warna Bersihan jalan
batuk tidak efektif dan dapat 1. Berikan okigen tambahan kuning kehijauan, nafas tidak efektif
dikeluarkan NCPAP 21% 7. Mengoptimal kental, dapat belum teratasi
5. Ronchi (sesuaikan pernapasa dikeluarkan. P:
berkurang kondisi pasien) 8. Membantu 5. Memberikan posisi Lanjutkan
sampai 2. Berikan terapi pernapasan yang nyaman : intervensi no, 1,
dengan tidak inhalasi 4x/hari 9. Membantu pola Pronasi, pasien 2, 3, 4, 5, dan 6.
ada lagi (Fartolin 0,3cc + napas tampak tenang.
6. Pasien Nacl 0,9% 1cc) 6. Memberikan terapi
tampak nafas oksigen NCPAP
adekuat 23%. RR :
7. RO Thorax 57x/menit, satO2
dalam batas 90%
normal
39
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
2. Gangguan pertukaran Setelah di Observasi 1. Memantau tanda 15.30 1. Mengobservasi TTV Mahasiswa S:-
gas berhubungan lakukan tindakan 1. Monitor AGD – tanda asidosis : RR : 57 x/menit, O:
dengan keperawatan untuk mengetahui respiraktorik dan sat O2 : 90%, Nadi : 1. TTV :
ketidakseimbangan selama 3x24 jam penurunan PH penurunan PCO2 148 x/menit, Nadi 2. RR 57 x/menit
ventilasi- gangguan 2. Monitor adanya 2. Memantau pola 16.00 kuat, akral hangat, 3. Sat O2 90%
perfusi.Ditandai pertukaran gas hipoventilasi napas retraksi dada ada, 4. CRT < 3 detik
dengan: pasien teratasi 3. Monitor frekuensi 3. Mengetahui sianosis tidak ada, 5. Akral hangat
Tanda-tanda vital: dengan kriteria dan kedalaman frkuensi 16.30 CRT < 3 detik 6. Retraksi dada
- Nadi: hasil: nafas kedalaman 2. Melakukan aukultasi ada
148x/menit 1. TTV: 4. Monitor pernapasan suara nafas : suara 7. Terpasang
- Pernafasan: 2. RR: 40- penggunaan otot 4. Mengetahui nafas tambahan NCPAP 23%
57x/menit 60x/menit bantu nafas penggunaan otot ronkhi A:
- SpO2: 90% 3. Nadi 60- 5. Aukultasi suara bantu napas 3. Mengobservasi Gangguan
- Retraksi dada 120x/menit nafas 5. Mendektesi tanda monitor oksigen pertukaran gas
ada 4. Sianosis tidak 6. Observasi Sat O2 – tanda dengan NCPAP 23% belum teratasi
- CRT< 3 detik ada 7. Monitor CRT, kekurangan P:
- Terpasang 5. Retraksi dada sianosis oksigen Lanjutkan
NCPAP 23%. tidak ada Kolaborasi 6. Memenuhi intervensi no,
40
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
6. Akral hangat Berikan oksigenasi kebutuhan 1,2,3,4,5,6,7, dan
7. CRT < 3 detik NCPAP 23% oksigenasi 8.
8. Hasil AGD (sesuai kondisi pasien) 7. Mendektesi suara
normal napas tambahan
9. Sat O2 : 99% 8. Mengetahui
- 100 % adanya
perubahan O2
Saturasi dan
status
haemodinamik
3. Resiko deficit nutrisi Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
berhubungan dengan keperawatan 1. Identifikasi status mengetahui ASI per NGT 30cc. O:
ketidakmampuan selama 3x 24 jam nutrisi keseimbangan 15.00 ASI habis, CMS 1. BB : 3500
menelan makanan status nutrisi 2. Identifikasi alergi status nutrisi tidak ada gram
(resiko aspirasi). adekuat dengan 3. Identifikasi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi 2. Diet ASI 6x
Ditandai dengan : kriteria hasil : kebutuhan kalori makanan status nutrisi. Mual 30 cc via NGT
1. BBL: 3500 gram 1. BB sesuai, dan dan jenis nutrient 3. Untuk muntah tidak ada 3. Muntah tidak
2. PB : 46 cm tidak Edukasi mengetahui 3. Memonitor berat ada
3. Abdomen : supel mengalami 1. Monitor berat angka kecukupan badan. Hasil BB: A:
41
Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan & Implemantasi
No Keperawatan Hasil yang Evaluasi
Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO diharapkan
4. Bising usus : Ada penurunan badan nutrisi 3500gram (sama) Resiko deficit
5. Terpasang NGT 2. Status nutrisi 2. Monitor hasil lab 4. Mengetahui nutrisi tidak
6. Diet ASI 6 x 40cc adekuat, Kolaborasi perubahan / terjadi
seperti mual Berikan diet ASI 6x peningkatan P:
muntah tidak 30 cc/hari berat badan Lanjutkan
ada 5. Memenuhi intervensi
3. Nafsu makan kebutuhan nutrisi no.1,2,3,4,5, dan
baik 6
4. Status menelan
baik
42
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NCP)
43
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
berlebih, warna 4. SatO2: 99-100% 5. Catat produksi mengencerkan 17.00 paru NCPAP 23%
kuning kehijauan 5. Sputum sputum lender 3. Memberikan
6. Aukultasi berkurang 6. Auskultas bunyi 4. Membantu terapi inhalasi A:
terdengar suara sampai dengan nafas paru mengeluarkan (fartolin 0,3cc + Bersihan jalan nafas
tambahan ronchi hilang dan dapat 7. Berikan posisi slym Nacl0,9% 1cc) tidak efektif belum
di kedua paru dikeluarkan nyaman (Pronasi) 5. Memantau 4. Melakukan teratasi
7. Pasien tampak 6. Ronchi Kolaborasi warna slym clapping, P:
batuk tidak berkurang 1. Berikan okigen dan suction, dan Lanjutkan intervensi
efektif sampai dengan NCPAP 21% konsistensiny mencatat no, 1, 2, 3, 4, 5, dan
tidak ada lagi (sesuaikan kondisi 6. Memantau produksi sputum. 6.
7. Pasien tampak pasien) bunyi suara Sputum berlebih,
nafas adekuat 2. Berikan terapi napas warna kuning
8. RO Thorax inhalasi 4 x/hari tambahan kehijauan,
dalam batas (Fartolin 0,3cc + 7. Mengoptimal kental, dapat
normal Nacl 0,9% 1cc) pernapasa dikeluarkan.
8. Membantu 5. Memberikan
pernapasan posisi yang
9. Membantu nyaman: Pronasi,
pola napas pasien tampak
tenang.
44
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
6. Memberikan
terapi oksigen
NCPAP 23%.
RR : 57x/menit,
sat O2 90%
2. Gangguan pertukaran Setelah di lakukan Observasi 1. Memantau 15.30 1. Mengobservasi Mahasiswa S:-
gas berhubungan tindakan 1. Monitor AGD tanda – tanda TTV : RR : 57 O:
dengan keperawatan selama untuk asidosis x/menit, sat O2: 1. TTV :
ketidakseimbangan 3x24 jam gangguan mengetahui respiraktorik 90% Nadi : 148 RR 57x/menit
ventilasi - perfusi. pertukaran gas pasien penurunan PH dan penurunan 16.00 x/menit, Nadi Sat O2 90%
Ditandai dengan : teratasi dengan 2. Monitor adanya Pco2 kuat, akral 2. CRT < 3 detik
Tanda-tanda vital : kriteria hasil: hipoventilasi 2. .Memantau hangat, retraksi 3. Akral hangat
1. Nadi : 148 1. TTV : 3. Monitor pola napas 16.30 dada ada, sianosis 4. Retraksi dada
x/menit RR : 40 -60 frekuensi dan 3. Mengetahui tidak ada, CRT < ada
2. Pernafasan : 57 x/menit kedalaman nafas frekuensi 3 detik 5. Terpasang
x/menit Nadi : 60 - 120 4. Monitor kedalaman 2. Melakukan NCPAP 23%
3. SpO2: 90% x/menit penggunaan otot pernapasan aukultasi suara A:
4. Retraksi dada ada 2. Sianosis tidak bantu nafas 4. Mengetahui nafas : suara Gangguan pertukaran
5. CRT< 3 detik ada 5. Aukultasi suara penggunaan nafas tambahan gas belum teratasi
45
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
6. Terpasang 3. Retraksi dada nafas otot bantu ronkhi P:
NCPAP 23%. tidak ada 6. Observasi Sat O2 napas 3. Mengobservasi Lanjutkan intervensi
4. Akral hangat 7. Monitor CRT, 5. Mendektesi monitor oksigen no, 1,2,3,4,5,6,7, dan
5. CRT < 3 detik sianosis tanda – tanda dengan NCPAP 8.
6. Hasil AGD Kolaborasi kekurangan 23%
normal Berikan oksigenasi oksigen
7. Sat O2 : 99% - NCPAP 23% 6. Memenuhi
100 % (sesuai kondisi kebutuhan
pasien) oksigenasi
7. Mendektesi
suara napas
tambahan
8. Mengetahui
adanya
perubahan O2
saturasi dan
status
haemodinamik
46
Diagnosa
Tujuan dan Hasil Rencana Tindakan Implemantasi
No Keperawatan Evaluasi
yang diharapkan & Rasional Rasional Jam Tindakan & Respon Nama
dilengkapi DS & DO
3. Resiko deficit nutrisi Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk 14.00 1. Memberikan diet Mahasiswa S:-
berhubungan dengan keperawatan selama 1. Identifikasi status mengetahui ASI per NGT 30 O:
ketidakmampuan 3x 24 jam status nutrisi keseimbangan 15.00 cc. ASI habis, 1. BB : 3500gram
menelan makanan nutrisi adekuat 2. Identifikasi alergi status nutrisi CMS tidak ada 2. Diet ASI 6 x 30cc
(resiko aspirasi). dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi 2. Intoleransi 16.00 2. Mengidentifikasi via NGT
Ditandai dengan : 1. BB sesuai, dan kebutuhan kalori makanan status nutrisi. 3. Muntah tidak ada
1. BBL: 3500 gram tidak mengalami dan jenis nutrient 3. Untuk Mual muntah A:
2. PB: 46 cm penurunan Edukasi mengetahui tidak ada Resiko deficit nutrisi
3. Abdomen: supel 2. Status nutrisi 1. Monitor berat angka 3. Memonitor berat tidak terjadi
4. Bising usus : Ada adekuat, seperti badan kecukupan badan. Hasil BB: P:
5. Terpasang NGT mual muntah 2. Monitor hasil lab nutrisi 3500gram (sama) lanjutkan intervensi
6. Diet ASI 6 x 40cc tidak ada Kolaborasi 4. Mengetahui no.1,2,3,4,5, dan 6
3. Nafsu makan Berikan diet ASI 6x perubahan /
baik 30 cc/hari peningkatan
4. Status menelan berat badan
baik 5. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
47
E. DISCHARGE PLANNING
1. Bayi dimandikan di rumah 2 kali sehari
2. Bayi diberikan minum ASI setiap 2 jam sekali, hindari memberi ASI dengan tiduran
3. Apabila orang tua batuk gunakan masker apabila dekat dengan bayi
4. Bayi dijemur setiap pagi hari antara pada pukul 07.30 – 08.00 WIB
5. Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi
48
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia Neonatal adalah infeksi pada paru – paru, serangan mungkin
terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan
dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah 7 hari dan terbatas pada paru – paru. Tanda –
tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok atau
kematian. Infeksi ini dapat ditularkan, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta,
2009)
Berdasarkan asuhan keperawatan pada By.Ny G dengan pneumonia neonatal
yang dilaksanakan di ruang perinatalogi di RSMK Bekasi Timur selama 3 hari dan
setelah dilakukan pengkajian dari data subjektif dan objekti yang didapatkan pada pasien
pneumonia didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan nafa, gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi- perfus dan resiko defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan (resiko aspirasi). Selama pengkajian
ditemukan beberapa manifestasi klinik seperti sesak napas, cianosis, retraksi dada dan
adanya slem pada paru-paru. Sudah mendapatka therapi oksigen dengan menggunakan
NCPAP 21% untuk mengatasi masalah pernapasannya, namun masih ada pernapasan
dengan menggunakan otot bantu napas dan retraksi dada. Dengan demikian, pernyataan
teori dan kasus nyata ada dilapangan, namun ada beberapa manifestasi klinis yang tidak
ditemukan pada By.Ny G seperti tidak ditemukannya demam pada kasus ini.
Pemeriksaan diagnostik juga diperlukan sebagai penunjang data dan untuk
menegakkan suatu diagnosa dan ketepatan dalam memberikan terapi. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk By.Ny G adalah foto thorax, hasil yang biasa ditemukan
pada pasien dengan pneumonia adalah adanya bercak-bercak infiltrat yang
berkonsulidasi merata pada satu atau beberapa lobus. Pada hasil pemeriksaan torax pada
By.Ny G didapatka hasil perselubungan kedua paru, terutama dikedua paru, aspirasi
pneumonia. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kasus, sehingga teori dan kasus dapat dikatakan sesuai.
49
B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan mmanifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman pathogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakit
timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat diperlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu – ibu agar lebih
memhatikan kesehatan anak, karena anak atau bayi lebih rentan beresiko terkena
penyakit yang disebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI
sangat dibutuhkan oleh bayi dengan tujuan membentuk imun si bayi tersebut agar
terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penyakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defisiensi vit A, pemberian ASI, dan
imunisasi. Untuk mencegah hal tersebut, ibu sebaiknya memperhatikan dari proses
kehamilan sampai dengan persalinan, sehingga bayi bisa sehat mulai dari usia dalam
kandungan sampai dengan bayi dilahirkan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Br. Sembiring, J. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Sleman,
Yogyakarta: CV Budi Utama.
MA, M., & dkk. (2018). Neonatal Pneumonia in NICU of a Tertiary Care Center. Bangladesh
Journal of CHild Health, 6.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: DPP PPNI.
ii