Anda di halaman 1dari 19

Departemen Keperawatan Anak

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

TUNAGRAHITA

A. DEFINISI
Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan

pemerintah nomor 72 tahun 1991, anak tunagrahita dinyatakan sebagai anak-

anak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban dari pada anak

normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya (Depdiknas, 2006).


Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau

tunagrahita atau retardasi mental, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang

sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk meniti tugas

perkembangnnya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk

dalam program pendidikannya (Branata dalam Effendi, 2006).


Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang

mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk

tunagrahita dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi

mental (Delphie, 2006).


Edgarr Doll (dalam Efendi, 2006) berpendapat seseorang dikatakan

tunagrahita jika : (1) secara social tidak cakap, (2) secara mental dibawah

normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)

kematangannya terhambat. Adapun Efendi (2006) mengemukakan istilah anak

berkelainan mental subnormal disebut pula dengan terbelakang mental, lemah

ingatan (feebleminded), mental subnormal serta tunagrahita. Semua makna

diatas menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental bawah

normal.

1
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan daya tangkap yang

kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus

yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial

yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada

kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).


B. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi berdasarkan skor IQ WISC (dalam Efendi, 2006):

a. Ringan (Mild atau Debil atau Moron)

Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak

mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki

kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik

antara lain:

1) Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, kepentingan kerja

dikemudian hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak

tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis,

sosial dan pekerjaan.

b. Sedang (Imbecile atau Moderate)

Anak tunagrahita mampu latih atau imbecile adalah anak tunagrahita yang

memiliki kecerdasan sedimikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk

mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.

Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang

perlu diberdayakan, yaitu:

1) Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi

sendiri.

2
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

2) Belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya.

3) Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja, atau di

lembaga khusus.

Kesimpulannya, anak tungrahita mampu latih berarti anak tunagrahita yang

hanya dapat dilatih untuk megurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan

sehari-hari (daily living), serta melakukan fungsi social kemasyarakatan

menurut kemampuannya.

c. Berat atau Idiot (IQ 0-25)

Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki

kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau

sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan

orang lain. A child who is an idiot is so low intelectually that he does not lern

to talk and usually does learn to take care of his bodily need (kirk & Johnson

dalam Efendi, 2006). Dengan kata lain, anak tunagrahita rawat adalah anak

tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya,

karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally

dependent) (Patton dalam Efendi, 2006).

C. Etiologi
Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas faktor endogen dan

eksogen.Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan

eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus

menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.

3
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor

penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor

yang terjadi sebelum lahir (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir

(postnatal). Menurut Bandi (2006) beberapa penyebab ketunagrahitaan yang

sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor

lingkungan.
1. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal

berikut:
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat

dari bentuk dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan

berubahnya urutan gene karena melihatnya kromosom; delesi

(kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga

terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi

(kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan

kromosom pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanya kromosom

yang patah dan patahnya menempel pada kromosom lain).


b. Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak

selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal

yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan

tersebut, dan tempat gena (lucos)yang mendapat kelainan.


2. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam

perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak.Kegagalan

metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.

4
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara

lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi tempat

penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak )

dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan,kerangka

tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan pendek,

persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism

(keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau saat

dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan

fisik yang khas dan ketunagrahitaan.


3. Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin

masih berada didalam kandungan. penyakit yang dimaksut antara lain

rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan

pendengaran , penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika

lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hampir pada semua

kasus berakibat ketunagrahitaan.


4. Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena

radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan

ketunagrahitaan.Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya

disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga memerluka alat

bantuan.Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinarX selama bayi dalam

kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.


5. Masalah pada kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai

hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak,kejang dan

5
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis

terutama pada kelahiran yang sulit.


6. Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya

ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk

pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway

bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam

melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi

salah satu penyebab ketunagrahitaan.


D. Patofisiologi
Para Ahli menyebutkan bahwa, penyebab terjadinya ketunaan

padasesorang, yaitu: dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari

luarseperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen) (Mohammad

Efendi,2006). Mohammad Efendi menambahkan, gangguan fisiologis dan

virusdapat menyebabkan tuna grahita.Virus tersebut diantaranya

rubella(campak jerman). Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat

besarpada tri semester pertama saat ibu mengandung, karena akanmemberi

peluang timbulnya ketunaan pada bayi yang dikandung. Bentuk

gangguanfisiologis lain adalah reshus faktor, mongoloid (penampakan fisik

miripketurunan orang mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan

kretinismeatau kerdil sebagai akibat gangguan kelenjar tiroid.Adanya

disfungsi otak merupakan dasar dari retradasi mental.Peningkatan tekanan

yang terjadi pada otak menyebabkan kemunduran fungsi otak.Selain itu,

keadaan cerebal anoxia, yaitu kekurangan oksigen dalam otakjuga

menyebabkan otak tidak berfungsi dengan baik.Kelainan otak dapatterjadi

6
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

pada saat pertumbuhan, pada masa prenatal, natal, maupun postnatal.Menurut

Mohammad Efendi (2006) peradangan otak akibat pendarahanmenyebabkan

gangguan motorik dan mental, sehingga dapat mempengaruhikemampuan

anak Tuna Grahita.


E. Manifestasi klinis
1. Kecerdasan sangat terbatas
2. Ketidakmampuan sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri,

sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain.


3. Keterbatasan minat
4. Daya ingat lemah
5. Emosi sangat labil
6. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya
7. Kelanan badaniah khusus jenis mongoloid badan bungkuk, tampak tidak

sehat, muka datar, telinga kecil, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar,

mulut melongo, mata sipit.


8. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan.
9. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil.
10. Macrocephalus yaitu ukuran kepala terlalu besar.
F. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang
Untuk mengetahui adanya tunagrahita atau dengan kata lainretardasi

mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Kelainan otak dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita.


1. Pemeriksaan diagnostik meliputi LED, IgG/IgM, dan BUN.
2. Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan EEG, CT Scan, dan thoraks

AP/PA.
3. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan serum elektrolit (SE) atau

virus.
G. Komplikasi
Menurut Mohammad Effendi (2006) dampak tunagrahita yaitu:
1. Gangguan neurologis
2. Sindroma genetik
3. Faktor psikososial
H. Penatalaksanaan

7
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

Penanganan terhadap anak tunagrahita dapat dilakukan

melaluipendidikan dan pelatihan bagi penderita tunagrahita sehingga anak

yangmengalami tunagrahita diharapkan nantinya dapat hidup secara mandiri

tanpamemerlukan bantuan dari orang lain. Tujuan pendidikan dan pelatihan

bagianak tunagrahita ini yaitu:

1. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas

yangdimiliki dengan sebaik-baiknya.

2. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat

yangsalah.

3. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan mereka

berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain dapat berkurang

atau bahkan hilang. Melatih penderita tunagrahita pasti lebih sulit daripada

melatih anak normal, hal ini disebabkan karena perhatian penderita tuna

grahita mudah terganggu. Untuk meningkatkan perhatian mereka tindakan

yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indra mereka.

Beberapa jenis pelatihan yang dapat diberikan kepada penderita

tunagrahita yaitu:

1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan,

berpakaian sendiri, dst.

2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial.

3. Latihan teknis: latihan yang diberikan sesuai dengan minat dan jenis

kelamin penderita.

8
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

4. Latihan moral: berupa pengenalan dan tindakan mengenal hal-hal yang

baik dan buruk secara moral.

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

TUNAGRAHITA

A. PENGKAJIAN

Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam

melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan

tunagrahita.Pengkajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan

sosial, yang terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau

kunjungan kesehatan sekolah.Sehingga data baik dari orang tua anak maupun

guru sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya.

Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Data demografi, riwayat kesehatan,

riwayat penyakit sebelumnya, perkembangan personal dan sosial,

perkembangan kognitif, keterampilan bahasa, perkembangan motorik dan

sensorik, serta lingkungan tempat anak tinggal dan belajar.

1. Data Demografi
Merupakan identitas klien yang meliputi: nama/nama panggilan,tempat

tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, serta alamat.

9
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

2. Riwayat kesehatan: perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak

mengenai keluhan dan perilaku anak di rumah.Masalah fisik seperti alergi,

nafsu makan, masalah eliminasi, penyakit infeksi yang baru diderita, dan

masalah pernapasan bagian atas, serta penyakit yang biasa dialami anak

juga perlu diproleh dari orang tua.


3. Riwayat penyakit sebelumnya: meliputi riwayat operasi dan pengobatan,

kebiasaan anak (bicara, emosi, tiks dan riwayat perkembangan dan

pendidikan). Sangat penting untuk mengetahui usia anak pada tiap tahap

perkembangan: kapan anak mulai berjalan, berbicara, makan dan

berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masalah prenatal dan

perinatal ibu perlu dikaji. jika memungkinkan catatan kesehatan bayi

ketika baru lahir perlu diketahui.


4. Riwayat perkembangan personal dan sosial
Gejala yang terlihat pada anak tunagrahita melalui ketidakmatangan

perilaku sosialnya, dimana mereka lebih suka bermain dengan anak yang

lebih kecil. Anak-anak tunagrahita mungkin tidak berbicara dan

melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin

berperilaku acting out atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain.

Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah

frustasi serta menangis.


5. Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer hal-

hal yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya.Mereka

belajar bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah

atau mobil yang berwarna biru.Anak-anak tunagrahita juga tidak dapat

berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan Tuhan.Begitu pula

10
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil tanpa

melihat obyek secara langsung.Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak

mampu mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal

hal-hal baru.
6. Keterampilan berbahasa
Anak-anak tunagrahita pada umumnya tidak berketerampilan

menggunakan bahasa dengan baik.Mereka biasanya mengalami kesulitan

mengkomunikasikan sesuatu sehingga sulit dimengerti dan umumnya

mereka mungkin tidak mampu untuk mengingat instruksi atau perintah

verbal secara berurutan.


7. Perkembangan motorik dan sensorik
Perkembangan motorik mungkin terbatas, sehingga anak mudah jatuh. Jika

melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik, perhatiannya

mungkin teralih pada hal lain dan mereka tidak mampu mengikuti

pengarahan berkaitan dengan kegiatan motorik. Anak tersebut tidak mau

melakukan kegiatan baru tetapi hanya melakukan hal yang sama

berulangkali. Anak tunagrahita tidak seaktif anak lain dan hanya sering

duduk sendirian. Kadang-kadang mereka melakukan gerakan-gerakan

yang sama berulang-ulang seperti membenturkan kepalanya, menggerak-

gerakkan tangannya dan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.


Dalam hal perkembangan sensorik, perlu dikaji kemungkinan anak

mengalami gangguan pengelihatan dan pendengaran.Perawat dapat

melihat apakah anak tidak mampu membedakan antara dua obyek, seperti

jeruk yang sebenarnya dengan gambar jeruk atau membedakan dua uang

logam, membedakan suara seperti bunyi bel dan bunyi klakson

11
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

mobil.Lebih parah lagi anak tunagrahita seringkali tidak biasa mengatakan

darimana asal suara.Hal ini sangat membahayakan keamanan anak.


8. Lingkungan tempat tinggal dan belajar
Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut:
1) Perlengkapan: tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah

tingginya dapat dicapai oleh anak? Apakah anak terlindungi dari

kemungkinan celaka?
2) Perlengkapan bermain: apakah anak mempunyai mainan yang sesuai?

Apakan mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah

ada tempat bermain yang leluasa?


3) Orang-orang yang berarti bagi anak: Apakah ada orang dekat yang

mendukung perkembangan anak? Apakah anak diberi kesempatan

untuk memilih dan belajar mandiri? Apakah anak disiplin? Apakah ada

orang yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan

sehari-hari?

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan

perkembangan bahasa, social dan kognitif.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan

perkembangan.

3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.

4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan

mental.

5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.

12
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan dalam berkomunikasi

komunikasi verbal tindakan keperawatan sesuai dengan perkembangan mental anak.

berhubungan diharapkankeluarga R/: Latihan bicara yang sesuaidengan

dengan dapat: perkembangan anak akan menghindari

keterlambatan 1.Lebih sering ekploatasi yang berakibat penekanan fungsi

perkembangan berkomunikasi mental anak.

bahasa, social dan dengan anak. 2. Ajak anak berkomunikasi


2.Menstimulasi anak
kognitif. secarakomprehensif baik verbal maupun
dalam sektor bahasa.
nonverbal sambil belajar.

R/: Komunikasi yangkomprehensif

akanmemperbanyak jumlahstimulasi yang

diterima anaksehingga akan

memperkuatmemori anak terhadap

suatukata.

3. Bicara pelan dan mengulangi kata-kata

sampai anak mengerti pembicaraan /

perintah.

4. Berbicara sambil bermain denganalat untuk

mempercepat persepsi anak tentang suatu

hal.

R/: Bermain akan menigkatkandaya tarik

13
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

anak sehingga frekwensi dan durasi latihan

bisa lebih lama.

5. Berikan lebih banyak kata meskipun anak

belum mampu mengucapkan dengan benar.

R/: Anak lebih sukamendengarkan kata-

akat daripada mengucapkan karena

biasanya kesulitan dalam mengucapkan.

6. Berikan penguatan/reinforcement saat anak

mampu mengerti pembicaraan/perintah.

R/: Reinforcement positif dapat

menyenangkan hati anak.

7. Lakukan sekrening lanjutan dengan

mengggunakan Denver Speech Test.

R/: Untuk mengetahui jenis danberatnya

gangguan serta keterlambatan dalam

berbicara pada anak.


2. Defisit perawatan Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan anak dalam merawat diri

diri berhubungan tindakan keperawatan sendiri.

dengan kurangnya diharapkan anak: R/: Menilai batas kemandiriananak.

kematangan 1. Mampu melakukan 2. Pantau adanya perubahan kemampuan

perkembangan. tugas fisikpaling fungsi.

dasar dan R/: Mengetahui hambatan yangdimiliki

aktifitasperawatan anak.

pribadi. 3. Perhatikan kebersihan kuku berdasarkan

14
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

2. Mampu kemampuan perawatan diri anak.

membersihkantubuh R/: Menilai perawatan diri anak.

nya sendiri. 4. Ajarkan anak/keluarga penggunaan metode

3. Mampu untuk alternative untuk mandi dan hygiene mulut.

mempertahankan R/: Membantu keluarga untuk melakukan

hygiene dirinya. perawatan padaanak.

4. Mampu 5. Gunakan ahli fisioterapi dan terapi kerja

mempertahankan sebagai sumber dalammerencanakan

penampilan yang aktifitas perawatan pasien.

rapih. R/: Memudahkan keluarga untuk

melakukan perawatan diripada anak.

6. Dukung kemandirian dalam melakukan

mandi dan hygiene mulut, bantu pasien

hanya jika diperlukan.

R/: Melatih anak untukmelakukan

perawatan padadiri.

7. Berikan bantuan sampai anak mampu

secara penuh untuk melakukan perawatan

diri.

R/: Membantu anak memenuhiatau

melakukan perawatan pada diri.

8. Tawarkan/ajarkan untuk mencuci

tangansetelah toileting dan sebelummakan.

15
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

R/: Mengajarkan hidup bersih pada anak

dan melatih anak untuk melakukan

perawatan pada diri.

3. Gangguan interaksi Setelah diberikan 1. Diskusikan bersama keluarga tentang

sosial berhubungan tindakan keperawatan manfaat berhubungan dengan orang lain.

dengan kesulitan diharapkan anak dapat R/: Meningkatkan pengetahuan keluarga

adaptasi sosial. merasakan kewajaran tentang perlunya anak berhubungan dengan

saat berinteraksi seperti orang lain.

orang lain dengan, 2. Ciptakan lingkungan yang aman saat anak

Kriteria hasil: anak berinteraksi dengan siapapun.

dapat berinteraksi dan R/: Agar anak tidak merasa canggung,

bersosialisasi dengan tegang, atau takut saat berinteraksi.

orang lain. 3. Bina hubungan saling percaya: sikap

terbuka dan empati, sapa dengan

ramah, pertahankan kontak mata selama

interaksi.

R/: Meningkatkan kepercayaan hubungan

antara klien dengan perawat, dan

mempermudah perawat untuk berinterksi

dengan anak.

4. Motivasi anak melakukan sosialisasi

dengan orang lain.

R/: Mungkin anak mengalami perasaan

16
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

tidak nyaman, malu dalam berhubungan

sehingga perlu dilatih secara bertahap

dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Gangguan aktivitas Setelah diberikan1. Diskusikan pada anak/keluarga tentang

fisik berhubungan tindakan keperawatan keuntungan melakukan aktivitas fisik.

dengan diharapkan anak dapat R/: Untuk meningkatkan pengetahuan anak

ketidakmampuan melakukan aktivitas tentang perlunya aktivitas fisik.

fisik dan mental. fisik walau hanya2. Diskusikan pada anak/keluarga tentang

sebagian dengan, kerugian tidak melakukan aktivitas fisik.

Kriteria hasil: anak R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam

dapat melakukan melakukan aktivitas fisik

aktifitas fisik dasar. 3. Motivasi dan bantu anak melakukan aktivitas

fisik.

R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam

melakukan aktivitas fisik.

4. Beri pujian atas keberhasilan klien

melakukan aktivitas fisik.

R/: Reinforcement positif dapat

menyenangkan hati anak dan meningkatkan

minat anak untuk melakukan aktivitas fisik.


5. Resiko cidera Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan anak/keluarga

berhubungan tindakan keperawatan pertolongan pertama pada kecelakaan

dengan mobilitas diharapkan anak dapat (contoh : kursi roda dan peralatan khusus

17
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

fisik tidak kooperatif dan lainnya).

seimbang. mengatur keamanan R/: Dilakukan untuk mengurangi resiko

semampu anak, cidera yang lebih parah.

sehingga akan bebas 2. Observasi mulut jika tertelan benda selain

dari kemungkinan makanan.

kecelakaan dan cidera R/: Anak kurang mengerti tentang bahaya,

dengan, jadi harus terus di pantau dalam setiap

Kriteria hasil: anak aktivitasnya.

akan terbebas dari 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama anak

kecelakaan dan tidak sampai obat ditelan dan perhatikan efek

menelan bahan beracun. samping dari pengobatan.

R/: Menghindari anak membuang obat atau

meminum obat secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Astati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Karya Mandiri.

Delphie, Bandi 2006.Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar

Dalam Pendidikan/Rad. Bandung: Refika Aditama.

Depdiknas.2006. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar SDLB

Tunagrahita Ringan (SDLB C). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Pendidikan SLB.

18
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016
Departemen Keperawatan Anak

Doenges Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Idunna, Riande. 2013. Anak Berkebutuhan Khusus

(Tunagrahita).Online.http://rianande.blogspot.com/2013/11/anak-

berkebutuhan-khusus-tunagrahita_24.htmlDiakses Tanggal 9 Maret 2015.

Mohammad Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan. Jakarta:PT.Bumi Aksara.

Wilkinson J. M. 2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 dengan

Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:

EGC.

19
Jayanti Sekar Wangi S.Kep (70900116043)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI UIN Alauddin Makassar 2016

Anda mungkin juga menyukai