Anda di halaman 1dari 48

MONITORING

HEMODINAMIK
PASIEN COVID-19
Eri Yanuar Akhmad B.S.,
S.Kep., Ns., M.N.Sc.(I.C)
ABOUT ME
Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo,
S.Kep., Ns., M.N.Sc.(I.C)

• S-1 Ners – PSIK FK UGM


• Master of Nursing Science (Intensive Care
Nursing)
The University of Adelaide, Australia

eri_yanuar2004@yahoo.com

eri_yanuar2004

“Everything happens for a reason”


01

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

• Kasus COVID-19 yang parah dapat dikaitkan dengan gagal


napas hipoksemia, sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS), syok septik, disfungsi jantung, peningkatan sitokin
inflamasi, penyakit tromboemboli, dan/atau eksaserbasi
komorbiditas yang mendasarinya.

• Selain penyakit paru, pasien COVID-19 juga dapat mengalami


penyakit jantung, hati, ginjal, dan sistem saraf pusat.
• Pasien COVID-19 dengan penyakit kritis cenderung menjalani
prosedur yang menghasilkan aerosol
PENDAHULUAN
• Peningkatan sitokin pada pasien dengan COVID-19 lebih banyak dan
besar jika dibandingkan dengan pasien dengan penyakit kritis lainnya,
seperti sepsis dan ARDS.

• Pada pasien COVID-19 terdapat peningkatan penanda laboratorium


inflamasi yang berat (peningkatan protein C-reaktif [CRP], feritin, D-
dimer, enzim jantung, enzim hati, dan kreatinin) serta munculnya
berbagai gejala lainnya, termasuk demam dan syok; dan tanda-tanda
penyakit kardiovaskular, gastrointestinal, dermatologis, dan
neurologis.

• Konstelasi tanda dan gejala ini telah ditetapkan sebagai multisystem


inflammatory syndrome in adults (MIS-A)
MANIFESTASI VIRUS SARS COV-2
PENDAHULUAN
• Pasien yang sakit kritis dengan COVID-19 berisiko terkena infeksi
nosokomial dan komplikasi lain dari perawatan penyakit kritisnya,
seperti VAP, HAP, infeksi aliran darah terkait kateter, dan
tromboemboli vena sehingga saat merawat pasien dengan COVID-19,
perlu meminimalkan risiko komplikasi seperti pada ICU konvensional
untuk mengoptimalkan kemungkinan output ICU yang sukses.

• Sebagian besar rekomendasi hemodinamik utuk pasien COVID-19


serupa dengan rekomendasi yang diterbitkan sebelumnya. Pada
akhirnya, pasien dengan COVID-19 yang memerlukan resusitasi cairan
atau manajemen syok hemodinamik harus dirawat dan dikelola
secara identik dengan pasien dengan syok septik.
02
MONITORING
HEMODINAMIK
PASIEN COVID-19
PENGKAJIAN KLINIS
• Temperatur
• Respiratory rate dan end tidal CO2
monitoring
• Urin output
• Produksi urin (>0,5 ml/kg/jam pada
orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada
anak-anak)
• Pengukuran jugular venous pressure
(JVP)
NORMAL END TIDAL CO2
INTERPRETASI END TIDAL CO2
JUGULARIS VENOUS PRESSURE (JVP)
BERDASARKAN JENISNYA
Non Invasif

• Tekanan Darah Non Invasif (NIBP)


• EKG
• Echocardiografi

Invasif

• Central Venous Pressure (CVP)


• Arterial Line
• Pulmonary Artery Catheter
• Pulse contour cardiac output monitoring (PiCCO)
03
MONITORING
HEMODINAMIK
NON-INVASIF
NON INVASIF BLOOD PRESSURE (NIBP)
• Untuk pasien yang mengalami tremor otot, irama jantung
abnormal, denyut nadi lemah, atau tekanan darah sangat rendah
karena syok, beberapa perangkat tekanan darah otomatis mungkin
gagal mendapatkan pembacaan dan akan menunjukkan error atau
memberikan hasil yang tidak dapat diandalkan.

• Ketinggian manset dalam kaitannya dengan jantung


mempengaruhi pengukuran tekanan darah. Jika manset
ditempatkan di atas jantung, maka pembacaan tekanan darah yang
lebih rendah, sementara menempatkan manset di bawah jantung
mengarah ke pembacaan tekanan yang lebih tinggi.

• Ukuran manset yang salah adalah sumber kesalahan utama untuk


alat pengukur tekanan darah otomatis dan tensimeter manual.
Manset yang berukuran terlalu kecil cenderung memperkirakan
tekanan darah secara berlebihan, sedangkan ukuran manset yang
terlalu besar dapat menyebabkan perkiraan yang terlalu rendah.
NON INVASIF BLOOD PRESSURE (NIBP)
Mean Arterial Pressure

• MAP, atau tekanan arteri rata-rata, didefinisikan sebagai tekanan


rata-rata di arteri pasien selama satu siklus jantung. MAP dianggap
sebagai indikator perfusi ke organ vital yang lebih baik daripada
tekanan darah sistolik (SBP)
• Pada pasien COVID-19 target perfusi meliputi MAP >65 mmHg dan
kadar laktat serum> 2mmol/L.

Pulse Pressure

• Pulse Pressure yang kurang dari 25% dari tekanan sistolik dianggap
rendah atau menyempit, sedangkan lebih besar dari 100 tinggi atau
melebar.
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
• Elektrokardiogram (EKG) adalah salah satu pemeriksaan medis
yang paling umum digunakan dalam pengkajian penyakit
kardiovaskular.
• Ini secara rutin digunakan dalam evaluasi pasien
• infark miokard,
• iskemia,
• infark sebelumnya,
• kelainan elektrolit,
• toksisitas obat,
• defibrillator implan dan alat pacu jantung.
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
ECHOCARDIOGRAFI
• Ekokardiografi telah terbukti menjadi alat diagnostik penting dalam
pengkajian pasien kritis.
• Ada dua jenis echo
• transesophageal echocardiography (TEE)
• transthoracic echocardiography (TTE)
04
MONITORING
HEMODINAMIK
INVASIF
CENTRAL VENOUS CATHETER
• Kateter vena sentral (CVC) adalah
perangkat yang dipasang ke dalam
vena sentral yang besar (paling
sering melalui jugularis interna,
subklavia, atau femoralis), dan ujung
kateter berada di dalam vena cava
inferior, vena cava superior atau
atrium kanan.
• Identik dengan istilah ”central line"
atau "akses vena sentral".
• Normal CVP 5-10 CmH2O atau 2-6
mmHg.
• Trend menjadi hal yang penting.
INDIKASI CENTRAL VENOUS CATHETER

• Kebutuhan akan infus multipel yang mungkin tidak


sesuai dengan akses intravena perifer, seperti
vasopresor, nutrisi parenteral total, kemoterapi, dan
obat lain yang bersifat kaustik pada vena perifer.
• Ketidakmampuan untuk mendapatkan akses vena
dalam situasi darurat.
• Inisiasi terapi ekstrakorporeal, seperti hemodialisis,
plasmapheresis, dan terapi penggantian ginjal
berkelanjutan.
• Pemantauan hemodinamik, termasuk tekanan vena
sentral.
• Untuk intervensi vena, termasuk penempatan filter
vena cava inferior, terapi trombolitik, pacu jantung
transvena, dan pemasangan stent intra vena.
PERAN PERAWAT
CENTRAL VENOUS CATHETER
• Inspeksi harian tentang akses dan kepatenan CVP
harus dilakukan selama shift oleh perawat.
• Secara khusus, perawat harus mendisinfeksi port
injeksi, hub kateter, dan konektor dengan antiseptik
sesuai SOP.
• Set administrasi intravena harus diganti sesuai
kebijakan rumah sakit.
• Area insersi harus diperiksa untuk perdarahan,
pembentukan hematoma, dan tanda-tanda selulitis,
yang meliputi eritema, drainase purulen, dan / atau
kehangatan.
• Dressing harus diganti jika terlihat kotor. Ini harus
dilakukan dengan teknik steril.
ARTERIAL LINE CATHETER

Menempatkan kateter ke dalam


lumen arteri untuk memberikan
tekanan darah terus menerus juga
memberikan akses untuk
pengambilan sampel darah arteri.
NORMAL (OPTIMAL) DAMPED SISTEM

• Bentuk gelombang terlihat


dengan jelas dan semua
komponen gelombang terlihat,
seperti takik dikrotik (dicrotic
notch).
OVERDAMPED SISTEM

• Periksa adanya
gumpalan/gelembung udara di
dalam kateter atau selang
• Pastikan bahwa kateter tidak
“menabrak” dinding pembuluh
darah.
• Periksa apakah ada kinking
pada kateter atau selang
• Ubah selang menjadi satu set
selang pemantauan yang kaku
dan pendek.
UNDERDAMPED SISTEM

Lepaskan selang yang


terlalu panjang
dan/atau beberapa
stopcock.
PERAN PERAWAT
ARTERIAL LINE CATHETER
• Pengambilan darah dari jalur arteri sebaiknya ada beberapa darah awal
yang dibuang (biasanya 1-3 ml tergantung pada usia pasien dan volume
darah yang bersirkulasi) untuk mencegah kesalahan laboratorium sekunder
• Sangat penting untuk memastikan bahwa untuk patensi kateter selalu ada
cairan yang diinfuskan melalui kateter dengan kecepatan 1-3 ml/jam,
dengan atau tanpa sistem kantong bertekanan.
• Cairan infus yang umum digunakan adalah normal saline atau normal saline
dengan 1-2 unit/ml heparin. Berdasarkan RCT, penggunaan larutan
heparinisasi belum terbukti mengurangi risiko trombosis kateter.
• Jalur arteri harus diberi label yang jelas dan cairan infus harus diperiksa
secara menyeluruh oleh 2 perawat untuk mencegah kesalahan.
PERAN PERAWAT
ARTERIAL LINE CATHETER
• Tekanan yang ditampilkan adalah
tekanan relatif terhadap posisi
transduser
• Untuk mencerminkan tekanan darah
secara akurat transduser harus
setinggi jantung. Over-reading akan
terjadi jika transduser terlalu rendah
dan under-reading jika transduser
terlalu tinggi
• Transduser harus di-zero-ing pada
tekanan atmosfer
PULMONARY ARTERI CATHETER
SWANZ-GANZ
• Penyisipan kateter ke dalam arteri pulmonalis.
• Tujuannya adalah diagnostik; digunakan untuk
mendeteksi gagal jantung atau sepsis,
memantau terapi, dan mengevaluasi efek obat.
• Kateter arteri pulmonalis memungkinkan
pengukuran tekanan secara langsung dan
simultan di atrium kanan, ventrikel kanan,
arteri pulmonalis, dan tekanan pengisian
(tekanan ”wedges") atrium kiri.
• Munculnya MRSA dan infeksi kateter di rumah
sakit membuat pembatasan intervensi jantung
invasif ini di rumah sakit.
INDIKASI
PULMONARY ARTERI CATHETER
SWANZ-GANZ

• Manajemen komplikasi dari infark


miokardium
• Asessmen distress pernafasan
• Asessmen tipe shock
• Asessmen terapi
• Asessmen kebutuhan cairan pada pasien
kritis
• Manajemen post operatif pada pasien
operasi bedah jantung terbuka
• Asessmen penyakit katup jantung
• Asessmen tamponade jantung/konstriksi
PULSE CONTOUR CARDIAC OUTPUT
(PiCCO)

• PiCCO adalah akronim untuk Pulse


Contour Cardiac Output.

• PiCCO menggunakan kombinasi


dua teknik untuk pemantauan
hemodinamik dan volumetrik
tingkat lanjut
• Termodilusi transpulmoner
• Analisis kontur nadi
INDIKASI PiCCO
• Shock: cardiogenic,
hypovolaemic, septic
• Sepsis
• Trauma
• Pulmonary oedema
• Acute lung injury
• Burns
• Setiap kondisi yang memerlukan
penilaian fungsi hemodinamik
dan/atau volumetrik
POINT PENTING

Monitoring hemodinamik dapat dilakukan dengan didukung


penilaian kondisi klinis yang baik, interpretasi nilai parameter
yang tepat, dan penggunaan perangkat teknologi yang
bijaksana.
ADA PERTANYAAN?
Thanks!
Scan Barcode Untuk Kontak Saya

cv.eriyanuar.web.id
Jangan Lupa Protokol
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai