Disusun oleh :
Kelompok X’20
Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa
memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah psikososial,
dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut
Malim (2002) Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau tumpul
(Yusuf, dkk, 2015). Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO
2013) menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali
tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh perawatan dan
pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di
DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil),
Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa
Tenggara Barat (2,1 per mil), Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke
sembilan dengan jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan
pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi,
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam
proses hidup di masyarakat dan timbulah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan
menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah keinginan yang akan
menurunnya semua fungsi kejiwaan. Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya
seseorang dalam memenuhi sebuah tuntutan akan mengawali terjadinya
penyimpangan kepribadian yang merupakan awal dari terjadinya gangguan jiwa
Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021
(Nasir, 2011).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa
sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka
perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan
melatih keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007)
Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-
cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).
Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi di
Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang tinggi tentang
kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup keluarga
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu dilakukan upaya peningkatan
lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai penunjang pengetahuan yang ada yang
dapat membawa perubahan perilaku keluarga dalam merawat pasien halusinasi.
Keluarga belum tentu berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga
tidak ada perbedaan yang signifikan pada frekuensi kekambuhan pada keluarga
dengan tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. Keluarga yang aktif menerima
informasi, berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan perawat
yang berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga yang dapat
menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan pasien
halusinasi (Sari, 2014).
Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada
proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat sehingga
kemandirian klien dapat dicapai. Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi dan diselesaikan (Keliat, 2011).
Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021
Kelompok X’20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk,
2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya factor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
5. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk (Dalami, dkk, 2014
):
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut (Kusumawati,
2012):
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami
halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith,
2015).
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Kelas kimia Kelas kimia
Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Melatih klien mengontrol halusinasi :
(1) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
c. Faktor predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
3) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
d. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
e. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
f. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien
memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
3) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan
ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan.
g. Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
2) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
3) Aktifitas motoric
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
4) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
5) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,
tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
7) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan
menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata,
tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut,
ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
8) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis
dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
9) Isi pikir
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
11) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan
yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan
adalah salah.
14) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa
kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif
klien
h. Kebutuhan persiapan klien pulang
1) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki
minat dan kepedulian.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
i. Aspek medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin
(TFZ), dan anti parkinson trihenskiphenidol (THP), triplofrazine arkine.
j. Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut
(Prabowo, 2014).
Resiko perilaku kekerasan (efek)
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social
3. Intervensi keperawatan
a. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
b. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
3) Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
4) Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
5) Bercakap –cakap dengan orang lain.
6) Melakukan aktifitas yang terjadwal.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun
jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau
jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
b. Pengobatan Sebelumnya
Klien dan keluarga mengatakan sepulang dari Rumah sakit, Klien tidak meminum
obat dengan teratur. Klien merasa obat yang dikonsumsi memilki efek samping pada
dirinya yang menyebabkan susah jalan, sering ngantuk dan mulut terasa kering.
Biasanya Klien hanya mengkonsumsi obat 1x1 sehari yaitu Haloperidol dan
Resperidon, karena Klien susah minum obat petugas kesehatan Puskesmas
memberikan obat suntik sebulan sekali kerumah Klien.
c. Trauma
Aniaya Fisik
Klien dan keluarga mengatakan pernah memukul dan melempari orang lain
dengan batu karena Klien merasa dirinya terganggu dan di ejek
Aniaya Seksual
Klien tidak memiliki riwayat sebagai pelaku seksual
Penolakan
Klien merasa sedih dan kesal saat dirinya tidak di ajak mengikuti kegiatan di
lingkungannya, Klien juga sering diganggu oleh anak-anak remaja yang ada di
lingkungannya sepeti saat Klien berjalan-jalan di lingkungannya dan di lempari
batu
Kekerasan dalam Keluarga
Keluarga mengatakan pola asuh dari ayahnya yang keras mengakibatkan Klien
depresi, Klien pernah di ikat kakinya dan dikurung di dalam rumah selama 3 bulan
karena sering berjalan-jalan jauh sendirian.
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal seperti mencuri ataupun yang
lain seperti berurusan dengan polisi
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
V. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
t : laki-laki
: perempuan
: meninggal
: Klien
: anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
---- : tinggal serumah
Keterangan: Berdasarkan genogram di atas orangtua Ibu klien sudah meninggal dunia.
Saudara Klien yang masih hidup saat ini tinggal berjauahan karna telah memilki keluarga
sendiri. Klien tidak pernah menikah. Saat ini Klien tinggal bersama adik kandungnya,
satu orang anak adiknya, orangtua laki-laki dan seminggu sekali keponakannya datang
untuk memotong rambut klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
b. Konsep Diri
Citra Tubuh
Klien tampak tersenyum saat ditanyai bagian tubuh yang paling disukai, Klien
mengatakan menyukai wajahnya dan tangannya dan menerima bentuk tubuh apa
adanya.
Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang anak kelima dari 7 saudaranya, Klien
mengatakan bersekolah hanya sampai SD.
Peran Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang kakak laki-laki bagi saudaranya nya,
klien tidak bekerja.
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh
Harga Diri
Klien merasa seringkali di ejek dan di ganggu oleh orang-orang yang ada di
sekitar lingkungannya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
c. Hubungan Sosial
Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya yaitu ayahnya, adiknya
serta keluarga besarnya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien tidak terlalu berperan dalam kegiatan masyarakat karena dianggap tidak
berguna dan mengganggu kegiatan masyarakat..
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien
Klien mengatakan terkadang merasa malu saat memulai percakapan tapi kadang
Klien berani menyapa terlebih dahulu seperti menanyakan nama dan asal tempat
tinggal lawan bicaranya.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
d. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dirinya adalah seorang beragama islam dan seorang muslim.
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu
b. Pembicaraan
Saat berinteraksi Klien menjawab dengan cepat terkadang berbelik-belik dan pada
akhirnya Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat yang dapat dimengerti.
Masalah Keperawatan : ………………………………………………
c. Aktivitas Motorik
Klien tampak tenang, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti
mandi, keramas,memotong kuku, berdandan, makan dan BAB
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan tidak bisa mengendalikan diri pada saat mendengar suara tersebut,
keluarga mengatakan klien akan jengkel dan ingin marah setiap permintaannya tidak
dituruti.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
e. Afek
Klien memiliki afek yang datar, saat interaksi Klien kadang diam dan mengikutinya,
kadang tersenyum dan diam saja
Masalah Keperawatan : ………………………………………………………....
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan seperti suara bapak-bapak
menyuruhnya untuk belajar, mengambil jemuran tetangga dan berjalan-jalan kesuatu
tempat. Klien mengatakan suara itu muncul ketika klien sedang sendiri, klien
mengatakan dalam sehari mendengar lebih kurang 3-4 kali. klien mengatakan
mendengar suara tersebut lalu menjawabnya, dan melakukan yang disuruh oleh suara
tersebut.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
h. Proses Pikir
Klien mampu menjawab pertanyaan walaupun terkadang jawaban klien berbelit-belit
namun tetap sampai pada tujuan pembicaraan (sirkumtansial)
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
i. Isi Pikir
Pada saat interaksi klien tidak ada dtemukan hambatan isi piker seperti waham dan
depersonalisasi pikiran. Klien tidak mengucapkan suatu keyakinan berlebihan yang
disebutkan secara berulang, klien tidak memiliki obsesi terhadap suatu hal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
j. Tingkat Kesadaran
Klien sadar dan cukup kooperatif, klien mengetahui dimana Klien berada, mengetahui
nama dan usianya. Klien terorientasi yang baik terhadap waktu dan tempat. Klien
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
mengetahui hari, tanggal, tahun, dan hari dengan tepat. Klien mengetahui bahwa ia
harus rutin untuk pengobatan dari Puskesmas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
k. Memori
Klien tidak memiliki gangguan memori baik jangka panjang, pendek, maupun saat ini.
Klien dapat mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya dengan baik dan
dapat menceritakannya dengan benar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana secara mandiri. Contohnya
memberikan kesempatan kepada Klien untuk memilih makan dulu atau cuci tangan
dulu dan mandi dulu atau melepaskan pakaian dulu. Klien mengatakan cuci tangan
dulu sebelum makan dan melepaskan pakaian dulu sebelum mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
b. BAB / BAK
Klien BAB dan BAK secara mandiri menggunakan toilet dan mampu mmebersihkan
sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2 x 1 sehari dan dapat melakukannya secara mandiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Berpakaian / Berhias
Klien selalu memilih dan mengganti pakainnya sendiri. Pakaian yang digunakan
sudah sesuai rapi dan bersih. Klien tampak rapi dalam berpakaian. Klien memakai
pakaian yang sesuai dengan benar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f. Penggunaan Obat
Klien mengatakan mendapat obat Haloperidol dan Resperidon namun karena klien
jarang minum obat maka petugas Puskesmas memberikan obat suntik sekali sebulan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
g. Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga mengatakan jika sakit klien mengontrol kesehatan ke puskesmas atau
rumah sakit yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Koping Maladaptif
Klien mengatakan kalau ada masalah yang dihadapinya, ia cenderung berdiam diri di
kamar atau duduk di teras rumah dan malas untuk melakukan sesuatu. Jika klien
kesal, dirinya marah-marah dan melempar benda yamg ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan tidak tahu tentang penakitnya, klien kurang tahu masalah obat-obatan
dan kegunaan dari obat tersebut. Klien juga kurang memahami bagaimana cara mengatasi
halusinasi yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Do :
- Penampilan klien tidak rapi
- Muka kusam
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Halusinasi
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
SP II :
Setelah pertemuan klien
mampu : - Evaluasi SP I, beri
pujian
- Menyebutkan - Jelaskan cara minum
kegiatan yang obat yang benar (6
dilatih/ dilakukan prinsip)
- Menjelaskan - Masukkan ke dalam
cara minum obat jadwal kegiatan
yang benar harian
SP IV :
- Evaluasi SP I, II,
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
SP II :
- Latih dan ajarkan klien
cara minum obat secara
teratur dengan prinsip 6
Setelah pertemuan benar (nama, jenis, dosis,
klien mampu : waktu, cara, dan
kontinuitas)
- Mampu - Susun jadwal minum
menyebutkan obat secara teratur
kegiatan yang - Evaluasi SP I
sudah dilakukan - Masukkan ke dalam
- Mampu jadwal kegiatan harian
memperagakan
cara minum obat
yang baik dan SP III :
benar - Evaluasi kegiatan yang
lalu SP I, SP II, beri
pujian
- Latihan mengungkapkan
rasa marah secara verbal
: meminta, menolak, dan
mengungkapkan marah
dengan baik
- Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah
dengan verbal
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
SP IV :
- Evaluasi SP I, II, III,
beri pujian
- Latihan cara
berdoa/sholat/berzikir
- Susun jadwal kegiatan
berdoa
Setelah pertemuan
klien mampu :
- Mampu
menyebutkan
kegiatan yang
dilakukan
- Mampu
mengontrol marah
dengan spiritual
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
SP 2 Klien
- Evaluasi jadwal
kegiatan hari klien (sp1)
- Latih cara berbicara saat
Setelah pertemuan
melakukan kegiatan (2
klien mampu :
kegiatan)
- Berbicara saat - Masukkan dalam jadwal
melakukan kegiatan latihan
kegiatan harian(2 berkenalan dengan 2-3
kegiatan) orang Klien, perawat
- Mampu menyusun atau tamu atau berbicara
jadwal untuk saat melakukan
berbicara sambil kegiatan
melakukan
kegiatan dan
SP 3 Klien
berkenalan dengan
- Mengevaluasi jadwal
2-3 orang
kegiaan harian klien
(sp1)
- Melatih cara berbicara
saat melakukan kegiatan
(2 kegiatan)
- Memasukkan dalam
jadwal kegiatan latihan
berkenalan
Setelah pertemuan
klien mampu:
- Berbicara saat
melakukan
kegiatan harian (2
kegiatan
- Mampu menyusun SP 4 Klien
jadwal untuk - Mengevaluasi jadwal
berbicara sambil kegiatan sebelumnya(sp
melakukaan 1, 2, 3)
kegiatan dan - Melatih cara bicara
berkenalan dengan social: meminta sesuatu
4-5 orang dan menjawab sesuatu
- Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan Klien
cara sesuatu dan
menjawab pertanyaan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Setelah pertemuan
klien mampu:
- Melakukan cara
bicara social:
meminta sesuatu
dan menjawab
pertanyaan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
a. Mempraktikkan
cara merawat SP-2
pasien dengan
halusinasi. 1. Evaluasi kegiatan
b. Keluarga mampu keluarga dalam
melakukan cara merawat/melatih klien
merawat pasien menghardik. Beri
halusinasi. pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara
memberikan/membim
bing minum obat
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP-3
1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik dan
minum obat. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap – cakap saat
terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
SP-4
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Nama dan
Hari / Diagnosa
Implementasi Evaluasi Tanda
Tanggal Keperawatan
Tangan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
tidak mau
dengar..kamu
suara palsu”
- Klien mengatakan
merasa senang
menceritakan
halusinasinya
- Keluarga
mengatakan akan
membantu klien
menghardik suara-
suara saat pasien
kambuh.
O:
- Klien tampak
berbincang-bincang
dengan perawat.
- Klien tampak
bingung
- Klien tampak suka
melamun
- klien tampak berjabat
tangan dengan
perawat
- keluarga tampak
memperhatikan
perawat
- keluarga menyimak
cara-cara menghardik
suara
A:
Masalah halusinasi
belum selesai
P:
- Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
Minggu/ Gangguan SP 1 S: Hafsari
27 persepsi - Klien mengatakan Wulandari
Desember sensori : 1. Membina hubungan mendengar suara
Halusinasi saling percaya pada palsu yang
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
- Klien tampak
mampu meragakan
cara menghardik
dengan benar
- Klien tampak bisa
mengubah pola
pikirnya bahwa
suara itu suara palsu
tidak nyata dengan
cara latihan
menghardik
- Klien tampak
senang mengikuti
Terapi kognitif
- Keluarga tampak
memahami cara
menghardik suara-
suara
A:
- Klien mampu
melakukan SP 1
yaitu mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
P:
- Lanjutkan SP 2
(Latihan bercakap-
cakap dengan orang
lain)
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
A:
- Masalah gangguan
(sensori persepsi:
halusinasi )
bercakap- cakap
dengan inovasi
terapi kognitif sudah
optimal
P:
- Lanjutkan SP3 cara
mengontrol
halusinasi dengan
minum obat dengan
benar
Rabu/ 30 Gangguan SP 3 S
Desember persepsi 1. Mengevaluasi tanda - Klien mengatakan
2020 sensori : dan gejala halusinasi paham dengan
Halusinasi 2. Mengevaluasi prinsip 6 benar
Pendengaran kemampuan klien minum obat ( Jenis,
16.00 dalam melakukan guna, dosis,
WIB latihan bercakap dan frekuensi, cara,
beri pujian kontinuitas minum
3. Evaluasi manfaat obat) Klien
melakukan bercakap- mengatakan senang
cakap dengan orang mengikuti terapi
lain kognitif
4. Melatih cara - Klien mengatakan
mengontrol halusinasi bisa mengulang
dengan obat kembali terapi
latihan cara
(jenis,guna,dosis,freku
menghardik
ensi, cara, kontinuitas
- Klien mengatakan
minum obat) dan
mengontrol
melatih kemampuan
halusinasi dengan
mengubah pola pikir
melakukan cara
negatif pasien dengan
kegiatan yang sudah
melakukan latihan
diajarkan
menghardik dan - Klien mengatakan
berikan pujian tidak mau minum
5. Penggunaan tanggapan obat karena sudah
rasional terhadap diberi obat suntik
pikiran negatif yang setiap bulan
kedua : bahwa klien - Klien mengatakan
malas untuk minum mendapatkan obat
obat suntik dari petugas
puskesmas pada
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
pertengahan bulan
- Keluarga
mengatakan
mengerti prinsip 6
benr memberikan
obat
- Keluarga
mengatakan
mengerti kegunaan
obat bagi klien
- Keluarga
mengatakana akan
membantu klien
sesuai jadwal untuk
mengkonsumsi obat
O:
- Klien mengatakan
senang mengikuti
Terapi Kognitif
- Klien tampak tenang
setelah diberikan
latihan mengubah
pola pikir negatif
dengan cara
mengontrol
halusinasi dengan
minum obat
- Konsentrasi sudah
lebih baik.
- Klien tampak
mampu
mempraktekan
kembali atau
mengulangi cara
mengubah pola pikir
negatif dengan
mengontrol
halusinasi
menghardik dan
minum obat secara
teratur
- Keluarga tampak
paham dengan
pemberian obat dan
kegunaan obat bagi
klien
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
A:
- Masalah gangguan
persepsi sensori :
halusinasi dengan
SP 3 (latihan minum
obat secara teratur)
dengan inovasi
terapi kognitif belum
optimal
P:
- Lanjutkan SP4
Sabtu/ 2 Gangguan SP 4 S:
Januari persepsi 1. Mengevaluasi jadwal - Klien mengatakan
2021 sensori : kegiatan harian pasien. bahwa dirinya sudah
Halusinasi (apakah suara-suaranya dapat mengontrol
Pendengaran masih sering muncul ? halusinasinya
15.00 apakah sudah dipakai 3 - Klien mengatakan
WIB cara yang telah kita latih mampu mengulang
? bagaimana hasilnya ? kembali latihan 1,2,
coba saya lihat jadwal dan 3
kegiatan harian bapak. - Keluarga
Bagus ya pak. Sesuai mengatakan telah
janji kita, hari ini akan mempraktikan
mendiskusikan tentang namun jarang
mengendalikan dengan latihan
halusinasi dengan menghardik dan
bercengkrama
melakukan kegiatan
rumah seperti menyapu
O:
ya pak)
- Klien tampak tenang
2. Melatih pasien
- Klien tampak
mengendalikan
mampu memasukan
halusinasi dengan
kegiatan kedalam
melakukan kegiatan yang
kegiatan harian
dirumah. (apa saja yang - Keluarga tampak
bisa bapak lakukan mampu melakukan
dirumah ? wah bagus ya tindakan untuk
pak banyak yang bisa mengendalikan
bapak lakukan dirumah. halusinasi klien
Nah sekarang kita akan dengan menghardik,
melakukan menyapu bercakap-cakap dan
rumah ya pak ? caranya : minum obat
Ambil sapu, pegang A:
gangangya, menyapu - Masalah gangguan
dengan searah ya pak. sensori persepsi:
Kegiatan ini dapat bapak halusinasi optimal
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
pikiran negatif
halusinasi
- Klien mengatakan
semua latihan yang
dilatih sudah klien
masukan kedalam
catatan ,jika
sewaktu-waktu
muncul pikiran
yang tidak baik
diatasi dengan
latihan yang
diajarkan
- Keluarga
mengatakan akan
membantu pasien
dan menerapkan sp
yang telah
diajarkan
- Keluarga
mengatakan sudah
paham mengenai
gejala dan tindakan
saat klien kambuh
O:
- Klien tampak
tenang setelah
diberikan terapi
dengan latihan
memasukan
kedalam kegiatan
terjadwal dan akan
mengikuti kegiatan
- Klien tampak
mampu
menerapkan terapi
kognitif apabila
datang pikiran
negatif dan
mendengar
suarasuara lagi
- Klien tampak
tenang sudah
diberikan terapi
kognitif
- Keluarga tampak
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
paham dengan
tindakan yang
dilakukan saat
klien kambuh
- Keluarga tampak
senang dan
memperhatikan
klien
A:
- Masalah gangguan
sensori persepsi:
halusinasi
bercakapcakap
dengan optimal
P:
- Intervensi inovasi
terapi kognitif
dihentikan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
BAB IV
PEMABAHASAN
A. Analisis masalah
Pada saat pengakajian pada Jumat/ 25 Desember 2020 klien mengatakan Klien
sebelumnya pernah diantar keluarga dibawa ke RS Jiwa Prof. H.B. Saanin Padang pada 5
tahun yang lalu. Keponakan klien mengatakan klien mengamuk, suka tertawa sendiri,
berbicara sendiri, jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan, melempar barang-barang
dirumah, melempar jemuran baju tetangga dan memecahkan kaca mobil tetangga setelah
di ejek oleh warga sekitar rumahnya. Pasien juga pernah mengalami kejadian masalalu
mengalami gangguan jiwa sejak kelas 5 SD yaitu 40 tahun yang lalu pada saat Klien
berusia 13 tahun. Keluarga Klien mengatakan penyebab awal Klien mengalami gangguan
jiwa karena tekanan dari ayahnya yang mengasuh anak-anaknya seorang diri dengan pola
asuh yang keras, faktor keluarga dimana adiknya juga mengalami gangguan jiwa. Klien
sudah 4 kali dirawat, terakhir dirawat di RSJ HB Saanin Padang pada 5 tahun yang lalu
selama 3 bulan, sejak pulang Klien kontrol Puskesmas Silaut.
Faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart (2007), bahwa faktor predisposisi atau
stressor pencetus pada ummnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress.
Hal ini lha yang menyebabkan klien kambuh dan mengalami halusinasi
kembali.Sedangkan pengkajian terhadap status mental, penyusun mendapatkan data pasien
mengalami halusinasi pendengaran yang dibuktikan dengan pasien mengatakan
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya memukul lantai dan pergi kesuatu
tempat, klien mengatakan mendengar suara hanya beberapa detik saja dalam satu hari
suara itu muncul 2-3 kalisehari dan biasanya muncul pada malam hari saat mau tidur dan
saat sendiri. Pasien mengatakan kadang takut dan risih dengan suara-suara tersebut. Yang
klien lakukan saat mendengar suara tersebut adalah menjawabnya sambil tertawa.
Berdasarkan hasil observasi diruangan terkadang klien tampak berbicara sendiri, tertawa
dan senyum-senyum sendiri.
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan, TD : 120/80 mmHg, N : 35x/I, S : 36,8 C,
P :20 x/I, : TB : 170 cm, BB : 58 kg. Hasil pengkajian keluhan fisiknya klien mengatakan
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
tidak mempunyai keluhan apaapa. Beberapa tanda gejala halusinasi pendengaran terdapat
pada klien yaitu tertawa sendiri, senyum sendiri, berbicara sendiri, mondar-mandir,
menyendiri. Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan asuhan keperawatan
kesehatan jiwa adalah pengenalan dan pegindentifikasian pola respon terhadap masalah
kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual atau potensial (Damaiyanti & Iskandar,
2014). Menentukan prioritas masalah keperawatan adalah kegiatan menentukan masalah
yang menjadi skala prioritas untuk diselesaikan dahulu atau diatasi dahulu dari beberapa
banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis, diagnosa keperawatan yang didapat
pada pasien dari hasil pengkajian yang telah penyusun kumpulkan mulai dari pengkajian
awal, pengelompokan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan diagnosa
penulis menemukan tiga diagnosa pada Tn.K adalah sebagai berikut: 1. Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran (Core problem) Dari data pengkajian didapatkan klien
tertawa dan senyum sendiri, berbicara sendiri, dan tampak bingung. 2. Isolasi sosial :
menarik diri (causa) Didapatkan data klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan
temantemannya maupun perawat yang ada diruangan. 3. Resiko perilaku kekerasan
(effect) Didapatkan data klien jengkel dan ingin marah jika permintaanya tidak dituruti,
klien tampak gelisah, dan mondar-mandir tanpa tujuan
Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnosa keperawatan menurut tinjauan
teoritis sama dengan dengan diagnosa keperawatan pada kasus. Pada proses penegakan
diagnosa keperawatan penyusun tidak menemukan faktor penghambat. Kerja sama yang
baik antara perawat dan pasien merupakan faktor pendukung bagi penulis untuk
mengangkat diagnosa tersebut.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
diengar adalah suara palsu. Akibat dari halusinasi yang dialami pasien, pasien merasa
diasingkan dan bisa mengalami harga diri rendah. Halusinasi berkembang melalui 4
fase dimana setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda. Pada tahap ketiga
pengalaman sensori persepsi pasien menjadi berkuasa. Pasien mulaimenyerah untuk
melawan halusinasi menguasai dirinya. Pasien cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan halusinasinya. Jika halini dibiarkan halusinasi pasien akan berlanjut pada
fase keempat dimana pasien mengalami panik yang berlebihan karena pengalaman
sensori pasien sudah mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara, saat ini
terjadi pasien akan panik, cemas, takut dan kehilangan kontrol.
Maka dari itu diperlukan penanganan halusinasi yang tepat, salah-satu
penanganan yang dilakukan adalah pemberian terapi, terapi yang diberikan bisa dalam
bentuk farmakologi, terapi somatis dan terapi kognitif. Terapi kognitif yaitu
psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara
klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami
kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bTujuan Terapi kognitif ini
adalah Individu dapat mengenal pikiran-pikiran negatif/otomatisnya, Individu dapat
memahami hubungan antara kognitif, afektif dan perilaku, Individu dapat mengatasi
kelainan bentuk pikiran (distorsi kognitif), Individu dapat menggantikan pikiran
negatif dengan pikiran-pikiran yang lebih realistik, dan Individu dapat belajar
mengidentifikasi dan mengetahui perubahan pikiran yang disfungsional yang
mengakibatkan individu mengalami distorsi pikiran.
Penerapan terapi kognitif ini sesuai dengan Hasil penelitian Nyumirah,S (2013)
tentang Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi di
Ruang Sadewa di Rs Dr.H Marzoeki Mahdi Bogor, menyatakan bahwa klien dengan
pemberian terapi perilaku kognitif. Klien mengalami peningkatan kemampuan dalam
mengatasi halusinasi yang muncul dengan melakukan merubah pikiran dan perilaku
yang negatif menjadi positif.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
dan penerapan Terapi Kognitif dengan Sesi II. untuk penerapan Terapi Kognitif sangat
berpengaruh dalam membantu pasien karena dalam mengetahui jenis obat dan
kegunaan dapat membantu pasien mau dan rajin minum obat dan tidak ada rasa malas
lagi. Hasil penelitian Rahmayani, A (2017) tentang “Mengontrol Pikiran Negatif Klien
Skizofrenia dengan Terapi Kognitif‟‟. Didapatkan bahwa Terapi kognitif mampu
meningkatkan kemampuan mengontrol pikiran negatif, hal ini seakan dapat menjadi
antidepresan bagi orang-orang yang sedang mengalami mental. Pemikiran negatif yang
muncul juga akan digantikan dengan pemikiran positif.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
Perawat memiliki peran utama untuk memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Pemikiran positif akan rasa aman, didengarkan akan mengurangi kecemasan yang
akan timbul akibat perasaan tidak mampu dan tidak berguna dari klien. Pemikiran positif
pun akan membuat klien lebih terbuka terhadap implementasi program keperawatan yang
ditujukan baginya.Hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan
keperawatanmemenuhi standar pelayanan. Salah satu jenis SOP yang di gunakan dalah
SOP tentang strategi pelaksaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan
keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien
dengan gangguan jiwa yang salah satunyaadalah pasien yang mengalami masalah utama
halusinasi Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi, serta
minum obat dengan teratur . Tindakan terapi kognitif (cognitive therapy) terbukti efektif
dalam perubahan pemikiran positif, membantu seseorang dalam mengurangi penderitaan
yang dialami dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan seseorang tersebut
terhadap apa yang diinginkannya. Dalam Pemikiran positif mampu berpikir rasional yang
diperoleh oleh klien membuat klien lebih optimis dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan yang akan datang.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran maka dapat
disimpulkan :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan klien berupa mendengar suara-suara
bisikan seperti suara bapak-bapak yang menyuruhnya untuk belajar, mengambil
jemuran tetangga dan berjalan-jalan kesesuatu tempat. Faktor predisposisi partisipan
dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga, faktor psikologis dan sosial
budaya seperti kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan
keluhan dan kelainan pada klien. Terapi medis yang diberikan adalah Haloperidol dan
Resperidone.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengar, resiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Dalam mengumpulkan data
dan menegakkan diagnosa penulis tidak menemukan hambatan karena partisipan
cukup kooperatif dan keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan sesuai dengan teori. Diagnosa
pertama yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi pelaksanaan
halusinasi mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi, situasi dan latihan
mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dan melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi masalah
partisipan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan halusinasi. Dengan harapan
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan dengan
klien mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian.
B. Saran
1. Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada keluarga dan orang
terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan halusinasi di klinik
maupun di komunitas masyarakat.
3. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas dapat mengembangkan program
kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa
yang dialami klien dan keluarga dengan halusinasi.
4. Penulis Selanjutnya Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan
keperawatan pada klien halusinasi. Selain itu penulis selanjutnya dapat menggali lebih
dalam lagi proses asuhan keperawatan yang berbasis klien dan keluarga pada masalah
kesehatan gangguan jiwa.
Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Kelompok X20