Anda di halaman 1dari 57

Praktek Profesi Keperawatan Jiwa

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021

MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI KELURAHAN
SUNGAI SIRAH SILAUT PESISIR SELATAN

PROFESI KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Kelompok X’20

Fero Hade Al Ghazy, S.Kep (1941312077)


Hafsari Wulandari, S.Kep (1941312090)
Budi Yuniarto, S.Kep (1941312065)
Rama Hidayat, S.kep (1941312067)
Rova Elmi, S.Kep (1941312057)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021

Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa
memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah psikososial,
dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut
Malim (2002) Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau tumpul
(Yusuf, dkk, 2015). Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO
2013) menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali
tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh perawatan dan
pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di
DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil),
Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa
Tenggara Barat (2,1 per mil), Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke
sembilan dengan jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan
pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi,
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam
proses hidup di masyarakat dan timbulah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan
menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah keinginan yang akan
menurunnya semua fungsi kejiwaan. Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya
seseorang dalam memenuhi sebuah tuntutan akan mengawali terjadinya
penyimpangan kepribadian yang merupakan awal dari terjadinya gangguan jiwa

Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021

(Nasir, 2011).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa
sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka
perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan
melatih keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007)
Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-
cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).
Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi di
Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang tinggi tentang
kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup keluarga
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu dilakukan upaya peningkatan
lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai penunjang pengetahuan yang ada yang
dapat membawa perubahan perilaku keluarga dalam merawat pasien halusinasi.
Keluarga belum tentu berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga
tidak ada perbedaan yang signifikan pada frekuensi kekambuhan pada keluarga
dengan tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. Keluarga yang aktif menerima
informasi, berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan perawat
yang berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga yang dapat
menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan pasien
halusinasi (Sari, 2014).
Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada
proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat sehingga
kemandirian klien dapat dicapai. Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi dan diselesaikan (Keliat, 2011).

Kelompok X’20
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2021

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien berfungsi utuh sebagai
manusia (Dalami, 2010). Sehingga klien dapat mencapai kesembuhan yang optimal
dari penyakit yang dideritanya agar dapat menyatu kembali dalam lingkup kehidupan
yang sesuai. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari seminar kasus ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami serta menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana tindakan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
C. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka makalah seminar
kasus ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan terutama bagi
mahasiswa yang dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang
bagaimana merawat klien dengan kasus gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran

Kelompok X’20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk,
2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran ilusi Gangguan pikir/delusi


Persepsi akurat Reaksi emosi berlebih Halusinasi
Emosi konsisten dengan Perilaku aneh atau tidak bisa Sulit merespon emosi
pengalaman Menarik diri Kerusakan emosi
Perilaku sesuai Perilaku disorganisasi
Hubungan sosial isolasi sosial

Skema. 1 Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2017)

3. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya factor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain

c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.

Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas


7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit

5. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk (Dalami, dkk, 2014
):
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut (Kusumawati,
2012):
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami
halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith,
2015).
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Kelas kimia Kelas kimia
Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900

2) Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Melatih klien mengontrol halusinasi :
(1) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

b) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya


ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga
keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
(1) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat
klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan
menghardik
(2) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan enam benar minum obat
(3) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
(4) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan
fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi
2) Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong
klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari :
a) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi
sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan
terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi,
2015) :

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
c. Faktor predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
3) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
d. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
e. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
f. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien
memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
3) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

4) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan
ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan.
g. Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
2) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
3) Aktifitas motoric
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
4) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
5) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,
tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
7) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan
menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata,
tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut,
ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
8) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis
dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
9) Isi pikir

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
11) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan
yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan
adalah salah.
14) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa
kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif
klien
h. Kebutuhan persiapan klien pulang
1) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki
minat dan kepedulian.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

2) BAB atau BAK


Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan diri.
3) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
4) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
5) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
6) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan.
7) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.

i. Aspek medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin
(TFZ), dan anti parkinson trihenskiphenidol (THP), triplofrazine arkine.
j. Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut
(Prabowo, 2014).
Resiko perilaku kekerasan (efek)

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi (core problem)

Isolasi social (cause)

(Pohon masalah halusinasi Sumber : Prabowo, 2014)

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social

3. Intervensi keperawatan
a. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
b. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
3) Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
4) Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
5) Bercakap –cakap dengan orang lain.
6) Melakukan aktifitas yang terjadwal.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun
jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau
jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian : Jumat, 25 Desember 2020

Ruang Rawat : Rumah Tn. K Tanggal Dirawat :


I. IDENTITAS KLIEN
Inisial Klien : Tn. K
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
No. MR :-
Tanggal Pengkajian : Jumat/ 25 Desember 2020
Informan : Klien dan keluarga
Alamat Lengkap : Desa Danau Betung, Kel. Sungai Sirah, Kec. Silaut, Kab.
Pesisir Selatan
II. ALASAN MASUK
Klien sebelumnya pernah diantar keluarga dibawa ke RS Jiwa Prof. H.B. Saanin Padang
pada 5 tahun yang lalu. Keponakan klien mengatakan klien mengamuk, suka tertawa
sendiri, berbicara sendiri, jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan, melempar barang-barang
dirumah, melempar jemuran baju tetangga dan memecahkan kaca mobil tetangga setelah
di ejek oleh warga sekitar rumahnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Klien mengalami gangguan jiwa sejak kelas 5 SD yaitu 40 tahun yang lalu pada saat
Klien berusia 13 tahun. Keluarga Klien mengatakan penyebab awal Klien mengalami
gangguan jiwa karena tekanan dari ayahnya yang mengasuh anak-anaknya seorang
diri dengan pola asuh yang keras, faktor keluarga dimana adiknya juga mengalami
gangguan jiwa. Klien sudah 4 kali dirawat, terakhir dirawat di RSJ HB Saanin Padang
pada 5 tahun yang lalu selama 3 bulan, sejak pulang Klien kontrol Puskesmas Silaut.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

b. Pengobatan Sebelumnya
Klien dan keluarga mengatakan sepulang dari Rumah sakit, Klien tidak meminum
obat dengan teratur. Klien merasa obat yang dikonsumsi memilki efek samping pada
dirinya yang menyebabkan susah jalan, sering ngantuk dan mulut terasa kering.
Biasanya Klien hanya mengkonsumsi obat 1x1 sehari yaitu Haloperidol dan
Resperidon, karena Klien susah minum obat petugas kesehatan Puskesmas
memberikan obat suntik sebulan sekali kerumah Klien.
c. Trauma
 Aniaya Fisik
Klien dan keluarga mengatakan pernah memukul dan melempari orang lain
dengan batu karena Klien merasa dirinya terganggu dan di ejek
 Aniaya Seksual
Klien tidak memiliki riwayat sebagai pelaku seksual
 Penolakan
Klien merasa sedih dan kesal saat dirinya tidak di ajak mengikuti kegiatan di
lingkungannya, Klien juga sering diganggu oleh anak-anak remaja yang ada di
lingkungannya sepeti saat Klien berjalan-jalan di lingkungannya dan di lempari
batu
 Kekerasan dalam Keluarga
Keluarga mengatakan pola asuh dari ayahnya yang keras mengakibatkan Klien
depresi, Klien pernah di ikat kakinya dan dikurung di dalam rumah selama 3 bulan
karena sering berjalan-jalan jauh sendirian.
 Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal seperti mencuri ataupun yang
lain seperti berurusan dengan polisi
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

d. Anggota Keluarga yang Mengalami gangguan Jiwa


Di dalam anggota keluarga Klien ada 1 orang yang mengalami gangguan jiwa yaitu
adik perempuan dari Klien yang sudah punya anak dan sempat berkeluarga namun
sudah ditinggal oleh suaminya. Adik Klien sudah terkontrol dan tidak kambuh lagi.
Masalah Keperawatan : ………………………………………………………

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

e. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan


Keluarga mengatakan dirinya dulu pernah di ikat kakinya dan dikurung dalam rumah.
Keluarga mengatakan di pasung karna sering ngamuk dan sering berjalan jauh.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan

IV. Pemeriksaan Fisik


Tenda Vital : TD : 120/80 mmHg N : 35x/i S : 36,8 C P : 20 x/i
Ukuran : TB : 170 cm BB : 58 kg
Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik/sakit pada tubuhnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan :
t : laki-laki
: perempuan
: meninggal
: Klien
: anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
---- : tinggal serumah

Keterangan: Berdasarkan genogram di atas orangtua Ibu klien sudah meninggal dunia.
Saudara Klien yang masih hidup saat ini tinggal berjauahan karna telah memilki keluarga
sendiri. Klien tidak pernah menikah. Saat ini Klien tinggal bersama adik kandungnya,
satu orang anak adiknya, orangtua laki-laki dan seminggu sekali keponakannya datang
untuk memotong rambut klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

b. Konsep Diri
 Citra Tubuh
Klien tampak tersenyum saat ditanyai bagian tubuh yang paling disukai, Klien
mengatakan menyukai wajahnya dan tangannya dan menerima bentuk tubuh apa
adanya.
 Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang anak kelima dari 7 saudaranya, Klien
mengatakan bersekolah hanya sampai SD.
 Peran Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang kakak laki-laki bagi saudaranya nya,
klien tidak bekerja.
 Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh
 Harga Diri
Klien merasa seringkali di ejek dan di ganggu oleh orang-orang yang ada di
sekitar lingkungannya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

c. Hubungan Sosial
 Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya yaitu ayahnya, adiknya
serta keluarga besarnya.
 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien tidak terlalu berperan dalam kegiatan masyarakat karena dianggap tidak
berguna dan mengganggu kegiatan masyarakat..
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien
Klien mengatakan terkadang merasa malu saat memulai percakapan tapi kadang
Klien berani menyapa terlebih dahulu seperti menanyakan nama dan asal tempat
tinggal lawan bicaranya.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

d. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dirinya adalah seorang beragama islam dan seorang muslim.
 Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu

Masalah Keperawatan : ………………………………………………………

VI. STATUS MENTAL


a. Penampilan
Penampilan Klien tampak tidak rapi, menggunakan baju kemeja dan celana pendek,
Klien mengatakan mandi 2 x 1 sehari, kumis dan jenggot klien tidak rapi dan tidak
dicukur serta kukunya panjang.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

b. Pembicaraan
Saat berinteraksi Klien menjawab dengan cepat terkadang berbelik-belik dan pada
akhirnya Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat yang dapat dimengerti.
Masalah Keperawatan : ………………………………………………

c. Aktivitas Motorik
Klien tampak tenang, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti
mandi, keramas,memotong kuku, berdandan, makan dan BAB
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Alam Perasaan
Klien mengatakan tidak bisa mengendalikan diri pada saat mendengar suara tersebut,
keluarga mengatakan klien akan jengkel dan ingin marah setiap permintaannya tidak
dituruti.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

e. Afek
Klien memiliki afek yang datar, saat interaksi Klien kadang diam dan mengikutinya,
kadang tersenyum dan diam saja
Masalah Keperawatan : ………………………………………………………....

f. Interaksi Selama Wawancara


Klien tenang dan kooperatif saat dilakukan wawancara
Masalah Keperawatan : ………………………………………………………....

g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan seperti suara bapak-bapak
menyuruhnya untuk belajar, mengambil jemuran tetangga dan berjalan-jalan kesuatu
tempat. Klien mengatakan suara itu muncul ketika klien sedang sendiri, klien
mengatakan dalam sehari mendengar lebih kurang 3-4 kali. klien mengatakan
mendengar suara tersebut lalu menjawabnya, dan melakukan yang disuruh oleh suara
tersebut.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

h. Proses Pikir
Klien mampu menjawab pertanyaan walaupun terkadang jawaban klien berbelit-belit
namun tetap sampai pada tujuan pembicaraan (sirkumtansial)
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

i. Isi Pikir
Pada saat interaksi klien tidak ada dtemukan hambatan isi piker seperti waham dan
depersonalisasi pikiran. Klien tidak mengucapkan suatu keyakinan berlebihan yang
disebutkan secara berulang, klien tidak memiliki obsesi terhadap suatu hal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

j. Tingkat Kesadaran
Klien sadar dan cukup kooperatif, klien mengetahui dimana Klien berada, mengetahui
nama dan usianya. Klien terorientasi yang baik terhadap waktu dan tempat. Klien

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

mengetahui hari, tanggal, tahun, dan hari dengan tepat. Klien mengetahui bahwa ia
harus rutin untuk pengobatan dari Puskesmas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

k. Memori
Klien tidak memiliki gangguan memori baik jangka panjang, pendek, maupun saat ini.
Klien dapat mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya dengan baik dan
dapat menceritakannya dengan benar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Tingkat konsentrasi Klien tidak mudah dialihkan ketika sedang berinteraksi. Klien
mampu berhitung dengan baik, saat wawancara Klien di minta berhitung 1-10 dan
hitung mundur serta mengalikan angka Klien dapat melakukannya dengan benar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana secara mandiri. Contohnya
memberikan kesempatan kepada Klien untuk memilih makan dulu atau cuci tangan
dulu dan mandi dulu atau melepaskan pakaian dulu. Klien mengatakan cuci tangan
dulu sebelum makan dan melepaskan pakaian dulu sebelum mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

n. Daya Tilik Diri


Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien menyadari bahwa dirinya
sedang menjalani pengobatan. Klien tidak ada menyalahkan orang lain mengenai
penyait yang dideritanya saat ini.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Klien mengatakan makan 3 x 1sehari yaitu pagi, siang, malam. Klien mengatakan
selalu menghabiskan makanannya, Klien mampu mengambil makanannya dan
mencuci piringnya kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. BAB / BAK
Klien BAB dan BAK secara mandiri menggunakan toilet dan mampu mmebersihkan
sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2 x 1 sehari dan dapat melakukannya secara mandiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Berpakaian / Berhias
Klien selalu memilih dan mengganti pakainnya sendiri. Pakaian yang digunakan
sudah sesuai rapi dan bersih. Klien tampak rapi dalam berpakaian. Klien memakai
pakaian yang sesuai dengan benar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidurnya tidak bermasalah. Klien tidur malam mulai pada pukul 8
sampai jam 5 pagi. Klien tidak memiliki kebiasaan khusus sebelum tidur
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

f. Penggunaan Obat
Klien mengatakan mendapat obat Haloperidol dan Resperidon namun karena klien
jarang minum obat maka petugas Puskesmas memberikan obat suntik sekali sebulan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

g. Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga mengatakan jika sakit klien mengontrol kesehatan ke puskesmas atau
rumah sakit yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

h. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien mengatakan di dalam rumah biasanya merapikan tempat tidur, menyapu dan
mencuci piring
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

i. Kegiatan / Aktivitas di Luar Rumah


Klien mengatakan biasanya membersihkan rumput-rumpul liar yang tumbuh duluar
rumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


a. Koping Adaptif
Klien mampu berkomunikasi dengan baik. Klien mampu melakukan kegiatan secara
mandiri. Contohnya : Mandi dan memotong kuku

b. Koping Maladaptif
Klien mengatakan kalau ada masalah yang dihadapinya, ia cenderung berdiam diri di
kamar atau duduk di teras rumah dan malas untuk melakukan sesuatu. Jika klien
kesal, dirinya marah-marah dan melempar benda yamg ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mampu berkomunikasi dan tegur sapa dengan orang lain yang ada di
lingkungnnya
b. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan sering diganggu oleh anak-anak remaja dan terkadang melempar
batu kepadanya saat tidur di warung.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

c. Masalah dengan pendidikan


Klien mengatakan dirinya pernah sekeloh sampai SD namun sering tinggal kelas dan
sakit (gangguan jiwa) sehingga dirinya tidak bisa meneruslan sekolah dan hanya
sampai kelas 5 SD
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak bekerja, dirumah klien biasanya membantu pekerjaan rumah
dan membantu adiknya membersihkan kebun didepan rumah.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama ayah dan adiknya. Klien memiliki rumah semi permanen,
keadaan rumah kurang rapi dan kurang bersih . Klien memiliki kamar sendiri dibagian
belakang.
f. Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan sering di beri uang oleh keluarga sehingga bisa dibelanjakan
jajanan seperti sate, bakso, telur, mie yang ada didekat rumahnya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien selalu diantar kontrol tiap bulannya oleh petugas Puskesmas
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan tidak tahu tentang penakitnya, klien kurang tahu masalah obat-obatan
dan kegunaan dari obat tersebut. Klien juga kurang memahami bagaimana cara mengatasi
halusinasi yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapik Medik : Haloperidol dan Resperidon

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

XII. ANALISA DATA


NO DATA MASALAH

1 DS: Gangguan sensori persepsi:


- Klien mengatakan mendengar suara-suara
halusinasi pendengaran
yang mengajaknya berbicara, belajar dan
mengajaknya pergi berjalan-jalan
- Klien mengatakan Suara itu muncul ketika
klien sedang sendiri
- Klien mengatakan mendengar suara sehari 2-3
kali
DO:
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien tampak tertawa dan senyum sendiri
- Klien kurang konsentrasi
2 DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan jengkel dan ingin marah
setiap permintaannya tidak dituruti
- Klien mengatakan tidak bisa mengendalikan
diri pada saat mendengar suara tersebut, klien
dapat memukul apapun yang dihadapannya
apabila mendengar suara-suara tersebut
- Klien dan keluarga mengatakan sudah 4 kali
dalam di rawat di RSJ HB Saanin Padang
terakhir pada 5 tahun yang lalu karena
mengamuk, melempar barang-barang
dirumah, melempar jemuran baju tetangga
dan memecahkan kaca mobil tetangga setelah
di ejek oleh warga sekitar rumahnya
- Klien dan keluarga mengatakan tidak teratur
meminum obat yang diresepkan dokter
karena terasa letih, mengantuk dan mulut
kering
DO:
- Emosi Klien masih labil
- Pandangan Klien tajam saat Klien sedang kesal
- Klien memperlihatkan ekspresi kesal saat
membahas sesuatu yang tidak disukai
- Mood Klien sering berubah-ubah
3 DS : Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan kadang menyikat gigi
kadang tidak
- Klien mengatakan kumis, jenggot dan
kukunya panjang

Do :
- Penampilan klien tidak rapi
- Muka kusam

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

- Kumis, jenggot, kuku klien tampak panjang

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1) Resiko perilaku kekerasan
2) Halusinasi
3) Isolasi Sosial
4) Defisit perawatan diri
XIV. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Defisit Perawatan Diri

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Gangguan Klien mampu : Setelah pertemuan klien SP 1 :


persepsi mampu :
1. Mengenal - Bantu klien
sensori:
halusinasi - Menyebutkan isi, mengenal halusinasi:
halusinasi
2. Mengontrol waktu, frekuensi, isi, frekuensi, jenis,
halusinasi perasaan, respon dan waktu, situasi,
3. Mengikuti jenis perasaan dan respon
program - Menjelaskan dan - Latih mengontrol
halusinasi memperagakan cara halusinasi dengan
mengontrok cara menghardik :
halusinasi menjelaskan cara
menghardik,
mempraktekkan,
minta klien
mempraktekkan
ulang
- Masukkan ke dalam
jadwal kegiatan
harian

SP II :
Setelah pertemuan klien
mampu : - Evaluasi SP I, beri
pujian
- Menyebutkan - Jelaskan cara minum
kegiatan yang obat yang benar (6
dilatih/ dilakukan prinsip)
- Menjelaskan - Masukkan ke dalam
cara minum obat jadwal kegiatan
yang benar harian

Setelah pertemuan klien


mampu :
SP III :
- Menyebutkan
kegiatan yang - Evaluasi SP I, SP II,
dilakukan beri pujian
- Menyebutkan - Latih mengontrol
cara mengontrol halusinasi dengan
halusinasi bercakap-cakap
dengan kegiatan - Masukkan ke dalam
terjadwal jadwal kegiatan
harian

SP IV :
- Evaluasi SP I, II,

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

III, beri pujian


- Latih mengontrol
halusinasi
dengan
melakukan
kegiatan
terjadwal
- Masukkan ke
dalam kegiatan
jadwal harian

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

NO DIAGNOS TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


A

2. Resiko Klien mampu : Setelah pertemuan SP 1 :


perilaku klien mampu :
1. Mendeskripsik - Bina hubungan saling
kekerasan
an penyebab - Dapat percaya dengan tindakan
PK, tanda dan menyebutkan mengucapkan salam
gejala jenis PK penyebab tanda dan teraupetik, berjabat
yang pernah gejala, jenis PK tangan, menjelaskan
dilakukan yang pernah tujuan interaksi,
akibat PK dilakukan membuat kontrak topik,
2. Menyebutkan - Dapat waktu dan tempat setiap
cara mencegah menyebutkan cara kali bertemu klien
dan mencegah dan - Identifikasi penyebab
mengontrol mengontrol Pkdan perasaan marah, tanda da
PK mencegah PK gejala yang dirasakan,
3. Mencegah/ secara fisik PK yang dilakukan
mengontrol akibatnya serta
PK secara mengontrol secara
fisik, obat , latihan fisik 1 : teknik
verbal, dan napas dalam, pukul
spiritual bantal, masukkan ke
dalam jadwal kegiatan
harian

SP II :
- Latih dan ajarkan klien
cara minum obat secara
teratur dengan prinsip 6
Setelah pertemuan benar (nama, jenis, dosis,
klien mampu : waktu, cara, dan
kontinuitas)
- Mampu - Susun jadwal minum
menyebutkan obat secara teratur
kegiatan yang - Evaluasi SP I
sudah dilakukan - Masukkan ke dalam
- Mampu jadwal kegiatan harian
memperagakan
cara minum obat
yang baik dan SP III :
benar - Evaluasi kegiatan yang
lalu SP I, SP II, beri
pujian
- Latihan mengungkapkan
rasa marah secara verbal
: meminta, menolak, dan
mengungkapkan marah
dengan baik
- Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah
dengan verbal

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

SP IV :
- Evaluasi SP I, II, III,
beri pujian
- Latihan cara
berdoa/sholat/berzikir
- Susun jadwal kegiatan
berdoa

Setelah pertemuan
klien mampu :
- Mampu
menyebutkan
kegiatan yang
dilakukan
- Mampu
mengontrol marah
dengan spiritual

NO DIAGNOS TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


A

3. Isolasi Klien mampu : Setelah pertemuan SP 1 Klien


sosial klien mampu : - Identifikasi penyebab
1. Membina isolasi social : siapa
hubungan - Mampu yang serumah, siapa
saling percaya mengidentifikasi yang dekat, yang tidak
2. Menyadari penyebab isolasi kenal dan apa
penyebab social, keuntungan sebabnya
isolasi sosial mempunyai teman - Identifikasi
3. Berinteraksi dan bercakap – keuntungan
dengan orang cakap dan kerugian punya teman
lain tidak punya teman dantidak
dan tidak bercakap- bercakap-cakap.
cakap
- Identifikasi kerugian
- Mampu berkenalan
Klien dengan Klien
dengan Klien,
atau tamu
perawat atau tamu
- Mampu menyusun
- Latih cara
kegiatan harian berkenalan dengan
berkenalan Klien dan perawat
atau tamu
- Masukkan kedalam
jadwal kegiatan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

harian untuk latihan


berkenalan

SP 2 Klien
- Evaluasi jadwal
kegiatan hari klien (sp1)
- Latih cara berbicara saat
Setelah pertemuan
melakukan kegiatan (2
klien mampu :
kegiatan)
- Berbicara saat - Masukkan dalam jadwal
melakukan kegiatan latihan
kegiatan harian(2 berkenalan dengan 2-3
kegiatan) orang Klien, perawat
- Mampu menyusun atau tamu atau berbicara
jadwal untuk saat melakukan
berbicara sambil kegiatan
melakukan
kegiatan dan
SP 3 Klien
berkenalan dengan
- Mengevaluasi jadwal
2-3 orang
kegiaan harian klien
(sp1)
- Melatih cara berbicara
saat melakukan kegiatan
(2 kegiatan)
- Memasukkan dalam
jadwal kegiatan latihan
berkenalan

Setelah pertemuan
klien mampu:

- Berbicara saat
melakukan
kegiatan harian (2
kegiatan
- Mampu menyusun SP 4 Klien
jadwal untuk - Mengevaluasi jadwal
berbicara sambil kegiatan sebelumnya(sp
melakukaan 1, 2, 3)
kegiatan dan - Melatih cara bicara
berkenalan dengan social: meminta sesuatu
4-5 orang dan menjawab sesuatu
- Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan Klien
cara sesuatu dan
menjawab pertanyaan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

Setelah pertemuan
klien mampu:

- Melakukan cara
bicara social:
meminta sesuatu
dan menjawab
pertanyaan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (KELUARGA)


NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Gangguan 1. Mendiskusikan Setelah 1 kali intervensi SP-1


persepsi masalah yang keluarga dapat:
sensori : dihadapi keluarga 1. Diskusikan dengan
Halusinasi dalam merawat a. Keluarga dapat keluarga masalah yang
Pendengaran pasien. membina hubungan dirasakan dalam
2. Menjelaskan saling percaya dengan merwat klien
pengertian perawat. 2. Jelaskan pengertian,
halusinasi, tanda b. Keluarga dapat tanda dan gejala dan
dan gejala, serta menyebutkan proses terjadinya
proses terjadinya pengertian, tanda, halusinasi
halusinasi. gejala, dan proses 3. Jelaskan cara merawat
3. Menjelaskan cara terjadinya halusinasi.
klien dengan
merawat pasien c. Keluarga dapat
melakukan tindakan halusinasi
dengan
halusinasi. untuk mengendalikan 4. Latih cara merawat
halusinasi halusinasi :
menghardik
5. Anjurkan membantu
Setelah 2 kali interaksi klien sesuai jadwal dan
keluarga mampu: memberi pujian

a. Mempraktikkan
cara merawat SP-2
pasien dengan
halusinasi. 1. Evaluasi kegiatan
b. Keluarga mampu keluarga dalam
melakukan cara merawat/melatih klien
merawat pasien menghardik. Beri
halusinasi. pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara
memberikan/membim
bing minum obat
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian

SP-3

1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik dan
minum obat. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap – cakap saat
terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

kegiatan harian untuk


latihan menghardik,
minum obat dan
bercakap- cakap

SP-4

1. Evaluasi kegiatan yang


lalu : SP-1,2 dan 3
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/ Puskesmas, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan pujian

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN


Nama Klien : Tn. K
Ruangan : Rumah Tn. K

Nama dan
Hari / Diagnosa
Implementasi Evaluasi Tanda
Tanggal Keperawatan
Tangan

Sabtu/ 26 Gangguan SP 1 HALUSINASI S: Hafsari


Desember persepsi 1. Mengidentifikasi Wulandari
2020 sensori : halusinasi (isi, jenis, - Klien
frekuensi, suasana, mengatakan
Halusinasi
waktu,dan respon klien) mendengar
Pendengaran
terhadap halusinasi suara-suara
15.00 bisikan yang
2. Menjelaskan pentingnya
WIB mengontrol halusinasi menyuruhnya
pada klien belajar dan
3. Melatih cara mengontrol berjalan-jalan
halusinasi dengan cara sendiri
menghardik - Keluarga dapat
4. Memasukkan pada membina
jadwal kegiatan harian hubungan saling
klien percaya dengan
perawat
- klien mengatakan
suara itu muncul
ketika klien sedang
menyendiri,
- klien mengatakan
mendengar suara
dalam satu hari
suara itu muncul 2-
3 kali.
- Keluarga
mengatakan bahwa
klien mengalami
stress dan
halusinasi dengan
gejala bicara
sendiri dan asik
asik sendiri.
- Klien mengatakan
bila mendengar
halusinasi klien
akan menutup
telingan sambil
berbicara
“Pergi..pergi..saya

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

tidak mau
dengar..kamu
suara palsu”
- Klien mengatakan
merasa senang
menceritakan
halusinasinya
- Keluarga
mengatakan akan
membantu klien
menghardik suara-
suara saat pasien
kambuh.
O:

- Klien tampak
berbincang-bincang
dengan perawat.
- Klien tampak
bingung
- Klien tampak suka
melamun
- klien tampak berjabat
tangan dengan
perawat
- keluarga tampak
memperhatikan
perawat
- keluarga menyimak
cara-cara menghardik
suara

A:
Masalah halusinasi
belum selesai

P:

- Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
Minggu/ Gangguan SP 1 S: Hafsari
27 persepsi - Klien mengatakan Wulandari
Desember sensori : 1. Membina hubungan mendengar suara
Halusinasi saling percaya pada palsu yang

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

2020 Pendengaran Klien menyuruhnya pergi


- Mengucapkan berjalan-jalan dan
salam teraupetik melempar jemuran
15.00 - Menjelaskan tetangga
WIB hubungan interaksi - Klien mengatakan
- Membuat sudah mampu
kontrak, topik, mengubah pola pikir
waktu dan tempat negatifnya bahwa
2. Membantu klien suara yang didengar
mengenali halusinasi adalah suara palsu
3. Mengidentifikasi dan tidak nyata
pikiran negatif yang - Klien mengatakan
pertama dan senang dengan
penggunaan tanggapan latihan yang
secara rasional :Bahwa diberikan oleh
klien mendengar suara perawat
palsu dengan melatih - Klien mengatakan
klien mengontrol mampu mengontrol
halusinasi dengan cara halusinasinya
menghardik dengan cara
4. Meminta klien menghardik
memperagakan cara - Klien mengatakan
menghardik suara- suara yang
5. Memasukan dalam didengar masih ada
jadwal harian namun berkurang
Mengikuti Terapi hanya menyruhnya
Kognitif belajar
- Keluarga
mengatakan mampu
melakukan cara
merawat klien saat
halusinasi
- Keluarga
mengatakan
mengerti dan akan
membantu klien
menghardik suara-
suara
O:
- Klien tampak
gelisah dan banyak
diam
- Klien tampak
mau
mengungkapkan
pikiran
negatifnya
dengan perawat

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

- Klien tampak
mampu meragakan
cara menghardik
dengan benar
- Klien tampak bisa
mengubah pola
pikirnya bahwa
suara itu suara palsu
tidak nyata dengan
cara latihan
menghardik
- Klien tampak
senang mengikuti
Terapi kognitif
- Keluarga tampak
memahami cara
menghardik suara-
suara
A:
- Klien mampu
melakukan SP 1
yaitu mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
P:
- Lanjutkan SP 2
(Latihan bercakap-
cakap dengan orang
lain)

Senin/ 28 Gangguan SP 2 S: Hafsari


Desember persepsi 1. Mengevaluasi jadwal - Klien mengatakan Wulandari
2020 sensori : kegiatan harian Klien mampu
Halusinasi 2. Cara kedua untuk menyebutkan
Pendengaran mencegah halusinasi kembali mengontrol
15.00 dengan cara bercakap- halusinasi dengan
cakap dengan orang menghardik
WIB
lain - Klien mengatakan
3. Menganjurkan Klien masih sering lupa
memasukan dalam mempraktekan cara
jadwal kegiatan harian mengontrol
Klien. halusinasi dengan
cara bercakap- cakap
- Keluarga
mengatakan akan
mempraktikkan
bercakap-cakap

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

dengan klien saat


kambuh
- Keluarga
mengatakan akan
lebih memperhatikan
klien dan tidak
meninggalkannya
sendiri
O:
- Klien tampak
mampu
menyebutkan
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
- Klien tampak
bingung ketika
ditanya tentang cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
- Keluarga tampak
mampu mengetahui
cara menghardik dan
bercengkrama
dengan pasien
A:
- Masalah gangguan
sensori persepsi:
halusinasi dengan
bercakap-cakap
belum teratasi
P:
- -Latih cara
mengontrol
halusinasi bercakap-
cakap

Selasa/ Gangguan SP 2 S: Hafsari


29 persepsi 1. Mengevaluasi tanda - Klien mengatakan Wulandari
Desember sensori : dan gejala halusinasi suara-suara bisikan
2020 Halusinasi 2. Memvalidasi masih ada
Pendengaran kemampuan pasien - Klien mengatakan
melakukan latihan mampu
15.00 menghardik danjadwal menyebutkan 2 cara
mengontrol

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

WIB minum obat, berika halusinasi dengan


pujian menghardik dan
3. Melatih cara bercakap-cakap.
mengontrol halusinasi - Klien mengatakan
dengan bercakap-cakap sudah mencoba
4. Memvalidasi mengontrol
kemampuan mengubah halusinasi bercakap-
pola pikir negatif cakap dengan adik
pasien melakukan dan ayahnya
latihan menghardik dan dirumah
jadwal minum - Keluarga
obat,berikan pujian mengatakan sudah
5. Penggunaan tanggapan melatih klien
rasional terhadap menghardik
pikiran negatif yang - Keluarga
mengatakan
ketiga : bahwa klien
mengerti dan
sering bicara sendiri
menerapkan cara
dengan suara bisikan
brcakap-cakap
yang didengar
dengan klien
O:
- Klien tampak
mampu bercakap -
cakap dengan orang
lain
- Klien tampak sudah
sudah berpikir
positif bahwa
dengan bercakap-
cakap dengan orang
lain dapat
mengontrol
halusinasinya
- Klien tampak senang
dan bersemangat
dengan latihan terapi
yang sudah
diajarkan.
- Keluarga tampak
memperhatikan klien
saat berbicara dan
membimbing pasien
- Keluarga tampak
membantu klien saat
teralihkan perhatian
selama kegiatan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

A:
- Masalah gangguan
(sensori persepsi:
halusinasi )
bercakap- cakap
dengan inovasi
terapi kognitif sudah
optimal
P:
- Lanjutkan SP3 cara
mengontrol
halusinasi dengan
minum obat dengan
benar
Rabu/ 30 Gangguan SP 3 S
Desember persepsi 1. Mengevaluasi tanda - Klien mengatakan
2020 sensori : dan gejala halusinasi paham dengan
Halusinasi 2. Mengevaluasi prinsip 6 benar
Pendengaran kemampuan klien minum obat ( Jenis,
16.00 dalam melakukan guna, dosis,
WIB latihan bercakap dan frekuensi, cara,
beri pujian kontinuitas minum
3. Evaluasi manfaat obat) Klien
melakukan bercakap- mengatakan senang
cakap dengan orang mengikuti terapi
lain kognitif
4. Melatih cara - Klien mengatakan
mengontrol halusinasi bisa mengulang
dengan obat kembali terapi
latihan cara
(jenis,guna,dosis,freku
menghardik
ensi, cara, kontinuitas
- Klien mengatakan
minum obat) dan
mengontrol
melatih kemampuan
halusinasi dengan
mengubah pola pikir
melakukan cara
negatif pasien dengan
kegiatan yang sudah
melakukan latihan
diajarkan
menghardik dan - Klien mengatakan
berikan pujian tidak mau minum
5. Penggunaan tanggapan obat karena sudah
rasional terhadap diberi obat suntik
pikiran negatif yang setiap bulan
kedua : bahwa klien - Klien mengatakan
malas untuk minum mendapatkan obat
obat suntik dari petugas
puskesmas pada

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

pertengahan bulan
- Keluarga
mengatakan
mengerti prinsip 6
benr memberikan
obat
- Keluarga
mengatakan
mengerti kegunaan
obat bagi klien
- Keluarga
mengatakana akan
membantu klien
sesuai jadwal untuk
mengkonsumsi obat
O:
- Klien mengatakan
senang mengikuti
Terapi Kognitif
- Klien tampak tenang
setelah diberikan
latihan mengubah
pola pikir negatif
dengan cara
mengontrol
halusinasi dengan
minum obat
- Konsentrasi sudah
lebih baik.
- Klien tampak
mampu
mempraktekan
kembali atau
mengulangi cara
mengubah pola pikir
negatif dengan
mengontrol
halusinasi
menghardik dan
minum obat secara
teratur
- Keluarga tampak
paham dengan
pemberian obat dan
kegunaan obat bagi
klien

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

A:
- Masalah gangguan
persepsi sensori :
halusinasi dengan
SP 3 (latihan minum
obat secara teratur)
dengan inovasi
terapi kognitif belum
optimal
P:
- Lanjutkan SP4
Sabtu/ 2 Gangguan SP 4 S:
Januari persepsi 1. Mengevaluasi jadwal - Klien mengatakan
2021 sensori : kegiatan harian pasien. bahwa dirinya sudah
Halusinasi (apakah suara-suaranya dapat mengontrol
Pendengaran masih sering muncul ? halusinasinya
15.00 apakah sudah dipakai 3 - Klien mengatakan
WIB cara yang telah kita latih mampu mengulang
? bagaimana hasilnya ? kembali latihan 1,2,
coba saya lihat jadwal dan 3
kegiatan harian bapak. - Keluarga
Bagus ya pak. Sesuai mengatakan telah
janji kita, hari ini akan mempraktikan
mendiskusikan tentang namun jarang
mengendalikan dengan latihan
halusinasi dengan menghardik dan
bercengkrama
melakukan kegiatan
rumah seperti menyapu
O:
ya pak)
- Klien tampak tenang
2. Melatih pasien
- Klien tampak
mengendalikan
mampu memasukan
halusinasi dengan
kegiatan kedalam
melakukan kegiatan yang
kegiatan harian
dirumah. (apa saja yang - Keluarga tampak
bisa bapak lakukan mampu melakukan
dirumah ? wah bagus ya tindakan untuk
pak banyak yang bisa mengendalikan
bapak lakukan dirumah. halusinasi klien
Nah sekarang kita akan dengan menghardik,
melakukan menyapu bercakap-cakap dan
rumah ya pak ? caranya : minum obat
Ambil sapu, pegang A:
gangangya, menyapu - Masalah gangguan
dengan searah ya pak. sensori persepsi:
Kegiatan ini dapat bapak halusinasi optimal

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

lakukan jika suarasuara sebagian


itu muncul) P:
3. Menganjurkan pasien - Lanjutkan cara
memasukan kedalam mengontrol
jadwal kegiatan harian halusinasi dengan
pasien. (bagaimana cara memasukan
perasaan bapak ? coba latihan kedalam
bapak sebutkan 3 cara jadwal kegiata
untuk mencegah
halusinasi yang telah kita
latih, wah bagus ya pak.
Nah mari kita masukan
dalam kejadwal kegiatan
harian bapak.
Senin/ 3 Gangguan SP 4 S:
Januari persepsi 1. Memvalidasi - Klien mengatakan
2021 sensori : kemampuan klien dalam bahwa dirinya
Halusinasi mengubah pola pikir sudah dapat
Pendengaran negatif dengan mengontrol
15.00 melakukan kemampuan halusinasinya
WIB mengharik, minum obat - Klien mengatakan
sesuai jadwal, dan mampu mengubah
bercakapcakap dengan pola pikirnya
orang lain : berika pujian bahwa dengan
2. Mengevaluasi manfaat mengikuti kegiatan
terapi yang sudah dilatih diruangan bisa
dengan melakukan membuat dampak
menghardik, minum obat positif bagi klien
sesuai jadwal, dan - Klien mengatakan
tidak malas lagi
bercakap-cakap dengan
untuk mengikuti
orang lain
kegiatan yang
3. Penggunaan tanggapan
sudah diterapkan
rasional terhadap pikiran
diruangan
negatif yang keempat :
- Klien mengatakan
bahwa klien mengatakan
mampu mengulang
malas mengikuti jadwal
kembali terapi
aktivitas yang diterapkan latihan mengubah
diruangan pola pikir 1,2, dan
4. Melatih cara mengontrol 3 dengan baik
halusinasi dengan - Klien mengatakan
melakukan kegiatan merasa tenang dan
harian (mulai dengan 2 akan menerapkan
kegiatan) selanjutnya latihan cara
masukkan pada jadwal berpikir positif
kegiatan harian pada saat muncul

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

pikiran negatif
halusinasi
- Klien mengatakan
semua latihan yang
dilatih sudah klien
masukan kedalam
catatan ,jika
sewaktu-waktu
muncul pikiran
yang tidak baik
diatasi dengan
latihan yang
diajarkan
- Keluarga
mengatakan akan
membantu pasien
dan menerapkan sp
yang telah
diajarkan
- Keluarga
mengatakan sudah
paham mengenai
gejala dan tindakan
saat klien kambuh
O:
- Klien tampak
tenang setelah
diberikan terapi
dengan latihan
memasukan
kedalam kegiatan
terjadwal dan akan
mengikuti kegiatan
- Klien tampak
mampu
menerapkan terapi
kognitif apabila
datang pikiran
negatif dan
mendengar
suarasuara lagi
- Klien tampak
tenang sudah
diberikan terapi
kognitif
- Keluarga tampak

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

paham dengan
tindakan yang
dilakukan saat
klien kambuh
- Keluarga tampak
senang dan
memperhatikan
klien
A:
- Masalah gangguan
sensori persepsi:
halusinasi
bercakapcakap
dengan optimal
P:
- Intervensi inovasi
terapi kognitif
dihentikan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

BAB IV
PEMABAHASAN

A. Analisis masalah
Pada saat pengakajian pada Jumat/ 25 Desember 2020 klien mengatakan Klien
sebelumnya pernah diantar keluarga dibawa ke RS Jiwa Prof. H.B. Saanin Padang pada 5
tahun yang lalu. Keponakan klien mengatakan klien mengamuk, suka tertawa sendiri,
berbicara sendiri, jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan, melempar barang-barang
dirumah, melempar jemuran baju tetangga dan memecahkan kaca mobil tetangga setelah
di ejek oleh warga sekitar rumahnya. Pasien juga pernah mengalami kejadian masalalu
mengalami gangguan jiwa sejak kelas 5 SD yaitu 40 tahun yang lalu pada saat Klien
berusia 13 tahun. Keluarga Klien mengatakan penyebab awal Klien mengalami gangguan
jiwa karena tekanan dari ayahnya yang mengasuh anak-anaknya seorang diri dengan pola
asuh yang keras, faktor keluarga dimana adiknya juga mengalami gangguan jiwa. Klien
sudah 4 kali dirawat, terakhir dirawat di RSJ HB Saanin Padang pada 5 tahun yang lalu
selama 3 bulan, sejak pulang Klien kontrol Puskesmas Silaut.
Faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart (2007), bahwa faktor predisposisi atau
stressor pencetus pada ummnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress.
Hal ini lha yang menyebabkan klien kambuh dan mengalami halusinasi
kembali.Sedangkan pengkajian terhadap status mental, penyusun mendapatkan data pasien
mengalami halusinasi pendengaran yang dibuktikan dengan pasien mengatakan
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya memukul lantai dan pergi kesuatu
tempat, klien mengatakan mendengar suara hanya beberapa detik saja dalam satu hari
suara itu muncul 2-3 kalisehari dan biasanya muncul pada malam hari saat mau tidur dan
saat sendiri. Pasien mengatakan kadang takut dan risih dengan suara-suara tersebut. Yang
klien lakukan saat mendengar suara tersebut adalah menjawabnya sambil tertawa.
Berdasarkan hasil observasi diruangan terkadang klien tampak berbicara sendiri, tertawa
dan senyum-senyum sendiri.
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan, TD : 120/80 mmHg, N : 35x/I, S : 36,8 C,
P :20 x/I, : TB : 170 cm, BB : 58 kg. Hasil pengkajian keluhan fisiknya klien mengatakan

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

tidak mempunyai keluhan apaapa. Beberapa tanda gejala halusinasi pendengaran terdapat
pada klien yaitu tertawa sendiri, senyum sendiri, berbicara sendiri, mondar-mandir,
menyendiri. Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan asuhan keperawatan
kesehatan jiwa adalah pengenalan dan pegindentifikasian pola respon terhadap masalah
kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual atau potensial (Damaiyanti & Iskandar,
2014). Menentukan prioritas masalah keperawatan adalah kegiatan menentukan masalah
yang menjadi skala prioritas untuk diselesaikan dahulu atau diatasi dahulu dari beberapa
banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis, diagnosa keperawatan yang didapat
pada pasien dari hasil pengkajian yang telah penyusun kumpulkan mulai dari pengkajian
awal, pengelompokan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan diagnosa
penulis menemukan tiga diagnosa pada Tn.K adalah sebagai berikut: 1. Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran (Core problem) Dari data pengkajian didapatkan klien
tertawa dan senyum sendiri, berbicara sendiri, dan tampak bingung. 2. Isolasi sosial :
menarik diri (causa) Didapatkan data klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan
temantemannya maupun perawat yang ada diruangan. 3. Resiko perilaku kekerasan
(effect) Didapatkan data klien jengkel dan ingin marah jika permintaanya tidak dituruti,
klien tampak gelisah, dan mondar-mandir tanpa tujuan
Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnosa keperawatan menurut tinjauan
teoritis sama dengan dengan diagnosa keperawatan pada kasus. Pada proses penegakan
diagnosa keperawatan penyusun tidak menemukan faktor penghambat. Kerja sama yang
baik antara perawat dan pasien merupakan faktor pendukung bagi penulis untuk
mengangkat diagnosa tersebut.

B. Analisis Salah-satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait


1. Hasil Tindakan SP 1
Penerapan terapi kognitif sangat berpengaruh dalam mengontrol halusinasi
pasien karena membantu pasien mengungkapkan pikiran negatifnya yang pertama
yaitu bahwa klien mendengar suara palsu dengan melatih klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, sedangkan pikiran positif yang dihasilkan dari latihan
tersebut pasien sudah mampu mengubah pola pikir negatifnya bahwa suara yang

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

diengar adalah suara palsu. Akibat dari halusinasi yang dialami pasien, pasien merasa
diasingkan dan bisa mengalami harga diri rendah. Halusinasi berkembang melalui 4
fase dimana setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda. Pada tahap ketiga
pengalaman sensori persepsi pasien menjadi berkuasa. Pasien mulaimenyerah untuk
melawan halusinasi menguasai dirinya. Pasien cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan halusinasinya. Jika halini dibiarkan halusinasi pasien akan berlanjut pada
fase keempat dimana pasien mengalami panik yang berlebihan karena pengalaman
sensori pasien sudah mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara, saat ini
terjadi pasien akan panik, cemas, takut dan kehilangan kontrol.
Maka dari itu diperlukan penanganan halusinasi yang tepat, salah-satu
penanganan yang dilakukan adalah pemberian terapi, terapi yang diberikan bisa dalam
bentuk farmakologi, terapi somatis dan terapi kognitif. Terapi kognitif yaitu
psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara
klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami
kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bTujuan Terapi kognitif ini
adalah Individu dapat mengenal pikiran-pikiran negatif/otomatisnya, Individu dapat
memahami hubungan antara kognitif, afektif dan perilaku, Individu dapat mengatasi
kelainan bentuk pikiran (distorsi kognitif), Individu dapat menggantikan pikiran
negatif dengan pikiran-pikiran yang lebih realistik, dan Individu dapat belajar
mengidentifikasi dan mengetahui perubahan pikiran yang disfungsional yang
mengakibatkan individu mengalami distorsi pikiran.
Penerapan terapi kognitif ini sesuai dengan Hasil penelitian Nyumirah,S (2013)
tentang Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi di
Ruang Sadewa di Rs Dr.H Marzoeki Mahdi Bogor, menyatakan bahwa klien dengan
pemberian terapi perilaku kognitif. Klien mengalami peningkatan kemampuan dalam
mengatasi halusinasi yang muncul dengan melakukan merubah pikiran dan perilaku
yang negatif menjadi positif.

2. Hasil tindakan keperawatan SP 2


SP 2 (Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat dengan prinsip 6 benar )

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

dan penerapan Terapi Kognitif dengan Sesi II. untuk penerapan Terapi Kognitif sangat
berpengaruh dalam membantu pasien karena dalam mengetahui jenis obat dan
kegunaan dapat membantu pasien mau dan rajin minum obat dan tidak ada rasa malas
lagi. Hasil penelitian Rahmayani, A (2017) tentang “Mengontrol Pikiran Negatif Klien
Skizofrenia dengan Terapi Kognitif‟‟. Didapatkan bahwa Terapi kognitif mampu
meningkatkan kemampuan mengontrol pikiran negatif, hal ini seakan dapat menjadi
antidepresan bagi orang-orang yang sedang mengalami mental. Pemikiran negatif yang
muncul juga akan digantikan dengan pemikiran positif.

3. Hasil tindakan keperawatan SP 3 (Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-


cakap)
SP 3 (Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap) dan penerapan
Terapi Kognitif dengan Sesi III (Identifikasi pikiran negatif ketiga dan penggunaan
tanggapan rasional), implementasi. untuk penerapan terapi kognitif sangat berpengaruh
bagi pasien karena dengan adanya terapi kognitif ini pasien mampu terbuka dengan
perawat mau mengungkapkan pikiran negatifnya hal ini tersebut karena adanya BHSP
diawal dilakukan sehingga memudahkan perawat untuk mengali pikiran negatifnya

4. Hasil tindakan keperawatan SP 4


SP 4 (Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal) dan
penerapan terapi kognitif Sesi IV (Identifikasi pemikiran negatif yang ke empat
dengan tanggapan rasional). Karena pasien tampak kesulitan dalam mengerjakan Sp 4.
Pasien lebih banyak beraktivitas dikamar dengan tiduran dikasur. Sedangkan untuk
penerapan terapi kognitif sangat berpengaruh bagi pasien karena pasien dimotivasi
oleh perawat untuk mau ikut dalam kegiatan yang sudah diterapkan diruangan seperti
banyak gerak (menyapu rumah, penyuluhan dan mengikuti terapi kognitif).

C. Alternatif Pemecahan Masalah


Peran perawat jiwa dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan
memerlukan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang dibakukan.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

Perawat memiliki peran utama untuk memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Pemikiran positif akan rasa aman, didengarkan akan mengurangi kecemasan yang
akan timbul akibat perasaan tidak mampu dan tidak berguna dari klien. Pemikiran positif
pun akan membuat klien lebih terbuka terhadap implementasi program keperawatan yang
ditujukan baginya.Hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan
keperawatanmemenuhi standar pelayanan. Salah satu jenis SOP yang di gunakan dalah
SOP tentang strategi pelaksaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan
keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien
dengan gangguan jiwa yang salah satunyaadalah pasien yang mengalami masalah utama
halusinasi Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi, serta
minum obat dengan teratur . Tindakan terapi kognitif (cognitive therapy) terbukti efektif
dalam perubahan pemikiran positif, membantu seseorang dalam mengurangi penderitaan
yang dialami dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan seseorang tersebut
terhadap apa yang diinginkannya. Dalam Pemikiran positif mampu berpikir rasional yang
diperoleh oleh klien membuat klien lebih optimis dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan yang akan datang.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran maka dapat
disimpulkan :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan klien berupa mendengar suara-suara
bisikan seperti suara bapak-bapak yang menyuruhnya untuk belajar, mengambil
jemuran tetangga dan berjalan-jalan kesesuatu tempat. Faktor predisposisi partisipan
dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga, faktor psikologis dan sosial
budaya seperti kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan
keluhan dan kelainan pada klien. Terapi medis yang diberikan adalah Haloperidol dan
Resperidone.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengar, resiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Dalam mengumpulkan data
dan menegakkan diagnosa penulis tidak menemukan hambatan karena partisipan
cukup kooperatif dan keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan sesuai dengan teori. Diagnosa
pertama yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi pelaksanaan
halusinasi mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi, situasi dan latihan
mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dan melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi masalah
partisipan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan halusinasi. Dengan harapan
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan dengan
klien mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian.

B. Saran
1. Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada keluarga dan orang
terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan halusinasi di klinik
maupun di komunitas masyarakat.
3. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas dapat mengembangkan program
kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa
yang dialami klien dan keluarga dengan halusinasi.
4. Penulis Selanjutnya Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan
keperawatan pada klien halusinasi. Selain itu penulis selanjutnya dapat menggali lebih
dalam lagi proses asuhan keperawatan yang berbasis klien dan keluarga pada masalah
kesehatan gangguan jiwa.

Kelompok X20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
__________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi


Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah.

Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Kelompok X20

Anda mungkin juga menyukai