Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK KONDISI MARAH

Disusun oleh :

Choirinnisa Meilia Ayu Putri 195070200111018

Yulia Fransiska Depo Ilahi 195070200111020

Maulidiya Selene Sutiyono putri 195070200111022

Moch. Denny Rosyid 195070201111020

Indirafiona Maorin 195070201111022

Dini Oktaviani 195070201111024

Elfa Lutfia Rokhmah 195070201111026

Mohammad Ali Hanafi 195070207111010

Ika Oktavia Rahayu 195070207111012

Prita Aulia 195070207111014

Niswatul Asyiroh 195070207111016

Reguler 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Komunikasi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya dengan judul “Komunikasi Terapeutik pada
Kondisi Pasien Marah”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
makalah ini, agar nantinya dapat menjadi makalah yang jauh lebih baik.
Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dan kepada dosen kami Ns. Ikhda Ulya, M. Kep. yang telah membimbing dalam
menyusun makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Malang, 11 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….i


DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3
2.1 Komunikasi .....................................................................................................3
2.2 Komunikasi Teraupetik ...................................................................................3
2.3 Marah................................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................5
3.1 Kasus ...............................................................................................................5
3.2 Kekurangan dari Video ...................................................................................6
3.3 Kelebihan dari Video.......................................................................................6
3.4 Perbaikan Video……………………………………………………………...6
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................7
4.1 Kesimpulan. .....................................................................................................7
4.2 Saran………………………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...8

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses keperawatan membutuhkan komunikasi antara perawat
dengan pasien yang bertujuan salah satunya untuk membina hubungan saling
percaya. Dengan penerapan komunikasi terapeutik yang baik, maka pasien juga
akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat. Namun, dalam
keadaan darurat atau keadaan dimana emosi pasien atau perawat sedang buruk,
komunikasi justru dapat menjadi sebuah pemicu seseorang untuk marah. Marah
merupakan salah satu cara orang untuk mengungkapkan perasaannya dan
emosinya. Meskipun setiap orang berbeda - beda karakter, namun rata-rata orang
pasti pernah mengalami marah. Sebagai perawat tentunya memiliki cara
tersendiri untuk mengatasi bagaimana keluarga pasien maupun pasien yang
sedang marah. Pada mata kuliah komunikasi ini Teknik komunikasi terapeutik
akan dibahas pada makalah ini mengenai Teknik komunikasi terapeutik dalam
menghadapi pasien yang sedang marah.
Komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan komunikasi yang dilakukan
secara sadar oleh perawat yang berfokus pada kebutuhan pasien. Oleh karenanya,
dalam hal emosional seorang perawat tidak disarankan untuk menunjukkan rasa
amarahnya pada pasien sebab tujuan utama perawat adalam memberikan caring
untuk menunjang kesembuhan pasien bukan untuk menambah beban pada pasien.
Namun, berbeda dengan pasien yang dapat mengeluarkan amarah atau emosinya
pada perawat atau tenaga medis lainnya. Sebab amarah yang ada pada pasien
memiliki banyak penyebabnya, diantaranya ialah perasaan dimana pasien tidak
menerima kondisi sakit yang pasien alami, ketidakpuasaan pelayanan di dalam
rumah sakit, dan masih banyak lagi penyebab – penyebab atas amarah yang di
alami pasien. Dalam hal ini, komunikasi terapeutik tidak hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pasien tetapi juga digunakan untuk meredakan amarah
pasien, agar pasien dapat lebih menerima keadaan ataupun kondisi yang sedang
pasien alami saat ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Teknik Komunikasi Terapeutik pada pasien yang
sedang marah ?
2. Bagaimana cara mengatasi pasien yang sedang marah kepada perawat
menggunakan teknik komunikasi teraupetik ?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi timbulnya emosional atau kemarahan
pada pasien ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Teknik komunikasi terapeutik pada pasien
yang sedang marah.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pasien yang sedang marah
kepada perawat dengan Teknik komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya emosional atau kemarahan
pada pasien.
4. Untuk menjalin hubungan terapeutik antara perawat dan pasien dengan
teknik komunikasi terapeutik.

1.4 Manfaat penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian teknik komunikasi terapeutik pada pasien
yang sedang marah.
2. Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi pasien yang sedang marah
kepada perawat dengan teknik komunikasi terapeutik.
3. Dapat mengidentifikasi penyebab timbulnya emosional atau kemarahan
pada pasien.
4. Dapat menjalin hubungan terapeutik antara perawat dan pasien dengan
teknik komunikasi terapeutik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan suatu dasar dan kunci
dari seorang perawat dalam menjalankan tugas-tugasnya. Komunikasi merupakan
suatu proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dan klien serta dengan
tenaga kesehatan lainnya. Tanpa komunikasi seseorang akan merasa terasing dan
tanpa komunikasi pula suatu tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien akan mengalami kesulitan yang sangay berarti (Riyaldi, 2016).

2.2 Komunikasi Terapeutik


Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar
oleh perawat dengan berfokus pada kebutuhan klien. Komunikasi ini dilakukan
dengan harapan dapat mendorong kesembuhan klien. Komunikasi teraupetik
memiliki beberapa tujuan yaitu mengurangi bebab pikiran klien, membantu klien
menentukan tujuan pengobatannya, dan membantu klien menemukan cara efektif
untuk menyelesaikan masalahnya. Komunikasi teraupetik juga memiliki fungsi
yaitu mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien.

Disamping fungsi dan tujuan, komunikasi teraupetik juga menganut


beberapa prinsip antara lain :
1. Perawat menghargai keunikan dan karakter klien, memahami  perasaan
dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,
budaya, dan  keunikan setiap individu.
2. Perawat mampu menjaga harga dirinya serta harga diri klien selama
berkomunikasi.
3. Mengawali komunikasi dengan menumbuhkan rasa percaya antara
perawat dan pasien.
4. Memiliki prinsip ‘humanity of nurses and clients’ yang berarti
komunikasi ini bukan sekedar komunikasi perawat-pasien namun
merupakan hubungan antara manusia yang bermartabat.

3
2.3 Marah
Perasaan marah adalah kondisi dimana emosi akan dengan mudah
meningkat karena alasan tertentu. Setiap orang pasti pernah marah, bahkan ada
suatu hari dimana seseorang merasa hari ini ia begitu emosional dibandingkan
hari-hari biasanya. Marah tidak hanya disebabkan oleh satu alasan, namun marah
bisa disebabkan oleh berbagai macam alasan yang terduga maupun tidak terduga
serta alasan yang datang dari luar maupun dari dalam diri sendiri.
Berbicara tentang hubungan perawat-pasien, tentu saja hubungan tersebut
tidak luput dari adanya perasaan marah, baik itu dari pasien maupun dari perawat.
Namun, sebagai perawat tidak disarankan untuk menunjukkan rasa marah kepada
pasien karena tujuan perawat yaitu memberi caring bukan memberi beban
tambahan kepada pasien. Namun berbeda dengan pasien yang dapat
mengeluarkan perasaan marahnya kepada tenaga medis, khususnya perawat.
Pasien marah disebabkan oleh banyak hal, antara lain perasaan tidak menerima
kondisi sakitnya, ketidakpuasan dalam pelayanan di rumah sakit, merasa dirinya
tidak berguna, dan masih banyak alasan-alasan lain yang mendasari perasaan
marah pasien. Oleh karena itu, perawat harus cermat dan tanggap dalam
menghadapi situasi tersebut.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Marah merupakan perasaan emosi yang dikeluarkan dari diri seseorang.


Secara psikologi manusia cenderung untuk mengekspresikan emosi yang
dialaminya, baik itu berupa emosi negatif maupun positif. Sebagai tenaga
kesehatan sering kali dihadapkan pada pasien maupun keluarga pasien yang
marah ataupun menjengkelkan sehingga dapat mengakibatkan tenaga kesehatan
frustasi. Pasien yang marah perlu untuk dimengerti, dihormati, didengarkan dan
diberi penjelasan karena reaksi marah terkadang merupakan respons pasien
terhadap penyakitnya.

Kasus yang ditemukan oleh kelompok kami berupa cuplikan video dari
drama dr.Romantic . Deskripsi dari video tersebut yaitu:
Pada suatu hari terdapat seorang pasien pasca operasi karena kecelakaan
di salah satu rumah sakit daerah Doldam. Adik kandung dari pasien tampak
marah-marah terhadap perawat karena tidak setuju kakaknya dioperasi dan di
rawat di rumah sakit tersebut dan meminta untuk dipindahkan ke Rimah sakit
Seoul. Namun, istri pasien menyetujui tindakan operasi sebab mengetahui kondisi
suaminya yang kritis. Tetapi adik kandung pasien malah mengancam tenaga
kesehatan di rumah sakit tersebut dan ingin melaporkannya kepada Kementrian
Kesejahteraan dan Kesehatan. Setelah itu datanglah dokter yang mengoperasi
adik kandungnya dan mengatakan bahwa pasien itu datang dalam keadaan kritis
karena terjadi pendarahan di limpa dan harus dioperasi. Walaupun telah
dijelaskan oleh dokter, keluarga pasien tetap saja mengamuk dan memaki tenaga
kesehatan di rumah sakit itu. Perawat mencoba menenagkan keluarga pasien
dengan lembut karena takut menganggu pasien lain tetapi keluarga pasien tetap
saja mengamuk dan mengelakkan perkataan perawat. Namun hal ini malah
memicu emosi dari perawat dan akibatnya perawat memarahi keluarga pasien.

5
3.2 Kekurangan dari Video
Pada pertengahan adegan, perawat mulai terpancing emosinya karena
sikap dari keluarga pasien yang tidak mau mengerti keadaan di Rumah Sakit.
Sehingga hal ini dapat menganggu ketenangan pasien yang lain. Perawat tidak
seharusnya meninggikan suaranya ketika berhadapan dengan keluarga
pasien.Walaupun perawat mengetahui bahwa keluarga pasien mengatakan hal
yang tidak sebenarnya, seharusnya tidak dipermalukan di depan umum. Banyak
orang yang melihat adegan tersebut yang seharusnya bersifat pribadi.

3.3 Kelebihan dari Video


Perawat telah menerapkan teknik diam dan mendengar segala cerita
pasien dan mencoba menenangkan keluarga pasien. Perawat dan Dokter yang
mengoperasi pasien bersama sama menjelaskan alasan melakukan tindakan
operasi dan alasan untuk tidak memindahkan pasien ke rumah sakit lain. Perawat
juga berusaha mengajak pasien keluar dari IGD untuk berdiskusi terlebih dahulu
dengan kepala dingin supaya tidak mengganggu kenyamanan pasien lain. Pada
awal komunikasi tersebut perawat juga menatap pasien dengan hormat, tidak
mengalihkan pandangan saat berbicara. Hal ini dapat membuat pasien merasa
didengarkan. Keputusan tetap dijaga dan berusaha memperbaiki kesalahpahaman
yang ada. Pada akhir kasus, perawat merasa bahwa tindakan marah nya tersebut
salah. Hal ini baik untuk disadari supaya tidak terjadi lagi dikemudian hari.

3.4 Perbaikan Video

Sebagai seorang perawat tidak boleh terbawa emosi terhadap hal-hal


yang dapat menyulut kemarahan karena menjadi seorang tenaga kesehatan
dituntut untuk bisa melayani pasien dengan baik untuk meningkatkan
kesembuhannya. Dari video tersebut nampak perawat yang meninggikan
suaranya, hal ini tidak boleh dilakukan oleh seorang perawat. Perawat harus tetap
tenang menangani pasien dengan kondisi yang marah, sebab mereka perlu
menjaga ketenangan di dalam area rumah sakit agar tidak menganggu pasien
lainnya. Seharusnya tindakan yang dilakukan perawat yaitu menunggu keluarga
pasien mereda marahnya dan berbicara pada istri pasien untuk meyakinkan
inform consent yang telah ditanda tangani.

6
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Semakin baik kemampuan perawat dalam mengontrol emosi serta memahami


komunikasi terupetik, maka perawat akan semakin mudah membangun hubungan
teraupetik yang baik dengan pasien. Hal ini bertujuan agar asuhan keperawatan dan
terapi teraupetik dapat diberikan dengan baik sehingga menunjang kesembuhan pasien.

4.2 Saran

Perawat harus mampu mengendalikan emosi dan bersikap tenang dalam


menghadapi pasien yang sedang marah agar asuhan keperawatan yang diberikan tetap
terlaksana dengan baik dan perawat mampu mengeksplor sebab kemarahan klien dan
meminimalisirnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Sasmito,P., Majadanlipah, Raihan, Ernawati. Penerapan Teknik


Komunikasi Teraupetik oleh Perawat pada Pasien STIKES. Yarsi
Pontianak, Indonesia:JurnalKesehatanPoltekkesTernate.
2018;11(2):58-64

2. Shabrina, Riza. Komunikasi Pada Situasi Khusus.


http://www.academia.edu/7527979/KOMUNIKASI_PADA_SITUASI_KH
USUS.(online,diakses 11 Februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai