Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“PRINSIP TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA


KLIEN/KELUARGA YANG AGRESIF/MARAH”

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Fannesa Fernanda 1911316001


2. Dwi Damayanti Jonathan 1911316057
3. Aisyah Yuriska Putri 1911316014
4. M. Nasrul Ramadhan 1911316008
5. Tiya Putri Yuni 1911316031
6. Muhammad Adib 1911316036
7. Nisa Hestyarini 1911316060

Dosen Pembimbing:
Ns. Rika Sarfika, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah semata yang senantiasa memberi
nikmat dan karunia kepada umat manusia tiada batasnya. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpah kan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar dan di ridhoi Allah swt.
Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah tentang “Prinsip Teknik
Komunikasi Terapeutik Pada Klien/Keluarga Yang Agresif/Marah”. Ada pun tujuan
penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan.
Dalam makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga dengan
penyusunan makalah ini, pembaca dapat lebih mengetahui tentang “Prinsip Teknik
Komunikasi Terapeutik Pada Klien/Keluarga Yang Agresif/Marah” yang dibutuhkan
untuk materi pembelajaran.

Padang, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian.....................................................................................................3
B. Rentang Respon Marah.................................................................................3
C. Ciri-Ciri Marah..............................................................................................4
D. Penyebab Marah............................................................................................5
E Akibat Yang Ditimbulkan...............................................................................5
F. Terapi Marah..................................................................................................6
G. Terapi Relaksasi............................................................................................8
H. Teknik Komunikasi Terapeutik Untuk Mengatasi Klien Marah...................9
I. Tindakan Perawat Dalam Mengatasi Klien Marah.........................................11
J. Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien........................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sebuah proses yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Komunikasi bukan saja menghubungkan, tapi juga mendekatkan antara
pribadi satu dan lainnya. Sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia,
komunikasi haruslah memiliki posisi yang penting karena niscaya yang tidak pernah
berkomunikasi akan terisolasi dari masyarakat. Komunikasi memiliki ragam prinsip-
prinsip dan aspek-aspek yang selalu melekat pada prosesnya. Setiap pengertian dan
hakikat sesuatu akan lebih dimengerti maknanya apabila ada prinsip-prinsip yang
dijabarkan untuk memperluas pengertian dan hakikat tersebut. Demikian pula prinsip-
prinsip komunikasi berfungsi untuk memperjelas dan menjabarkan definisi dan hakikat
komunikasi.
Hasrat untuk melakukan komunikasi adalah hal yang sangat dasar dimiliki oleh
manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk berbagi informasi
dan mengetahui informasi. Untuk melakukan pertukaran informasi yang diinginkan
tersebut, seorang perawat harus memahami dengan siapa dia akan berkomunikasi,
karena dalam komunikasi kesehatan yang dihadapi oleh seorang perawat bukan hanya
anak-anak atau orang dewasa saja, tetapi berbagai jenis dan tahap perkembangan
individu yang membutuhkan keahlian yang sangat bagus oleh seorang perawat untuk
menciptakan komunikasi yang efektif dengan individu atau klien-klien tersebut salah
satunya yaitu pada pasien yang agresif/marah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari marah?
2. Bagaimana rentang respon marah?
3. Apa saja ciri-ciri marah?
4. Apa saja penyebab dari marah?
5. Bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh marah?
6. Bagaimana terapi marah?
7. Bagaimana terapi relaksasi?
8. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah?
9. Bagaiamana tindakan perawat dalam mengatasi klien marah?
10. Bagaimana Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari marah

1
2. Untuk mengetahui rentang respon marah
3. Untuk mengetahui ciri-ciri marah
4. Untuk mengetahui penyebab dari marah
5. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh marah
6. Untuk mengetahui terapi marah
7. Untuk mengetahui terapi relaksasi
8. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah
9. Untuk mengetahui tindakan perawat dalam mengatasi klien marah
10. Untuk mengetahui Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-
Klien

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi
emosional kuat yang didatangkan oleh ancaman, campur tangan, serangan kata-kata,
penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi gawat dari sistem syaraf
yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau tersembunyi.

2
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai
ciri aktivitas sistem sistem syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka
yang sangat kuat disebabkan adanya kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan
pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan
marah yang kontruktif dapat membuat perasaan lega.

B. Rentang Respon Marah

Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau


mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan orang
lain. Dengan perilaku ini dapat melegakan perasaan pada individu. Frustasi merupakan
respons yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku Pasif merupakan perilaku
individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang sedang
dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntutan nyata. Agresif merupakan
perilaku yang menyertai marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih
terkontrol. Individu agresif tidak mempedulikan hak orang lain. Bagi individu ini hidup
adalah medan peperangan. Biasanya individu kurang percaya diri. Harga dirinya
ditingkatkan dengan cara menguasai orang lain untuk membuktikan kemampuan yang
dimilikinya. Stres, cemas , harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.

C. Ciri-ciri Marah

3
1. Aspek biologi, respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam
bereaksi terhadap sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki
(frekuensi denyut jantung meningkat) wajah memerah, pupil membengkak,
frekuensi pembuangan urin meningkat.

2. Aspek emosional, merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin
berkelahi, dendam, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
Prilakunya selalu ingin menarik perhatian orang lain, membuat kegaduhan,
kebakaran,melarikan diri, mencuri dan penyimpangan seksual.

3. Aspek intelektual, akan terus mencair penyebab kemarahannya

4. Aspek sosial, meliputi interaksi sosial, budaya, konsep percaya dan


ketergantungan, emosi marah akan menimbulkan kemarahan orang lain serta
penolakan dari orang lain.

5. Aspek spiritual, keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan


lingkungan dengan tidak mempedulikan moral.

Dermawan (2013) juga menjabarkan terhadap ciri-ciri orang yang sedang marah, yaitu:
1. Ciri pada wajah, berupa perubahan pada kulit menjadi warna kuning pucat,
tubuh bergetar keras, timbul buih pada sudut mulut, bola mata mmerah, hidung
kembung kempis gerakan tidak terkendali.
2. Ciri pada lidah, meluncurnya makian, celaan, kata-kata yang menyakitakan, dn
ucapan-ucapan yang keji yang membuat orang yang berakal sehat merasa risih
untuk mendengarkanya.
3. Ciri pada anggota tubuh. Timbulnya keinginan untuk memeukul, melukai,
merobek, bahkan membunuh.
4. Ciri pada hati, didalam hati akan timbul rasa kebencian, dendam, dan dengki,
menyembunyikan keburukan, merasa gembiradalam dukanya. Dan merasa sedih
atas gembiranya, memutuskan hubungan dan menjelek-jelekanya.

D. Penyebab Marah
Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :
1. Faktor Fisik

4
a. Kelelahan yang berlebihan
b. Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya
zat asam di otak.
c. Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita
2. Faktor psikis
a. Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang
sebenarnya.
b. Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya
c. Egoistis, akan selalu mementingkan diri sendiri

E. Akibat yang Timbulkan


1. Pendekatan Psikologi
Gie ( 1999 ) mengatakan bahwa “amarah merupakan suatu reaksi emosional
yang terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari seseorang”. Sesungguhnya ragam emosi
yang kasar dapat di singkirkan dan sekurang-kurangnya dapat dikendalikan. Sehingga
tidak dapat menimbulkan bahaya yang lebih parah yang ditimbulkan dari amarah
tersebut.
a. Bahaya fisiologi
Amarah dan kekecewaa yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
Hal tersebut akan menimbulkan hipertensi, stres, depresi, maag, gangguan pungsi
jantung, insomnia kelelahan, bahkan serangan jantung. Bahkan amarah seorang ibu
yang sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan yang berbahaya didalam air
susunya.
Mardin ( 1990 ) mereka yang memiliki mental lemah harus menyadari bahwa
beberpa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya. Mereka mungkin tidak
mengetahui, ternyata banyak manusia akibat dari marah yang berlebihan sehingga ia
mati karena serangan jantung. Amarah juga bisa menyababkan berkurangnya nafsu
makan, serta terganggunya otot dan saraf selam berjam-jam bahkan berhari-hari.
b. Bahaya psikologi
Secara psikologis amarah dapat membahayakan terhadap manusia kareana akan
berimfikasi negatif, amarah juga bisa merusak pola pemikiran menjadi lebih pendek,
bahkan dengan marah bisa memutuskan cinta kasih seseorang.
c. Bahaya sosial

5
Watak pemarah akan mengakibatkan terjadinya disharmonis, seperti putusnya
jalinan cinta kasih, putusnya persahabatan, kehilangan pekerjaan, terkena hukuman
pedana, bahkan dengan permusuhan bisa menimbulkan penganiayaan dan pembunuhan.

F. Terapi Marah
Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah.
Spielberger (Yulianti, 2007 : 29) menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami untuk
mengekspresikan kemarahan adalah merespon secara agresif. Spielberger
mengemukakan tiga pendekatan utama yang dilakukan orang untuk menangani perasaan
marahnya baik secara sadar ataupun tidak sadar yaitu :
1. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang paling sehat
dalam mengekspresikan kemarahan.
2. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi ketika
kemarahan ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang
positif. Tujuannya adalah untuk menghalangi atau menekan kemarahan dan
diganti dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya dari jenis ekspresi
kemarahan ini adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka
kemarahan akan berbalik ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada
diri sendiri akan mengakibatkan hipertensi, tekanan darah tinggi atau depresi.
Kemarahan yang tidak dikeluarkan dapat menciptakan masalah lain yaitu
mengarah pada ekspresi marah yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif
(melawan orang secara tidak langsung dibandingkan secara langsung, tanpa
memberitahu alasannya) atau suatu kepribadian yang nampak terus menerus
bermusuhan atau sinis.
3. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku
luar tetapi juga mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk
memperlambat detak jantung, menenangkan diri, dan membiarkan perasaan itu
surut.

Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk
menanggulangi kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli
psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 ) menyarankan tiga langkah untuk menceah
kemarahan

6
1. Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai
mana kelihatanya.
2. Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu aktifitas
3. Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita
marah.

Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi


kemarahan pada berbagai situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;
1. Selalu mengingatkan diri bahwa tidak perlu marah.
2. Berusaha menunda kemarahan selama 15 detik 30 detik dan seterusnya
3. Apabila sedang mengajari anak diperlukan kemarahan yang berpura-pura
4. Tidak perlu marah terhadap yang tidak disukai
5. Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak
perlu memarahinya
6. Selalu meminta orang lain untuk selalu menasihati kita.
7. Mempunyai buku catatan kemarahan.
8. Mau mengumumkan bahwa anda telah marah.
9. Untuk menetrralisir dekatkanlah diri anda dengan yang dicintai
10. Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi
11. Gemboskan kemarahan anda pada detik pertama kemarahaan anda.
12. Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda,
jadi anda tidak perlu marah
13. Mau menceritakan kemarahanya kepada orang lain
14. Singkirkan pengharapan-pengaharapan kepada orang lain yang anda miliki
15. Ingatkanlah diri anda bahwa anak-anak akan selalu aktif dan berisik jadi tidak
perlu marah karena itu.
16. Cintailah diri anda sendiri
17. Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tiidak
marah.
18. Dari pada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk
membuatnya sebagai suatu tantangan untuk merubahnya.

G. Terapi relaksasi

7
Burn dalam Utami :2002 mengatakan beberapa hasil dari relaksasi diantaranya:
1. Dengan relaksasi anda akan terhindar dari reaksi yang berlebihan karena adanya
stress.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan stress seperti, hipertensi, sakit kepala,
imsomnia, dapat dikurangi dengan cara rileksasi.
3. Dapat mengurangi tingkat kecemasan.
4. Mengurangi gangguan yang bergubungan dengan stress
5. Penelitian menunjukan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering selama
periode stress.
Macam-macam relaksasi :
1. Relaksasi otot
 Relaxation via tension- relakation
 Relaxation via letting go
 Differential relaxation
2. Relaksasi kesadaran indra
3. Relaksasi melalui hipnose, yoga dan meditasi
 Mengendorkan urat leher
 Mengendorkan urat lengan
 Memejamkan mata
 Menyibukan diri
 Memeriksa kepalan tangan
 Melatih pernafasan
 Berbicara dengan tenang
 Berusaha terbuka dengan teman yang amanah

H. Tehnik Berkomunikasi Terapeutik Untuk Mengatasi Klien Marah


Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien.
Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat terkadang perlu
mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut beberapa tips bagaimana Anda
bisa menangani pasien atau anggota keluarga pasien yang marah :
1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam
Ketika menghadapi orang sakit, Anda mungkin akan menemukan berbagai
reaksi emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda perlu mempersiapkan diri untuk
menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul. Anda juga perlu mengidentifikasi
kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh pasien.
2. Tunjukkan empati

8
Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah mendengarkan dan
menunjukkan empati daripada ikut berdebat dan berargumen. Sulit mengetahui akar
penyebab kemarahan, bisa jadi karena mereka sedang kesakitan, ketakutan, atau hal
lain. Dokter perlu tetap sabar dan mendengarkan keluhan pasien mereka, meskipun
kadang tidak masuk akal. Agar bisa melakukannya, cobalah posisikan diri Anda di
posisi mereka dan rasakan sakit yang mereka rasakan. Anda mungkin tidak perlu
menghiraukan ketika mereka mengeluarkan kata-kata kasar ke diri Anda.
3. Hati-hati dalam berbicara
Kata-kata dokter bisa dijadikan alat oleh pasien. Dalam situasi marah, dokter
perlu berhati-hati saat berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata
memiliki kekuatan, jadi daripada memperpanas kemarahan, Anda mungkin bisa
membiarkan pasien Anda mencurahkan dan menyampaikan perasaan mereka. Dengan
cara bicara yang benar, Anda mungkin bisa menemukan alasan frustasi dan kemarahan
mereka, darimana itu berasal dan menyelesaikan akar permasalahannya.
4. Jangan menghiraukan perasaan mereka
Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan oleh dokter atau perawat. Tenaga
kesehatan justru perlu memberi perhatian khusus ke pasien ini. Cara Anda menunjukkan
respek akan menunjukkan kepedulian Anda terhadap situasi yang sedang mereka
hadapi. Ini juga bisa dianggap sebagai perlindungan diri, untuk mencegah keluhan atau
komentar negatif di media sosial.
5. Hiburlah mereka
Jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil, biarkan
saja pasien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien ingin marah, biarkan
mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah memberi yang terbaik dan Anda
tahu tidak Ada lagi yang bisa Anda lakukan. Ingatlah untuk tetap tenang dan berusaha
menghibur mereka, dan sampaikan bahwa Anda memahami perasaan mereka. Biarkan
keberuntungan, pelampiasan, dan waktu - akan menyelesaikannya.

Floyd and Bor (1996) menyarankan petugas kesehatan untuk melakukan


beberapa hal berikut:

9
1. Jaga jarak, jangan menyentuh, jangan memotong pembicaraan, memahami
kemarahannya, memberi solusi, jika sudah berhenti marah segera ambil alih
pembicaraan,
2. Mengetahui penyebab kemarahannya dan menunjukan kemauan untuk berbicara
dan mendengarkan pasien
3. Menanyakan pertanyaan yang sifatnya terbuka
4. Tidak menganggu atau mengancam pasien atau keluarganya dalam cara apapun
5. Tidak menyetujui atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati
6. Membantu pasien merasa bahwa mereka mempunyai berbagai pilihan
7. Jangan membicarakan orang yang marah atau agresif tanpa sepengetahuan
mereka karena mereka dapat menganggapnya sebagai tindakan yang
mengancam mereka
8. Coba untuk tidak tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional
9. Menjaga jarak yang aman jika pasien mulai menunjuka tanda-tanda agresif
10. Jika keadaan yang ada menjadi terlalu membahayakan, panggilah bantuan
namun coba juga untuk mengawasi pasien jika sedang menghadapi masalah dan
pertahankan situasi jika memungkinkan.
I. Tindakan Keperawatan
Tabel 1 Rencana pendidikan kesehatan untuk mengekspresikan marah secara tepat
Isi Kegiatan Evaluasi
Bantu Klien Fokuskan pada perilaku non verbal Klien mendemostrasikan
Mengekspresikan marah secara non
mengindetifikasi sikap tubuh dan ekspresi
verbal melalui role play
marahnya wajah pada saat marah.
Berikan Gambarkan situasi yang biasanya Klien dapat
kesempatan dapat menimbulkan rasa marah yang menggambarkan situasi
mengekspresikan tepat marah dengan respon
marah yang sesuai.
Latihan ekspresi Bermain peran dengan Klien ikut serta dalam
marah membayangkan respon yang sesuai bermain peran dan
terhadap marah. mengidentifikasi perilaku
yang sesuai untuk
ekspresi marah.
Terapkan Bantu klien mengidentifikasi situasi Klien mengidentifikasi
ekspresi marah nyata yang membuat ia marah. situasi nyata yang telah

10
pada situasi Bermain peran dengan menghadapi membuat ia marah
Klien mampu
nyata objek yang menimbulkan marah.
mengekspresikan
marahnya melalui
bermain peran
Berikan umpan balik
apabila klien dapat
mengekspresikan
perasaanya.
Identifikasi Buat daftar beberapa ekspresi marah Klien ikut serta
alternatif yang tanpa konfrontasi langsung. mengidentifikasi
Diskusikan alternatif situasi yang
digunakan untuk alternatif-alternatif yang
akan digunkan
mengekspresikan akan digunakan.
marah
Hadapi klien Berikan dukungan selama Klien mengindentifikasi
dengan berperan konfrontasi bila diperlukan. perasaan marahnya dan
Diskusikanlah pengalaman yang
sebagai orang dapat menghadapi objek
dirasakan
yang menjadi yang membuatnya marah
sumber marah dengan cara yang positif
atau sesuai.

Tabel 2 Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami kesulitan untuk mengekpresikan
rasa marah
Prinsip Umum Tindakan Keperawatan Rasional
Mengekspresikan marah Bina hubungan saling Perilaku pasif akan
secara asertif percaya memperkuat harga diri
Bantu klien mengenali
rendah
perasaan dna batasan
marahnya
Mengekspresikan Komunikasikan bahwa Kemarahan yang
perasaan secara asertif marah itu normal ditetapkan dapat
Meningkatkan perhatian Identifikasi mekanisme
menyebabkan depresi.
pada perilaku yang positif koping yang biasanya Perilaku agresif juga
Lindungi dari usaha
dilakukan menyebabkan rasa tidak
melukai diri sendiri Berikan dukungan pada
aman dan harga diri
maupun orang lain. mekanisme koping yang

11
kontruksif. rendah.
Eksplorasikan alternatif Perilaku asertif akan
perilaku menghasilkan harga diri
Bantu klien untuk berlatih
tinggi dan dapat
mengekspresikan
menghindarkan diri
perasaanya secara asertif.
melakukan tindakan
Berikan umpan balik.
Informasikan batasan kekerasan kepada orang
perilaku yang dapat lain.
Memberikan batasan
diterima berikut
perilaku yang dapat
alasannya.
Klasifikasikan kembali diterima dan tidak dapat
tanggungjawab klien diterima akan
terhadap prilakunya. meningkatkan
Berikan batasan
sosialisasinya.
konsekuensi untuk Ekspresikan perasaan
pelanggaran peraturan adalah suatu proses yang
yang telah disepakati. membantu klien untuk
Tingkatan kesepakatan
saling menghargai orang
staf terhadap batas-
lain dengan perilaku
batasan yang sesuai.
positif.
Konsistensi terhadap
Menetapkan batasan
batasan-batasan yang telah
marah.
ditetapkan bersama. Marah dapat dipelajari
Berikan umpan balik
klien dan lebih efektif
positif apabila berhasil.
daripada mekanisme
Hindari pertentangan
koping.
dengan klien yang dapat
Perilaku kekerasann
merendahkan dirinya.
mempunyai resiko tinggi
Pertahankan sikap
untuk mencederai diri
maupun lingkungan
sendiri dan orang lain.
dengan tenang.
Perasaan bersalah akan
Kontrol emosi dan tanda-
menimbulkan tekanan
tanda ketegangan.
npsikologis apabila tidak
dapat mengontrolnya,
individu dapat melukai

12
orang lain.
Ciptakan rasa aman.

Tabel 3 Respons maladatif terhadap ekperesi marah


Respon Ciri Utama
Bertahan Kemarahan klien diinterprestasikan
Membalas dendam
sebagai penyerangan dengan
Merendahkan
Menghindari menjelaskan bahwa situasi menyerang
itu tidak adil atau pengecut.
Menempatkan diri pada status yang
tinggi dengan harapan depat menghukum
orang lain den mengekspresikan
kemarahan.
Menduga bahwa dengan bersikap
sombong atau menempatkan diri pada
posisi yang lebih tinggi dapat
menurunkan emosi klien.
Tidak mengakui atau mengabaikan
perasaan klien

J. Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien


Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi,
fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..
1. Fase Prainteraksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang
kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca
kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan
klien.
a. Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
1) Apa pengetahuan yang saya miliki tentang teknik komunikasi pada klien
dengan kemarahan?
2) Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
3) Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak,dan marah?

13
4) Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak
menyenangkan?
5) Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
1) Apakah kontrak pertama?
2) Apakah kontrak lanjutan?
3) Apa tujuan pertemuan?
4) Apa tindakan yang akan saya lakukan?
5) Bagaimana cara melakukan?
c. Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
1) Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
2) Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
3) Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!

2. Fase Perkenalan (Orientasi)


Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan
perawat-klien.Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling
percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontak
dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga
kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh
dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita,
maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak
realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang
karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang asing.
Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau
dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan
mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a. Nama individu (perawat dan lien)
b. Peran perawat dan klien
c. Tanggung jawab perawat dan klien

14
d. Harapan perawat dan klien
e. Tujuan hubungan
f. Tempat pertemuan
g. Waktu pertemuan
h. Situasi terminasi
i. Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :


Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
a. Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang
disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat tangan.
b. Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”
c. Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”
d. Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Dimana kita duduk”
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
e. Menghadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien)
selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang
anda (sebutkan nama pasien) hadapi.”
“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”
f. Memulai percakapan awal
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah
sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika
mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi mengkaji keluhan utama :
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”
“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama
terkait dengan keluhan utama.

15
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika
anda (sebutkan nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan
nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja
ya.” (10 menit).
g. Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan
dengan kesimpulan masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien)
sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah.
h. Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)

Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :


Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a. Memberi salam
Sama pada perkenalan
b. Memvalidasi keadaan klien
“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”
“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”
c. Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah
klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)

3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran,
perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan,
meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan

16
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif
merupakan fokus fase ini.
Contoh :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?”
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”
“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”

4. Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat
terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali
proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan
penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses
terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien
mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi
dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat
mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri
pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien
sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan
harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan
bantuan.

a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga
perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi

17
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
2) Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
3) Kontrak yang akan datang
“Kapan kita bertemu lagi?”
Apa yang akan kita bicarakan?”

b. Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai
praktek dirumah sakit.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”
3) Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”
4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu system penyampaian pesan dan penerimaan pesan dan
berbentuk hubungan diantara sumber pesan dan penerima pesan. Sedangkan kemarahan
adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif dapat

18
membuat perasaan lega. Ada tiga tahapan dalam mengatur keagresifan seorang pasien
yaitu reflect, relate, dan review melibatkan peninjauan akhir dari tindakan yang terjadi
serta penting untuk penyembuhan dan pembelajaran untuk masa ke depannya.
Menurut Floyd and Bor (1996) menyarankan petugas kesehatan untuk
melakukan beberapa hal berikut yaitu jaga jarak, jangan menyentuh, jangan memotong
pembicaraan, memahami kemarahannya, memberi solusi, jika sudah berhenti marah
segera ambil alih pembicaraan, mengetahui penyebab kemarahannya dan menunjukan
kemauan untuk berbicara dan mendengarkan pasien, menanyakan pertanyaan yang
sifatnya terbuka, tidak menganggu atau mengancam pasien atau keluarganya dalam cara
apapun, tidak menyetujui atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati, membantu
pasien merasa bahwa mereka mempunyai berbagai pilihan, jangan membicarakan orang
yang marah atau agresif tanpa sepengetahuan mereka karena mereka dapat
menganggapnya sebagai tindakan yang mengancam mereka, coba untuk tidak
tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional, menjaga jarak yang aman jika
pasien mulai menunjuka tanda-tanda agresif, jika keadaan yang ada menjadi terlalu
membahayakan, panggilah bantuan namun coba juga untuk mengawasi pasien jika
sedang menghadapi masalah dan pertahankan situasi jika memungkinkan.

B. Saran
Setelah pembaca mendapatkan ilmu mengenai prinsip teknik komunikasi
terapeutik pada klien/keluarga yang agresif, Sebaiknya sebagai pembaca dapat
mengetahui tentang prinsip teknik komunikasi terapeutik pada klien/keluarga yang
agresif dan perawat diharapkan juga dapat mengaplikasikan cara berkomunikasi yang
efektif pada klien/keluarga yang agresif.

19
Daftar Pustaka

Budiono, dkk. 2015. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.


Sarfika, Rika, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 : Komunikasi Terapeutik
Dalam Keperawatan. Padang : Andalas University Pr
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :
Andi Offset
Dermawan, Deden. 2013. Konsep dan Kerangka Keja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Gosyen Publishing
Davies. 2009. ABC Kesehtan Metal. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai