Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN NYERI & ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

KELOMPOK II

MOH. ANDRIYANTO S ABDUL 2120009


VINGKY ALVIONITA PAKAYA 2120008
AYUDIAH NAHU 2120010
JENI RIANA BULU 2120007
MOH. AKRAM LUKU 2120006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus kami
sampaikan terima kasih.
Dalam penyusunan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatau permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.     LATAR BELAKANG


Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik
dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang.
Perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu
lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Bidan memberi asuhan kebidanan kepada
klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori kebidanan kenyamanan adalah kebutuhan dasar
klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan kebidanan. Pernyataan tersebut
didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

2.    TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang keterampilan dasar kebidanan serta
tentang gambaran nyeri, jenis serta manajemen nyeri.

2. Tujuan Khusus
1.        Untuk mengetahui definisi nyeri
2.        Untuk mengetahui tentang sifat jenis
3.        Untuk mengetahui tentang fisiologi nyeri
4.        Untuk mengetahui tentang klasifikasi nyeri
5.        Untuk mengetahui tentang apa saja faktor nyeri
6.        Untuk mengetahui tentang metode menghilangkan nyeri

3.    MANFAAT
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan pengetahuan mengenai keterampilan dasar kebidanan serta tentang
gambaran nyeri, jenis serta manajemen nyeri.:
BAB 2
PEMBAHASAN

1.    Definisi Nyeri

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah sensori
subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa Nyeri adalah sensori spesifik yang
muncul karena adanya injury, dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan
sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.
Secara umum Kebidanan mendefinisikan Nyeri sebagai apapun yang menyakitkan
tubuh, yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada kapanpun individu
mengatakannya.

2.     Sifat Sifat Nyeri


1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
2. Nyeri bersifat subyektif dan individual.
3. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
4. Bidan hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
5. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
8. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri tidak
optimal.
10. Nyeri tidak menyenangkan.
11. Nyeri Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi.
12. Nyeri bersifat tidak berkesudahan.

Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik, kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke
kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut
dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah
mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan
yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau
dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamas
3.     Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun
tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap.
Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)
komponen fisiologis berikut ini:

1.   Resepsi (proses perjalanan nyeri)


Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi
tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang
nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer.
Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut
A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke
kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu
dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan
transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan
impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls
syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek
protekti.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar,
tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses
ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi
normal.

2. Persepsi ( kesadaran seseorang terhadap nyeri )


Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi
menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat
bereaksi.
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat
otak, Persepsi Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik.
Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas).
Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri.
Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan
nyeri.

3. Reaksi ( respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri )


Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis
akan bereaksi.
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon
fisiologis & perilaku Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang
otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan
parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.

4.     Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri


Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1. Pernyataan verbal seperti Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur.
2. Ekspresi wajah seperti Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir.
3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan.
4.   Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari
kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap
nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih
atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak
rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian
terhadap nyeri.
1.    Meinhart & McCaffery Mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri:
a.    Fase Antisipasi Terjadi Sebelum Nyeri Diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkingkan seseorang belajar tentang
nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran bidan dalam fase ini sangat
penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: Sebelum dilakukan tindakan bedah, bidan menjelaskan tentang nyeri yang
nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi
lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
b.    Fase sensasi terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif,
maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri
juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa
bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari
upaya pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang
yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin
berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan
individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi
wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang
digunakan bidan untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Bidan harus
melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya,
karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri.
Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan bidan untuk membantu klien
mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

c.    Fase akibat (aftermath) terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari bidan, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan
klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri
berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang
berat. Bidan berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan
rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

5.     Klasifikasi Nyeri.


1.    Berdasarkan sumbernya:
1.      Cutaneus/superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar).
Contoh : terkena ujung pisau atau gunting.
2.      Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah,
tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama dari pada cutaneus.
Contoh : sprain sendi.
3.      Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium
dan thorak.
Contoh : Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.

2.         Berdasarkan penyebab


1.      Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik.
contoh: fraktur femur
2.      Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
Contoh: Orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) biasanya nyeri terjadi
karena perpaduan 2 sebab tersebut.

3.        Berdasarkan lama/durasinya


1.      Nyeri Akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan.
Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk
segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses
penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas bidan. Rehabilitasi bisa tertunda
dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.

2.        Nyeri kronik


Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung
lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena
pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa
berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak
seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode
remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri
kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali
mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul
perasaan yang tidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya
dari hari3.      Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
a.    Nyeri akut
1)    Lamanya dalam hitungan menit.
2)    Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi.
3)   Respon pasien Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang.
4)    Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri.
b.   Nyeri kronik
1)    Lamanya sampai hitungan bulan, > 6 bulan.
2)    Fungsi fisiologi bersifat normal.
3)    Tidak ada keluhan nyeri.
4)    Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri.

4.        Berdasarkan lokasi/letak


1.      Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.
Contoh: cardiac pain.
2.      Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan
penyebab nyeri.
3.      Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan.
Contoh: nyeri kanker maligna.
4.      Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang.
Contoh: Bagian tubuh yang diamputasi atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri
medulla spinalis.
6.    Faktor yang mempengaruhi Nyeri.
1.   Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2.   Jenis kelamin


Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.
Contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri.

3.   Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri.
Contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada
nyeri.
4.    Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
dan bagaimana mengatasinya.

5.    Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan
tehnik untuk mengatasi nyeri.

6.    Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan
seseorang cemas.

7.    Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.

8.    Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9.    Support keluarga dan social


Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

7. Metode yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri


1.    Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan
mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi
bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih
menjadi pilihan paling tepat.
Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah melakukan
kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan mengobrol,
menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan
menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di atas, distraksi
bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat
harus ditangani dengan obat/tindakan medis.

2.    Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi
kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi , bidan dapat mengenal nyeri klien
dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan
oleh nyerinya. Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyeri kronik.

Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri, yaitu:
1.    Memperbaiki kualitas tidur
2.    Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
3.    Mengurangi keletihan / fatigue
4.    Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi
nyeri
5.    Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang
karena nyeri
6.    Pengalihan rasa nyeri/distraksi.
7.    Meningkatkan keefektifan teknik – teknik pengurangan nyeri yang lain.
8.    Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
9.    Menurunkan distress atau ketakutan selama antisipasi terhadap nyeri.

Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:


1.    Berikan posisi yang nyaman
2.   Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
3.   Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
4.   Melakukan sikap yang pasif saat mendistraksi klien.
5.    Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa music atau suara
alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi
seperti yoga, dan lain-lain.
3.    Imagery
Klien dapat menggunakan imagery / membayangkan untuk menurunkan nyeri.
Imagery sesuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien
dengan nyeri kronik dari pada nyeri akut, atau nyeri berat. Bidan dapat mengajarkan
klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.

4.    Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz
(1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat
mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasi kutan,
meliputi :
1.    Massage
2.    Kompres hangat atau dingin, atau keduanya bergantian
3.    Accupressure
4.    Stimulasikon trilateral.

5.    Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada
tahun 1846.

1.      Pengelompokan Anestesi


Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik
dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan
secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan
sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran,
sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu
dan pemakainya tetap sadar.
2.      Tipe Anestesi
a.         Pembiusan total — hilangnya kesadaran total.
b.        Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh). Pembiusan lokal atau anestesi lokal merupakan salah
satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa
menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam
operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi.
c.         Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh
blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

6.   Terapi Musik


Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”. Terapi (therapi)
adalah penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga diartikan sebagai
pengobatan (Laksman, 2000). Sedangkan musik adalah suara atau nada yang
mengandung irama. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen
musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan
mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.
Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi pelengkap
(Complementary Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik
yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau
irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan
dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, danS slow musik.
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan
untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang
mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang
disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung
kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PERIODE INTRANATAL

        DATA UMUM

Nama                                       : Ny. TW                      Nama Suami                : Tn D

Umur                                       : 30 Tahun                  Umur                           : 32 Tahun

Alamat                                     : Palembang                Pekerjaan                     : Swasta

Pekerjaan                                 : Swasta                      Pendidikan Terakhir    : S1

Agama                                     : Islam                         

Suku Bangsa                            : Indonesia

Status perkawinan                    : Kawin                       

Pendidikan terakhir                  : D3

Tanggal Masuk RS                   : 3 Oktober 2013

NO. RM                                   : 17-91-37                

        DATA UMUM KESEHATAN

1. Tinggi/Berat badan                                                   : 165 cm/ 60 kg

2.  Berat badan sebelum Hamil                                     : ( - )

3.  Masalah kesehatan khusus                                      : ( - )

4.  Obat-obatan                                                           : ( - )

5.  Alergi ( Makanan/obat-obatan/bahan tertentu )        : ( - )

6.  Diet Khusus                                                            : ( - )

7.  Menggunakan alat bantu : gigi tiruan/kaca mata/alat dengar,lain-lain : ( - )

8.   Frekuensi BAB  1 x / hari, Masalah                        : ( - )

9.   Frekuensi BAK  > 3x / hari, Masalah                     : ( - )


10. Kebiasaan waktu tidur                                           : Tidur Malam 7 jam, Tidur siang
2-3 jam

11. Masalah gangguan tidur                                         : ( - )

                                                                                               

       DATA UMUM MATERNITAS

1. Kehamilan ini direncanakan                            : Ya

2. Status Obstetricus                                          : G2 P1 A0

3. Usia  Kehamilan                                             : 38-39 minggu

4. HPHT                                                            : 09 Januari 2012

5. Tafsiran Partus                                                : 16 Oktober 2013

6. Jumlah anak di rumah :

No. Jenis Cara Tempat BB Komplikasi Keadaa Umur


n saat
kelamin Lahir Persalinan Lahir Selama ini
proses
Dan
penolong persalinan

1.   Laki-laki Sponta Di RS 2700g    ( - ) Sehat 4 thn


n r

2. Hamil ini.

7. Mengikuti kelas prenatal                                  :  Tidak dikaji

8. Jumlah kunjungan selama kehamilan ini                    : 7 kali

9. Masalah kehamilan yang lain :

1. Trimester I : mual ( + ),muntah ( + ),tekanan darah tinggi ( - ),oedema


tungkai ( - )

2. Trimester II : Mual ( + ) agak berkurang, masalah lain ( - )

3. Trimester III : ( - )

10. Masalah Kehamilan Sekarang


Keluhan : merasa mules mulai jam 00.00, disertai flek  kontraksi belum teratur, lendir
darah sudah keluar, air ketuban ( - ).

9. Kontrasepsi yang pernah dipakai dan masalah yang pernah dialami selama
penggunaan alat kontrasepsi : tak terkaji

10. Makanan bayi sebelumnya ASI/PASI: Anak sebelumnya diberikan ASI sampai
usia 2 tahun dan disertai PASI .

11. Pendidikan Kesehatan yang ingin Ibu dapatkan selama perawatan : ( - )

12. Setelah bayi lahir siapa yang diharapkan membantu : Suami dan orang tua serta
keluargalainnya.

13. Masalah persalinan yang lalu : ( - )

              RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

   1. Mulai persalinan ( kontraksi pervaginam )

               Merasa mules-mules mulai jam 00.00 tanggal 3Oktober 2013, kontraksi belum
teratur,lendir darah sudah keluar, air ketuban ( - ). Selanjutnya pagi harinya tanggal
3Okt dari IGDober 2013 masuk di ruang VK jam 06.00  dengan keluhan kenceng-
kenceng, lendir darah ( + ) , air ketuban ( - ), lokasi ketidaknyamanan pinggang
menjalar ke perut dan terus meningkat, KU baik, TD 112/64 mmHg, N 112 X/mnt, RR
20 X/mnt, S 36,2 °C, pasien mengeluh nyeri, merintih dan nampak kesakitan, tidak ada
oedema, dilakukan palpasi  : Janin tunggal, letak memanjang,presentasi kepala, kepala
masuk panggul , Tinggi fundus uteri : 3J6px, DJJ ( + ), letak Pu-Ka.

   2. Keadaan kontraksi ( frekuensi dalam 10 menit, lamanya , kekuatan) :  His 3 kali
dalam 10 menit lamanya 40 – 70 mmHg,kontraksi teratur (jam 06.30 Wib).

   3. Frekuensi dan kekuatan denyut jantung janin : 140 x/m, kekuatan : cukup kuat.

   4. Pemeriksaan fisik:

 Tanda vital                   : TD = 112/64 mmHg, Nadi = 112 x/m, Suhu = 36,2 ‘ C , P


= 20 x/m

 Kepala/ Leher              : Oedema (-),kelenjar tiroid (-),vena jugularis(-),bekas


operasi (-)

 Mata                            : conjungtiva anemis (-),sclera (-)

 Dada ( Jantung )          : Jantung : Tidak ada bising jantung , S1 dan S2 reguler.


 Paru-paru                     : Simetris ki/ka,wheezing (-),ronchi(-)

 Payudara                      : Lunak,Putting susu teraba kencang,ASI belum keluar.

 Abdomen                     : Terdapat striae gravidarum, Tinggi fundus uteri 3j6px.

 Kontraksi                     : His kuat, teratur, DJJ : ( + )

 Ekstremitas                  : Tanda Homan ( - ), varises (-),oedema (-)

 Refleks                        : ( + /+ )

   5. Pemeriksaan Dalam

      

Jam Dilakukan Oleh Hasil


Pemeriksaa
n

  06.30 Bidan R KU : Tenang, Pembukaan 2 – 3 cm,portio


lunak, selaput ketuban ( + ), presentasi
kepala , kepala masuk panggul, H1 –
H2,lendir darah ( + ), Air ketuban ( - )

Kesimpulan : Second gravid, aterm dlm


persalinan kala I fase laten

 10.30 Dokter His kuat, DJJ ( + ) , portio tipis ,


pembukaan 8cm, ketuban ( + ), presentasi
kepala, H2, lender darah

( + ), air ketuban ( - )

Kesimpulan : Second gravid, hamil


aterm,dlm persalinan kala I fase aktif. 

   6. Ketuban Utuh, pecah ( - )

   7. Laboratorium

  

Tanggal dan Hasil pemeriksaan Interpretasi


jenis normal
pemeriksaan
Tidak dilakukan ( -  ) (-)
pemeriksaan

   8.Therapi yang diberikan

Tanggal Jenis therapi Rute therapi Dosis Indikasi therapy

3Oktober2013 Pospargin IM 1 amp kontraksi His

PP IM 1 juta Ui Mencegah infeksi

DATA PSIKOSOSIAL

1. Penghasilan keluarga tiap bulan :  tidak dikaji.

2. Bagaimana perasaan anda terhadap kehamilan sekarang : Ibu mengatakan


bahwa kehamilan ini memang direncanakan, dan merasa bahagia akan kelahiran
putra/i ini.

3. Bagaimana perasaan pasangan terhadap kehamilan sekarang :  Tidak dikaji

4. Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang : tidak dikaji

LAPORAN PERSALINAN

  1.  Kala I

Tanggal Jam Hasil Observasi

3 Oktober Jam.07.3 His ( + ), frekuensinya 3 menit, lamanya 40


2013 0 detik, kekuatan sedang, air ketuban ( - ),DJJ 147
X/mnt, lokasi ketidaknyamanan pinggang
Jam menjalar ke perut dan terus meningkat, pasien
09.00 mengeluh nyeri , merintih dan tampak kesakitan,
Jam kepala turun di H1 – H2, Vital Sign : TD : 110/80
10.30 mmHg, N : 100 x/m, R : 24 x/m, SB : 36,5 °C.

Jam KU : Tenang, His ( + ), 4 menit, lamanya 35 - 40


11.45 detik.

Kekuatan his : semakin Kuat, air ketuban ( - ),


Vital sign : TD : 110/80 mmHg, N : 88 x/m, R :
24x/m, SB : 36,4’C, DJJ : ( + ), 148 X/mnt,
teratur.
His ( +) frekuensi 3- 4 menit, lamanya 30 – 100
mmHg, kekuatan His  : cukup kuat, pembukaan
8 cm, selaput ketuban ( +), DJJ  ( + ), portio tipis
, pembukaan 8cm, ketuban ( + ), presentasi
kepala, H 2, lender darah ( + ), air ketuban ( - ).

His ( + ) frekuensi 3 - 4 menit, lamanya 40-45


detik,kekuatan His  : kuat, ibu tampak ingin
mengejan , pembukaan lengkap, selaput
ketuban ( +), pecah sendiri, DJJ  ( + ), pimpin
persalinan.  

  Analisa data :

 1.     DO : pasien tampak meringis dan merintih saat kontraksi.

         DS : pasien mengatakan nyeri pada saat kenceng-kenceng, rasa tak nyaman
pada pinggang,                    menjalar keperut dan terus meningkat

        DX Keperawatan : Nyeri akut b.d tekanan/regangan pada bagian presentasi

 2.     DO : pasien dilakukan pemeriksaan dalam (VT) stiap 4 jam.

         DS : Ibu mengatakan tidak mengerti adanya resiko infeksi

         DX Keperawatan : resiko infeksi b.d pemeriksaan vagina berulang.

  2.  Kala II

Tanggal Jam Hasil Observasi

3 Oktober Jam.11.4 Ibu tampak ingin mengejan , anus membuka,


2013 5 perineum menonjol, His ( + ), frekuensinya 2 – 3
menit, lamanya 45 -50 detik, kekuatan His ;
Jam Kuat, VT : Pembukaan lengkap, kepala turun di
11.50 H 3- H4 , presentasi kepala, urine ( - ) Ibu
dipimpin untuk mengejan.

Lahir bayi laki-laki, spontan, BBL : 2855 gr,PBL :


50 cm, LK/LD : 30/ 30 cm,  A/S : 8 – 9 , Bayi
Normal , tidak ada cacat bawaan.

Keadaan Umum Bayi baru Lahir :


Berat badan                 : 2855 gram

Panjang badan                         : 50 cm

Lingkar kepala                         : 30 cm

Lingkar dada                            : 30 cm

Lingkar perut                           : 28 cm

APGAR SCORE ;

 NO. Tgl/Jam Karakteristik yg dinilai 1 menit 5 menit

1. Tgl 3Oktober Denyut jantung 2 2


2013 ,jam
11.50

Pernafasan 2 2

Refleks 1 1

Tonus otot 2 2

Warna kulit 1 2

Total 1 menit : 8 menit, 5 menit : 9

Kesimpulan : AS Baik.

  Analisa Data :

1.   DO             : Pasien tampak merintih dan menangis saat mengejan.

      DS : ( - )

      DX Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan prosesFisiologis selama Proses


persalinan  

   3. Kala III

Tanggal Jam Hasil Observasi

31 Maret Jam.10.3 Kontraksi uterus ( + ), baik, plasenta dilahirkan


2008 0 secara spontan lengkap, bentuk oval, insersi
sentral, perdarahan 100 cc,selaput ketuban
utuh, Vital sign : TD : 120/80 mmHg,N : 94 x/m.
  Analisa Data :

      1.   DO : Pasien tampak meringis

      DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian pinggang,perut dan vagina

      DX Keperawatan : Nyeri berhubungan denganFisiologis: Involusi uterus, luka


episiotomi.

      2.   DO : terdapat luka episiotomi

      DS : -

      DX Keperawatan : Risiko infeksi berhubungan denganTrauma jalan lahir (luka


episiotomi)

             4.   Kala IV :

     

Tanggal Jam Hasil Observasi

3 Oktober Jam Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat,


2013 13.35 perdarahan pervagina  ±50 CC, luka epis
baik. Vital sign : TD : 120/80 mmHg,N : 84 x/m,
R 24 x/m,  SB : 36,4 ‘C.

  Analisa Data :

      1.   DO : Pasien tampak lemes

      DS : pasien mengatakan badan terasa lemes

      DX Keperawatan : Fatigue berhubungan denganProses persalinan.

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PERIODE INTRANATAL

 KALA I

N Jam Dx. Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


o

1 3-10- Nyeri b.d. Setelah 6 jam 1. 07.30 Jam 11.30


2013 Fisiologis: his tindakan Managemen
dan penurunan keperawatan nyeri     - Mengkaji Subyektif
07.00 kepala ke ibu mampu nyeri klien:
  - Lakukan   - Ibu
panggul. beradaptasi PQRST.
mengatakan
DO : pasien dengan pengkajian   - Mengatur nyeri
tampak meringis nyerinya nyeri secara lingkungan yang semakin
dan merintih saat komprehensif nyaman: hebat
kontraksi. Kriteria: yang meliputi dibandingkan
lokasi,      * Menyaranka beberapa
DS : pasien Ibu mampu
karakteristik, n penunggu satu jam
mengatakan melakukan
awitan, orang bergantian, sebelumnya.
nyeri pada saat pursed lip
durasi, membersihkan
kenceng- breathing.
frekuensi, tempat tidur ibu,   - Ibu
kenceng, rasa Tidak mengejan kualitas, menjaga ibu tetap mengatakan
tak nyaman pada sebelum intensitas kering. meskipun
pinggang,             waktunya. atau berat nyerinya
        menjalar 10.00 terasa tapi
dan faktor
keperut dan presipitasi   - Mengajarkan akan
terus meningkat berusaha
ibu untuk
  - Ekspresik melakukan nafas untuk
an dalam ketika his bertahan.
penerimaan timbul.
tentang nyeri Obyektif
  - Menganjurka   - Ekspresi 
  - Kurangi n ibu untuk
rasa takut meringis
merubah posisi menahan
dengan tidur miring-
meluruskan sakit.
miring.
setiap   - Tampak
misinformasi   - Menganjurka gelisah.
n ibu untuk tidak
2. mengejan   - Mampu
Manajemen sebelum melakukan
lingkungan dianjurkan. nafas dalam
  - Impleme ketika timbul
ntasikan his.
tindakan   - Tidak
untuk mengejan
kenyamanan sebelum
fisik seperti pembukaan
menciptakan lengkap.
suasana yang
nyaman,   - Sering
meminimalka mengubah
n stimulasi
lingkungan posisi tidur.

  - Ibu   Tanda
bersalin vital: TD:
biasanya 110/80
merasa mmHg, N: 98
panas dan x/mnt, R: 24
banyak x/mnt, S:
keringat atasi 36,2 oC.
dengan cara:
gunakan Assesment
kipas Rasa nyeri
angin/AC, semakin kuat
Kipas biasa dan sering,
dan ibu mampu
menganjurka beradaptasi
n ibu mandi dengan
sebelumnya kondisinya.
3. Edukasi Planing
prosedur/pera
watan   - Berikan
support ibu
  - Demonstr untuk tidak
asikan mengejan
pereda nyeri sebelum
non invasif/ waktunya.
non
farmakologis :   - Damping
massage, i ibu sampai
distraksi/imaji pembukaan
nasi, lengkap.
relaksasi,
pengaturan   - Evaluasi
posisi yang nyeri his.
nyaman.

  * Jika ibu
tsb tampak
kesakitan
dukungan/as
uhan yang
dapat
diberikan;

     - lakukan
perubahan
posisi,
sarankan ia
untuk
berjalan, dll.

  - Anjurkan
ibu untuk
tidak
mengejan
sebelum
pembukaan
lengkap

  - Anjurkan
ke
keluargauntu
k
mendampingi
dan
melakukan
massage
pada
punggung
atau paha ibu

2 3-10- Resiko infeksi Setelah 3 1.        1.Kont 08.00 Jam 11.00


2013 b.d. pemeriksaan jamtindakan, ib rol infeksi
dalam berulang. u menunjukkan    - Mengukur Subjektif
07.30 kontrol terhadap             - Ter tanda vital.
DO : pasien - Ibu
infeksi. apkan
dilakukan    - Mencuci mengatakan
pencegahan
pemeriksaan Kriteria: tangan sebelum mengerti
universal
dalam (VT) stiap dan sesudah adanya
4 jam. Ibu bebas dari             - Ber melakukan resiko infeksi
tanda dan ikan hygiene tindakan karena
 DS : Ibu gejala infeksi. yang baik. ketuban
mengatakan tida    - Menganjurkan
sudah
kmengerti 2.  - Proteksi agar orang
adanya resiko Ibu mampu infeksi terdekat saja pecah.
infeksi menjelaskan yang
tanda dan   - Monitor menunggui ibu Objektif
gejala infeksi. tanda dan
gejala infeksi 11.00 - Tanda
lokal/sistemik vital:
   - Mengukur
tanda vital.    TD: 110/80
  - Cuci
mmHg,
tangan
   - Mencuci
sebelum dan    N: 98
tangan sebelum
sesudah x/mnt,
dan sesudah
melakukan
melakukan    R: 24
tindakan.
tindakan. x/mnt,
  - Gunakan
   - Menggunakan    S: 36,4 oC.
sarung
sarung tangan
tangan steril
steril saat    - Tidak
dalam
melakukan terdapat
tindakan
pemeriksaan tanda-tanda
pemeriksaan
dalam. infeksi.
dalam.
Assessment
  - Pertahan
kan kesterilan Tidak ada
selama tanda-tanda
melakukan infeksi
tindakan
Planning
3.  - Monitor
tanda vital    - Pertahan
kan
  - Pantau kesterilan
suhu tubuh saat
dan denyut melakukan
nadi tiap 8 tindakan.
jam
   - Pantau
4.  - Manage tanda-tanda
men infeksi.
lingkungan
   - Anjurkan
  - Jaga ibu dan
kebersihan keluarga
tempat tidur, untuk
lingkungan menjaga
kebersihan
5.  - Pendidik diri dan
an kesehatan lingkungan
  - Berikan sekitarnya.
penjelasan
tentang
mengapa
klien
menghadapi
risiko infeksi,
tanda dan
gejala infeksi

6.  - Administr
asi medikasi

  - Berikan
antibiotik
sesuai
program

KALA II

N Jam Dx. Kep Tujuan Intervensi Implementas Evaluasi


o i

1 31- Nyeri b.d. Setelah 15 1. Managemen nyeri 11.45 12.00


03- Fisiologis: menit
08 Proses tindakan   - Kurangi rasa takut   - Membant Subjektif
persalinan keperawata dengan meluruskan setiap u ibu
Jam misinformasi mensupport  - Ibu
. n ibu mengataka
11.4 mampu tungkai.
5 DO       :   - Berikan bantal pada n sakit
beradaptasi bawah punggung dan   - Membant ketika
Pasien dengan
tampak Bantu support kedua u memimpin meneran.
nyerinya tungkai ibu. meneran.
merintih Objektif
dan Kriteria:
  - Bantu memimpin pola   - Menganj
menangis - Ibu
Ibu mampu nafas ibu. urksn ibu
saat tampak
mengatur untuk
mengejan   - Anjurkan ibu utk meringis
pola nafas merilekskan
. ketika merilekskan otot dasar otot dasar menahan
meneran. pelvis. pelvis sakit.
DS : ( - )
Ibu mampu 2.  Manajemen lingkungan   - Memberi    - Pola
meneran kan nafas ibu
dengan   - Implementasikan dukungan teratur.
tepat dan tindakan untuk pada ibu
benar. kenyamanan fisik seperti dengan - Ibu
menciptakan suasana yang memberikan mampu
Tidak terjadi nyaman, meminimalkan meneran
semangat.
ruptur di stimulasi lingkungan dengan
perineum.   - Melibatka tepat.
3.
n suami
Edukasi*prosedur/perawat
dalam proses Assesmen
an t
kelahiran
  - Demonstrasikan (menemani - Ibu
pereda nyeri non invasif/ ibu). mampu
non farmakologis : Menganjurka beradaptasi
massage, n ibu dengan
distraksi/imajinasi, mengatur nyerinya.
relaksasi, pengaturan nafasnya:
posisi yang nyaman. selalu Planing
mengambil
  - Anjurkan ibu mengatur    - Monitor
nafas dalam
pola nafas :sebelum nyeri ibu.
untuk mengisi
meneran tarik dua kali awal dan - Anjurka
nafas dlm lalu baru akhir n ibu
meneran, ulangi lagi kontraksi dan untuk tetap
sampai berakhirnya keluarkan mengatur
kontraksi dan berhenti perlahan- pola nafas
meneran lahan, dan minta
mengejan suami terus
  - Anjurkan pada ibu panjang dan
untuk konsentrasi  saat memberika
kuat, ketika n
meneran diminta dukungan.
4.    *proses penyakit menahan
tidak - Berikan
  - Berikan penjelasan mengejan informasi
tentang penyebab dulu mengenai
timbulnya nyeri menganjurka keadaan
n ibu untuk
berusaha bayinya.
rileks kepala
bagian
belakang
bersandar.

KALA III

N Jam Dx Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


o

1 3-10- Nyeri b.d. Setelah 1. Managemen nyeri 12.00 12.15


2013 Fisiologis: tindakan 15
Involusi menit ibu   - Monitor pelepasan    - Melakukan Subjektif
11.5 uterus, luka mampu plasenta. monitor
5 pelepasan    - Ibu
episiotomi. beradaptas   - Lakukan mengatakan
i dengan plasenta.
       DO : pemijatan pada fundus perutnya
nyerinya. uteri.    - Memberita terasa melilit
Pasien
tampak Kriteria: hu ibu jenis dan mules
  - Lakukan kelamin dan juga terasa
meringis
Tampak perawatan/memperbai keadaan nyeri pada
     tenang. ki perineum. bayinya. jalan
lahirnya.
 DS : Pasien Menyataka   - Anjurkan ibu untuk - Melakukan
mengatakan n dapat menggunakan tehnik masase Objektif
nyeri pada menahan nafas dalam untuk fundus uteri.
bagian nyeri. mengurangi rasa nyeri    - Tanda
pinggang,per - Melakukan vital:
  - Anjurkan observasi
ut dan vagina    TD:
suami/keluarga untuk perineum.
menemani ibu. 120/84
- Memimpin mmHg,
2.  Manajemen ibu melakukan
lingkungan    N: 94 x/m,
nafas dalam.
  - Implementasikan    R: 24
- Menganjurk
tindakan untuk x/mnt,
an keluarga
kenyamanan fisik untuk    S: 36,4 oC.
seperti menciptakan menemani ibu.
suasana yang    - TFU 2
nyaman, - Menganjurk jari di bawah
meminimalkan an suami pusat.
stimulasi lingkungan untuk
3. Edukasi : melakukan   - Ekspresi
prosedur/perawatan masase pada menahan
putting ibu. nyeri.
  - Demonstrasikan
pereda nyeri non - Mengatur   - Dilakukan
invasif/ non suhu ruangan kateterisasi
farmakologis : (menghidupka urine keluar.
massage, n kipas angin)
  - Kontraksi
distraksi/imajinasi, dan
uterus (+),
relaksasi, pengaturan membatasi
kuat.
posisi yang nyaman penunggu ibu.
  - Plasenta
  - Anjurkan pada ibu - Mengukur
lahir
untuk konsentrasi  tanda-tanda
spontan
saat meneran vital.
lengkap,
  - Beri dukungan Perdarahan
pada ibu untuk 50 cc.
beradaptasi dengan
Assesment
bayi.
  - Nyeri
masih
aktual.

Planning

  - Monitor
tanda vital.

  - Lakukan
pengkajian
nyeri.

  - Anjurkan
penggunaan
nafas dalam
dan distraksi
(diajak
bicara).

2 11.5 Risiko infeksi Kontrol 7.      1.Infection 12.00 12.15


5 b.d. Trauma infeksi control
jalan lahir selama   - Melakuka Subjektif
(luka perawatan   - Terapkan n toileting luka   -
episiotomi). 3 hari. pencegahan universal. sebelum
Kriteria: menjahit. Objektif
  - Berikan hygiene
Tidak yang baik.   - Melakuka   - Luka
terdapat n observasi episiotomi
tanda-   - Jahit luka dengan luka sepanjang 3
tanda teknik aseptic episiotomi. cm.
infeksi.
  - Jaga kesterilan   - Menjahit   - Dilakuk
alat yang digunakan. luka dengan an jahitan
teknik aseptik. dengan cat
  - Gunakan gut dan zide
sarungtangan steril   - Menjaga sebanyak 4.
dalam melakukan kesterilan alat.
rindakan.   - Tanda
  - Memakai vital:
8.      2.Infection sarung tangan
protection streril.      TD:
120/84
  - Monitor tanda dan   - Mengukur mmHg,
gejala infeksi tanda vital.
lokal/sistemik      N: 90
  - Menjaga x/mnt,
  - Amati faktor-faktor kebersihan
yang menaikkan      R: 22
luka dan
infeksi/memperlambat x/mnt,
tempat tidur
penyembuhan luka : ibu.      S:
infeksi luka, nutrisi dan
Afebris.
hidrasi tidak adekuat,
penurunan suplai   - Tidak
darah. terdapat
tanda-tanda
  - Monitor tanda
infeksi.
vital.
  - Luka
10.  3.Incision site
tampak
care
basah.
  - Rawat luka post
Assessmen
episiotomi dengan
t
cara steril.
  - Tidak
  - Pantau kondisi
luka, waspadai tanda- terjadi
tanda infeksi infeksi.

11.   4.Health Planning
Education
  - Gunaka
  - Berikan n teknik
penjelasan tentang aseptic
mengapa klien dalam
menghadapi risiko perawatan
infeksi, tanda dan luka.
gejala infeksi
  - Berikan
12.   5.Administrasi antibiotik
medikasi sesuai
order.
  - Berikan antibiotik
sesuai program   - Anjurka
n ibu untuk
menjaga
hygiene.

KALA IV

N Jam Dx Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


o

1 3-10- Fatigue b.d. Ibu mampu       1.Konservas 12.30 13.45


2013 Proses melakukan i energi
persalinan. konservasi    - Mengukur Subjektif
12.3 energi   - Monitor tanda vital.
0        DO : tingkat  - Ibu
stelah    - Memonitor mengatakan
Pasien tindakan 6 kelemahan ibu.
tampak tingkat masih merasa
jam.   - Monitor kelemahan. lungkrah,
lemes Kriteria: tanda-tanda vital rasanya ingin
DS : pasien    - Membersihka
Ibu ibu. tidur.
mengataka n ibu dan
menyatakan mengembalikan Objektif
n badan   - Berikan
lelah
terasa periode istirahat ke ruang
berkurang. istirahat.  - Tampak
lemes yang cukup.
lemah.
Ibu mampu
  - Fasilitasi ibu    - Menganjurka
mengatur n ibu untuk Tanda vital:
untuk istirahat.
pola
istirahat-   - Berikan mencona    TD: 120/80
aktivitas. makanan/nutrisi istirahat. mmHg,
pada ibu.
   - Menganjurka    N: 90 x/mnt,
  - Berikan n ibu untuk
makan dan    R:  22 x/mnt,
tambahan
minuman minum.    S: 36,7 oC.
peroral pada ibu
13.35 - Mau makan
  - Berikan dan minum.
   - Menjaga
suplai oksigen
ketenangan    - Tampak
yang cukup bagi
ruangan. tenang, tidur
ibu.
   - Menganjurka bersama
  - Ciptakan bayinya.
n kepada ibu
lingkungan yang
untuk tidak Asessment
tenang.
banyak bergerak
  - Batasi dulu. - Tujuan belum
aktivitas ibu. tercapai.

  - Libatkan Planing
keluarga untuk - Lanjutkan
memberikan intervensi.
support.
 * Fasilitasi ibu
untuk
beristirahat:
Jaga
ketenangan
ruangan,
kebiasaan
sebelum
istirahat.
BAB 3
PENUTUP

1    KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah dapat disimpulkan :
1.Secara umum nyeri didefinisikan sebagai apapun yang menyakitkan tubuh, yang
dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada kapanpun individu
mengatakannya.
2.Sifat nyeri yaitu: melelahkan dan membutuhkan banyak energi, bersifat subyektif dan
individual, tak dapat dinilai secara objektif, bidan hanya dapat mengkaji nyeri pasien
dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
3.Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)
komponen fisiologis yaitu: resepsi, persepsi, reaksi .
4.Klasifikasi nyeri dibedakan berdasarkan : sumber, penyebab, lama (durasi), dan lokasi
(letak).
5.Faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu : usia, jenis kelamin, kultur, makna nyeri,
perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping, support keluarga dan sosial.
6.Metode yang digunakan untuk menghilangkan nyeri ialah distraksi, relaksasi, imagery,
stimulasi kutan, anestesi dan terapi musik.

2    SARAN
Penulis mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Oleh
sebab itu saran untuk teman-teman agar dapat menambahkan referensi tentang
keterampilan dasar kebidanan khususnya di perpustakaan agar lebih dapat
meningkatkan jumlah referensi-referensi terbaru.

Anda mungkin juga menyukai