Anda di halaman 1dari 18

KONSEP SPIRITUAL

Oleh :
Ramlawati Nebu 2121003
Sri Yusra Kone 2121007
Angela Maria Bili 2121008

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
yang di berikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
makalah dengan judul “Konsep Spiritual”
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis
menyadari bahwa penulisan makalah masi jauh dari kata sempurna. baik dari sisi
materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang di
harapkan berguna bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
2.1 Konsep Dasar Spiritual..........................................................................................................
2.1.1 Pengertian Spiritual..................................................................................................
2.1.2 Aspek Spiritual........................................................................................................
2.1.3 Dimensi Spiritual.....................................................................................................
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aspek Spiritual...............................................
2.1.5 Komponen-komponen Spiritual...............................................................................
2.1.6 Macam-macam Kebutuhan Spiritual.......................................................................
2.2 Perawat...................................................................................................................................
2.2.1 Pengertian Perawat..................................................................................................
2.2.2 Peran Perawat Terkait Dengan Spiritual
2.2.3 Peoses Keperawatan Dalam Spiritual......................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
2.3 Kesimpulan.............................................................................................................................
2.4 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spiritual sebagai jenis kecerdasan dikaitkan dengan proses kognitif yang rasional seperti
pencapaian tujuan dan pemecahan masalah. Kecerdasan spiritual mengajarkan bagaimana
berperilaku dengan orang lain, bagaimana membuat keputusan dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari, berinteraksi dengan stres, dan berinteraksi dengan situasi yang sulit (Hema & Vinita,
2015).
fungsi keluarga sangat penting bagi perkembangan anak remaja, khususnya
perkembangan spiritual. Mayoritas orang tua tanpa disadari telah mendorong anak untuk
mencapai kesuksesan materi dan popularitas tetapi menyisihkan nilai-nilai spiritualitas terhadap
anak. Akibatnya, anak kurang dalam pemahaman spiritual yang mana akan berpengaruh besar
bagi kehidupan anak di masa depan.
B. Rumusan Masalah
2.1.1 Jelaskan Pengertian Spiritual
2.1.2 Jelaskan Aspek Spiritual
2.1.3 Jelaskan di Mensi Spiritual
2.1.4 Jelaskan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aspek Spiritual
2.1.5 Jelaskan Komponen-komponen Spiritual
2.1.6 Jelaskan Macam-macam Kebutuhan Spiritual
2.1.7 Jelaskan Peran Perawat Terkait Dengan Spiritual
2.1.8 Jelaskan Proses Keperawatan Dalam Spiritual
C. Tujuan Masalah
2.1.1 Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengertian Spiritual
2.1.2 Untuk Mengetahui Dan Memahami Aspek Spiritual
2.1.3 Untuk Mmengetahui Dan Memahami dimensi Spiritual
2.1.4 Untuk Mengetahui Dan Memahami Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aspek
Spiritual
2.1.5 Untuk Mengetahui Dan Memahami Komponen-komponen Spiritual
2.1.6 Untuk Mengetahui Dan Memahami Macam-macam Kebutuha Spiritual
2.1.7 Untuk Mengetahui Dan Memahami Peran Perawat Terkait Dengan Spiritual
2.1.8 Untuk Mengetahui Dan Memahami Proses Keperawatan Dalam Spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Spiritual
2.1.1 Pengertian Spiritual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), spiritual artinya adalah yang
berhubungan dengan sifat kejiwaan (rohani dan batin). Spiritual merupakan kebangkitan
atau pencerahan dalam diri untuk mencapai tujuan dan makna dalam hidup serta bagian
paling pokok dari masalah kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Hasan 2006, dalam
Pustakasari, 2014).
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam
kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.
Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan
kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian
serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Prijosaksono 2003, dalam Astaria, 2010).
2.1.2 Aspek Spiritual
Menurut Burkhardt dalam Hamid (2008) spiritualitas adalah keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Pencipta yang meliputi berbagai aspek tersebut adalah:
a. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketehui atau ketidak pastian dalam
kehidupan yang dimaksud disini adalah unsur-unsur yang gaib atau tidak kasat mata
atau yang hanya bisa dirasakan dengan mata hati.
b. Menemukan arti dan tujuan hidup, maksudnya adalah menentukan hidup sesuai takdir.
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
artinya bisa mengoptimalkan kekuatan yang ada di dalam diri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha
Tinggi, yang dimaksudkan disini adalah mengakui adanya hubungan vertikal antara
sang pencipta dan yang dicipta
2.1.3 Dimensi Spiritual
Menurut Ginanjar, (2004) dalam Rani, (2011) mengatakan dimensi spiritualitas ada 3
macam yaitu tanggung jawab, pemaaf, dan pengasih sedangkan dimensi spiritual itu
sendiri merupakan kekuatan dalam diri untuk tertimbulnya rasa kedamaian dan
kebahagiaan pada diri seseorang. Berikut definisi dimensi spiritualitas menurut Ginanjar,
2004 (dalam Rani, 2011), yaitu:
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menyelesaikan semua tugas sebagai wujud
ihsan kepada Al-Wakil. Sedangkan bertanggung adalah sikap dan kewajiban yang
mana dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan.
2. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap menerima maaf dalam mengikhlaskan masalah sebagai
wujud ihsan pada Al-Ghafar atau orang yang rela memberi maaf kepada orang lain
tanpa sedikit ada rasa benci dan keinginan untuk membalas semua kesalahan-
kesalahan yang pernah mereka perbuat.
3. Pengasih
Pengasih merupakan unsur dorongan dalam menyayangi sesama manusia sebagai
wujud ihsan pada Ar-Rahman atau sebagai perwujudan rasa kasih sayang yang
diwujudkan dalam perlakuan dan sikap diri sendiri maupun ke sesama.
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Taylor et al., (1997) dalam Astaria, (2010), ada beberapa faktor penting yang
dapat mempengaruhi spiritual seseorang, yaitu:
1. Tahap perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda
ditemukan bahwa mereka memiliki konsep spiritualitas yang berbeda menurut usia, jenis
kelamin, agama dan kepribadian anak. 18
2. Keluarga
Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan spiritualitas seorang anak karena
orang tua sebagai role model. Keluarga juga sebagai orang terdekat di lingkungan dan
pengalaman pertama anak dalam mengerti dan menyimpulkan kehidupan di dunia, maka
pada umumnya pengalaman pertama anak selalu berhubungan dengan orang tua ataupun
saudaranya.
3. Latar belakang
etnik budaya Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Hal yang perlu diperhatikan adalah apapun tradisi agama atau system keagamaan
yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual tiap individu berbeda dan
mengandung hal unik.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang. Selain itu juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai suatu ujian. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang memerlukan
kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk memenuhinya.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat memperkuat kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering
dialami ketika individu dihadapkan dengan hal sulit. Apabila klien mengalami krisis,
maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk melakukan kegiatan spiritual menjadi
lebih tinggi.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Individu yang biasa melakukan kegiatan spiritual ataupun tidak dapat berkumpul dengan
orang terdekat biasanya akan mengalami terjadinya perubahan fungsi spiritual.
2.1.5 Komponen-Komponen Spiritual
Menurut Iranmensh et al (2011) kompenen spiritual adalah sebagai berikut:
a. Menemui pasien sebagai seseorang manusia yang memilik arti dan harapan
Perawatan spiritual adalah memungkinkan untuk menemukan makna dalam
perisitiwa baik dan buruk kehidupan. Perawatan spiritual juga sebagai sumber pasien
untuk menyadari makna dan harapan serta mengetahui apa yang benar-benar penting
untuk pasien. Memberikan harapan kepada pasien adalah salah satu bagian yang
paling penting dari perawatan, terutama ketika mereka menghadapi pasien yang
sedang sakit parah Iranmanesh et al (2009).
b. Menemui pasien sebagai seseorang manusia dalam hal hubungan
Murata (2003) menegaskan bahwa untuk mengurangi rasa sakit spiritual seseorang,
sebagai dalam sebuah hubungan, kita harus memperhatikan orang-orang yang
menghubungkan pasien kepada orang lain setelah kematian diantara berbagai orang
dan persitiwa yang disebutkan. Perawatan spiritual adalah tentang melakukan, bukan
menjadi, dan menyatakan bahwa perawat lebih unggul dari klien, ini melibatkan cara
menjadi (daripada melakukan) yang memerlukan hubungan perawat-klien simetris
(Taylor dan Mamier, 2005).
c. Menemui pasien sebagai seorang yang beragama
Keagamaan ini dicirikan sebagai formal, terorganisir, dan terkait dengan ritual dan
keyakinan. Meskipun banyak orang memilih untuk mengekspresikan spiritualitas
mereka melalui praktik keagamaan, beberapa dari mereka menemukan spiritualitas
yang harus diwujudkan sebagai harmoni, sukacita, damai sejahtera, kesadaran, cinta,
makna, dan menjadi (Chung et al, 2006).
d. Menemui pasien sebagai manusia dengan otonomi
Murata (2003) menjelaskan bahwa jika pasien menyadari adanya bahwa mereka
masih memiliki kebebasan untuk menentukan nasib sendiri disetiap dimensi
mengamati, berfikir, berbicara, dan melakukan, yaitu persepsi, pikiran, ekspersi dan
kegiatan melalui pembicaraan dengan perawat untuk memulihkan rasa nilai sebagai
sebagai seseorang dengan otonomi
2.1.6 Macam-macam Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai dan dicintai, menjalani hubungan
penuh rasa percaya pada Tuhan (Carson, 1989 dalam Hamid, 2008). Menurut Potter
(2005) menyebutkan bahwa individu dikuatkan melalui “spirit” yang mengakibatkan
peralihan yang penting selama periode sakit.
Galek et al (2005) menyatakan, dari sekian banyak penelitian yang dilakukan ada
7 konsep kebutuhan spiritual yang paling mewakili kebutuhan spiritual manusia, meliputi
:
a) Cinta/ kebersamaan/ rasa hormat
Hubungan antar manusia membentuk suatu keselarasan yang dapat
menyembuhkan, meliputi; dapat diterima sebagai manusia dalam kondisi apapun,
memberi dan menerima cinta, mempunyai hubungan dengan dunia, perkawanan,
mudah terharu dan mudah melakukan kebaikan, membina hubungan yang baik
dengan sesama manusia, alam dan sekitar dan dengan Tuhan zat tertinggi.
Cinta merupakan dasar dari spiritualitas yang mendorong manusia untuk hidup
dengan hatinya, cinta meliputi dimensi cinta pada diri sendiri, cinta pada Tuhan, cinta
pada orang lain, dan cinta pada seluruh kehidupan. Cinta juga meliputi tentang
kebaikan yang berkualitas, kehangatan, saling memahami, kedermawanan dan
kelembutan hati. Memelihara kasih sayang merupakan komponen yang penting
dalam perawatan spiritual.
b) Keimanan/ keyakinan
Berpartisipasi dalam pelayanan spiritual dan religius, mendapat teman untuk
berdoa, melakukan ritual keagamaan, membaca kitab suci, mendekatkan diri pada zat
yang maha tinggi (Tuhan). Agama dapat dijadikan sarana untuk mengekspresikan
spiritualitas melalui nilai-nilai yang dianut, diyakini dan dilakukan dengan praktik-
praktik ritual, didalamnya dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang hidup dan
kematian. Apa yang harus dikenali adalah bahwa ada sebagian orang yang
mempunyai bentuk agama yang tidak selalu masuk kedalam institusional (Contoh:
Kristen, Islam, Budha), namun demikian perawat harus tetap memperhatikan dan
mendengarkan serta menghormati apa yang diyakini klien dan dengan cara yang arif.
c) Hal positif/ bersyukur/ berharap/ kedamaian
Banyak berharap, merasakan kedamaian, dan kesenangan, berfikir positif,
membutuhkan ruang yang sepi untuk meditasi atau refleksi diri, bersyukur dan
berterima kasih, mempunyai rasa humor. Harapan adalah orientasi di masa depan,
mepercayai makna, meyakini dan mengharapkan. Ada dua tingkatan tentang harapan:
harapan yang sifatnya spesifik dan harapan yang sifatnya umum. Harapan yang
sifatnya spesifik mencakup tujuan yang dikehendaki pada beberapa keinginan diri.
Harapan yang sifatnya umum bagaimana menghadapi masa depan dengan
selamat. Faktor-faktor yang signifikan, seperti datangnya penyakit dapat
menyebabkan hidup seseorang dalam situasi yang sulit, harapan membantu manusia
berinteraksi dengan ketakutan dan ketidaktentuan, serta membantu mereka untuk
menghasilkan yang positif.
d) Makna dan tujuan hidup
Memaknai bahwa penyakit merupakan sumber kekuatan, memahami mengapa
penyakit, dapat terjadi pada dirinya, makna dalam penderitaan, memahami tujuan
hidup, memahami saat krisis (Masalah 15 kesehatan). Sebagai seseorang yang
berpengetahuan dan memahami tujuan hidup, ini merupakan penemuan prosedur
yang signifikan serta mempunyai daya dorong pada saat menjalani penderitaan yang
besar. Tidak hanya mengartikan ini sebagai daya dorong, tetapi ini juga membawa
pada pencerahan (McEwen, 2005). Seseorang akan memahami hal apa yang pantas
untuk di prioritaskan dalam hidupnya, dan hal apa yang tidak relevan untuk
diprioritaskan.
Sebagai contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Bukhardt (1994), ditemukan
pada analisis statistik bahwa ada hubungan yang positif dan terus bertahan, antara
memliki spiritual yang tinggi, dengan seseorang yang mencari tujuan hidup (Miner-
williams, 2006). Spiritualitas memberi penerangan pada seseorang yang mempunyai
satu tujuan, dan mengapa mereka menghendaki untuk hidup dihari yang lain.
e) Moral dan etika
Untuk hidup bermoral dan beretika, hidup dalam masyarakat dan menjunjung
tinggi moral dan etika yang ada di dalam masyarakat tersebut.
f) Penghargaan pada keindahan
Menghargai keindahan alam dan seni, gambaran hubungan dengan alam meliputi:
ikut memelihara lingkungan sekitar dengan cara menanam tumbuhan, pohon serta
melindungi dari kerusakan, mengagumi alam sebagai ciptaan, menghargai seni
dengan menghargai musik.
g) Pemecahan masalah/ kematian
Pesan atau nasihat sebelum menghadapi kematian, mengakui adanya kehidupan
setelah kematian, mempunyai pemahaman yang dalam akan kematian, dan
memaafkan diri dengan orang lain.
2.2 Perawat
2.2.1 Pengertian Perawat
Perawat adalah tenaga profesional dibidang perawatan kesehatan yang terlibat
dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan,
dan pemulihan orang luka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan
kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam
berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan
perawatan serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang diperlukan untuk
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 bahwa perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan 19 melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh malalui pendidikan
keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian ashuan
keperawatan atau pelayanan keperawatan, praktik keperawatan, pengelolaan institusi
keperawatam, pendidikan klien (individu, keluaraga, dan masyarakat) serta kegiatan
penelitian dibidang keperawatan. Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara professional dan komperhensif menyangkut
aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual berupa pelayanan; ausahan keperawatan, advokat
klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang merupakan bagian
integral dari pemberi pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan serta ditujukan klien sebagai individu, keluarga, dan masyarakat (Aziz,
2004
2.2.2 Peran Perawat Terkait Dengan Spiritual
peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989) dalam Mubarak (2009),
terdiri atas:
a. Pemberian asuhan keperawatan (Care Provider)
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan
mempertahankan kebutuhan dasar manusia, meliputi kebutuhan dasar terkait spiritual
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan
yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, dan dapat 20 dievaluasi
tingkat perekmbangannya. Asuhan keperwatan yang diberikan mulai dari hal sederhana
sampai dengan masalah yang kompleks dan harus secara komperhensif yaitu meliputi
bio-psiko-sosio- dan spiritual.
b. Pembelaan Pasien (Clien Advocate)
1. Bertanggung jawab untuk membantu pasien dan keluarga dalam menginterprestasikan
berbagai pemberian pelayanan dan memberikan informasi lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent).
2. Perawat juga berperan untuk mempertahankan dan melindungi hakhak pasien yang
meliputi: hak atas pelayanan yang komperhensif seperti pemenuhan kebutuhan spiritual,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi dan hak menerima ganti rugi
akibat kelalaian tindakan.
c. Konseling (Conselor)
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis, spiritual, dan masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang, di dalam konseling,
perawat memberikan dukungan emosional, spiritual dan intelektual.
d. Pendidik (Educator)
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan
kesehatannya serta dalam hal ini perawat dapat memberikan pendidikan spiritual
terkait sehat dan sakit, sehingga terjadi perubahan pada pasien baik secara fisik
maupun psikologisnya.
e. Koordinator (Coordinator)
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan maupun tugas
kerohaniawan, sehingga pemberi pelayanan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien.
f. Kolaborasi (Collabolator) Peran ini dulakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan
petugas rohaniawan. Perawat dapat berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
menentukan bentuk pelayanan yang komprehensif.
g. Konsultan (Consultant) Peran ini berfungsi, perawat sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah-masalah kesehatan maupun spiritual. Perawat dapat meberikan
solusi yang terbaik bagi pasien melalui hal ini.
h. Pembaharuan (Agent of Change) Peran sebagai pembaharuan dapat dilakukan
dengan cara melakukan perubahan. Peningkatan dan perubahan adalah kompenen
esensial dari perawat, dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat
membantu pasien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan
seperti pengetahuan tentang spitual, perasaan dan perilaku.
2.2.3 Proses Keperawatan Dalam Spiritual
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual pasien tidak
sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan
pasien. Perlu memahami spiritualitas pasien dan kemudian secara tepat mengidentifikasi
tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan (Potter & Perry, 2005). Proses
keperawatan sebagai suatu metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan spiritual yaitu:
a. Pengkajian
Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat dalam
mendukung atau menguatkan spiritualitas pasien. Pengkajian tersebut dapat menjadi
terapeutik karena pengkajian menunjukan tingkat perawatan dan dukungan yang
diberikan. Perawat yang memahami pendekatan spiritual akan menjadi yang paling
berhasil (Potter & Perry, 2005). Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data
subjektif dan objektif. Pengkajian data subjektif meliputi konsep tentang Tuhan atau
ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik agama dan ritual, hubungan antara
keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. Sedangkan data pengkajian objektif
dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek dan sikap,
prilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif
terutama dilakukan melalui observasi (Hamid, 2000).
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan spiritual menurut North Nursing
Diagnosis Association adalah distress spiritual. Definisi distress spiritual adalah
rentan terhadap gangguan kemampuan merasakan dan mengintegrasikan makna dan
tujuan hidup melalui keterhubungan dalam diri, sastra, alam, dan kekuatan yang lebih
besar dari dirinya sendiri, yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015).
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi kedalam
diagnosa keperwatan yang sesuai. Perawat harus mempertimbangkan status
kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip
kesatuan. Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan dan akurat
sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung (Potter & Peery
2005).
c. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan terindentifikasi,
selanjutnya perawat dan klien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi. Tujuan
asuhan keperawatan pada klien dengan distress spiritual difokuskan pada
menciptakan lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang
biasanya dilakukan (Nurinto, 2007).
Menetapkan suatu perencanaan perawatan, tujuan diteptapkan secara individual,
dengan mempertimbangkan riwayat pasien, area 26 beresiko, dan tanda-tanda
disfungsi serta data objektif yang relevan (Hamid, 2000). Menurut Potter & Perry
(2005) terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawatan spiritual, yaitu:
1) Klien merasakan perasaan percaya pada pemberian keperawatan.
2) Klien mampu terikat dengan anggota sistem pendukung.
3) Pencarian pribadi klien tentang makna hidup menigkat.
d. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan
melakukan prinsip-prinsip kegiatan ashuan keperawatan sebagai berikut (Hamid,
2000):
a) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
b) Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.
c) Jangan berasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
d) Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.
e) Berespon secara singkat, spesifik, dan faktual.
f) Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati
masalah klien.
g) Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung menerima,
bertanya, memberi infromasi, refleksi, menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki
klien.
h) Meningkatkan
kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien.
i) Bersifat empati yang berarti memahami perasaan klien.
j) Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui
klien.
k) Menentukan arti dan situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit.
l) Apabila klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan hukuman, cobaan,
atau anugrah dari Tuhan.
m) Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agama.
n) Memberi tahu pelayanan spiritual yang tersedia dirumah sakit.
e. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan. Tujuan keperawatan tercapai apabila secara umum klien:
1) mampu beristirahat dengan tenang,
2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
3) menunjukan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama
4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
5) menunjukan afek positif tanpa rasa bersalah dan kecemasan. Perawat mengintervensi
keperawatan membantu menguatkan spiritualitas klien. Perawat membandingkan
tingkat spiritual klien dengan prilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian
keperawatan. Klien harus mengalami emosi sesuai dengan situasi, mengembangkan
citra diri yang kuat dan realistis (Hamid, 2000).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam
kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut
meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana
berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian,
toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas
B. Saran
Perawat diharapkan dapat bersikap profesional dalam meningkatkan asuhan
keperawatan pada lansia di komunitas, khususnya di panti wredha dengan cara
membuat inovasi baru dalam kegiatan terapi kelompok pada pemenuhan kebutuhan
spiritual tanpa mengesampingkan lansia yang mengalami keterbatasan fisik. Perawat
juga diharapkan dapat memantau perkembangan pemenuhan kebutuhan spiritual lansia
dengan melakukan evaluasi secara rutin selama minimal tiga bulan sekali guna
mengetahui aspek-aspek kebutuhan spiritual mana saja yang belum dapat terpenuhi
pada lansia, sehingga lansia akan memiliki kehidupan yang bahagia dan kualitas hidup
yang semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2518/%23F%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
http://eprints.umm.ac.id/45704/3/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai