Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISTOSIA BAHU

DISUSUN OLEH :

1. MIA REZALIA
2. PUTRI KURNIA
3. SELTA SULISTIA
4. VINIA YULITA

DOSEN PEMBIMBING :

EKA DEWI RETNOSARI ,S.ST.,M.Keb

AKADEMI KEBIDANAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM

TAHUN AKADEMIK 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul DISTOSIA
BAHU Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah ASKEB PERSALINAN di Akbid pemkab Muara enim.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jum’at, 26 oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………….………… 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….……... 5
1.3  Tujuan Pembahasan ……………………………………………………….….... 5
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1    Definisi Distosia Bahu…………………………………………………………. 6
2.2 Etiologi Distosia Bahu…………………………………………………………. 6
2.3 Patofisiologi Distosia bahu…………………………………………………….. 7
2.4 Komplikasi Distosia Bahu……………………………………………………... 8
2.5 Factor Resiko……………………………………………………...…………… 8
2.6 Tatalaksana……………………………………………………...…...………… 9
2.7 Pencegahan……………………………………………………...…...………… 9
2.8  Teknik Penanganan Distosia Bahu…………………………………..………… 10

BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan …………………………………..………..………..………..…… 13


DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara
mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai
228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran
hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012
tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat
sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per
seribu kelahiran hidup
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat
proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan diperlukannya manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah
kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3%
dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang
digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi
curam bawah dan episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa
dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang
memenuhi kriteria diagnosa diatas.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari  distosia bahu ?
2.      Apa Etiologi distosia bahu ?
3.      Apa saja patofisiologis dari distosia bahu?
4.      Apa penyebab komplikasi dari distosia bahu ?
5.      Apa faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu?
6.      Bagaimana tatalaksana dari distosia bahu ?
7.      Bagaimana Pencegahan untuk distosia bahu ?
8.      Bagaimana penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus  Distosia Bahu ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari distosia bahu.
2.      Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.
3.      Mengetahui patofisiologis dari distosia bahu.
4.      Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.
5.      Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.
6.      Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu.
7.      Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,
8.      Mengetahui  penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus Distosia Bahu

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1    Definisi Distosia Bahu
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelainan tenaga(his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.(Arif
Mansjoer.2001:302) Sedangkan,
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum
(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya
bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin di lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila
dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver
khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. (Taufan Nugroho.2012:132)

2.2 Etiologi Distosia Bahu


Sebab-sebab dystocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :
1.    Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.
a.  Karena kelainan his :
Inersia Uteri Hipotonik,  adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak
adekuat       untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di
sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada         penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang
misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun
pada kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :

6
    Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit
untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
    Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b.  Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix  baru pada dinding
perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak nafas.
2.    Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi,
hydrochepalus atau monstrum.
3.    Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :
a.       Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
b.      Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c.        Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d.      Serviks yang menetap.
e.       Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f.       Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.

2.3 Patofisiologi Distosia bahu


 Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior)
berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan
dengna sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang

7
besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir
mengikuti kepala

2.4 Komplikasi Distosia Bahu


Komplikasi distosia bahu antara lain sebagai berikut:
A.      Pada janin
1)        Meninggal, Intrapartum atau neonatal
2)        Paralisis plexus brachialis
3)        Fraktur klavikula
4)        Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
5)        Fraktura humerus
B.       Pada ibu:
1)        terjadi Robekan di perineum derajat III atau IV
2)        Perdarahan pasca persalinan
3)        Rupture uteri (Hakimi, 2003).

2.5 Factor Resiko


Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
1)   Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes
gestasional (Keller,dkk).
2)   Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat
lahir yang lebih besar, meski demikian hamper separuh dari kelahiran distosia bahu
memiliki berat kurang dari 4000 g.
3)   Multiparitas
4)   Ibu dengan obesitas.
5)   Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh
setelah usia 42 minggu.

8
6)   Riwayat obstetric dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu,
terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42 wanita ( Smith dkk.,
1994).

2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan distosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan
janin. Syarat-syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu
adalah :
    Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat berkerjasama untuk menyelesaikan
persalinan
    Masih mampu untuk mengejan
    Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
    Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
    Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya bayi (Taufan
Nugroho.2012:133)

2.7 Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara :
1)        Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi : janin
luar biasa besar ( > 5 kg), janin sangat besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin
besar ( > 4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II
yang memanjang dengan janin besar
2)        Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
3)        Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
4)        Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau
fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risisko cedera pada janin

9
5)        Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi MCRobert, pertolongan persalinan, resusitasi bayi,
dan tindakan anestesia (bila perlu) (Abdul Bari Saifuddin.2008:60 ) 

2.8  Teknik Penanganan Distosia Bahu


Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi
sesegera mungkin dengan beberapa teknik berikut :
A.    Episiotomi
Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir.

B.     Manuver Mc. Robert


1)        Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota kelurganya)
untuk membantu ibu
2)        Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu)
untuk mengerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang
berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya
3)        Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra
pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena
akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri

C.      Manuver Corkscrew Woods


1)        Masukkan salah satu tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu
anterior, kearah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter
bahu
2)        Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum

10
D.    Teknik Pelahiran Bahu Belakang
1)        Masukkan salah satu tnagn kedalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang
berada pada posisi posterior
2)        Fleksikan lengan bayi bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada
bayi

E.     Manuver Rubin


1)        Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain
dengan memberikan tekanan pada abdomen
2)        Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah
di akses, kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan
menyebabkan abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilakn diameter antar-bahu
dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis. 

F.      Manuver Hibbard


Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan
kuat fundus saat bahu depan di bebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat
yang salah akan mengakibatkan bahu depan semakin terjepit

G.    Posisi Merangkak


1)        Minta ibu berganti posisi merangkak
2)        Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan
perlahan pada bahu anterior kearah atas dengan hati-hati
3)        Segera setelah lahir bahu anterior lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke
arah bagian bawah dengan hati-hati.

11
H.    Manuver Zavanelli
1)        Mengembalikan posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar
dari posisi tersebut
2)        Memfelsikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina
yang diikuti dengan kelahiran secara sesar.
3)        Memberikan terbutaline 250 mg sub kutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.

I.       Fraktur Klavikula


Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anteror terhadap ramus
pubis dapat dilakukan untuK membebaskan bahu yang terjepit.

J.       Kleidotomi
Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain,
biasannya dilakukan pada janin mati.

K.    Simfisiotomi
Simfisiotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan
juga dapat diterapkan dengan sukses (Taufan Nugroho.2012:134-136)

12
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala distosia bahu
adalah pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada
distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putaran paksi
luar yang normal. Disebabkan oleh karena faktor-faktor komplikasi pada maternal
atau neonatal. Untuk penatalaksanaan nya dilakukan episiotomy secukupnya dan
dilakukannya Manuver Mc.Robert,karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan
dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

DAFTAR PUSTAKA
http://apriliaae.blogspot.co.id/2014/03/karya-tulis-distosia-bahu.html
http://alfita-ita.blogspot.co.id/2014/08/kegawat-daruratan-maternal-dan-
neonatal.html

13

Anda mungkin juga menyukai