Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier dan Tatalaksana Pada Hipertensi”

Dosen : Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1 :

1. Melly Sa’idah (18215133)


2. Mesi Maesaroh (18215134)
3. M. Nevi Kurnaevi (18215145)
4. Pujianti Listiani (18215165)
5. Rika Apriliana (18215182)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI

TANGERANG BANTEN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis yang diberikan
sebagai tugas untuk menambah nilai kami Dalam menyelesaikan tugas ini, kami
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
pemikiran, dukungan, materi, pendanaan atau dalam bentuk apapun, terutama
kepada :

1. Ibu Ida Faridah, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKes Yatsi Tangerang


2. Ibu Lastri Mei Winarni,S.ST,.Keb selaku Wakil Ketua I STIKes Yatsi
Tangerang
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari,S.Kep.,M.Kep selaku Kaprodi Keperawatan
STIKes Yatsi Tangerang
4. Ibu Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep selaku Dosen
Pembimbing

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kami
bisa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kami dalam membuat makalah
yang selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tangerang, 18 November 2021

Kelompok 1 & 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. I
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................ 1
C. TUJUAN...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi……………………...................................... 3
B. Klasifikasi Hipertensi……………………................................. 3
C. Epidemiologi Hipertensi………………………………………. 5
D. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier…………………… 6
E. Diagnostic Penyakit Hipertensi…….......................................... 7
F. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi..……………………….. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……............................................................................ 12
B. Saran……………………………………………………………... 12

DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Price dalam Nurarif & Kusuma (2013), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah satu
penyakit kronik yang banyak terjadi pada populasi dewasa dan lanjut usia.
Kebanyakan dari kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Sisanya merupakan akibat dari
penyakit lain seperti diabetes, penyakit ginjal, gangguan organ, efek
samping dari obat-obatan lain, kehamilan dan penyakit jantung.Semakin
tinggi tekanan darah maka semakin tinggi morbiditas dan mortalitas.
Kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk dengan cepat atau menetap
menjadi kronik (Nuraini, 2015).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah, 2012). Yaitu Hipertensi esensial (primer) dan Hipertensi
sekunder. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi
berupa (Dafriani & Prima, 2019) : Sakit kepala, Rasa pegal dan tidak
nyaman pada tengkuk, Perasakaan berputar seperti tujuh keliling serasa
ingin jatuh, Berdebar atau detak jantung terasa cepat, Telinga berdenging.
Pencegahan penyakit Hipertensi ada klafisikasinya yaitu, pencegahan
primer, sekunder, teriser. Kemudian diikuti oleh penatalaksanaan dan
pemerIksaan penunjangnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja klasifikasi hipertensi?
3. Bagaimana epidemiologi pada hipertensi?
4. Bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan teriser pada hipertensi?
5. Bagaimana posedur diagnostic penyakit hipertensi?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi hipertensi
2. Mengetahui apa saja klasifikasi hipertensi
3. Mengetahui bagaimana epidemiologi pada hipertensi
4. Mengetahui bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada
hipertensi.
5. Mengetahui bagaimana prosedur diagnostic penyakit hipertensi
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi
Menurut Price dalam Nurarif & Kusuma (2013), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.
Hipertensi menjadi salah satu penyakit kronik yang banyak terjadi
pada populasi dewasa dan lanjut usia. Kebanyakan dari kasus hipertensi
adalah hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti.
Sisanya merupakan akibat dari penyakit lain seperti diabetes, penyakit
ginjal, gangguan organ, efek samping dari obat-obatan lain, kehamilan dan
penyakit jantung. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin tinggi
morbiditas dan mortalitas. Kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk dengan
cepat atau menetap menjadi kronik (Nuraini, 2015).

B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah,
2012).
1. Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana saat ini
belum diketahui penyebabnya secara pasti. Peningkatan tekanan darah
tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi
primer.Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada
organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Beberapa faktor
yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti:
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
a) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
b) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan
dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
c) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkobol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat
yang terkandung dalam keduanya
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder berasal dari penyebab dan patofisiologi yang
dapat diketahui dengan jelas sehingga dapat dikendalikan melalui
terapi farmakologi dengan tepat. Hipertensi berasal dari penyakit lain.
Sehingga tatalaksananya dapat direncanakan dengan baik Hipertensi
sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
c. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu
atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi
ginjal.
d. Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara
oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate
volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali
normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
e. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol,
dan katekolamin.
f. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g. Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu

C. Epidemiologi Hipertensi
Pada pasien HT kronik diperkirakan sekitar 1-2% akan mengalami
krisis HT dalam kurun waktu hidup, diantaranya HT emergensi
diperkirakan kurang lebih 25% kasus Insiden tahunan HT emergensi
diperkirakan sebanyak 1-2 kasus per 100.000 pasien. Faktor risiko yang
paling penting yang didapatkan pada krisis HT adalah mereka yang tidak
terdiagnosis atau tidak patuh menjalani pengobatan. Mortalitas selama
perawatan di rumah sakit pada krisis HT diperkirakan sebanyak 4-7%.
Angka kematian dalam 1 tahun diantara pasien dengan HT yang mencapai
angka lebih dari 79% Duapuluh persen pasien hipertensi yang datang ke
UGD adalah pasien hipertensi krisis. Data di Amerika Serikat
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi dari 6,7% pada penduduk
berusia 20-39 tahun, menjadi 65% pada penduduk berusia diatas 60 tahun.
Data ini dari total penduduk 30% diantaranya menderita hipertensi dan
hampir 1% -2% akan berlanjut menjadi hipertensi disertai dengan
kerusakan target organ. sebagian besar pasien dengan stroke perdarahan
mengalami hipertensi krisis.

D. Pencegahan Hipertensi
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi
terhadap hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit
hipertensi. Contoh: adanya peraturan pemerintah membuat peringatan
agar tidak mengonsumsi rokok, dan melakukan senam kesegaran
jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau
mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi
terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara
makan cukup sayur, buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan
aktivitas dan tidak merokok. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan mengadakan penyuluhan dan promosi kesehatan, menjelaskan
dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya penyakit melalui
usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan pengendalian berat
badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan
stress.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menjadikan orang
yang sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan
akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan
skreening. Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan terapi
nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi,
pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Untuk menegakkan
diagnosa hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita,
pemeriksaan tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup
istirahat 5- 10 menit. Pemeriksan yang lebih teliti pada target organ
untuk menilai komplikasi dan pemeriksaan laboratorium sebagai data
pendukung seperti pemeriksaan gula, urine kalium dalam darah dan
kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga diperlukan untuk
mengikuti perkembangan pengobatan dan untuk menilai kemungkinan
dari efek samping yang timbul.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada
pencegahan tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas
yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat
hipertensi. Pencegahan tersier dilaksanakan agar penderita hipertensi
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan
kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup (Ismayadi,
2012).

E. Prosedur Diagnostic Penyakit Hipertensi


1. Pemeriksaaan Laboratorium
a. Hb atau Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor risiko
seperti : hipokoagulbilitas dan anemia.
b. BUN atau kreatini : memberikan informasikan tentang perfusi atau
fungsi ginjal
c. Glukosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang
disertai dengan diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi
dapat menimbulkan risiko pada organ-organ penting. Oleh karena
itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa darah.
d. Urinalisa : mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan
ada disfungsi pada ginjal dan adanya DM.
2. CT Scan : untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati.
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana letak dan berapa
luasnya, peninggian gelompang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung dan hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti : batu ginjal
dan perbaikan ginjal.
5. Foto Thorax : dapat menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup
dan pembesaran jantung.

F. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi


1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
penting dalam penanganan hipertensi titik semua pasien dengan
prehipertensi dan hipotensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat
terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VIII.
Samping menurunkan tekanan darah pada pasien pasien dengan
hipertensi modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya
tekanan darah ke hipertensi pada pasien pasien dengan tekanan darah
prehipertensi, 12 modifikasi gaya hidup yang penting terlihat
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obesitas atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan
kalsium, diet rendah natrium, aktivitas fisik, dan mengkonsumsi
alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan papi satu obat antihipertensi,
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. 10 program diet yang mudah diterima adalah
yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan
pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan
natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan
dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu pada pasien
supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet :
- Hipotensi dua sampai tiga kali lebih sering pada orang gemuk
dibanding orang dengan berat badan ideal
- Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah gemuk
(overweight)
- Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4,5 kg) dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
- Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik yang
juga prekursor dari potensi dan sindroma resisten insulin yang
dapat berlanjut ke DM tipe 2, di si dislipidemia, dan selanjutnya
ke penyakit kardiovaskular
- Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh
dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi
- Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap
garam, kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah
sistolik dengan pembatasan natrium.

JNC VIII menjalankan pola makan DASH zodiak yang kaya


dengan buah sayur dan produk susu rendah lemak dengan kadar total
lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan
< 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah titik olahraga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit
perhari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien.
Menunjukkan kalau olahraga aerobik, seperti jogging, berenang jalan
kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.

Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan


berat badan titik pasien harus konsultasi dengan dokter untuk
mengetahui jenis olahraga mana yang terbaik terutama untuk pasien
dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor risiko
utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi
yang merokok harus di konseling berhubungan dengan risiko lain
yang dapat diakibatkan oleh rokok

2. Terapi farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi. Diuretik, penyebar beta,
penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat
reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai
obat antihipertensi utama. Obat obat ini baik sendiri atau
dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien
dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan
kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan
antagonis kalsium) mempunyai subkelas di mana perbedaan yang
bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja penggunaan
klinis atau efek samping. Penyakit afla, agonis Alfa 2 sentral,
penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien pasien tertentu yang di samping obat utama
Evidence – based medicine adalah pengobatan yang didasarkan
atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih
obat secara sadar, jelas, dan bijak yang ada masing-masing fase enak
dan atau penyakit. Pabrik evidence based untuk hipertensi termasuk
memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan
Penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler atau
kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan
kalau sekedar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja
tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna
adalah diuretik penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),
penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta dan antagonis
kalsium (CCB).
Pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target
tekanan darah titik apabila tekanan darah melebihi 20 per 10 mm HG
di atas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan 2
obat. yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien pasien dengan diabetes disfungsi
autonomik dan lansia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: Faktor, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu
tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll. Orang yang terkena hipertensi
juga dapat mengalami banyak komplikasi yang diderita, diantaranya
Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark miokard, dl.

B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita
sebagai petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak
mengkonsumsi makanan yang belum teruji kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 Jakarta.
EGC.
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi.
Jakarta : Penebar Plus.

Anda mungkin juga menyukai