Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

Dosen Pengampu : Ns. KARTINI TUNGKA S.Kep, M.Kep

Nama – nama Kelompok 3 :

Maria Menajang

Intan Tamboto

Paulus Kilare

Gledys Undap

Bevearly Rawung

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Adapun tujuan dari
makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai karya ilmiah Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Anak Usia Sekolah

Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar
bisa menjadi lebih baik lagi. Kami juga berharap semoga dengan tulisan ini dapat memberi
pengetahuan yang berguna bagi pembacanya.

Tim Penyusun

Tomohon, April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
TIINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
2.1 SEHAT JIWA..................................................................................................................3
2.2 ANAK USIA SEKOLAH.................................................................................................5
2.3 PEDOMAN ORANG TUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH...............................10
BAB III.....................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH.................................12
BAB IV.....................................................................................................................................27
PENUTUP.................................................................................................................................27
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang kesehatan jiwa No.18 tahun 2014 menyatakan bahwa kesehatan jiwa
merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang cara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi
untuk lingkungannya. Kesehatan jiwa dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
otonomi dan kemandirian, kemaksimalan. potensi diri, harga diri. penguasaan
lingkungan, orientasi lingkungan serta manajemen stress (Ahr, Houde, and Borst,
2016).
Kondisi sehat jiwa dapat tercapai melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Menurut Depkes (2014), pertumbuhan ditandai dengan adanya perubahan
ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh. sedangkan perkembangan biasanya
ditandai dengan adanya perkembangan mental, emosional, psikososial, psikoseksual,
nilai moral dan spiritual. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun juga terjadi
peningkatan mental, memori dan daya nalar.
Kondisi sehat jiwa dapat tercapai melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Menurut Depkes (2014), pertumbuhan ditandai dengan adanya perubahan
ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh. sedangkan perkembangan biasanya
ditandai dengan adanya perkembangan mental, emosional, psikososial, psikoseksual,
nilai moral dan spiritual. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun juga terjadi
peningkatan mental, memori dan daya nalar. Untuk mendapatkan perkembangan anak
usia sekolah yang sesuai, maka harus melakukan persiapan ketahanan dan kesehatan
yang optimal agar anak dapat menjadi produktif dengan memberikan suatu
rangsangan atau stimulus.

1
Menurut penelitian yang dilakukan Jansen (2012), dampak jika stimulasi tidak
dilakukan pada anak usia sekolah maka akan beresiko pada tahap perkembangan
mental anak sekolah yang menjadi terhambat, resiko terjadinya bullying, depresi dan
resiko terjadinya percobaan bunuh diri. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai
perkembangan anak usia sekolah yang sesuai dapat menyebabkan anak menjadi
rendah diri sehingga pada saat masa dewasa anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (Keliat. Daulima & Farida. 2011).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pemenuhan tahap tumbuh
kembang anak, khususnya anak usia sekolah di masyarakat adalah dengan pelayanan
kesehatan jiwa komunitas atau dikenal dengan Community Mental Health Nursing
(CMHN). Pelayanan kesehatan komunitas, khususnya perawat Community Mental
Health Nursing (CMHN) bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa
komunitas pada kelompok keluarga yang sehat jiwa, kelompok keluarga yang
beresiko mengalami gangguan jiwa serta kelompok keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa (Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan sehat jiwa pada tahap
perkembangan anak usia sekolah
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tentang sehat jiwa
b. Untuk mengetahui tentang anak usia sekolah
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa usia anak sekolah
d. Untuk mengetahui pedoman orang tua dengan anak usia sekolah

2
BAB II

TIINJAUAN TEORI

2.1 SEHAT JIWA


A. Pengertian Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa yaitu organo-biologis (fisik atau jasmani) dan psiko- edukatif
(mental-emosional), sosio-kultural (Efendi & Makhfudli, 2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan bugar dan
nyaman seluruh tubuh dan bagian lainnya. Bugar dan nyaman adalah relatif.
karena bersifat subjektif sesuai dengan orang yang mendefinisikan dan
merasakannya. Komponen tubuh manusia bukan hanya fisik, tetapi ada juga
psikologis, lingkungan sosial, dan spriritual. Sedangkan Jiwa yang sehat
didefinisikan dengan tepat, meskipun demikian ada beberapa indikator yang untuk
menilai kesehatan jiwa. Karl menninger mendefinisikan bahwa orang yang sehat
jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungannya, dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia (Yusuf, dkk,
2015).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa bukan
sehat fisik, tetapi juga menyangkut bio-psiko-sosio-kultural dan mampu
menyesuaikan diri untuk berinteraksi baik, tepat dengan lingkungannya.

B. Ciri-Ciri Sehat Jiwa


Menurut WHO (World Health Organization, 2008) ciri-ciri schat jiwa yaitu:
1. Sikap positif kepada diri sendiri
Individu menerima dengan baik dirinya sendiri secara utuh dan menyadari
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.
2. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri
Individu yang mengalami perubahan dalam tahap tumbuh kembang dan
dapat mengapresikan potensi atau bakat yang ada dalam dirinya.
3. Integrasi

3
Individu menyadari bahwa yang ada dalam dirinya adalah satu kesatuan
utuh dan mampu bertahan terhadap stress dan dapat mengatasi kecemasan
yang ada.
4. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Individu memamhami terhadap stimulus ekstemal sesuai dengan
kenyataan yang ada, persepsi individu dapat berubah terhadap informasi
baru, dan memiliki empati terhadap orang lain.
5. Otonomi
Individu bisa mengambil keputusan dengan bertanggung jawab dan
mampu mengatur kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa bergantung
terhadap orang lain.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Kesehatan Jiwa


Menurut (Hakim, 2010) Masalah pada kesehatan jiwa adalah permaslahan yang
harus diatasi secara komprehensif. Faktor pendukungnya adalah sebagai berikut:
1. Faktor fisik (organo biologis)
Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan jiwa pada
seseorang, contohnya yaitu saat seseorang mengetahui bahwa tubuhnya
digerogoti kanker pada saat itu juga seseorang telag kehilangan sebagian
kehidupannya, walaupun secara pemikiran sadar teapi mental emosionalnya
telah terganggu dan mempercepat proses penurunan sistem kekebalan tubuh
secara drastis dan semangat hidupnya juga berkurang.
2. Faktor mental/emosional (psikoedukatif)
Kekuatan pada mental dan emosional yang mendukung, dan saran positif
diperlukan untuk membangunkan semangat hidup dalam mengembalikan
kesehatan secara jasmani dan rohani.
3. Faktor sosial budaya (sosial kultural)
Lingkungan keluarga dan satu darah sangat diperlukan untuk
menyempurnakan konsep kesehatan mental emosional seseorang. komunikasi
dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam mengatasi setiap permasalahan yang
datang kapan saja dalam hidup. Dalam keluarga. lingkungan, budaya, sangat
menentukan kualitas kesehatan mental emosional seseorang dalam
menghadapi setiap permasalahan yang ada.

4
D. Karakteristik Aspek Kesehatan Jiwa
Menurut (Videback. 2008) karakteristiknya dibagi menjadi 6 yaitu:
1. Otonomi dan kemandirian
Individu dapat melihat dirinya untuk menemukan nilai dan tujuan hidup.
Individu yang otonomi dan mandiri dapat bekerja secara independen atau
kooperatif dengan orang lain tanpa kehilangan otonom.
2. Memaksimalkan potensi diri
Individu mempunyai orientasi pertumbuhan dan aktualisasi diri,
3. Menoleransi ketidakpastian hidup.
Individu menghadapi tantangan sehari-hari dengan harapan dan pandangan
positif walaupun tidak mengetahui apa yang akan terjadi dimasa depan.
4. Harga diri
Individu memiliki kesadaran yang realistis terhadap kemampuannya.
5. Menguasai lingkungan
Individu dapat menghadapi dan mempengaruhi kemampuan dan juga
keterbatasannya.
6. Orientasi realistis
Individu mampu menoleransi stres dalam kehidupan, merasakan cemas atau
berduka sesuai dengan keadaan, mengalami kegagalan tanpa merasakan
hancur. Menggunakan dukungan keluarga dan teman untuk mengatasi krisis
karena stres tidak akan berlangsung selamanya.

2.2 ANAK USIA SEKOLAH


A. Pengertian
Anak usia sekolah 6-12 tahun adalah suatu kelompok yang mempunyai
interaksi yang intensif dengan lingkungan sekolah, teman, media massa dan
program pemasaran perusahaan. Mereka mempunyai karakter yang mudah
untuk dipengaruhi oleh lingkungan termasuk pergaulannyaatau lingkungan
sosial. Anak belum mempunyai pengatahuan yang cukup untuk bisa memilih
pergaulan yang baik, sehingga belum bisa untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk untuknya, sehingga anak mudah terpengaruhi
lingkungan (Sumarwan, 2007). Permulaan anak usia sekolah dimulai dari
umur 6-12 tahun, dimana anak sedang mengembangkan kemampuannya yaitu

5
seperti berpendapat, berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain. Mereka
melihat alternatif sebagai hal yang nyata (Wong, 2008).
Beberapa anak usia sekolah bersikap santai pada saat berbincang- bincang
dengan orang dewasa, anak lain dapat dihambat oleh rasa takut, ansietas.
ketrampilan verbal yang buruk.ataupun perilaku yang melawan. Anak usia
sekolah biasanya mentoleransi sesi selama 45 menit. Ruangan kelas sebaiknya
agak lebar agar anak dapat bermain tetapi pada dasarnya ruang kelas sempit
dan tidak luas sehingga anak lebih suka keluar kelas dan mengurangi kontak
yang intim antara pemeriksa dan anak (Sadock, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah
dimulai dari 6-12 tahun yang mempunyai interaksi yang intensif dengan
teman, orang tua, media masa, dan akan mengembangkan dalam
berkomunikasi. berpendapat dan bekerja sama dengan orang lain yang akan
mentoleransi sesi selama 45 menit.

B. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah


Tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah 6-12 tahun adalah sebagai
berikut:
1. Belajar Kecekatan (Ketrampilan) Fisik
a. Hakikat tugas: mempelajari kecakapan, kertrampilan jasmani lainnya.
Misalnya: lari, meloncat, melempar, menenma, memukul, menyepak.
berenang, dan kecekatan dalam menggunakan alat-alat yang sederhana:
lompat tali, bola kecil, dan sebagainya.
b. Dasar biologis: anak-anak telah mencapai dan mempunyai
pertumbuhan fisik mengenal koordinasi otot-otot dan saraf yang
memungkinkan untuk melakukan gerakan motoris.
c. Dasar psikologis teman sebaya akan memberi hadiah bagi anak yang
sukses dalam bermain, dan akan memberi hukuman pada teman yang
gagal. Sehingga anak akan mengejar rasa senang dan menghindari rasu
tidak senang. Misalnya: da ejek oleh temannya, tetapi bangga kalau
mendapat pujian dari temannya.
d. Dasar sosiolailtural: sekolah membantu untuk menyusun kelompok
bermain, terutama bagi anak-anak yang belum maju agar tidak menjadi
sasaran kukuman teman-temannya.

6
2. Belajar sikap yang benar
a. Hakikat tugas: anak-anak supaya dilatih untuk bisa mengembangkan
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan serta keamanan tubuh yang
realitas, termasuk didalamnya pengertian tentang kenormalitasan
jasmani dan rohami, abilitas mempergunakan energi tubuh dan sikap
yang pantas terhadap lain jenis dan seks. b. Dasar biologis: otot-otot
telah tumbuh terhadap lain jenis dan seks.
b. Dasar biologis: otot-otot telah tumbuh dengan cepat, terjadi detentio
permanentes, kelenjar kelamin masih tenang, hingga umur 9-10 tahun.
c. Dasar psikologis: anak akan mendapat penghargaan atau celaan dari
teman sebaya atau oleh orang dewasa, tergantung dari ketrampilan
jasmani. Anak suka dengan permainan yang aktif. Tampak sikap ingin
tahu dan percobaan mengenai kelamin.
d. Dasar Sosiokultural melatih keteratizan makan, minum, tidur. menjaga
kesehatan tubuh, sekolah harus membantu untuk membentuk menjadi
pribadi kanak-kanak yang baik dan juga ajarkan tentang pendidikan
seks harus bijaksana.

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.


a. Hakikat Tugas: memperlajari sikap memberi dan menerima (give and
take). Selain itu anak juga harus belajar bersahabat dengan lawan dan
mengembangkan suatu kepribadian sosial.
b. Dasar biologis; kecakapan jasmani dan kebersihan menjadi dasar yang
penting untuk berhubungan dan bergaul dengan teman sebaya.
c. Dasar psikologis: anak akan mulai dapat meninggalkan lingkungan
keluarga untuk memasuki pergaulan sosial dan anak juga ingin.
d. Dasar sosiokulturat sekolah harus melatih untuk membentuk kelompok
campuran putra-putri dan tempat-tempat permainan harus dapat
pengawasan dari orang-orang dewasa untuk mencegah hal yang buruk.

4. Belajar pengetahuan dan kecakapan dasar


a. Hakikat tugas mempelajari mata-mata pelajaran sekolah dengan
perkembangan zaman.

7
b. Dasar biologis: otot-otot, saraf-saraf dan panca indera sudah mulai.
c. Dasar psikologis: dorongan ingin tahu dan mau berbuat sudah jauh.
d. Dasar sosiokultural semakin maju kebudayaan masyarakat, kecakapun-
kecakupan mental dan fisik diharapkan semakin maju pula.

5. Belajar norma hidup keseharian


a. Hakikat tugas mendapatkan pengertian-pengertian yang umum
elemener sebagai bekal berpikir secara efektif sebagai warga Negara
muda.
b. Dasar biologis: otak harus berkembang secukupnya, untuk melakukan
abstraksi.
c. Dasar psikologis anak mempunyai bekal pengertian
sederhana,terutama pengertian pengamatan, Misalnya: warna, bentuk,
rasa.
d. Dasar sosiokultural masyarakat mempanyni kategori
pengertian(umum, khusus, istimewa, dan sebagainya) yang berlaku.
bagi semua orang. Misalnya: waktu, ruang, tinggi, rendah, dan
sebagainya.

6. Belajar kata hati


a. Hakikat tugas melatih untuk mengembangan kesusilaan batin.
penghormatan dan pelaksanaan pada aturan morak sebagai permaluan
untuk mengenal dan melaksanakan norma-norma susila yang rasional.
b. Dusur psikologis: pada anak kecil telah ada yang nuif. Misal: enak-
tidak enak, senang-tidak senang.
c. Dasar sosiokultural: masyarakat mempunyai kekhususan mengenai
moralitas dan sekolah juga harus mendidik moralitas kepada anak-
anak.

7. Helajar mandin
a. Hakikat tugas; berusaha menjadi hakikat yang oknom yang sudah
mampu untuk membuat rencana-rencana dan melaksanakannya, agar
dapat berdiri sendiri dan lepas dari orang tuanya.

8
b. Dasar psikologis: secara fisik anak bebas dari orang tuanya tetap untuk
emosionalnya masih terikat. Apa yang dikatakan oleh orang disekitar
dianggap semua benar.
c. Dasar sosiokultural: orang tua menginginkan anak untuk dapat
mengerjakan tugas sendiri tanpa minta bantuan orang lain.

8. Belajar bersikap social


a. Hakikat tugis: melatih sifat sosial yang rasional dan demokratis.
b. Dasar psikologis: anak akan meniru orang yang terkemuka yang dilihat
oleh anak-anak. pengalaman emosional mendalam baik yang
menyenangkan maupun yang menyusahkan. Dan sekolah mengajarkan
tentang norma-norma sikap sosial yang baik dalambidang-
bidangkebudayaan. Misal: demokrasi, ekonomi, politik, agama, seni-
budaya, kebangsaan, perikemanusiaan, dan sebagainya (Fudyartanta,
2012).

C. Karakteristik Kesehatan Jiwa Anak Usia Sekolah


Karakteristik kesehatan jiwa anak usia sekolah terdiri dari:
1. Perkembangan biologis
Pertumbuhan biologis yaitu otak, otot dan tulang Pada usia 10 tahun
manak akan menambah tinggi dan berat badannya. Dan pada urmur 12-13
tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dibandingkan anak laki-
laki (Sumantri, 2005) .
2. Perkembangan komunikasi
Anak usia sekolah dalam berkomunikasi semakin meningkat, Anak
mampu untuk menahanidan menegern arti yang orang lam katakan
kepadanya. Dalam berbicara, kata-kata terkendali dan terseleksi Anik tidak
sekedar berbicara tampa ada yang memperhatikannya (Hurlock, 2008).

D. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah


Masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah, diantaranya yaitu :
1. Membangkang Sikap yang melawan orang tua dan lingkungan jika tidak
sesuai dengan keinginan anak.
2. Persaingan Rasa ingin untuk lebih dari orang lain yang selalu didorong
oleh orang lain juga. Sikap ini akan terlihat saar usia 4 tahun.

9
3. Berselisih Terjadi apabila seseorang merasakan dirinya terganggu oleh
sikap dan perilaku orang lain.
4. Agresif Yaitu salah satu dari bentuk kekecewaannya karena keinginan dan
kebutuhannya tidak terpenuhi. Orang tua tidak boleh menghukum
anaknya, karena jika orang tua menghukum maka akan menambah
agresifitasnya menjadi meningkat.
5. Mementingkan diri sendiri Sikap yang individuals dalam memenuhi
keinginannya atau disebut juga Selffishness.
6. Tingkah laku yang berkuasa Tingkah laku yang ingin menguasai situasi
sosial, mendominasi di sekitar, atau juga bersikap bossiness. Bentuk dari
sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, dan mengancam.
7. Menggoda Yaitu serangan mental untuk orang lain, berbentuk verbal
sepertiejekan utuu cemoohan yang akan menimbulkan amaruh pada orang
yang digoda (Ratih. 2012).

2.3 PEDOMAN ORANG TUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


1. Usia 6 tahun
- Siapkan orangtua untuk menghadapi pilihan makanan yang disukai anak dan
penolakan pada makanan tertentu
- Siapkan orangtua untuk menghadapi nafsu makan yang diperkirakan akan sangat
meningkat
- Siapkan orangtua secara emosional saat anak mengalami perubahan alam perasaan
yang tidak menentu
- Bantu orangtua mengantisipasi kerentanan ya ng terus menerus terhadap penyakit
- Ajarkan tentang pencegahan cedera dan tindakan keamanan, khususnya keamanan
bersepeda
- Anjurkan orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privasi dan
memberikan ruang tidur terpisah untuk anak, bila mungkin
- Siapkan orangtua untuk menghadapi peningkatan minat anak diluar rumah
- Bantu orangtua memahami kebutuhan untuk mendorong interaksi anak dengan
sebaya

2. Usia 7-10 tahun

10
- Siapkan orangtua untuk menghadapi perbaikan dalam kesehatan yaitu
menurunnya penyakit-penyakit yang dialami, tetapi beritahukan pada mereka
bahwa alergi-alergi justru sebaliknya, dapat meningkat atau menjadi lebih nyata
- Siapkan orangtua untuk menghadapi perkiraan peningkatan cedera minor
- Siapkan orangtua untuk menghadapi perkiraaan peningkatan keterlibatan dengan
sebaya dan minat dalam aktivitas diluar rumah
- Tekankan kebutuhan untuk mendorong kemandirian sambil mempertahankan
pembatasan lingkungan dan disiplin
- Siapkan ibu untuk menghadapi tuntutan yang diperkirakan akan lebih hanyak pada
usia 8 tahun
- Siapkan ayah untuk menghadapi peningkatan kebanggan pada usia 10 tahun,
anjurkan aktivitas ayah-anak
- Siapkan orangtua untuk menghadapi pra pubertas pada anak perempuan

3. Usia 11-12 tahun


- Bantu orangtua menyiapkan anak untuk menghadapi perubahan tubuh bila terjadi
masa pra pubertas
- Siapkan orangtua untuk menghadapi ledakan pertumbuhan pada anak perempuan
- Buatlah pendidikan seks tertentu untuk anak yang bersifat adekuat dengan
informasi-informasi yang akurat
- Siapkan orangtua untuk menghadapi perkiraan perilaku yang energetic tetapi
berbahaya pada usia 11 tahun, dan perilaku yang lebih berwatak pada usia 12
- Anjurkan orangtua untuk mendukung keinginan anak untuk tumbuh tetapi
memungkinkan perilaku regresif yang diperlukan
- Siapkan orangtua untuk menghadapi peningkatan masturbasi
- Instruksikan pada orangtua bahwa jumlah istirahat anak perlu ditambah
- Bantu orangtua mendidik anak berkaitan dengan percobaan-percobaan untuk
melakukan aktivitas yang berpotensi bahaya

4. Bimbingan Kesehatan
- Bantu orangtua memahami pentingnya kesehatan regular
- Anjurkan orangtua untuk mengajarkan dan meneladani praktik kesehatan
termasuk diet, istirahat, aktivitas, dan latihan
- Tekankan perlunya mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang tepat

11
- Tekankan pemberian lingkungan emosi dan fisik yang aman
- Anjurkan orangtua untuk mengajarkan dan meneladani praktik keamanan

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

Ruang rawat : Berlian Tanggal dirawat : 01 April 2023

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : D.S Umur : 10 Tahun No. RM : 00222
II. ALASAN MASUK
Tidak mau berbicara mengurung diri dalam kamar dalam waktu lama sering takut cemas
dan menangis tanpa sebab
III.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
 Ya
 Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
 -
3. Trauma
Jenis Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik 10 Thn -  -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan 9 Thn -  -
Kekerasan dalam
9 Thn -  -
Keluarga
Tindakan Kriminal 9 Thn -  -
Jelaskan :
Menurut penjelasan ibunya, pasien semasa sekolah baik dan normal, tetapi saat
kejadian kekerasan dari ayah tiri yang di alami pasien mulai mengurung diri dan
tidak mau bercerita, lalu setelah beberapa bulan mulai bertambah parah berupa
menangis tanpa alasan dan wajah yg cenderung cemas dan ketakutan
Masalah keperawatan :

13
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Kekerasan / tidak merasakan keluarga
yang harmonis / kasih sayang (mengalami kekerasan dari ayah tiri)
IV. PEMERIKSAAN FISIK
TTV
TD: 85/60 N: 75 x/m R: 19x/m SB: 36,3ºc
mmHg
BB : 31 kg TB: 137 cm
Keluhan Fisik: Tidak ada keluhan fisik
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Pada saat pengkajian, klien mengatakan tinggal bersama ibu, ayah tiri, dan kakak
Ayah kandung klien sudah tidak bersama mereka lagi, klien / orang tua klien
mengatakan tidak ada sudara yang sakit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah lesung pipi
b. Identitas :
Klien mengatakan tahu nama, sekolah, dan situasi saat ini
c. Peran :

14
Klien mengatakan perannya dirumah sebagai anak
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin menjadi dokter.
e.Harga diri :
Klien belum terlalu mengerti arti harga diri
Masalah keperawatan :
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti adalah Ibunya. Dirumah sakit orang yang
dekat dengannya adalah inisial B
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : -

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :


Klien mengatakan takut hanya kepada ayah tirinya
Masalah keperawatan :
1. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan percaya kepada Tuhan
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan ikut ibadah, menyanyi lagu rohani diruangan bersama teman
Masalah keperawatan:
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi
Jelaskan :
Rambut rapih, memakai pakaian dari RS, memakai sendal
Masalah keperawatan:
2. Pembicaraan
Gagap, Inkoherensi, Lambat, Membisu, Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien berbicara lambat, kadang tidak terlalu jelas
Masalah keperawatan:
3. Aktivitas Motorik
Lesu, Tegang, Gelisah, Agitasi, Tik, Grimasem, Tremor, Kompulsif
Jelaskan : Klien tampak gelisah, sesekali menoleh kekiri dan kekakan

15
Masalah keperawatan:
4. Alam perasaan
Sedih, Ketakutan, Putus asa, Khawatir, Gembira berlebihan
Jelaskan : Klien saat ini tampak tidak tenang, sedih dan khawatir mengingat
kejadian dahulu
Masalah keperawatan:
5. Afek
Datar, Tumpul, Labil, Tidak sesuai
Jelaskan : Emosi klien berubah-ubah
Masalah keperawatan:
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan, Tidak kooperatif, Mudah tersinggung, Kontak mata kurang,
Defensive, Curiga
Jelaskan : Saat berinteraksi klien tampak mudah tersinggung, kontak mata pasien
kurang
Masalah keperawatan:
7. Persepsi
Halusinasi : Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan Penghidu/Penciuman
Jelaskan : Klien mengatakan mendengar suara ayah tirinya yang akan memukulnya
Masalah keperawatan: Halusinasi Pendengaran.
8. Isi pikir
Obsesi, Phobia, Hipokondria, Depersonalisasi, Ide yang terkait, Pikiran magis
Waham
Agama, Somatik, Kebesaran, Curiga, Nihilistic, Sisip pikir, Siar pikir, Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah keperawatan:
9.Arus pikir
Sirkumstansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight of idea, Blocking,
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Klien mengatakan takut secara terus menerus
Masalah keperawatan:
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor Disorientasi waktu Disorientasi orangDisorientasi tempat
Jelaskan : Klien tampak mengenali orang, waktu, tempat

16
Masalah keperawatan:
`11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, saat ini, Konfabulasi
Jelaskan : Klien tampak masih bisa mengingat kejadian masa lalu dengan
menceritakan kembali
Masalah keperawatan:
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih, Tidak mampu berkonsentrasi, Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : klien tampak tidak mampu berkonsentrasi, mampu menjawab pertanyaan
sederhana.
Masalah keperawatan:
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : saat disuruh memilih teman atau ibu klien memilih ibu alasan karna ibu
yang sayang padanya
Masalah keperawatan:
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita, Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : klien tampak tenang, belum terlalu mengerti keadaannya saat ini
Masalah keperawatan:
VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
Kemampuan klien memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan 
Keamanan 
Perawatan kesehatan 
Pakaian 
Transportasi 
Tempat tinggal 
Uang 
Jelaskan : Pasien memiliki keluarga yang mampu memenuhi kebutuhannya
Masalah keperawatan:
1. Kegiatan hidup sehari-hari
Perawatan diri BT BM

17
Mandi 
Kebersihan 
Makan 
BAB/BAK 
Ganti pakaian 
Jelaskan : Klien tampak bisa melakukan kegiatan secara mandiri
Masalah keperawatan:
a. Nutrisi
Ya Tidak
Apakah anda puas dengan pola makan anda? 
Apakah anda memisahkan diri? 
Jelaskan: Klien makan bersama dengan pasien yang lain
Frekuensi makan: 3x / hari
Frekuensi kudapan sehari: 1-2x/hari
Nafsu makan:
Meningkat, Menurun, Berlebihan, Sedikit – sedikit
Berat badan: Meningkat Menurun
BB terendah: 30 Kg
BB tertinggi: 31 Kg
Jelaskan: Klien makan 3x sehari, makanan dihabiskan
Masalah keperawatan :
b. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur ?
Klien mengatakan kadang teringat ibu
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur ?
Klien mengatakan terasa segar
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang ?
Klien mengatakan tidak selalu tidur siang
4) Lama tidur siang :
Klien mengatakan tidur siang ± 1 jam
5) Apa yang menolong tidur ?
Tidak ada
6) Tidur malam : Jam 9

18
Bangun jam : Jam 6
Lama Tidur malam : ± 9 jam
7) Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur, Bangun terlalu pagi, Somnabulisme, Terbangun saat
tidur, Gelisah saat tidur, Berbicara saat tidur
Jelaskan : Saat tidur malam klien merasa takut saat tidur dan ingin ditemani
ibunya
Masalah keperawatan:
2. Kemampuan klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri
 Ya
 Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
 Ya
 Tidak
Mengatur penggunaan obat
 Ya
 Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan
 Ya
 Tidak
Jelaskan: Kebutuhan sendiri klien dibantuoleh perawat. Klien membuat
keputusan berdasarkan keinginannya sendiri. Meminum obat yang diberikan
perawat dan setiap pagi melakukan pemeriksaan kesehatan (TTV).
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Klien memiliki sistem pendukung


Ya Tidak
Keluarga 
Terapis 
Teman sejawat 

19
Kelompok social 
Jelaskan : Klien mendapat dukungan dari keluarga, teman, perawat.
Masalah keperawatan :
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
 Ya
 Tidak
Jelaskan : Saat sekolah, klien senang saat bermain dengan teman – teman
sekolahnya, hobi bermain boneka.
Masalah keperawatan:
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif : Maladaptif :
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/ berlebih
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahgara  Mencederai diri
 Lainnya ……………  Lainnya…………………

Jelaskan : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat menyelesaikan masalah.
Masalah keperawatan :
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok:
Klien hanya melakukan kegiatan yang telah ditetapkan oleh perawat.
 Masalah dengan pendidikan:
Klien mengatakan masih SD
 Masalah dengan sekolah :
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam sekolah
 Masalah dengan perumahan:
Klien mengatakan tidak mengerti
Masalah dengan ekonomi :
Klien mengatakan selalu diberi jajan kesekolah
Masalah dengan pelayanan kesehatan :
Klien mengatakan tidak mengerti
Masalah lainnya :
Masalah keperawatan :

20
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
 Penyakit jiwa
 Factor presipitasi
 Koping
 System pendukung
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lainnya:
Masalah keperawatan:
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosis medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik :
Risperidone 1mg 2x1
Trihexyphenidyl 0,5mg 2x1
Stelosi 1mg 3x1

21
ANALISA DATA

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
Data Subjektif : Gangguan Interaksi Sosial
Klien mengatakan, “saya takut mendengar ayah tiri
saya marah”

Data Objektif :
- Lambat, kadang tidak terlalu jelas
- Klien tampak gelisah, sesekali menoleh kekiri
dan kekanan
- Klien tampak tidak tenang, sedih dan khawatir
mengingat kejadian dahulu
- Emosi klien berubah-ubah
- Saat berinteraksi klien tampak mudah
tersinggung, kontak mata pasien kurang

22
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN
(NURSING CARE PLAN)

Nama Klien : Nn. D.S


Ruangan : Rawat Inap Anak/Berlian

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan Interaksi Sosial (L.13115) Pencegahan Perilaku
Interaksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kekerasan (I.14544)
Sosial selama 3 x pertemuan, diharapkan kontrol Observasi
(D.0118) diri klien meningkat dengan kriteria - Monitor adanya benda
hasil : yang berpotensi
- Perasaan nyaman dengan situasi membahayakan (mis.
sosial (meningkat) Benda tajam, tali)
- Perasaan mudah menerima atau - Monitor selama
mengkomunikasikan perasaan penggunaan barang
(meningkat) yang dapat
- Responsive pada orang lain membahayakan (mis.
(meningkat) Pisau cukur)
- Kontak mata (meningkat) Terapeutik
- Libatkan keluarga
Luaran Tambahan dalam perawatan
Dukungan Sosial (L.13113) Edukasi
- Kemampuan meminta bantuan - Anjurkan pengunjung
pada orang lain (menigkat) dan keluarga untuk
Ketahanan Keluarga (L.09074) mendukung
- Verbalisasi harapan yang positive keselamatan pasien
antar anggota keluarga - Latih cara
(meningkat) mengungkapkan
- Verbalisasi perasaan antar anggota perasaan secara asertif
keluarga (meningkat) Strategi Pelaksanaan (1-
3)

23
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Dx Hari/Tgl
No Implementasi Evaluasi
Kep/SP /Jam
1 SP. 1 Sabtu, Strategi Pelaksanaan 1 Subjektif
01/04/23 1. Membina hubungan - klien mengatakan masih takut
saling percaya. bercerita
2. Membantu pasien - lebih suka sendiri
mengatasi Objektif
Kecemasannya - lambat, kadang tidak terlalu jelas
3. Membantu pasien - klien tampak gelisah, sesekali
mengenal keuntungan melihat kekiri dan kekanan
berhubungan dan - klien tampak tidak tenang, sedih
kerugian tidak dan khawatir tampak mengingat
berhubungan dengan kejadian dulu yang di alaminya
orang lain - saat berinteraksi klien tampak
4. Mengajarkan pasien takut
berkenalan,dan
- tidak mau bertemu banyak orang
Membangun
Assessment
kepercayaan diri klien
Masalah Perilaku Kekerasan
Belum Teratasi
Belum Teratasi :
- kontak mata
- kemampuan diri dalamm
lingkungan sosial
- gelisah
- sedih
- kemampuan
berinteraksi/bercerita
Planning
- lanjutkan ke sp.2
- buat jadwal latihan relaksasi
napas dalam 2x sehari

24
- evaluasi sp.1
2 SP. 2 Minggu, Strategi Pelaksanaan 2 Subjektif
02/04/23 1. Membina hubungan - klien menjawab dan menyebut
saling percaya dan namanya
kontrak waktu - klien mulai bercerita
2. Mengajarkan pasien Objektif
berinteraksi secara - lambat dan jelas suara
bertahap (berkenalan pelan/kecil
dengan orang pertama, - klien mulai memberi respon
seorang perawat) interaksi berupa melihat waja
saat berinteraksi
- klien masih terlihat gelisah
- masih terlihat melamun dan
sedikit cemas
- masih enggan berada pada
lingkungan lebih dari 2atau lebih
orang
Assessment
Masalah Perilaku Kekerasan
Teratasi Sebagian
Belum Teratasi :
- gelisah
- kemampuan interaksi atau
bercerita
- kemampuan diri dalam
lingkungan sosial
Planning
- relaksasi nafas 2× dalam sehari
- metode interaksi keluarga dgn
pasien yang dilakukan rutin
3 SP. 3 Senin, Strategi Pelaksanaan 3 Subjektif
03/04/23 1. Membina hubungan - klien menjawab dan
saling percaya dan

25
kontrak waktu dengan mempertahankan nama
klien. - klien mengatakan sedikit teringat
2. Melatih pasien tentang kejadian dulu dan
berinteraksi secara bercerita
bertahap (perkenalan Objektif
dengan orang kedua, - normal dapat didengar dan jelas
seorang pasien) - mulai terbiasa bercerita dengan
menatap wajah lawan bicaranya
- gelisa dan melamun kurang
- mulai terbiasa dalam lingkungan
sosial
Assessment
Masalah Perilaku Kekerasan
Teratasi Sebagian
Belum Teratasi :
- kemampuan diri dalam
lingkungan sosial
- melamun dan gelisa
Teratasi
- kontak mata
- kemampuan interaksi dalam
berbicara
- sedih
Planning
- metode interaksi keluarga
- pendekatan dengan lingkungan
luar
- interaksi dengan klien secara
rutin
- relaksasi nafas 3×/hari

26
POHON MASALAH

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Akibat

Isolasi Sosial Masalah Utama

Harga Diri Rendah Penyebab

27
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang cara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi
untuk lingkungannya.

Kesehatan jiwa bukan sehat fisik, tetapi juga menyangkut bio-psiko- sosio-kultural
dan mampu menyesuaikan diri untuk berinteraksi baik, tepat dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah 6-12 tahun adalah suatu kelompok yang mempunyai interaksi yang
intensif dengan lingkungan sekolah, teman, media massa dan program pemasaran perusahaan.
Mereka mempunyai karakter yang mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan termasuk
pergaulannyaatau lingkungan sosial. Anak belum mempunyai pengatahuan yang cukup untuk
bisa memilih pergaulan yang baik, sehingga belum bisa untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk untuknya, sehingga anak mudah terpengaruhi lingkungan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pemenuhan tahap tumbuh
kembang anak, khususnya anak usia sekolah di masyarakat adalah dengan pelayanan
kesehatan jiwa komunitas atau dikenal dengan Community Mental Health Nursing (CMHN).
Pelayanan kesehatan komunitas, khususnya perawat Community Mental Health Nursing
(CMHN) bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas pada
kelompok keluarga yang sehat jiwa, kelompok keluarga yang beresiko mengalami gangguan
jiwa serta kelompok keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 5. Jakarta: Depkes RI

Hassan, Rusepno, dkk. 1998. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika
Jakarta

Keliat., Daulima., & Farida, (2011). Manajemen keperawatan psikososial &


kader kesehatan jiwa, CMHN intermediet course. Jakarta: EGC

Keliat, B. A., et al. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMIIN (Basic
Course). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Keliat, et al (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi S. Jakarta: EGC

Tawi, Mirzal. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar. http//:
asuhan-keperawatan-pada-kelompok-khusus.html. [21 november 2010]

https://www.scribd.com/embeds/471249096/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

29

Anda mungkin juga menyukai